Tuhan peduli
-
15 Desember 2016
ah biasa ja ko, g pandai rangkai kata aq...
yup betul banget.. lebih menghargai hubungan dunk "thats more important" apalagi hubungan dengan TUHAN...
FAJAR882 tulis:
Bagus sekali Mas Kaleb..
Iya.. Saya sendiri juga sedang belajar untuk lebih menghargai "hubungan" lebih daripada hal-hal lain dalam hidup ini. Dan, bagusnya, mas Kaleb berhasil meng-artikulasikan-nya secara estetis dalam bentuk puisi.
Sipp.. Bagaimana kira-kira, sekedar pendapat saya tersebut? Kena gak, sperti yang dimaksud dengan puisinya?
(*yuk, diskusi..)
-
15 Desember 2016
KALEB643 tulis:
ah biasa ja ko, g pandai rangkai kata aq...
yup betul banget.. lebih menghargai hubungan dunk "thats more important" apalagi hubungan dengan TUHAN...
Saya copas lagi di sini deh, quote di depan tadi, untuk melengkapi penjelasan mas bro Kaleb.
terjemahan, utk sekedar membantu:
"Saya telah belajar... bahwa bukanlah apa yang saya miliki di dalam hidup saya, melainkan siapa yang saya miliki dalam hidup saya yang berarti/berharga."
Hey.. lihatlah, bagaimana saling bertukar puisi, itu juga bisa menjadi salah satu langkah bertukar ide atau gagasan.. bahkan bisa saling memberi inspirasi.
Beneran, biasanya kalau saya sendirian saja, rasanya kayak "buntu", gak ada ide untuk bikin karya apa2.. Lagian juga mo diapain kalau umpamanya bikin2 puisi, gitu. Nah.. dengan adanya thread puisi seperti ini, bisa deh disalurkan, bakat puisi.. atau "cita-rasa" berkeseniannya.. Hehehe.. (*peace,, no offence..)
Monggo.. Yuk.. dilanjut, ber-puisi-ria-nya.
15 Desember 2016 diubah oleh FAJAR882
-
15 Desember 2016
masih nyambung ma thread? buat thread puisi ja.. kayaknya ada de...
wah beda emank cara sesepuh nyalurin eksperinya hahaha... salut lut lut...
FAJAR882 tulis:
Saya copas lagi di sini deh, quote di depan tadi, untuk melengkapi penjelasan mas bro Kaleb. cdn.quotesgram.com/small/23/21 ... ctures-pics.jpg terjemahan, utk sekedar membantu:
"Saya telah belajar... bahwa bukanlah apa yang saya miliki di dalam hidup saya, melainkan siapa yang saya miliki dalam hidup saya yang berarti/berharga."
Hey.. lihatlah, bagaimana saling bertukar puisi, itu juga bisa menjadi salah satu langkah bertukar ide atau gagasan.. bahkan bisa saling memberi inspirasi.
Beneran, biasanya kalau saya sendirian saja, rasanya kayak "buntu", gak ada ide untuk bikin karya apa2.. Lagian juga mo diapain kalau umpamanya bikin2 puisi, gitu. Nah.. dengan adanya thread puisi seperti ini, bisa deh disalurkan, bakat puisi.. atau "cita-rasa" berkeseniannya.. Hehehe.. (*peace,, no offence..)
Monggo.. Yuk.. dilanjut, ber-puisi-ria-nya.
-
16 Desember 2016
Kalo saya murid. Berhubung paling tua jd duduk di paling pojok belakang. Biar bisa tidur. Terimakasih sdh boleh bergabung.
FAJAR882 tulis:
Boleh. Sebagai GURU.
(*sangat diharapkan malah..)
-
16 Desember 2016
KATHARINA781 tulis:
Kalo saya murid. Berhubung paling tua jd duduk di paling pojok belakang. Biar bisa tidur. Terimakasih sdh boleh bergabung.
FAJAR882 tulis:
Boleh. Sebagai GURU.
(*sangat diharapkan malah..)
Lha puisinya mana Mbak? Eh, Bu?
(*kirain kalimat tadi itu sebuah puisi tentang ... emm.. tentang apa yaa? #bingung)
-
16 Desember 2016
Kalo dari penerawangan saya; puisi ini berisi tentang harapan2 cinta. Kau, dirimu mewakili "cinta" itu. Walaupun bercerita ttg harapan2 tetapi sebenarnya ada sedikit tersirat keraguan di sana dan keraguan yg membawa kepada keinginan berserah pada Tuhan.
