PRIA KAYA DI JK
-
22 Juli 2020
Indeed 👍🏻
IRWAN123 tulis:
Sebenarnya, kekayaan itu dilihatnya sebagai salah satu indikator seberapa besar tanggung jawabnya terhadap dirinya sendiri atau keluarganya. Kalau mikirnya hanya kekayaan saja, ngga ada habisnya, ngga akan ada puasnya. Ujung-ujungnya malah bisa terjebak hedonic treadmill. Mau seberapa banyakpun yang dimiliki, kebahagiaanya tak bertambah, stagnan.
Semakin hari semakin sibuk, akhirnya sampai mengorbankan waktu untuk dirinya sendiri maupun keluarga. Lupa pada prioritas pertama, kebahagiaan diri sendiri maupun keluarganya. Padahal, awalnya mencari harta tujuannya untuk mendapatkan kebahagiaan. Pada akhirnya malah jadi terjebak mengorbankan kebahagiaan untuk mencari harta.
Tahu kapan saatnya berhenti, tahu kapan saatnya menikmati hidup, bagi saya ini jauh lebih penting sih.
-
22 Juli 2020
Aku seh ga pernah bercita-cita punya suami yg kaya raya. Yg penting kaya hatinya aja akan Firman Tuhan. Bisa makan, anak-anak bisa sekolah, bisa hidup bersosialisasi dgn baik dgn orang sekitar dan keluarga kedua belah pihak. Bebas hutang. Tidak suka dgn org yg suka show off. Sederhana saja. Rumah tangga yg harmonis, saling menghargai, menyayangi, setia, menghormati. Setiap suka dan duka dilewati bersama-sama. Yang paling terpenting punya suami yg mampu menjadi seorang imam dlm rumah tangga yg mendekatkan seluruh anggota keluarga kpd Tuhan.
Seperti Almarhum Bapakku dl. Apapun yg terjadi ibadah kpd Tuhan sllu nomor satu. Tidak minum, tidak judi, tidak selingkuh. Setia kpd isteri sampai maut memisahkan.
-
22 Juli 2020
👏🏽👏🏽👏🏽
IRWAN123 tulis:
Sebenarnya, kekayaan itu dilihatnya sebagai salah satu indikator seberapa besar tanggung jawabnya terhadap dirinya sendiri atau keluarganya. Kalau mikirnya hanya kekayaan saja, ngga ada habisnya, ngga akan ada puasnya. Ujung-ujungnya malah bisa terjebak hedonic treadmill. Mau seberapa banyakpun yang dimiliki, kebahagiaanya tak bertambah, stagnan.
Semakin hari semakin sibuk, akhirnya sampai mengorbankan waktu untuk dirinya sendiri maupun keluarga. Lupa pada prioritas pertama, kebahagiaan diri sendiri maupun keluarganya. Padahal, awalnya mencari harta tujuannya untuk mendapatkan kebahagiaan. Pada akhirnya malah jadi terjebak mengorbankan kebahagiaan untuk mencari harta.
Tahu kapan saatnya berhenti, tahu kapan saatnya menikmati hidup, bagi saya ini jauh lebih penting sih.
-
22 Juli 2020
Ini pada melenceng woyyyy... 😅🤣🤣🤣
Yang dimaksud TS dengan 'KAYA' (mapan) itu seengganya sudah ambil KPR, dan bisa hidup berumah tangga mengandalkan gaji suami saja.
Bukan maksud TS nyari yang gajinya puluhan juta.
Ekspetasi TS menurut saya ga terlalu muluk2. Untuk cowo umur 30-40an, secara logika harusnya emang udah ada ambil KPR.
Kalo umur 40an belum ambil KPR, kerjanya berarti belum stabil (maap, mungkin ini yang dimaksud TS belum mapan).
