Dating site Kristen pertama dan terbesar di Indonesia

Daftar sekarang secara gratis

[Cerpen]: Bu Geni di Bulan Desember

ForumInspirasi

1 – 13 dari 13Kirim tanggapan

  • ZEGA376

    24 Oktober 2015

    Pengarang: Arswendo Atmowiloto


    "Bagi Bu Geni, semua bulan adalah Desember. Bulan lalu, sekarang ini, atau bulan depan berarti Desember. Maka kalau berhubungan dengannya, lebih baik tidak berpatokan kepada tanggal, melainkan hari. Kalau mengundang bilang saja Jumat dua Jumat lagi. Kalau mengatakan tanggal 17, bisa repot. Karena tanggal 17 belum tentu jatuh hari Jumat. Kalau memesan tanggal 17, bisa-bisa Bu Geni tidak datang sesuai hari yang dijanjikan.

    Masalahnya banyak sekali yang berhubungan dengan Bu Geni. Semua penduduk yang ingin mengawinkan anaknya, pilihannya hanya satu: Bu Geni, juru rias pengantin. Banyak perias pengantin lain, tapi tak bisa menyamai Bu Geni. Bahkan setelah banyak salon, pilihan tetap pada Bu Geni.

    Menurut yang sudah-sudah, Bu Geni bukan perias biasa. Beliau mampu mengubah calon pengantin perempuan menjadi sedemikian cantiknya sehingga benar-benar manglingi, tak dikenali lagi. Salah satu keistimewaan beliau adalah menyemburkan asap rokok ke wajah calon pengantin. Menurut tradisi, katanya ini disembagani, dijadikan seperti kulit tembaga. Bukan emas. Hampir semua perias pengantin memakai cara yang sama, namun tak ada yang menyamai kelebihannya. Pernah dalam satu hajatan, tuan rumah pingsan karena disangka anak perempuan yang dinikahkan kabur. Ibu calon pengantin pingsan, bapak calon pengantin malu, dan sanak saudara mulai mencari ke teman-temannya. Padahal, sang calon pengantin ada di rumah. Bahkan setelah ditemukan, ibu calon pengantin masih menolak: ”Itu bukan anak saya. Itu bukan anak saya.”

    ”Ya sudah kalau bukan anakmu, berarti anakku. Ayo kita pulang.”

    Baru kemudian ibu calon pengantin sadar, dan mengatakan: ”Bagaimana mungkin anakku bisa secantik ini?”

    Padahal Bu Geni tidak selalu menyenangkan. Suara keras, dan membuat pendengarnya panas. ”Ini anak sudah hamil. Kenapa kamu sembunyikan. Kenapa malu? Mempunyai anak, bisa hamil itu anugerah. Bukan ditutup-tutupi, bukan dipencet-pencet dengan kain. Itu kan anak kamu sendiri.”

    Kalau tak salah, kejadian itu berlangsung di rumah Pak Bupati. Sehingga, kabar menyebar dan masih tergema, jauh setelah peristiwa itu usai. Pernah pula nyaris menggagalkan upacara perkawinan hanya karena Bu Geni melihat wajah calon pengantin suram. Biasanya dua atau tiga hari sebelumnya, Bu Geni memerlukan bertemu langsung dengan calon pengantin perempuan. Kenapa bukan dengan calon pengantin laki-laki? ”Lho kan nasib dia berasal dari sini.”

    Sewaktu ketemu calon yang dianggap berwajah muram, Bu Geni berkata: ”Tak bisa, kamu harus ceria dulu.” Padahal, undangan sudah disebar. Tempat resepsi sudah diberi uang muka. Yang lebih penting lagi, makanan sudah dipersiapkan. Kisah ini menjadi biasa kalau berakhir dengan pembatalan. Yang tak biasa adalah dua hari kemudian ada bis terjun ke jurang. Menurut perhitungan, kalau benar perkawinan diadakan tanpa pembatalan, kemungkinan besar calon pengantin pria masuk jurang, karena memang rencananya naik bis itu pada jam itu. Kisah Bu Geni bersambung ketika diminta merias anak menteri—mungkin menteri koordinator, tapi menjawab: ”Anaknya suruh ke sini saja. Kalau saya tinggalkan yang di sini, banyak yang dirugikan.”

    Pada tanggal 17 Agustus kemarin, warga sekitar kediamannya menunggu, apakah Bu Geni akan memasang bendera merah putih di rumahnya. Karena dalam perhitungan Bu Geni itu sama dengan 17 Agustus. Ternyata Bu Geni menyuruh pasang. ”Apa salah kalau mengibarkan bendera tanggal 17 Desember?”

