Embun kala senja
-
10 Desember 2017
Khotbah untuk siapa?
"Ayuk dtg ke gerejaku, khotbahnya bagus" Rayuku ke teman. Akhirnya ia pun dtg krna tertarik mendengar ceritaku. Pas hari minggu dimana teman hadir, pendeta yang khotbahnya dikenal bagus itu, berkhotbah dengan biasa saja. Aneh mmg. Biasanya ia menyampaikan sesuatu yang merubah pola pikir kita 180derajat, tp hari itu khotbahnya normatif. Tmn pun merasa biasa-biasa saja dan tdk dtg lagi.
Mgu depannya, khotbah sang pdt kembali menyentak logika. Banyak hal-hal baru yang dibukakan. Misteri Alkitab dengan jelas dijabarkan. "Akh sayang, mgu kemarin waktu tmn dtg, khtbahnya normatif" Bathinku. Tiba2 ada suara kecil yg mengingatkan, "Emang khotbah ini buat kamu atau buat orang lain?"
Ketika kt menemukan satu ayat, mgkin kt berpikir "wah.. ayat ini cocok buat si A" Atau ketika membuka satu cuplikan khotbah di yutube, kita merasa itu cocok buat seseorang dan membaginya ke org tsb. Lalu apakah FT tsb tdk cocok bagi kita sendiri? Lama kelamaan kt seperti nubuatan, dimana kt hya mendengar apa yg ingin kt dengar, bukan apa yg hrsnya kita dengar. oh Jesus, forgive me
-
11 Desember 2017
Robin Hood
Seorang jemaat meninggal dalam sebuah kecelakaan. Sesampai di alam maut, ia didatangi seorang malaikat yang hendak membawanya ke neraka. Ia pun protes besar karena ia meninggal pd saat perjalanan menuju gereja. "Niat kamu sudah betul mau ibadah, tapi cara kamu salah. Kamu ceroboh, karna takut terlambat, kamu mengebut dijalan, kamu melanggar rambu2 lalin sehingga mengakibatkan orang lain celaka. Lihat orang yg kamu tabrak sekarang harus mengalami cacat." Jelas si malaikat.
Tentu kita mengenal film Zorro atau cerita Robin Hood yang terkenal. Mereka punya misi yang mulia, namun dgn cara yang salah, mencuri dari orang kaya. Dimata manusia mereka bak pahlawan, tp dimata Tuhan? Tentu semuanya diperhitungkan Tuhan.
Niat yang baik saja tidak cukup jika dilakukan dengan cara yang salah. Atau sebaliknya, niat yg salah namun dilakukan dgn cara yg benar juga tidak dikehendaki Tuhan. Misalkan saja kita ingin membahagiakan ortu kita, ingin membiayai hidup mereka, maka bekerjalah dgn benar, cari duit yg halal, bukan dgn cara yg salah. Tidak mudah menjadi kristen yang sejati, banyak hal yang harus kita korbankan, berat salib yang harus dipikul. Tetapi bersamaNya, semua akan indah pd waktunya. Gbu
-
11 Desember 2017
Yups, saya sering baca trit ini.. seru....
-
12 Desember 2017
VERONIKA622 tulis:
Yups, saya sering baca trit ini.. seru....
Next jgn hya baca aja, tp nulis jg ya heheee
-
12 Desember 2017
Persembahan Terbaik
Sy jarang membaca warta jemaat bagian belakang, terutama bagian persembahan. Dikarenakan saat itu gereja sedang membutuhkan dana yang sangat besar, lebih dari 10Milyar untuk sewa gedung yang baru, maka sy pun melihat daftar persembahan yang sdh masuk. Dan sy pun terpana dengan sebuah persembahan dalam jumlah yg besar, 4 Milyar dengan nama penyumbang hanya tertulis NN alias No Name.
Selama ini byk sy temukan, bila seseorang memberikan persembahan 4jt saja, sudah lengkap dengan nama dan title, walaupun tidak semua. Ada alasan tersendiri, salah satunya agar pencatatan lebih rapi, memastikan persembahannya telah diterima. Mgkin ada juga yg ingin agar orang lain tahu bhwa ia memberikan persembahan dalam jumlah yg wah. Tentu motivasi setiap orang beda-beda. Kt tdk bs menghakimi.