Kalo saya ada di posisi TS, atau berada pada posisi wanita JK, saya juga bakal bener2 khawatir. 😅🤣
ANITA089 tulis:
Mengapa jarang ada pria kaya masuk JK? Kaya ini dlm arti mapan (mapan: minimum sdh mulai KPR dan berani bilang,"Sayang kamu jgn kerja nanti. Biar Abang sendiri aja yg kerja"). Tentunya ada, tetapi sedikit (kurang dari 40%).
Dari mana aku tau? Maaf, aku ga bisa critakan, krn ini agak sensitif.
Namun jika kalian engga setuju dng pendapatku silakan saja. Bukankah pengalamanku bisa beda dng kalian? Justru dng perbedaan pendapat kita bisa saling mengisi dan mengingatkan.
-
22 Juli 2020
Nggak melenceng sih bro. Cuma kalo misal nih contoh, kamu pengusaha, kamu pasti paham kan lawan bicaramu pengusaha atau bukan. Dan pertanyaan ini kesannya seperti ini "kalo bisa saya terima yang mapan". Ini pendapat saya waktu baca pertanyaan ini ya. Dan hidup itu Law of Attraction, orang sukses akan bertemu orang sukses, dan kenapa mesti sibuk cari orang mapan? Jadilah mapan, maka kamu akan jadi magnet di sekitarmu bertemu dengan orang2 mapan :)
LUKAS244 tulis:
Ini pada melenceng woyyyy... 😅🤣🤣🤣
Yang dimaksud TS dengan 'KAYA' (mapan) itu seengganya sudah ambil KPR, dan bisa hidup berumah tangga mengandalkan gaji suami saja.
Bukan maksud TS nyari yang gajinya puluhan juta.
Ekspetasi TS menurut saya ga terlalu muluk2. Untuk cowo umur 30-40an, secara logika harusnya emang udah ada ambil KPR.
Kalo umur 40an belum ambil KPR, kerjanya berarti belum stabil (maap, mungkin ini yang dimaksud TS belum mapan).
Kalo saya ada di posisi TS, atau berada pada posisi wanita JK, saya juga bakal bener2 khawatir. 😅🤣
-
22 Juli 2020
kayaknya kak anita udah jelasin sis. dia bukan mencari pria kaya juga. cuma sepengalaman dia itu kebanyakan nemu yg kurang mapan, bahkan tmn2 disni pernah cerita ada cowo yg nanya income si cewenya pdhl baru chat di jk 😁
dan ga smua org paham konsep law of attraction kayak yg sis bahas itu ehehe. dan lagi mapan versi org2 beda ya. ada yang menganggap mapan itu kalau bebas utang. ada yg menganggap mapan itu mampu memanage pnghasilannya. ada yg menganggap mapan itu kalau udah ga lihat pricetag blanjanya 🤭beda2 sih...
makanya sprtinya akan sulit menyatukan persepsi author dengan pembaca kalau cuma lihat judul
IVONE114 tulis:
Nggak melenceng sih bro. Cuma kalo misal nih contoh, kamu pengusaha, kamu pasti paham kan lawan bicaramu pengusaha atau bukan. Dan pertanyaan ini kesannya seperti ini "kalo bisa saya terima yang mapan". Ini pendapat saya waktu baca pertanyaan ini ya. Dan hidup itu Law of Attraction, orang sukses akan bertemu orang sukses, dan kenapa mesti sibuk cari orang mapan? Jadilah mapan, maka kamu akan jadi magnet di sekitarmu bertemu dengan orang2 mapan :)
22 Juli 2020 diubah oleh JUNITA694
-
22 Juli 2020
Kalo saya nangkep-nya, si TS liatnya secara general. Dari 100 pria JK, 60-nya ga mapan. Kalo angkanya itu benar, maka emang cukup mengkhawatirkan.
TS ga nyari yang muluk2, tapi kaya standard minimum gitu. *saya sih bisa ngerti ini.