    Para pejabat di desa ikut gembira, karena kalau Bu Geni tidak mengibarkan bendera pada peringatan kemerdekaan bisa jadi masalah. Tanggal 31 Desember berikutnya Bu Geni tidak berkeberatan ada pesta di rumahnya. Namun esok harinya tidak berarti tahun baru, melainkan 1 Desember lagi. Banyak yang mengatakan itu ngelmu Bu Geni sehingga selalu tampak muda. Dan Bu Geni memang selalu nampak sama, ketika seorang tetangga dirias, sampai anaknya dirias juga. Wajah dan penampilannya tetap sama. Ini bisa dibuktikan dengan potret yang diambil saat itu, dan 20 tahun berikutnya. Atau mungkin juga 20 tahun sebelumnya.

    ”Perkawinan adalah upacara yang paling tidak masuk akal, sangat merepotkan. Kalian semua ribut memperhitungkan hari baik, pakaian seragam apa, dan itu tak ada hubungannya dengan perkawinan itu sendiri. Lihat saja mereka yang pidato saat perkawinan, yang memberi wejangan, itu yang paling membosankan, paling tidak didengarkan. Tapi selalu diadakan. Begitulah perkawinan.” Agak aneh juga perkataan itu keluar dari Bu Geni, yang hidupnya justru dari adanya upacara perkawinan. ”Ya memang aneh, perkawinan kan keanehan. Karena yang aneh dianggap wajar, maka yang tidak menikah, yang janda atau duda, malah dianggap aneh.”

    Pada kesempatan berbeda, Bu Geni berkata: ”Jodoh adalah kata yang aneh untuk menyembunyikan ketakutan atau hal yang tak berani kita jawab. O, itu jodoh saya, biasanya orang bilang begitu. Atau kalau gagal, o, itu bukan jodoh saya.” Lalu Bu Geni tertawa lama sekali. ”Memangnya jodoh saya Pak Geni? Karena saya menikah dengan Pak Geni, itu jadi jodoh saya. Bukan karena jodoh saya Pak Geni kemudian saya menikah dengan dia. Lain kalau saya tidak jadi menikah dengan Pak Geni dulunya. Itu bukan jodoh saya.”

    Kenapa dulu kawin dengan Pak Geni?

    ”Ya karena sudah waktunya kawin, seperti yang lain.”

    Berarti tidak atas dasar cinta ketika menikah dengan Pak Geni?

    ”Seperti halnya jodoh, begitu kamu nikah ya itu harus diterima sebagai cinta. Itu lebih penting. Karena kalau mengandalkan cinta sebelumnya, bisa tidak langgeng. Yang kamu miliki itulah yang kamu cintai, dengan cinta sebelumnya atau tidak.”

    Pertanyaan itu terlontar, karena ada kabar Pak Geni akan menikah lagi. ”Ya biar saja, nanti aku akan merias pengantinnya.” Kalimatnya enteng, datar, nyaris tanpa emosi. ”Dilarang juga susah, dan tak ada gunanya. Boleh saja.”

    Mungkin itu sebabnya Bu Geni tetap bersedia merias calon pengantin yang akan menjadi istri kedua, atau ketiga. ”Biarlah orang merasakan kegembiraan sekali dalam hidupnya.” Bagi Bu Geni perkawinan adalah kegembiraan, sukacita. ”Kalau saat kawin saja kamu tidak merasa gembira, kamu tak akan menemukan kegembiraan yang lain.”

    Menurut Bu Geni, tak ada perkawinan yang gagal, karena perkawinan sendiri bukanlah keberhasilan. ”Yang diperlukan hanya sedikit keberanian, dan banyak kebodohan, itulah modal kawin. Untuk bercerai, diperlukan banyak keberanian dan sedikit kebodohan.”

    Apakah Bu Geni pernah berpikir bercerai dengan Pak Geni.

    ”Saya tak pernah memikirkan bercerai. Kalau ingin membunuhnya, sering.”

    Begitulah Bu Geni yang juru rias pengantin, telah merias semua perempuan di desanya. Boleh dikatakan semuanya yang kawin dan yang tidak. Yang terakhir ini dilakukan Bu Geni pada mayat perempuan yang meninggal sebelum menikah. Sebelum dikuburkan, Bu Geni merias dengan komplet. Banyak yang tidak setuju, banyak yang menyayangkan, banyak yang menjadi takut dirias. ”Ketakutan terwujud pada perkawinan. Takut terlalu bahagia, terlalu bebas, terlalu nikmat, makanya kita mengikatkan diri pada perkawinan yang banyak mengatur tanggung jawab, mengatur kewajiban. Termasuk memberi nafkah, membesarkan anak-anak. Aneh saja, tapi pada dasarnya kita takut dengan kebahagiaan diri kita sendiri, dan membatasi dengan adanya kuasa Tuhan.”

