Cara mengetahui dia jodoh kita/tidak?
-
24 Februari 2016
*CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA*-*- BAGI YANG SEDANG BERPACARAN -*-
Setiap orang yang berpacaran cepat atau lambat harus mengambil
keputusan! Pada umumnya dilema yang dihadapi sama, yakni memastikan
bahwa kekasih kita adalah pasangan hidup kita yang tepat. Nah,
memastikan inilah yang sering kali menjadi masalah, sebab adakalanya
hari ini kita merasa yakin, besoknya malah merasa bingung. Untuk
mereka yang sedang berpacaran dan termasuk dalam kategori "ya-bing"
(ya yakin, ya bingung), di bawah ini ada beberapa butir petunjuk
yang mudah-mudahan bermanfaat.PERTAMA, nikahilah seseorang yang mengasihi Tuhan. Mungkin ada
sebagian Saudara yang berteriak, "Saya tidak setuju! Orangtua saya
adalah orang Kristen, namun pernikahan mereka tidak harmonis."
Kepada Saudara yang berkata demikian, saya menjawab, "Saya setuju
dengan keberatan Saudara!" Tidak dapat dipungkiri, di dunia ini ada
pernikahan Kristen yang harmonis, namun ada pula yang tidak
harmonis. Pernikahan bukan hanya berkaitan dengan hal sorgawi,
pernikahan juga merupakan ajang dimana hal yang sorgawi dijelmakan
dalam interaksi dengan sesama manusia. Di sinilah kita bergumul
karena kita tidak senantiasa hidup dalam kehendak Tuhan yang
menekankan pentingnya hidup damai satu sama lain.Namun demikian, izinkan saya sekarang menjelaskan pandangan saya
ini. Dalam 1Korintus 7:39, Rasul Paulus menyampaikan firman Tuhan
kepada para istri yang suaminya telah meninggal,
"... ia bebas kawin dengan siapa saja yang dikehendakinya,
asal orang itu adalah seorang yang percaya."
Menikah dengan sesama orang yang percaya kepada Tuhan Yesus adalah
kehendak Tuhan sendiri. Dengan kata lain, unsur ketaatan memang
diperlukan untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya.Selain itu, pilihlah pasangan hidup yang bukan sekedar mengaku bahwa
ia seorang Kristen, melainkan seseorang yang mengasihi Tuhan dengan
segenap hati, jiwa, dan akal budinya. Saya dan Santy (istri saya)
tidak berani mengklaim bahwa kami senantiasa mengasihi Tuhan dengan
segenap hati, jiwa, dan akal budi. Namun, kami berani berkata bahwa
kami berupaya untuk senantiasa mengasihi (mengutamakan) Tuhan dengan
segenap hati, jiwa, dan akal budi. Tatkala saya memintanya untuk
kembali ke Indonesia, ia mengalami pergumulan yang berat (adakalanya
masalah ini masih mencuat sampai sekarang) sebab situasi kami saat
itu sudah lebih berakar di Amerika Serikat. Secara manusiawi, kedua
pandangan ini sukar ditemukan karena kami berdua tidak mau
sembarangan menggunakan nama Tuhan untuk mengesahkan keinginan
pribadi masing-masing. Faktor mengasihi Tuhanlah yang akhirnya
menyelesaikan masalah ini. Berbekal keinginan dan tekad untuk hidup
menyenangkan hati Tuhan, Santy memutuskan untuk pulang mendampingi
saya.Hati yang rindu menyenangkan hati Tuhan, yang keluar dari kasih kita
kepada-Nya adalah faktor pertama yang harus dimiliki oleh pasangan
kita (sudah tentu oleh kita pula). Keharmonisan dalam pernikahan
bergantung pada kemampuan kita menyesuaikan diri satu sama lain.