Melalui NN 4Milyar ini, sy mendapatkan pelajaran berharga, bhwa memberi itu tdk hitung2an. Jk Tuhan gerakkan, kita rela memberi seluruhnya. Banyak yg mampu, tp sedikit yg mau. Memberi juga tidak agar dipuji, dibicarakan orang, lalu kita menjadi sombong. Biarlah kasih saja yang menjadi motivasi kita dalam memberi, bukan karna hal lainnya. Kasih kt kpd Tuhan dan kasih kt kepada sesama. Gbu
-
12 Desember 2017
Bro, kalau yang "Tulus" biasanya ngotot pakai inisial NN. Saya rasa alasan untuk tertib Admin, hanya kamuflase aja (secara ga sadar juga udah pake "syarat" tuh pemberiannya, udah ada unsur prejudice di dalamnya, menurut saya ga baguslah apalagi terhadap HT, pastor, suster/biarawan/i yang kadang ngelola Panti Asuhan). Saya sering beda pendapat dengan saudara saya mengenai hal ini ketika kita menyumbang ke Panti Asuhan (Saya lebih condong ke "NN"), walaupun disodori buku donatur.
Salam Damai...
Tuhan memberkati...
JONY310 tulis:
Persembahan Terbaik
Sy jarang membaca warta jemaat bagian belakang, terutama bagian persembahan. Dikarenakan saat itu gereja sedang membutuhkan dana yang sangat besar, lebih dari 10Milyar untuk sewa gedung yang baru, maka sy pun melihat daftar persembahan yang sdh masuk. Dan sy pun terpana dengan sebuah persembahan dalam jumlah yg besar, 4 Milyar dengan nama penyumbang hanya tertulis NN alias No Name.
Selama ini byk sy temukan, bila seseorang memberikan persembahan 4jt saja, sudah lengkap dengan nama dan title, walaupun tidak semua. Ada alasan tersendiri, salah satunya agar pencatatan lebih rapi, memastikan persembahannya telah diterima. Mgkin ada juga yg ingin agar orang lain tahu bhwa ia memberikan persembahan dalam jumlah yg wah. Tentu motivasi setiap orang beda-beda. Kt tdk bs menghakimi.
Melalui NN 4Milyar ini, sy mendapatkan pelajaran berharga, bhwa memberi itu tdk hitung2an. Jk Tuhan gerakkan, kita rela memberi seluruhnya. Banyak yg mampu, tp sedikit yg mau. Memberi juga tidak agar dipuji, dibicarakan orang, lalu kita menjadi sombong. Biarlah kasih saja yang menjadi motivasi kita dalam memberi, bukan karna hal lainnya. Kasih kt kpd Tuhan dan kasih kt kepada sesama. Gbu
-
13 Desember 2017
@Bro Ronny, yaa... begitulah yg ada hehee
-
13 Desember 2017
Selera
Berbeda soal makanan sudah biasa. Kita bilang enak, yg lain belum tentu. Banyak faktor, terutama kebiasaan lidah kita. Sy sering amati, kalau orang sumatra lebih suka yang berbumbu kuat, asin, asem. Orang jawa suka yang cenderung manis. Orang daerah timur suka yg amis. Orang jomblo sukanya yg pahit, apalagi ketika ditanya .."Kapan bawa gandengan?"
Kesukaan terhadap orang lain juga berbeda. Teringat dulu di jaman sma, teman2 cewe sekitar 20orang punya idola berbeda utk satu boyband seperti Westlife, F4. Herannya tidak ada anggota boyband yang benar2 dominan disukai para kaum hawa. "Si Vanese ganteng bgt..." Puji yg satu. "Akh.. mata sipit gitu. Gantengan Simon lagi.." Temannya tak mau kalah. Ramelah kelas kita.
Selera ini juga berlaku untuk tokoh politik. Teringat dulu waktu pilpres, pilkada, di rumah kita yang tak lebih dari 5orang, punya pilihan berbeda. Jadi wajar saja saat ini ada banyak pilihan restoran, cafe, partai, gadget, kendaraan, parfum, fashion bahkan gereja. Ada yg suka hening, khusyuk, ada jg yg suka jingkrak2.
Jadi poinnya, jangan takut untuk menjadi diri sendiri dengan semua hal-hal yang 'kita' banget. Tidak ada yg aneh dgn fisik kita, gaya bicara kita, gaya fashion kt, jenis pekerjaan kita dan kepribadian2 kita lainnya. Semua itu hanya soal selera. Jk ada yg tdk suka dgn kita, wajar saja. Sebaliknya, ada orang yg suka dgn segala sesuatu tentang kita, bhkan ada orang yang rela kehilangan nyawa karna cintaNya pada kita. Bersyukurlah karna kt masih memiliki orang2 yg spesial seperti ini. Gbu
-
14 Desember 2017
Mindset sukses
Dua orang pemuda bersahabat dengan baik puluhan tahun, meskipun mereka berbeda status sosial ekonomi. Yg satu sukses kaya raya sedang yg satu hidup pas-pasan. Suatu hari, si pemuda miskin merenung, apa yg bikin mereka berdua berbeda jauh, padahal mereka seumuran, dari latar belakang yg sama, dgn pendidikan yg sama.