Yang law attraction faham juga sayaaa. Pada akhirnya balik lagi ke bargaining position yang di punya masing2 orang. 😬
Btw, berapa hari lagi kak ada di JK? Menghitung hari ya.. 😅😬🤣
IVONE114 tulis:
Nggak melenceng sih bro. Cuma kalo misal nih contoh, kamu pengusaha, kamu pasti paham kan lawan bicaramu pengusaha atau bukan. Dan pertanyaan ini kesannya seperti ini "kalo bisa saya terima yang mapan". Ini pendapat saya waktu baca pertanyaan ini ya. Dan hidup itu Law of Attraction, orang sukses akan bertemu orang sukses, dan kenapa mesti sibuk cari orang mapan? Jadilah mapan, maka kamu akan jadi magnet di sekitarmu bertemu dengan orang2 mapan :)
-
22 Juli 2020
LUKAS244 tulis:
Btw, berapa hari lagi kak ada di JK? Menghitung hari ya.. 😅😬🤣
ko jadi lucu yo dibagaian terakhir ini 😂✌
-
22 Juli 2020
Iyes, hahaha. Dan aku waktu masuk JK lagi paling inget banget sama kamu. Orang pertama yang ngatain aku ngetroll, hahaha. But nice to meet you
LUKAS244 tulis:
Kalo saya nangkep-nya, si TS liatnya secara general. Dari 100 pria JK, 60-nya ga mapan. Kalo angkanya itu benar, maka emang cukup mengkhawatirkan.
TS ga nyari yang muluk2, tapi kaya standard minimum gitu. *saya sih bisa ngerti ini.
Yang law attraction faham juga sayaaa. Pada akhirnya balik lagi ke bargaining position yang di punya masing2 orang. 😬
Btw, berapa hari lagi kak ada di JK? Menghitung hari ya.. 😅😬🤣
-
22 Juli 2020
Selama saya di JK, saya baru 1x itu lho kasih pujian. 😬😬😬
Mohon mangap ya. 🙇🏻♂️🙈
IVONE114 tulis:
Iyes, hahaha. Dan aku waktu masuk JK lagi paling inget banget sama kamu. Orang pertama yang ngatain aku ngetroll, hahaha. But nice to meet you
-
22 Juli 2020
Iya pujian yang buat saya shock hahahaha
LUKAS244 tulis:
Selama saya di JK, saya baru 1x itu lho kasih pujian. 😬😬😬
Mohon mangap ya. 🙇🏻♂️🙈
-
22 Juli 2020
LUKAS244 tulis:
Ini pada melenceng woyyyy... 😅🤣🤣🤣
Yang dimaksud TS dengan 'KAYA' (mapan) itu seengganya sudah ambil KPR, dan bisa hidup berumah tangga mengandalkan gaji suami saja.
Bukan maksud TS nyari yang gajinya puluhan juta.
Ekspetasi TS menurut saya ga terlalu muluk2. Untuk cowo umur 30-40an, secara logika harusnya emang udah ada ambil KPR.
Kalo umur 40an belum ambil KPR, kerjanya berarti belum stabil (maap, mungkin ini yang dimaksud TS belum mapan).
Kalo saya ada di posisi TS, atau berada pada posisi wanita JK, saya juga bakal bener2 khawatir. 😅🤣
bnr sih kata bro...kl cowo umur 30-40an blm ada rmh KPR or ambil rmh BTN di tanyakan,selama ini kmn saja n hsl kerjanya kmn saja????
-
22 Juli 2020
Bro Lukas, kalau batasan mapan "sudah ambil KPR", sebenarnya belum mapan. KPR itu hutang. Kalau baru punya KPR, tapi sudah berani bilang "Sayang kamu jgn kerja nanti. Biar Abang sendiri aja yg kerja". Ini sangat bahaya Bro, masih beresiko tinggi. Misalkan dalam situasi pandemi spt sekarang. Punya KPR, lalu kena PHK atau gajinya dipotong separuh. KPR macet, bisa repot. Belum lagi bila ada krisis, bunga KPR naik pula. Makin runyam. Jauh dari mapan, dari yg dipikirkan semula.