Kemampuan kita menyesuaikan diri tidaklah terlepas dari keinginan
untuk menyesuaikan diri; sedangkan keinginan untuk menyesuaikan diri
sering kali harus timbul dari ketaatan kita pada Tuhan.KEDUA, nikahilah seseorang yang mengasihi diri Saudara. Pasti ada di
antara Saudara yang bergumam, "Sudah pasti ia mengasihi saya, kalau
tidak, mana mungkin ia bersedia menjadi pacar saya sekarang."
Komentar saya untuk tanggapan Saudara adalah, "ya dan tidak", dalam
arti tergantung pada pemahaman kita akan makna kasih itu sendiri.
Dalam salah satu episode kisah "Return of The Condor Heroes", si
Gadis Naga Kecil berkata kepada Yoko, "Asalkan aku dapat bersamamu,
aku akan bahagia." (Saya tidak ingat secara persis kalimatnya, tapi
kira-kira itulah intinya). Sudah tentu ungkapan seperti ini adalah
salah satu akibat dari perasaan kita tatkala sedang mengasihi
seseorang. Namun, ungkapan ini sekali-kali bukanlah kasih itu
sendiri.Saya akan menjelaskan apa yang saya maksudkan. Bedakanlah kedua
makna pernyataan ini. Pertama, "Karena saya mengasihimu, maka saya
ingin hidup bersamamu." Kedua, "Saya ingin hidup bersamamu, oleh
sebab itu pastilah saya mengasihimu." Kedua kalimat ini tidaklah
sama meskipun secara sepintas terdengar serupa. Kalimat pertama
menunjukkan bahwa keinginan hidup bersama timbul dari kasih; jadi
kasih dahulu setelah itu baru muncul keinginan untuk hidup bersama.
Kalimat kedua memperlihatkan bahwa keinginan hidup bersama
mendahului kasih dan kasih seolah-olah dianggap pasti ada, oleh
karena adanya keinginan hidup bersama.Menurut saya, yang sehat adalah yang pertama. Kita mengasihi
seseorang dan karena mengasihinya, kita mulai berhasrat untuk hidup
bersamanya dalam mahligai pernikahan. Namun jika kita tidak berhati-
hati, kita bisa terperangkap dalam kesalahpahaman yang berkaitan
dengan kalimat kedua tadi. Kita bisa saja ingin hidup bersama dengan
seseorang, misalnya karena ia membuat kita bahagia. Sebelum
kehadirannya, hidup kita bak awan mendung dirundung kekecewaan.
Setelah kita bertemu dengannya, hidup kita ceria ibarat rumput yang
diselimuti embun pagi. Reaksi seperti ini tidak selalu salah, tetapi
apabila tidak mawas diri, kita bisa berpikir bahwa kita mengasihi
seseorang, padahal yang terjadi adalah kita senang berada di
dekatnya sebab ia berhasil memenuhi kebutuhan kita atau membawa
perubahan tertentu dalam hidup kita. Saya kira ini bukan kasih.Kasih, sebagaimana yang diajarkan oleh Tuhan kita, dapat disarikan
dalam satu kalimat,
"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia
telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal ...." (Yohanes 3:16)
Dengan kata lain, kasih bersifat mengutamakan kebutuhan atau
kepentingan orang lain, sebagaimana Tuhan Allah mengaruniakan Anak-
Nya agar kita dapat menikmati hidup yang bebas dari kuasa dan
kutukan dosa. Jadi, nikahilah seseorang yang mengasihi kita, yang
bersedia berkorban demi kebutuhan dan kepentingan kita. Kasihnya
kepada kita diwujudkan dalam kerelaannya mengutamakan kita,
sekurang-kurangnya ia berusaha untuk melakukannya meskipun tidak
sempurna. (Tidak usah saya tekankan lagi, sudah tentu kita pun harus
menjadi orang yang mengasihi dia seperti itu pula, baru kita layak
mengharapkan kasih yang serupa).KETIGA, nikahilah seseorang yang dapat mengasihi dirinya. Secara
sepintas, saran ini bertentangan dengan butir kedua tadi. Bukankah
kalau kita mengutamakan kepentingan orang lain, hal itu berarti kita
mengesampingkan kepentingan pribadi? Betul, kita harus dapat
mengesampingkan kepentingan diri dulu baru bisa mengasihi seseorang
sedemikian rupa, namun ini tidak berarti bahwa kita menjadi orang
yang tidak mengasihi diri kita sendiri. Mengasihi diri hanya
dimungkinkan apabila kita telah mengenal siapa kita dan tidak
berkeberatan menerima diri apa adanya. Mengasihi diri hanya dapat
muncul apabila kita sudah memiliki konsep yang jelas dan tepat akan
siapa kita serta memandang diri dengan "kacamata" yang positif.