Suatu hari, kota mereka mengalami bencana tsunami yg dahsyat. Ribuan nyawa melayang, hampir seluruh bangunan hancur. Mereka berdua selamat dari bencana itu, tetapi si pemuda kaya harus kehilangan segala harta bendanya. Skrg status mereka berdua sama, sama2 kebingungan utk meneruskan hidup.
Beberapa waktu kemudian, mereka pindah ke kota lain utk mencari peruntungan. Mereka bekerja sebagai kuli angkut pasir. Untuk satu truk pasir yg penuh, mereka dibayar 10 dollar. Pekerjaan ini tentu tidak mudah. Dgn alat sekop seadanya, mereka hya mampu memenuhi 1truk pasir perhari. Rasa lelah membuat pemuda yg sebelumnya kaya tadi berpikir. Ia pun memiliki ide. Ia pun mensharingkan idenya ke sahabatnya itu, namun sahabatnya malah menasehatinya agar tdk usah berpikir terlalu jauh. Jalani saja yg ada dgn penuh syukur.
Si pemuda tadi tdk mau menyerah walau idenya ditolak temannya sendiri. Ia pun mulai mempraktekkan idenya. Ia melakukan pengiritan ekstra agar bisa membeli sekop. Dgn sekop itu, ia mencari teman lainnya yg mau bekerja dengannya dan diberi upah 9 dollar. 1dollar ia simpan. Tak lama ia membeli sekop kedua, ketiga hingga skrg ia memiliki 50org pekerja. Otomatis ia skrg berpenghasilan 50dollar/hari, tanpa ia sendiri harus bekerja.
Dengan uang itu, ia tabung hingga akhirnya ia bs membeli sebuah eskavator, mobil truck pasir dan mempekerjakan ratusan orang lainnya. Jadilah ia kembali menjadi kaya raya sedang temannya tetap miskin seperti semula. Temannya yg miskin akhirnya menyadari, ternyata yg membedakan ia dgn tmnnya tadi adalah soal mindset, yg melahirkan ide dan real action. Bersyukur dengan pasrah itu ternyata bedanya tipis. Bersyukur dgn keadaan tdk berarti kita harus pasrah, nrimo saja. Tuhan tentu ingin kita bekerja giat, mengembangkan talenta, menguasai bumi. Gbu
-
15 Desember 2017
JONY310 tulis:
Yupp, kisah lama yang tetap menginspirasi hingga skrg..
ikut ngeposting lagi yah
Dunia Ke -2
Media sosial, bagiku seperti sebuah kota Cyberpolitan yang tak ber Presiden, tak ber Gubernur dan tak ber Walikota. Tak ada hakimnya, tak ada polisi, tak ada pengadilan, dan tak ada acara Cyber Lawyer Clubnya. Semua orang bebas berekspresi, semua orang punya kesempatan yang sama untuk menyuarakan isi hati, fikiran, dan mimpi. Di kota Cyberpolitan, suka-sukamu saja. Mau melawak, mau main drama, mau galau, mau jadi pengamat politik, mau jadi model, pujangga, photographer, EO, presenter musik, Host acara gosip, penulis hebat, ustad/pendeta/rabbi, konsultan cinta, konsultan perkawinan, inspirator dadakan, pedagang dan saudagar kaya, tourist musiman, penggila GAMES, hingga mereka yang melabel dirinya “BE MY SELF ajah ah”. Komplit, colorfull, membingkai dinding, setiap waktu, berhari-hari, berbulan-bulan, sepanjang berbagai media sosial lainnya masih bisa diakses.
Media sosial layaknya ibukota metropolis dunia, kota Cyberpolitan yang tidak pernah tidur. Menggeliat dari pagi buta hingga kantuk menyerang. Dari Sabang sampai Merauke, dari Asia sampai Africa. Seperti awan, bergerak melampaui batas negara-negara. Kekuatan kata-kata dan berbagai multi media (video dan photo) menjadi jantungnya.
Kalau ada sebagian orang yang menyebut media sosial sebagai tembok ratapan, karena semakin banyak saja orang yang menggunakan media sosial sebagai tempat meratap, mengumpat, mencurahkan isi hati dan berkeluh kesah dengan leluasanya, namun aku justru menyebutnya sebagai panggung tempat semua orang bergantian mentas berekspresi. Kebutuhan orang-orang untuk bereskpresi, untuk dibaca, dilihat, diakui dan dikagumi banyak orang semakin tinggi. disesuaikan dengan perkembangan zaman, bahwa selain kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder, masih ada satu lagi kebutuhan yang tidak boleh dihilangkan dari kehidupan, yaitu kebutuhan EKSIS .