Mapan untuk definisi secara finansial sih, lebih kepada memiliki kebebasan finansial. Tidak memiliki hutang. Sudah memiliki tempat tinggal secara penuh alias tidak kredit. Passive income nya sudah cukup untuk membiaya kebutuhan hidup bulanannya, Itulah definisi mapan setahu saya.
LUKAS244 tulis:
Ini pada melenceng woyyyy... 😅🤣🤣🤣
Yang dimaksud TS dengan 'KAYA' (mapan) itu seengganya sudah ambil KPR, dan bisa hidup berumah tangga mengandalkan gaji suami saja.
Bukan maksud TS nyari yang gajinya puluhan juta.
Ekspetasi TS menurut saya ga terlalu muluk2. Untuk cowo umur 30-40an, secara logika harusnya emang udah ada ambil KPR.
Kalo umur 40an belum ambil KPR, kerjanya berarti belum stabil (maap, mungkin ini yang dimaksud TS belum mapan).
Kalo saya ada di posisi TS, atau berada pada posisi wanita JK, saya juga bakal bener2 khawatir. 😅🤣
22 Juli 2020 diubah oleh IRWAN123
-
22 Juli 2020
Saya berdasarkan yang TS bilang, Pak. 😬
ANITA089 tulis:
Mengapa jarang ada pria kaya masuk JK? Kaya ini dlm arti mapan (mapan: minimum sdh mulai KPR dan berani bilang,"Sayang kamu jgn kerja nanti. Biar Abang sendiri aja yg kerja"). Tentunya ada, tetapi sedikit (kurang dari 40%).
Konteks ini sebelum covid* (TS posting 2016), dan saya yakin seyakin2nya, mapan yang dimaksud oleh TS bukan mapan dalam artian sudah mendapatkan kemerdekaan finansial. Berapa persen di JK yang sudah merdeka secara finansial? Pastinya ga banyak.
(Note: *sekarang kondisi covid, hampir semuanya berjuang. Dan menurut saya statusnya rada berbeda, antara pengangguran sebelum covid, dan pengangguran saat covid. Yang pengangguran karena covid "status"nya lebih tinggi dari yang sudah nganggur sebelum covid. 😬)
Menurut saya penting untuk mengerti yang TS maksudkan, jadi apple to apple nya jelas. Jangan TS maksudnya apel, kita mikirnya jeruk. ✌
IRWAN123 tulis:
Bro Lukas, kalau batasan mapan "sudah ambil KPR", sebenarnya belum mapan. KPR itu hutang. Kalau baru punya KPR, tapi sudah berani bilang "Sayang kamu jgn kerja nanti. Biar Abang sendiri aja yg kerja". Ini sangat bahaya Bro, masih beresiko tinggi. Misalkan dalam situasi pandemi spt sekarang. Punya KPR, lalu kena PHK atau gajinya dipotong separuh. KPR macet, bisa repot. Belum lagi bila ada krisis, bunga KPR naik pula. Makin runyam. Jauh dari mapan, dari yg dipikirkan semula.
Mapan untuk definisi secara finansial sih, lebih kepada memiliki kebebasan finansial. Tidak memiliki hutang. Sudah memiliki tempat tinggal secara penuh alias tidak kredit. Passive income nya sudah cukup untuk membiaya kebutuhan hidup bulanannya, Itulah definisi mapan setahu saya.
-
22 Juli 2020
Betul Bro Lukas. Saya komentarnya juga untuk meluruskan pemahaman istilah mapan tadi. Mudah-mudahan tidak dilarang untuk coba kasih pendapat yang dilihat kurang pas ya. Mengingat ini forum terbuka. Forum saling bertukar pikiran dan pengalaman untuk memperkaya pengetahuan.