Mengasihi diri berarti mengutamakan kepentingan dan kebutuhan diri;
dengan kata lain, menganggap diri cukup berharga untuk diperhatikan
dan dipenuhi kebutuhannya.Butir kedua dan ketiga harus berdampingan; apabila tidak, timbullah
masalah yang serius dalam pernikahan. Seseorang yang hanya
mengutamakan kebutuhan orang lain tanpa menghiraukan kebutuhannya
sendiri mungkin sekali adalah seseorang yang belum memiliki
kepribadian yang mantap. Sebaliknya, seseorang yang mengutamakan
kepentingannya belaka ialah seseorang yang egois dan serakah.
Keseimbangan antara mengutamakan orang lain dan mengutamakan diri
sendiri memang harus dijaga dengan hati-hati. Namun, yang jelas
orang yang dapat menghargai dirinya barulah bisa menjadi orang yang
menghargai orang lain. Tanpa penghargaan diri, penghargaan kita
terhadap orang lain merupakan kewajiban semata-mata atau keluar dari
rasa kurang aman.Pada awal pernikahan kami, Santy dan saya juga terjebak dalam
perangkap "hanya mengutamakan kebutuhan yang lain". Ternyata sikap
seperti ini tidak dapat bertahan lama, karena kebutuhan dan
kepentingan kami masing-masing tidak bisa dikesampingkan terus
menerus. Sampai pada suatu titik, kami harus lebih vokal menyuarakan
apa yang menjadi kebutuhan kami. Setelah itu kami pun harus dan baru
bisa belajar memenuhi kebutuhan satu sama lain secara lebih terarah.
Apabila kita tidak mengkomunikasikan kebutuhan kita dengan jelas,
bagaimana mungkin pasangan kita memenuhinya dengan tepat pula?Ketiga butir ini sesungguhnya merupakan penguraian dari perintah
agung Tuhan kita,
"Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan
segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum
yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang
sama dengan itu ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti
dirimu sendiri." (Matius 22:37-39)
Singkat kata, nikahilah seseorang yang hidup dalam perintah dan
firman Tuhan yang agung ini. Barulah setelah itu kita dapat
menikmati pernikahan yang agung.-*- Sumber diedit dari -*-:
Judul Buletin: Parakaleo, Vol.2/2 April-Juni 1995
Penulis : Pdt. Dr. Paul Gunadi, Ph.D.
Penerbit : STTRII
Halaman : 1 - 3 -
24 Februari 2016
kita tidak bisa tau siapa jodoh kita sebelum Tuhan mempersatukan , semua kembali ke diri kita sendiri niat atau tidak.
kalo mau kenalan tapi lama responnya bisa karena waktunya belum tepat , coba lagi minggu depan atau bulan depan.
24 Februari 2016 diubah oleh JAMES942
-
24 Februari 2016
Tembak dulu aja bro
-
24 Februari 2016
Setuju brooooooo
JAMES942 tulis:
kita tidak bisa tau siapa jodoh kita sebelum Tuhan mempersatukan , semua kembali ke diri kita sendiri niat atau tidak.
kalo mau kenalan tapi lama responnya bisa karena waktunya belum tepat , coba lagi minggu depan atau bulan depan.