Semakin banyak orang yang kau tambahkan dalam friendlistmu, semakin ramai dunia keduamu. Berbagai coretan dan lukisan mengisi wallmu seketika. Sama sibuknya, sama kompleksnya, sama hingar bingarnya, sama pluralisme nya dengan dunia nyata kan? Itulah dunia yang makin sulit disapih. Dunia luas yang terkurung dalam sebuah gadget/smartphone/notebook mu, karena ketika batteraimu habis, signalmu problem, gadget ngambek, lampu mati, modem rusak, wifi gak bekerja, semua lenyap tak berbekas.
Prilaku orang-orang yang bergabung di dalamnya selalu unik dan beragam. Tapi, yang paling menarik tentu saja mengamati orang-orang yang terlalu aktif manggung disana.Dari pagi membuka hari hingga menutup malam, si dia tak pernah absen. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana hidupnya tanpa media sosial.
Narcis akut adalah penyakit media sosial yang agak tinggi sedikit dari LEBAY. Hanya saja, lebay sudah tidak saya kategorikan penyakit media sosial karena hampir semua pengguna media sosial memiliki sisi lebay kok
Yang gak punya sisi lebay itu hanya pengguna media sosial yang lupa passwordnya, jarang online karena berdomisili di hutan, jarang online karena gak punya pulsa, sering online tapi gak punya teman, dan pemain game sejati yang online hanya untuk menanam brokoli, memberi makan buaya, mengambil honor waitress di cafe, dan lain-lainlah yang kalian pasti lebih tau dari saya
Jadi, kalau prilakumu sudah seperti pengamatanku di bawah ini, ya itu berarti kamu positif “NARCIST AKUT”. Ganti-ganti profile picture minimal 10 menit sekali dan rata-rata close up Dimanapun, kapanpun, berfoto-foto. Gak perduli background, gak perduli omongan, atau berpasang-pasang mata menatapmu aneh. Di mobil jadi, di rumah jadi, di kamar, di meja makan, di bajaj, di tembok yang sudah ngelupas-ngelupas catnya sekalipun (malah artisti dan lebih eksotik), sampai toilet mall pun jadi TKP .
Narcis dan Narcis Akut Bentuk kecintaan pada diri sendiri yang kemudian berkembang menjadi sebuah kebanggaan dan kekaguman pada diri sendiri. Media sosial dan Messenger memang tempat yang subur untuk tumbuh kembang nya Narcis menjadi Narcist Akut. Dari yang narcist nya masih pemula, hingga profesional. Dari yang narcistnya masih malu-malu terselubung hingga terang-terangan dan sudah jelas narcist , dari pakai kamera handphone, kamera pocket sampai membayar photographer profesional untuk membuat foto diri yang ekslusif. Tentu saja tujuan awalnya untuk koleksi pribadi, dipajang di dinding, dipandangi tiap hari sambil senyum-senyum, dan tentu saja dipamerin donkkkk di media sosial…ah masa gak tau sih?
Maka itu jangan heran, kalau tiap hari selalu ada saja foto terbaru yang di upload. Dan 40% foto diri, close up semua! Astagaaaaaaaaaa!!!
Lalu saya jadi berfikir begini, “Gak bagus juga ya terlalu terbuka dan mudah dibaca di media sosial. Bukan apa-apa, kalau yang baca orang-orang terdekat kita sih gak apa-apa. Paling mereka membatin "Duh, penuh deh wall guee, eloe semuaaaa!,,,," Nah, kalau yang membaca orang gak terlalu kenal? Rekan bisnis? Atau someone baru kenal yang bermaksud pedekate, apa gak ill feel mereka? Karena salah-salah, bisa dianggap orang ”SAKIT JIWA”.
saya jadi ingat, teman dulu pernah menggumam suatu hari. “Jen, aku tuh senang melihat perempuan cantik. Luwes. Pandai bergaul. Apalagi kalau perempuannya pintar gitu ya. Tapi, begitu aku tau tindak tanduknya di sosial media minus, langsung illfeel aku. Boro-boro mau deketin, langsung aku remove dia. …!!!! ".
Hmmm… Menarik. Benarkah tujuan mereka meng upload foto berganti-ganti, meng update status berkali-kali sehari, memposting berbagai hal, hanya sekedar berekspresi atau sudah dalam tahap kurang perhatian sehingga perlu usaha yang banyak untuk ”Menarik Perhatian”? Karena tentu saja, sesuatu yang over, berlebihan, memicu berbagai respon dari banyak orang. Dan seringnya, mereka membicarakan itu di belakang loh...