    Meskipun mengatakan bahwa penemuan manusia yang paling membelenggu dan menakutkan adalah perkawinan, Bu Geni masih terus merias dengan mengepulkan asap rokok. Bagi seorang yang mampu menciptakan waktu untuk diri sendiri—meskipun masih terikat pada bulan Desember, Bu Geni bisa merias manusia, mayat, juga pernah merias patung pengantin dan pepohonan juga kerbau. Bu Geni juga memberi sembaga, sama seriusnya dengan berpuasa sebelum merias. ”Biarkan kerbau merasakan kegembiraan. Sebagaimana yang kita percayai selama ini bahwa perkawinan adalah kegembiraan.”

    Semua ini, untunglah hanya terjadi pada bulan Desember."

    cerpenkompas.wordpress.com/201 ... bulan-desember/

  • NARANA543

    24 Oktober 2015

    Cerpennya bagus, tp kyknya lbh tepat kl diterbitinnya di desember, ini kan msh oktober

    Walaupun bu Geni pasti bilangnya bulan desember...hehe...just kidding...

    Ada cerpen yg laen lg ga? Kyk2 ginilah..., nyeleneh, cerdas, enak dibacanya...

  • GLORY274

    24 Oktober 2015

    Teruskan

    Menanti yg ke-2

  • MEY072

    24 Oktober 2015

    Bagus tp bingung awal2

    24 Oktober 2015 diubah oleh MEY072

  • ZEGA376

    29 Oktober 2015

    Hehehe, ini ceprpen bukan karya saya,

    lagian ini kan juga bulan desember,

    kalau ga percaya?! Tanya sama Bu Geni! :P

    NARANA543 tulis:

    Cerpennya bagus, tp kyknya lbh tepat kl diterbitinnya di desember, ini kan msh oktober

    Walaupun bu Geni pasti bilangnya bulan desember...hehe...just kidding...

    Ada cerpen yg laen lg ga? Kyk2 ginilah..., nyeleneh, cerdas, enak dibacanya...

  • ZEGA376

    29 Oktober 2015

    Okey, ditunggu yaaa.... :D  

    GLORY274 tulis:

    Teruskan

    Menanti yg ke-2

  • ZEGA376

    29 Oktober 2015

    Bungung??? SAMA! :P

    Kalau kamu bingung dimananya?

    kalau saya bngung di gaya berceritanya, beberapa kalimat terasa tidak pas. termasuk, menurut saya, ada yg sebaiknya ditulis dalam satu paragraf, malah jadi dua atau lebih. ada yg sebaiknya ditulis dalam beberapa paragraf terpisah, malah disatukan.

    Tapi ya itu, gaya bercerita orang memang berbeda-beda. ada yg runut, ada yang lebih 'to the point'. yang penting maksudnya sampe kepada pembacanya.

    MEY072 tulis:

    Bagus tp bingung awal2

  • LISBETH921

    30 Oktober 2015

    #menyimak dan sambil menunggu cerita selanjutnya ^,-

  • MEY072

    30 Oktober 2015

    ada cerita humor yg cerdas gt ga? biar ngakak tp mksd kesampean;-)

  • ZEGA376

    4 November 2015

    Mohon bersabar sebentar, lagi milih2 mana yg layak tayang hahahaha.

    Ditunggu ya,

    LISBETH921 tulis:

    #menyimak dan sambil menunggu cerita selanjutnya ^,-

  • ZEGA376

    4 November 2015

    Cerita humor cerdas? Waduh kayaknya gada deh...

    but wait. kayaknya pernah denger suatu kisah...

    pada suatu Gala Dinner, Marilyn Monroe bertemu Albert Einstein. Tamu2 yang lain berusaha nyomblangin mereka. Marilyn Monroe sangat antusias dan tertarik sambil membisikan kepada Albert Einstein, "Bayangkan jika anak kita nantinya secantik aku dan segenius dirimu".

    Tapi Albert Einstein hanya menghabiskan minumannya karena takut membayangkan bagaimana jikalau seaindainya anak mereka kelak serupa dirinya dan sepintar ibunya...

    MEY072 tulis:

    ada cerita humor yg cerdas gt ga?

    4 November 2015 diubah oleh ZEGA376

  • ZEGA376

    4 November 2015

    MEY072 tulis:

    biar ngakak tp mksd kesampean;-)

    saya malah ngakak cuman pas agak mw tengah2, tapi selebihnya getir, dan terhakhir cuman tersenyum. tapi PUAS! :D

  • FAJAR882

    17 Desember 2016

    Bu Geni.. oh, bu Genii..

    :-) Berhubung ini sdh bulan Desember, (*sdh lewat tengah bulan pula..) baiknya kita sundul lagi deh, cerpen karya Arswendo ini. Lumayan buat baca-baca.

    Selamat menikmati. Ada banyak yg bisa kita renungkan dari bacaan cerpen tentang bu Geni, Sang Juru Rias, di atas.

1 – 13 dari 13Kirim tanggapan