-
24 Februari 2016
Klo org batam bilang "Jodoh itu dekat Nagoya,,"
-
24 Februari 2016
LIZEGUD713 tulis:
Klo org batam bilang "Jodoh itu dekat Nagoya,,"
Hahaha Sei Jodoh itu
-
24 Februari 2016
di jakarta sudah di tutup ahok
LIZEGUD713 tulis:
Klo org batam bilang "Jodoh itu dekat Nagoya,,"
-
24 Februari 2016
Coment nya kak nugiee368 lucuu...hhahahhaha
Koplakkkk...tp bener tuh,bisa di tiru
NUGIEE368 tulis:
coba , kontak si doi trus tanya: "kamu mau ke mana? " kalo dia jawab, "gak kemana-mana"
berarti itu jodoh. Karena pepatah mengatakan: "Jodoh gak akan kemana".
-
24 Februari 2016
emang lucu om nugie, orangnya asik, ga gampang emosi klo dibecandain wakaka , tapi kadang suka bikin topik-topik aneh, mungkin pengaruh kelamaan single kali ya wakaka **** peace om wakaka ***
PUPUT168 tulis:
Coment nya kak nugiee368 lucuu...hhahahhaha
Koplakkkk...tp bener tuh,bisa di tiru
NUGIEE368 tulis:
coba , kontak si doi trus tanya: "kamu mau ke mana? " kalo dia jawab, "gak kemana-mana"
berarti itu jodoh. Karena pepatah mengatakan: "Jodoh gak akan kemana".
24 Februari 2016 diubah oleh JOSHUA603
-
24 Februari 2016
ISSER097 tulis:
Menurut kakak/abang sekalian disini, cara mengetahui seseorang itu jodoh kita/tidak bagaimana sih? Trus kalau kita ngajak kenalan si doi lama respon apakah itu artiny kita harus cari yg lain? ????????????
emang responnya lama aja ato lama banget??? lama-an mana ama nunggu lumpur lapindo berenti nyembur??? saran ane sih, GASS TERUSSS brok, jgn pake REMMM...
-
24 Februari 2016
Kata afgan..jodohpastikembali
-
24 Februari 2016
LIDYA496 tulis:
Kata afgan..jodohpastikembali
Banyak mantan saya pengen kembali dulu ....tapi tak selalu ada kesempatan kedua ....
Udah disia siain masak mau diambil lagi .... Nggak mau saya
-
24 Februari 2016
Klo aq kbalikn dech sis, mantan" q dah pd married smua, ktinggalan kreta... hiks..hiks...(-_-)
HANA914 tulis:
Banyak mantan saya pengen kembali dulu ....tapi tak selalu ada kesempatan kedua ....
Udah disia siain masak mau diambil lagi .... Nggak mau saya
-
4 Maret 2016
Semoga mereka tulus menyayangimu, Hana.... Heiii itu rejeki loh para mantan ingin balikan. Mantanku yg satu dah menikah, yg satunya sdh meninggal. Jadi ga ada yg ngajak balikan. Diambil lagi? ga ada salahnya kok, krn jodoh itu bisa datang dari masalalu. Kamu ketemu mereka di dunia nyata kan? biasanya orgtua juga lebih mendukung ketimbang klo dpt nya dari dunia maya. takutnya gt loh Han.
HANA914 tulis:
Banyak mantan saya pengen kembali dulu ....tapi tak selalu ada kesempatan kedua ....
Udah disia siain masak mau diambil lagi .... Nggak mau saya
-
4 Maret 2016
Kecocokan kepribadian adalah kuncinya. Jika kamu suka ngomong, berjiwa pemimpin dan detail barangkali 'jodoh' kamu adalah wanita yg agak pendiam, berjiwa penurut/suka diemong dan kurang detail (terbiasa hanya melihat gambaran umumnya).
Respon nya lambat? maksudnya respon via bbm/wa gitu? coba telp langsung dan ajak ketemuan saja. komunikasi dng org yg disayang sebaiknya via telp langsung.
-
31 Mei 2019
Topik ini dapat dilanjutkan ke topik serupa yang lebih baru
"cara mengenali bahwa si dia adalah jodoh cinta sejati kita?"
www.jodohkristen.com/topic/3930
Tuhan memberkati