-
16 Desember 2017
@sky790: Menarik sekali angle yang diambil. Cyberpolitan, itulah tempat kita tinggal saat ini. Sebuah kota iiusi berisi warga yg haus akan penerimaan, pujian, dan penghargaan tanpa harus menampilkan realitas yang ada, bhkan bs bersembunyi dibalik kuatnya imajinasi. Great Share
-
16 Desember 2017
Kisah sang pendongeng
Setiap hari kehadirannya selalu dinanti. Maklum saja, masyarakat di desa itu butuh hiburan setelah bekerja seharian di sawah dan ladang. "Tadi pagi saya habis dari kota. Disana telah terjadi peristiwa besar, sebuah pertobatan masal. Mereka tiba2 menjadi sangat baik. Semua toko membagikan barang dagangannya dengan gratis, nelayan memberikan hasil tangkapannya dgn cuma-cuma dan rumah makan melayani para pengunjung tanpa bayaran. Kota itu bagaikan surga." Ceritanya dimulai.
Ia terus saja bercerita ttg kejadian itu dan orang-orang di desa sangat antusias mendengar apa yg terjadi. "Bayangkan saja, sy makan, lalu gunting rambut, membeli sembako dan kebutuhan lainnya, tetapi semua menolak pembayaran. Luar biasa memang.." Lanjutnya kemudian.
Lambat laun, pendengarnya mulai sedikit. Ia pun mulai menyadari ditinggal para pendengar. "Kemana orang2 desa ya?" Tanyanya kpd pendengar yg tersisa. "Oh.. mereka sudah berangkat ke kota, ingin menikmati belanja disana gratis seperti yang tuan cerita." Ia pun terkejut menyadari ceritanya ditelan mentah2 oleh masyarakat desa. Namun setelah beberapa waktu kemudian, tinggallah ia sendiri di desa itu. Ia pun berpikir jangan2 ceritanya tadi benar adanya. Akhirnya ia pun bergegas ke kota.
Seorang yang terbiasa hidup dalam fantasi, lama kelamaan tdk bs membedakan mana yang fakta dan mana yang hanya kebohongan. Kt ingin tampil sempurna, apalagi didepan orang yang hendak kita dekati. Tdk ada kendaraan bilangnya tidak bawa, tdk kerja bilangnya sedang ingin rehat, tdk ada usaha bilangnya bankrut, tdk ada rumah bilangnya belum mau, dan cerita fiktif lainnya. Jk kt terbiasa begini, akan sulit bagi kt keluar dari dunia fantasi yg kt bangun sendiri. Waspadalah. Gbu
-
16 Desember 2017
JONY310 tulis:
@sky790: Menarik sekali angle yang diambil. Cyberpolitan, itulah tempat kita tinggal saat ini. Sebuah kota iiusi berisi warga yg haus akan penerimaan, pujian, dan penghargaan tanpa harus menampilkan realitas yang ada, bhkan bs bersembunyi dibalik kuatnya imajinasi. Great Share
hanya menggambarkan realitas yang ada, dan pernah terjebak di kondisi itu
ilustrasinya terlalu panjang moga yang baca gak jenuh (aslinya saya buat 5 halaman ). Cyberpolitan adalah sebuah kota yang hanya di lihat dengan menunduk ke bawah dan bukan menatap ke depan.
-
16 Desember 2017
JONY310 tulis:
@sky790: Menarik sekali angle yang diambil. Cyberpolitan, itulah tempat kita tinggal saat ini. Sebuah kota iiusi berisi warga yg haus akan penerimaan, pujian, dan penghargaan tanpa harus menampilkan realitas yang ada, bhkan bs bersembunyi dibalik kuatnya imajinasi. Great Share
hanya menggambarkan realitas yang ada, dan pernah terjebak di kondisi itu
ilustrasinya terlalu panjang moga yang baca gak jenuh (aslinya saya buat 5 halaman ). Cyberpolitan adalah sebuah kota yang hanya di lihat dengan menunduk ke bawah dan bukan menatap ke depan.
-
18 Desember 2017
SKY790 tulis:
hanya menggambarkan realitas yang ada, dan pernah terjebak di kondisi itu
ilustrasinya terlalu panjang moga yang baca gak jenuh (aslinya saya buat 5 halaman ). Cyberpolitan adalah sebuah kota yang hanya di lihat dengan menunduk ke bawah dan bukan menatap ke depan.