Mengenai situasi covid sekarang ini, sebenarnya hanya contoh ektrim saja bagaimana definisi mapan yg sebelumnya dituliskan itu bisa terbentur karena situasi.
Situasi yang mirip, tidak harus nunggu covid. Kena PHK karena perusahaan tempatnya bekerja, khan bisa saja terjadi. Atau, seperti kasus ada krisis ekonomi nasional dimana berakibat suku bunga KPR melonjak. Bisa terjadi juga. Berakibat beban membayar angsuran KPR itu menjadi berat.
Semoga pemahaman kita disini bisa semakin diperkaya ya. Supaya semakin paham situasi, sehingga apa yg kita rencanakan bisa semakin baik lagi.
LUKAS244 tulis:
Saya berdasarkan yang TS bilang, Pak. 😬
Konteks ini sebelum covid* (TS posting 2016), dan saya yakin seyakin2nya, mapan yang dimaksud oleh TS bukan mapan dalam artian sudah mendapatkan kemerdekaan finansial. Berapa persen di JK yang sudah merdeka secara finansial? Pastinya ga banyak.
(Note: *sekarang kondisi covid, hampir semuanya berjuang. Dan menurut saya statusnya rada berbeda, antara pengangguran sebelum covid, dan pengangguran saat covid. Yang pengangguran karena covid "status"nya lebih tinggi dari yang sudah nganggur sebelum covid. 😬)
Menurut saya penting untuk mengerti yang TS maksudkan, jadi apple to apple nya jelas. Jangan TS maksudnya apel, kita mikirnya jeruk. ✌
-
22 Juli 2020
Mapan pun sebenarnya relatif, hehehe. Karena kalo dari sudut pandang pengusaha, mapan itu pasif income, agree dalam artian kebebasan financial. Tapi dari sudut pandang bukan pengusaha, mapan adalah hal seperti sudah ada KPR. Kalo saya pribadi itu punya KPR juga belum mapan sih, wkwkwk. Karena itu tadi saya statement, income mu menentukan pola pikirmu, hehehe. Peace semua
IRWAN123 tulis:
Bro Lukas, kalau batasan mapan "sudah ambil KPR", sebenarnya belum mapan. KPR itu hutang. Kalau baru punya KPR, tapi sudah berani bilang "Sayang kamu jgn kerja nanti. Biar Abang sendiri aja yg kerja". Ini sangat bahaya Bro, masih beresiko tinggi. Misalkan dalam situasi pandemi spt sekarang. Punya KPR, lalu kena PHK atau gajinya dipotong separuh. KPR macet, bisa repot. Belum lagi bila ada krisis, bunga KPR naik pula. Makin runyam. Jauh dari mapan, dari yg dipikirkan semula.
Mapan untuk definisi secara finansial sih, lebih kepada memiliki kebebasan finansial. Tidak memiliki hutang. Sudah memiliki tempat tinggal secara penuh alias tidak kredit. Passive income nya sudah cukup untuk membiaya kebutuhan hidup bulanannya, Itulah definisi mapan setahu saya.
-
22 Juli 2020
Terima kasih sista Ivone. Kebetulan saja sekitar 8-10 tahun yang lalu saya menjadi pengajar dibidang CWM. Naluri untuk meluruskan sesuatu yg kurang tepat, jadi terbawa-bawa.
Tidak salah sih punya pemikiran memliki KPR dianggap sudah mapan. Silakan saja. Saya hanya coba meluruskan persepsi yang menurut apa yg saya pahami hal tersebut kurang tepat. Di satu sisi bukan tidak mungkin berbahaya spt misalkan sampai melarang pasangannya utk tidak usah bekerja karena merasa mampu sudah aman krn sudah punya KPR (spt di tulisan awal).
Tapi pada akhirnya sih, semua kembali ke kitanya saja ya. Mau pakai pemahaman yg seperti apa yg dianggap nyaman untuk diri kita. Yang saya share disini hanya sekedar tambahan knowledge saja sih. Boleh diterima boleh ditolak dan juga boleh di modifikasi sesuai selera masing-masing.