(Boleh berbeda ya..tergantung dr sudut pemmbaca memaknainya seperti apa. Penulisnya-pun bisa sj berbeda)
KALEB643 tulis:
Semua terasa indah saat kau hadir,
Hati duka kini penuh dengan kebahagiaan,
...Agar ku bisa milikimu hingga akhir nafasku.
10 Mei 2018 diubah oleh JODOHKRISTEN
-
16 Desember 2016
Lagi belajar merangkai, Mas. Kehabisan kata2.
FAJAR882 tulis:
Lha puisinya mana Mbak? Eh, Bu?
(*kirain kalimat tadi itu sebuah puisi tentang ... emm.. tentang apa yaa? #bingung)
-
12 Februari 2017
Mata tak melihat, bukan berarti tak ada.
Tangan tak menjangkau, bukan berarti tak dapat.
Mulut tak bergerak, bukan berarti tak bicara.
Yang nampak, bukan itu yg kumaksud
Yang ada, bukan itu yg kuingin
Dia tahu yg terdalam.
-
28 September 2017
TERKENANG
terkenang akan waktu yang telah silam
berhenti sejenak, untuk mengambil jeda
dari riuh bising kesibukan keseharian
lalu terduduk sendirian
di pojok beranda, lengang,
dan basah oleh tempias air hujanberanda ini, teras rumah ini
masih sama seperti kala waktu itu
kala ketika berjuta mimpi masih merekah
tegas dengan warna-warna menyala
seolah sapuan kuas kau goreskan
kata demi kata, merajut harap
merenda khayal, dan kau tenun
selembar kisah tentang asmaradan kini, tak lagi berani aku bermimpi
tidak lagi untuk mimpi yang sama
biarkanlah..
waktu dan cuaca itu, yang masiihh.. saja
dan selaluuuuu.. menunggu
menuntut dalam hening udara malam
tetap dengan tuntutan yang sama
menagih janji untuk menjadi nyatakau sapa kah cuaca malam ini?
kau pandangi kah rembulan sunyi
yang diam mengisyaratkan iba
tanpa bintang, mengambang sendirian
dan bersembunyi di balik awan?Namun langit punya rahasianya sendiri
aku dan kamu tak akan punya daya
di hadapan kedahsyatan rencananyaSesal kah bahwa kita pernah bertemu
kesal kah karena tak kan pernah dipersatukan
Sia-sia kah waktu yang pernah kita habiskanMeski sejumput pilu mengusik kalbu
saat kenangan hantarkan sekeping rindu
Siapakah kita di hadapan Sang Pengatur Waktu? -
29 September 2017
Saat ku tak melihat jalan Mu..
Saat ku tak mengerti rencana Mu..
Namun tetap ku pegang janji Mu..
Pengharapan ku hanya pada Mu..
Hati ku percaya
Hati ku percaya
s'lalu ku percaya.
-
2 Oktober 2017
Oh Tuhan pakai lah hidupku selagi aku masih kuat, bila saat nya nanti ku tak berdaya lagi,hidup ini sudah jadi berkat....
-
2 Oktober 2017
Cieeeeeeeee..
Ohok ohok....
Jarang jarang nih mas hihihi.
FAJAR882 tulis:
TERKENANG
terkenang akan waktu yang telah silam
berhenti sejenak, untuk mengambil jeda
....Siapakah kita di hadapan Sang Pengatur Waktu?
2 Oktober 2017 diubah oleh JODOHKRISTEN
-
6 Oktober 2017
TRISH197 tulis:
Cieeeeeeeee..
Ohok ohok....
Jarang jarang nih mas hihihi.
Hola Trish,
Well, “jarang-jarang..” Iya sih, bener. Terakhir posting puisi di sini, tercatat sejak 14 Desember tahun lalu, (saat seputar momen Natal, postingan di halaman sebelum ini), baru ngisi lagi.. itu, puisi di atas, yang kamu komen-in itu. Meskipun, seingatku, ada pula beberapa puisi singkat yang masih sempat dibikin dan di-posting di Thread/Topik “Pusing (Puisi Singkat)”, memang sudah lama juga rasanya tidak “bermain puisi” lagi.
ahahaha.. Sekedar sebagai selingan saja Trish. Sekali waktu ber-mellow-ria, sekedar pengalih kebosanan dari aktivitas harian. Gak tahu juga hasilnya apa. Mungkin, bisa sekedar dan sedikit menjadi pereda ketegangan urat syaraf.