Keren Sepertinya sis jurusan sastra, pr or psikologi gitu ya bs nulis ampe 5 lembar hehee
-
18 Desember 2017
Bukan member penuh aku bro...g bisa baca inboxmu
-
19 Desember 2017
TEREHALOHO803 tulis:
Bukan member penuh aku bro...g bisa baca inboxmu
Yupp tau kok hehe.. yg penting hatinya penuh
-
19 Desember 2017
Hanya 5 Menit
Seperti seminar biasanya, sy mempersiapkan diri dgn baik, termasuk materi yg akan dibawakan. Laptop standbye dengan puluhan slide powerpoint. Waktu itu sy kebagian menjadi pembicara ketiga. Waktu yg diberikan 40menit. Rupanya pembicara pertama overtime, sehingga waktu sy dipangkas tinggal 15menit. Pembicara kedua pun overtime, akhirnya sy hya dikasih waktu 5menit. Semua tim saya kebingungan harus ngapain.
Think fast. Dalam sekian menit harus berpikir apa yg harus disampaikan. Lupakan basa basi, lupakan slide powerpoint, kembali ke cara kerja otak manusia. Otak manusia suka sesuatu yg baru, yg unik apalagi asyik. Ya.. sy mengajak mereka melakukan satu kegiatan yg merangsang otak mereka utk ingin tahu, ingin terlibat dan ingin lebih jelas. 5 menit selesai. Tepuk tangan bergemuruh tanda presentasi hari itu "cukup" berhasil.
Life must go on. Lupakan seminar kemarin. Sy diajak panitia membeli roti. Rupanya sang pemilik toko roti itu adalah salah satu peserta seminar kemaren. Ketika bertemu sy, rasa penasarannya langsung muncul. "Coba kasih tau donk yg kemaren itu gmn?" rayunya sedikit memelas. Setelah itu, ia pun sangat senang dan.. mengikutkan anaknya ke program yg sy seminarkan. Rupanya ortu yg lain juga merasakan hal yg sama. Total lebih dari 50siswa akhirnya mendaftar.
Ada saat dimana segala perencanaan kita buyar oleh karna satu dan lain hal. Misalkan saja teman baik saya harus membatalkan pernikahannya yg tinggal satu minggu. Jangan malu, jgn kuatir, jgn stress, tarik nafas, relax, berpikir besar, think and rethink. Tuhan akan membisikkan kata2Nya jika kt tdk menyerah bgtu saja. Ada 1001 cara bagiNya utk membalikkan keadaan. Jikapun hasilnya nanti tdk memuaskan bhkan mengecewakan, pass it on. Lanjutkan hidup kita seolah itu tdk pernah terjadi. Tetap semangat jalani harimu. Gbu
-
19 Desember 2017
Sist, kalau mengumbar foto close up di medsos, ditanggapi positif aja, mungkin aja dia merasa OK dan mau menghibur kita dengan tampilan gambarnya. Narji..? Itu hak nya kok, khan konsekwensinya dia yang nanggung sendiri. Yang buat saya prihatin tuh, yang "Curhat" nya terlalu over, go public pula menyangkut internal lagi (tanpa sadar membuka aib internal sendiri). Mbok ya ga bisa diselesaikan 4 mata, atau kalau mau Curhat yang beginian khan ada DIA yang selalu dengerin dan pasti kasih solusi terbaik.
Salam Damai...
Tuhan memberkati...
SKY790 tulis:
ikut ngeposting lagi yah
Dunia Ke -2
Media sosial, bagiku seperti sebuah kota Cyberpolitan yang tak ber Presiden, tak ber Gubernur dan tak ber Walikota. Tak ada hakimnya, tak ada polisi, tak ada pengadilan,
.....
berbagai respon dari banyak orang. Dan seringnya, mereka membicarakan itu di belakang loh...
19 Desember 2017 diubah oleh JODOHKRISTEN
-
19 Desember 2017
Dah tau g bisa baca mlah dksih surat bro -_- hahahhaa...
Hatinya penuh dengan sukacita utk mnyambut natal :)
JONY310 tulis:
Yupp tau kok hehe.. yg penting hatinya penuh
-
19 Desember 2017
TEREHALOHO803 tulis:
Dah tau g bisa baca mlah dksih surat bro -_- hahahhaa...
Hatinya penuh dengan sukacita utk mnyambut natal :)
Hahaa... taunya setelah send
-
19 Desember 2017
JONY310 tulis:
Keren Sepertinya sis jurusan sastra, pr or psikologi gitu ya bs nulis ampe 5 lembar hehee
wkwkwkwk,,,,,,,gak setinggi itu juga kali
saya malah lebih suka kimia dari pada sosiologi.
cuma suka baca, jadi suka iseng nulis. menarik aja klo di rangkum seperti cerita.