IVONE114 tulis:
Mapan pun sebenarnya relatif, hehehe. Karena kalo dari sudut pandang pengusaha, mapan itu pasif income, agree dalam artian kebebasan financial. Tapi dari sudut pandang bukan pengusaha, mapan adalah hal seperti sudah ada KPR. Kalo saya pribadi itu punya KPR juga belum mapan sih, wkwkwk. Karena itu tadi saya statement, income mu menentukan pola pikirmu, hehehe. Peace semua
22 Juli 2020 diubah oleh IRWAN123
-
22 Juli 2020
Sepertinya aku bukan termasuk deh..soalnya cuma punya hati dan satu pasang pakaian ini pun di kredit sampai 100 tahun😁
-
22 Juli 2020
JOHANNES459 tulis:
Sepertinya aku bukan termasuk deh..soalnya cuma punya hati dan satu pasang pakaian ini pun di kredit sampai 100 tahun😁
loh itu termasuk kayo bro 😂✌
-
22 Juli 2020
JOHANNES459 tulis:
Sepertinya aku bukan termasuk deh..soalnya cuma punya hati dan satu pasang pakaian ini pun di kredit sampai 100 tahun😁
kaya hati ga? Itu yg terutama😁
-
22 Juli 2020
JOHANNES459 tulis:
Sepertinya aku bukan termasuk deh..soalnya cuma punya hati dan satu pasang pakaian ini pun di kredit sampai 100 tahun😁
waduh lunas e sampe anak cucu itu bang😁😆
-
22 Juli 2020
Halo anita.....apa kabar?
Kalo mapan dgn versi spt yg kamu bilang lumayan ada lah di sini walaupun ga banyak2 amat. Kenapa mereka jarang ditemukan? Karna mereka biasanya lebih hati2 dlm membuka diri kpd wanita....istilahnya liat2 dulu siapa wanitanya dan apa tujuannya. Itu dr pengalamanku komunikasi dgn beberapa member. Mereka akan terbuka ketika sdh merasa nyaman dan yakin dgn lawan bicaranya. Tp jujur sy tidak pernah bertanya tentang hal2 spt KPR atau alat pengukur kemapanan yg lain. Karna itu terlalu privacy lah... dan bisa2 membuat komunikasi ga nyaman.
ANITA089 tulis:
Mengapa jarang ada pria kaya masuk JK? Kaya ini dlm arti mapan (mapan: minimum sdh mulai KPR dan berani bilang,"Sayang kamu jgn kerja nanti. Biar Abang sendiri aja yg kerja"). Tentunya ada, tetapi sedikit (kurang dari 40%).
Dari mana aku tau? Maaf, aku ga bisa critakan, krn ini agak sensitif.
Namun jika kalian engga setuju dng pendapatku silakan saja. Bukankah pengalamanku bisa beda dng kalian? Justru dng perbedaan pendapat kita bisa saling mengisi dan mengingatkan.
-
22 Juli 2020
Harta itu aset. Perilaku yg baik, juga aset. Pengetahuan (tidak harus dalam bentuk gelar) yg dimiliki juga aset. Kesehatan yg bagus, juga aset. Memiliki komunikasi iyg baik (senang ngobrol/berkomunikasi) juga aset. Miliki tampang yg cantik/ganteng, juga aset. Memiliki penampilan fisik yg menarik, juga aset.
Saat memilih pasangan hidup, disadari atau tidak, keputusan yang diambil biasanya kombinasi dari hal-hal tersebut di atas.
Jadi, kalau di satu sisi kita merasa kurang, maka perlu punya kelebihan/unggulan di sisi yang lain. Agar secara total, kita tetap menarik utk dijadikan pasangan hidup oleh calon kita.