By the way, baru tahu, ternyata kamu penikmat puisi juga toh, Trish. Atau jangan-jangan, pujangga juga kamu ini sebenarnya? (*eh, baru lihat ini loh, kamu ikutan komen di sini, dari sejak pertama kali topik ini didirikan..) Ayolah, di-posting juga di sini, sebagian dari puisi-puisimu; biar turut dinikmati oleh teman-teman kita di sini.
Nah, sedikit tentang puisi di atas, (*ini menanggapi tentang koment: “Cieeeee...”, dan “Ohok ohok...”), intinya sih: imajinasi - sebab, menurut Wiki nih.. ehmm.. mendingan saya kutipkan saja beberapa kalimat tentang puisi, (Sumber: Puisi - Wiki: id.wikipedia.org/wiki/Puisi ) berikut ini:
“Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tetapi sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas. Selain itu puisi juga merupakan curahan isi hati seseorang yang membawa orang lain ke dalam keadaan hatinya.”
Hehee.. kalau sampai ada “Ohok ohok..” berarti agak tercapai juga kegiatan puitisasi-nya.. Hahaha..
________________
Baiklah. Kemarin (dan hari ini) ada waktu yang slowww.. lagi. Saya bikin kreasi (masih) dari Wiki, tentang sebuah kata: Tajuk, menjadi “puisi-cerita” (prosa puisi) yang, tentu saja, berawal dari imajinasi, dan ceritanya pun fiksi belaka. Puisinya ada di bawah ini.. (dalam postingan berikutnya).
Semoga berkenan. Salam.
-
6 Oktober 2017
Tajuk
- kenapa namaku tajuk, ma?
- ah, anakku, mengapa engkau bertanya begitu?
- anak-anak di sekolah mengejekku karna namaku
- anakku sayang, janganlah kau dengarkan mereka.
Mereka tidak tahu arti namamu.
Tajuk adalah kata dengan beragam arti yang indah.
Kaulah yang kami harapkan untuk selalu berada di atas,
dan menghiasi kepala rumah kita.Waktu kami menikah,
papamu amat terpesona dengan dandananku;
kembang goyang di kepala mama
katanya paling mempesona.
Kembang goyang, itulah tajuk.Ada yang kuingat dari wajah papamu ketika itu
polos, lucu dan lugu
seperti kebingungan setiap kali aku menatapnya
sungguh, membuatku sulit menahan ketawa.
Tetapi mahkota di kepalanya,
adalah yang paling jenakaAh, kenangan terindah di pernikahan kami.
Meski sulit, kami bertekad menghormati tradisi.
Senyum itu.. kemeriahan itu..
Dan mahkota..., itulah juga tajuk.Tahukah kau, nak..
Kami mengawali segalanya dari bawah.
Sungguh dari bawah kami merangkak.
Tak banyak harta yang kita punya.
Hanya sepetak tanah untuk kami bercocok tanam.
Pepohonan, meski tak seberapa, menjadi gantungan hidup.
Bagian yang melingkupi batang utama,
itu yang selalu kami sayangi, seperti anak sendiri.
Tahukah kau, ilmu hayat juga menyebutnya ‘tajuk’.- apa yang terjadi dengan papa, ma?
- nanti, pada waktunya kau akan mengerti. Hari sudah malam. Tidurlah nak.
- mengapa aku tak boleh mengerti sekarang, mama?
- harimu masih panjang. Besok kamu harus sekolah.
Kau tentu tak bisa mengingatnya,
ketika papamu berangkat berlayar
demi mendapat penghasilan yang lebih besar.
Semuanya agar nanti pada saatnya
kau dapat tetap sekolah, anakku.Dalam pelayaran, tajuk adalah kili-kili,
semacam tonggak besar yang dipasang mencuar
atau menganjur di tepi perahu.
Jika saja mereka menyadari ada yang salah
sebelum peristiwa itu terjadi
mungkin saja tajuk bisa menjadi penyelamat
nyawa papamu.Namun, rupanya hidup berkehendak lain
Papamu pergi, kecelakaan terjadi, dan dia tak pernah kembali.Kau tak perlu kecewa, anakku.
Seseorang yang bisa dipercaya mengatakan
tindakan papamu telah menyelamatkan orang seisi kapal
meski ia sendiri harus pergi menghadap Yang Kuasa
jauh sebelum ia bisa melihat
kau memakai seragam sekolah pertamamu.Biarkanlah banyak orang lain menyangkal
bahkan ketika peristiwa itu muncul di Tajuk Berita...- apakah tajuk berita, ma?