-
19 Desember 2017
RONNY542 tulis:
Sist, kalau mengumbar foto close up di medsos, ditanggapi positif aja, mungkin aja dia merasa OK dan mau menghibur kita dengan tampilan gambarnya. Narji..? Itu hak nya kok, khan konsekwensinya dia yang nanggung sendiri. Yang buat saya prihatin tuh, yang "Curhat" nya terlalu over, go public pula menyangkut internal lagi (tanpa sadar membuka aib internal sendiri). Mbok ya ga bisa diselesaikan 4 mata, atau kalau mau Curhat yang beginian khan ada DIA yang selalu dengerin dan pasti kasih solusi terbaik.
Salam Damai...
Tuhan memberkati...
saya tulis kok saya pernah terjebak di posisi itu
klo curhat saya paling anti di sosmed, mungkin dengan seseorang yang di percaya dan bisa ngasih solusi.
-
20 Desember 2017
Suksesku buah kerja kerasku
Biasanya, ketika seseorang mengalami kegagalan, ia dengan gampang menyalahkan org lain sebagai penyebab kegagalannya. Sebaliknya ketika ia sukses, ia merasa semua itu adalah hasil karyanya sendiri, hasil usaha dan kerja kerasnya semata, bukan karna orang lain. Dan dengan gampang ia pun membagikan tips suksesnya seolah2 itu adalah mantra suksesnya.
Jarang sekali ada orang yg justru sebaliknya, merasa kesuksesannya adalah hasil kerja bersama sedang kegagalannya karena ketidakmampuannya sendiri, bkn karna org lain. Kalaupun ada, mgkin hanya lips service, basa basi saja ketika dipanggil ke panggung, memberikan sepatah dua patah kata saat menerima penghargaan bergengsi. dalam hatinya kt tdk tahu, mgkin rasa bangga diri yg memuncak.
Itulah manusia yg haus akan penghargaan, aktualisasi diri, segala sesuatu ttg dirinya. Ia sering lupa memberikan penghargaan kepada orang yg memang layak untuk mendapatkannya, dan memberikan kesempatan kpd mereka utk mengaktualisasikan dirinya. Seolah kita senang melihat orang susah dan susah melihat org lain senang. Gbu
-
20 Desember 2017
SKY790 tulis:
ikut ngeposting lagi yah
Dunia Ke -2
Media sosial, bagiku seperti sebuah kota Cyberpolitan yang tak ber Presiden, tak ber Gubernur dan tak ber Walikota. Tak ada hakimnya, tak ada polisi, tak ada pengadilan, dan tak ada acara Cyber Lawyer Clubnya. Semua orang bebas berekspresi, semua orang punya kesempatan yang sama untuk menyuarakan isi hati, fikiran, dan mimpi. Di kota Cyberpolitan, suka-sukamu saja. Mau melawak, mau main drama, mau galau, mau jadi pengamat politik, mau jadi model, pujangga, photographer, EO, presenter musik, Host acara gosip, penulis hebat, ustad/pendeta/rabbi, konsultan cinta, konsultan perkawinan, inspirator dadakan, pedagang dan saudagar kaya, tourist musiman, penggila GAMES, hingga mereka yang melabel dirinya “BE MY SELF ajah ah”. Komplit, colorfull, membingkai dinding, setiap waktu, berhari-hari, berbulan-bulan, sepanjang berbagai media sosial lainnya masih bisa diakses.
Media sosial layaknya ibukota metropolis dunia, kota Cyberpolitan yang tidak pernah tidur. Menggeliat dari pagi buta hingga kantuk menyerang. Dari Sabang sampai Merauke, dari Asia sampai Africa. Seperti awan, bergerak melampaui batas negara-negara. Kekuatan kata-kata dan berbagai multi media (video dan photo) menjadi jantungnya.
Kalau ada sebagian orang yang menyebut media sosial sebagai tembok ratapan, karena semakin banyak saja orang yang menggunakan media sosial sebagai tempat meratap, mengumpat, mencurahkan isi hati dan berkeluh kesah dengan leluasanya, namun aku justru menyebutnya sebagai panggung tempat semua orang bergantian mentas berekspresi. Kebutuhan orang-orang untuk bereskpresi, untuk dibaca, dilihat, diakui dan dikagumi banyak orang semakin tinggi. disesuaikan dengan perkembangan zaman, bahwa selain kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder, masih ada satu lagi kebutuhan yang tidak boleh dihilangkan dari kehidupan, yaitu kebutuhan EKSIS .
Semakin banyak orang yang kau tambahkan dalam friendlistmu, semakin ramai dunia keduamu. Berbagai coretan dan lukisan mengisi wallmu seketika. Sama sibuknya, sama kompleksnya, sama hingar bingarnya, sama pluralisme nya dengan dunia nyata kan? Itulah dunia yang makin sulit disapih. Dunia luas yang terkurung dalam sebuah gadget/smartphone/notebook mu, karena ketika batteraimu habis, signalmu problem, gadget ngambek, lampu mati, modem rusak, wifi gak bekerja, semua lenyap tak berbekas.
Prilaku orang-orang yang bergabung di dalamnya selalu unik dan beragam. Tapi, yang paling menarik tentu saja mengamati orang-orang yang terlalu aktif manggung disana.Dari pagi membuka hari hingga menutup malam, si dia tak pernah absen. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana hidupnya tanpa media sosial.
Narcis akut adalah penyakit media sosial yang agak tinggi sedikit dari LEBAY. Hanya saja, lebay sudah tidak saya kategorikan penyakit media sosial karena hampir semua pengguna media sosial memiliki sisi lebay kok
Yang gak punya sisi lebay itu hanya pengguna media sosial yang lupa passwordnya, jarang online karena berdomisili di hutan, jarang online karena gak punya pulsa, sering online tapi gak punya teman, dan pemain game sejati yang online hanya untuk menanam brokoli, memberi makan buaya, mengambil honor waitress di cafe, dan lain-lainlah yang kalian pasti lebih tau dari saya
Jadi, kalau prilakumu sudah seperti pengamatanku di bawah ini, ya itu berarti kamu positif “NARCIST AKUT”. Ganti-ganti profile picture minimal 10 menit sekali dan rata-rata close up Dimanapun, kapanpun, berfoto-foto. Gak perduli background, gak perduli omongan, atau berpasang-pasang mata menatapmu aneh. Di mobil jadi, di rumah jadi, di kamar, di meja makan, di bajaj, di tembok yang sudah ngelupas-ngelupas catnya sekalipun (malah artisti dan lebih eksotik), sampai toilet mall pun jadi TKP .
Narcis dan Narcis Akut Bentuk kecintaan pada diri sendiri yang kemudian berkembang menjadi sebuah kebanggaan dan kekaguman pada diri sendiri. Media sosial dan Messenger memang tempat yang subur untuk tumbuh kembang nya Narcis menjadi Narcist Akut. Dari yang narcist nya masih pemula, hingga profesional. Dari yang narcistnya masih malu-malu terselubung hingga terang-terangan dan sudah jelas narcist , dari pakai kamera handphone, kamera pocket sampai membayar photographer profesional untuk membuat foto diri yang ekslusif. Tentu saja tujuan awalnya untuk koleksi pribadi, dipajang di dinding, dipandangi tiap hari sambil senyum-senyum, dan tentu saja dipamerin donkkkk di media sosial…ah masa gak tau sih?
Maka itu jangan heran, kalau tiap hari selalu ada saja foto terbaru yang di upload. Dan 40% foto diri, close up semua! Astagaaaaaaaaaa!!!
Lalu saya jadi berfikir begini, “Gak bagus juga ya terlalu terbuka dan mudah dibaca di media sosial. Bukan apa-apa, kalau yang baca orang-orang terdekat kita sih gak apa-apa. Paling mereka membatin "Duh, penuh deh wall guee, eloe semuaaaa!,,,," Nah, kalau yang membaca orang gak terlalu kenal? Rekan bisnis? Atau someone baru kenal yang bermaksud pedekate, apa gak ill feel mereka? Karena salah-salah, bisa dianggap orang ”SAKIT JIWA”.
saya jadi ingat, teman dulu pernah menggumam suatu hari. “Jen, aku tuh senang melihat perempuan cantik. Luwes. Pandai bergaul. Apalagi kalau perempuannya pintar gitu ya. Tapi, begitu aku tau tindak tanduknya di sosial media minus, langsung illfeel aku. Boro-boro mau deketin, langsung aku remove dia. …!!!! ".
Hmmm… Menarik. Benarkah tujuan mereka meng upload foto berganti-ganti, meng update status berkali-kali sehari, memposting berbagai hal, hanya sekedar berekspresi atau sudah dalam tahap kurang perhatian sehingga perlu usaha yang banyak untuk ”Menarik Perhatian”? Karena tentu saja, sesuatu yang over, berlebihan, memicu berbagai respon dari banyak orang. Dan seringnya, mereka membicarakan itu di belakang loh...
realitas kehidupan yang tak pernah di sadari oleh orang banyak. dan hampir seluruh umat manusia berada di sana "cyberpolitan"