- berita utama yang judulnya dipajang dengan ukuran besar
Perusahaan pelayaran tetap menyangkal
bahwa kejadian itu akibat kelalaian mereka.Tetapi Tuhan Mahatahu, anakku..
Tuhan tahu. Dia Mahaadil,
Dia tak pernah tidur, dan Dia menyayangi kita.Biarlah.. meskipun jika orang lebih percaya pada
Tajuk Rencana, tulisan opini yang dibuat redaktur surat kabar
Walaupun ulasannya bukan kebenaran
walaupun semua serba diputar-balikkan.Mungkin ini memang sudah zamannya
dimana orang lebih suka akan kepalsuan
dan membiarkan diri diperdaya oleh
berita bohong media massaBerjanjilah bahwa kau tidak akan
seperti mereka, anakku.- iya, mama. Aku akan sekolah dan rajin belajar
Biar kelak aku akan jadi orang pintar,
tak akan kubiarkan orang mengacaukan
dan meremehkan semua tentang tajuk.- oh, anakku, cantikku, bidadariku.
(“Tajuk” - Jogja, awal Oktober’17, F-882, JK)
-
26 Maret 2018
iman
iman
iman
pengharapan pengharapan
pengharapan pengharapan
kasih
kasih
kasih
kasih
kasih
kasih
kasih
kasih
kasih
kasih
kasih
kasih -
26 Maret 2018
FAJAR882 tulis:
Tajuk
- kenapa namaku tajuk, ma?
- ah, anakku, mengapa engkau bertanya begitu?
.....- oh, anakku, cantikku, bidadariku.
(“Tajuk” - Jogja, awal Oktober’17, F-882, JK)
panjang aja.....bobo aja lah. Zzzzz.....
26 Maret 2018 diubah oleh JODOHKRISTEN
-
26 Maret 2018
tak...jub..jub..jub...
tak.. tak.. tak.. jub..
takjub
-
27 Maret 2018
seraut wajah berlumuran darah
lengkap sudah luka menganga di sekujur tubuh
segala beban dipaksa tanggungkan
melebihi batas kekuatan kemanusiaan
diperlakukan selayak binatangdi sanakah kau, saat mereka menyalibkan Dia?
di manakah kalian, ketika dirayakan hari penghukuman itu?di sana kah kalian?
ketika kepada-Nya difitnahkan segala yang jahat,
dinistakan, dilecehkan, diludahi, dihujat,
dihajar, dicambuk, dimaki, dilaknat, di..
di.. di..
ahk..runtuhlah benteng logika
ketika mereka mengatakannya tak lebih
dari mitos belaka
sebab sejarah mencatat, dan semua adalah faktabilur-bilur ganti kesembuhan
caci-maki dusta ganti patah hati
dipikulNya salib menuju bukit Golgota
biar engkau bisa menikmati bercengkerama
atau merisaukan besaran angka
gigabyte di perangkat telephone cellular-mulalu engkau katakan, semua karena Dia
jika kau pintar, gagah, cantik, kaya..
semua karena anugerah-Nya
sebab Dia adalah Tuhan, maka demikianlah semestinya
baik oleh kata orang, ataupun buku-buku agamakemudian lantang pula kalian teriakkan..
"Di mana Tuhan? Kenapa ada penderitaan?"Tapi Dia lebih dari menderita,
semua agar kita: kalian, kamu, kamu, kamu,
dan aku..
bisa merasakan kebahagiaan..
fi aldunya, walakhira*).(*di dunia dan akhirat.)
("Lebih dari Jawaban" - Jogja, 27 Maret 2018)
-
10 Mei 2018
diksi di awal, delusi di akhir
"Yang ini pun," kataku, "adalah tragedi!"diksi yang menjadi awal segalanya
ini tentang sebuah kata
yang kau pikirkan, kau timbang-timbang
kau pilih-pilih, dan pikirkan matang-matang
agar jangan lalu berubah jadi lalangsecarik pesan, sebongkah bimbang
yang di latar, jadi terbelakang
sorotmu pada kata 'tuk jadi pengantar
malah terlewat, teracuh di balik layartak ayal, anggap jadi asumsi
ibarat harap pada sebenih janji
dan kecewamu berujung pudar
sebagai nada tiada berdasarpun irama tak jua ketemu pola
karna nuansa tinggal sebentuk khayalketika setiap selalu
hendak serba tahu
rumuskan tata pada bahasa kalbu
kukira kau tak senaif itubagai mencanangkan postulasi
premismu tegar, seolah tiada terganti
data, fakta, dan kebenaran pun kau ingkari
sebab kau lebih cinta pada fantasidan semua berakhir
pada sebuah delusi("Ngeyel" - Jogja, 10 Mei 2018)
-
11 Oktober 2018
Setiap orang..
adalah produk dari masa lalu.
Meskipun kita tahu
ruang itu tidak perlu jadi pukat yang menjebak dan memenjarakan;
terkadang..
sulit memang,
untuk sepenuhnya mampu memerdekakan diri dari jerat sebuah zona
yang pernah begitu memanjakan segala eksistensi diri dengan beragam kenyamanan yang melenakan dan cenderung memabukkan.
Terutama..
ketika berkas embun kenangan menghablur jadi kabut kebisuan;
menutupi dan mengaburkan visi tentang penantian akan hari depan yang penuh dengan pengharapan.
*
Semu.
Absurd.
Palsu, dan menipu.
Serpihan residu dari lorong waktu.
("Residu dari Lorong Waktu" - Jogja, 11 Oktober 2018)
_______________________
Pindahan dari thread "Pusing" - www.jodohkristen.com/topic/2045/52/
-
11 Oktober 2018
Saya pindahkan di sini, diskusi dari lapak sebelah, topik "PUSING (Puisi Singkat)"; sebab di topik ini masih memungkinkan untuk dilakukan diskusi puisi.
Mohon maklum, dan semoga bisa dimengerti.
LISNARINAA355 tulis:
Salam damai
~jangan pikirkan masa lalu
Jangan mimpikan masa depan
konsentrasi pada masa kini(saat sekarang)~
=Pusatkan perhatian pada Harapan=
🎼🎵🎶Pengharapanku.. Hanya padaMU🎹
Lho.. tentang apa to ini?
ahahaa.. itu, yg di atas itu cuma puisi, Itok.. Tapi, oke lah. Dihargai masukan dan pendapatnya. Mauliate, trima kasih.
Maaf, Sdr./i., para pembaca yang budiman. Puisi di atas itu cuma sebuah kreasi poetik; mohon tidak menyimpulkan atau berasumsi tentang sesuatu di luar konteks.
Dalam hal ini, ayat ini konteksnya: Yeremia 29:11 (TB) - "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan."
*
Shalom. Tuhan memberkati.
-
7 Maret 2019
ku kisahkan malam dalam
pesona lekuk lesung pipit bulan purnama
sehirup pekat wangi melati
di larut irama gending Jatikumaraselembut lena kelana angan
di simpang rona larung paya-paya
dalam simpuh, teduh kening berpeluh
tiada lagi berani kami mengaduhdan malam disergap keheningan
seribu kunang-kunang mendandani mega-mega
ingatan bagai asap
tebal, menipis.. lalu memudarsisakan sepenggal kisah
tentang kerinduan yang samar*
bila hati dirundung sunyi
bulan dan mega, kini dan nanti
tersenyum di selasar mimpi
bentang puisi tiada bertepibila angan ditempa kerinduan
dibasuh sayup simfoni tembang kenangan
biarlah sajak menggantikan mu
memanduku meniti nada, menemani malam*
bila hati dirundung sunyi
bila angan ditempa kerinduan
biarlah sajak gantikan mu
menemani malam("Sajak-sajak Malam" - Jogja, Maret'19, JK.)
-
14 Februari 2020
dan
c i n t a
menampakkan
dirinya dalam tanda bahaya
layaknya serumpun bunga
di padang belantara sana
tiada sanggup berkata
mesra dibalutkan
sutera perak
bercahya
noktah
merah darah
salut rindu
dendam
tabur
doa
nu
a
i
("Kisah Cinta yang Tak Pernah Usai" - Jogja, Feb.'20 - JK)
-
14 Februari 2020
Oh Tuhan,
kata mereka Engkau perduli.
Bukan aku menolak percaya,
namun dari jaman mesin ketik kuno
sampe kini di jaman laptop,
otakku bertanya dan bertanya terus
"SEJAUH MANA Engkau perduli dan mewujudkannya?"
Dari jaman ke toko buku
sampai kini jaman nge browsing
tetap jawabannya tak kutemukan.
Dari jaman Pasar Baru nge trend
sampe sekarang beralih ke Kokas,
aku masih bertanya dan bertanya.