Baim Wong, sewaktu mengajak Paula menikah, kondisi ekonominya lagi minus, alias hutangnya melebihi aset yang dimiliki. Paula sempat kaget karena awalnya dia pikir seorang artis terkenal seperti Baim, harusnya minimal memiliki aset sejumlah tertentu. Tapi Paula yang cerdas itu, melihat sisi lain dari Baim. Dia menerima Baim karena melihat Baim punya perilaku yg bagus, soleh. Masa lalu Baim yg playboy sudah ditinggalkan. Baim juga memiliki semangat dan optimisme yang kuat akan berhasil. Baim tipe pekerja keras. Paula juga melihat Baim memiliki pengetahuan yg cukup, sehingga keberhasilan yg akan diraih dibidang yg dikuasainya tersebut jadi lebih terlihat masuk akal. Keterbukaan Baim juga jadi poin tersendiri bagi Paula, setidaknya itu dilihat sebagai kejujuran, komunikasi yang terbuka dengan calon pasangan. Modal penting menjalani hidup pernikahan bagi sebagian orang.
Kita bisa lihat sendiri mereka berdua saat ini. Soal harta, dari minus jadi berbalik surplus, bahkan berlebih. Mereka berdua bahagia.
Dari sini sebenarnya kita bisa belajar bahwa kepemilikan harta, bukan satu-satunya ukuran. Ada aset-aset lain yang juga berharga, bahkan jauh lebih berharga dari sekedar harta.
Intinya, setiap orang bisa memiliki bobot yang berbeda-beda terhadap aset-aset yang saya paparkan di awal tulisan. Kombinasi semuanya itu menjadi seni tersendiri dalam mencari pasangan hidup. Setiap orang itu unik. Masing-masing bisa punya formulanya sendiri. Hindari melakukan generalisasi.
22 Juli 2020 diubah oleh IRWAN123
-
22 Juli 2020
VALENTINUS547 tulis:
Bantu jawab ya Livi :
Pria mapan, gak nggetu (ngejar kaya musim kawin doggy), juga gak mbulek (Diam diam wibawa).
Bisa tolong bantu jelaskan yang ☝️ karena saya kurang paham.
Mengenai kualitas hidup seseorang yang merupakan salah satu ciri cowo kaya, kalau menilainya hanya sebatas membaca profil, komentar atau foto yang ada di jk, saya kurang bisa, setidaknya saya harus ngobrol sama cowo tersebut, tau pekerjaan dan ruang lingkup pergaulannya.
Makanya saya tanya gimana cara sis ivone tau mana cowo kaya dan tidak itu dari mana, apa pernah ngobrol sama hampir semua cowo di jk atau hanya baca dari profil dan fotonya, itu aja sih kok bro 😁
-
22 Juli 2020
Setuju 👍
IRWAN123 tulis:
Harta itu aset. Perilaku yg baik, juga aset. Pengetahuan (tidak harus dalam bentuk gelar) yg dimiliki juga aset. Kesehatan yg bagus, juga aset. Memiliki komunikasi iyg baik (senang ngobrol/berkomunikasi) juga aset. Miliki tampang yg cantik/ganteng, juga aset. Memiliki penampilan fisik yg menarik, juga aset.
Saat memilih pasangan hidup, disadari atau tidak, keputusan yang diambil biasanya kombinasi dari hal-hal tersebut di atas.
Jadi, kalau di satu sisi kita merasa kurang, maka perlu punya kelebihan/unggulan di sisi yang lain. Agar secara total, kita tetap menarik utk dijadikan pasangan hidup oleh calon kita.
Baim Wong, sewaktu mengajak Paula menikah, kondisi ekonominya lagi minus, alias hutangnya melebihi aset yang dimiliki. Paula sempat kaget karena awalnya dia pikir seorang artis terkenal seperti Baim, harusnya minimal memiliki aset sejumlah tertentu. Tapi Paula yang cerdas itu, melihat sisi lain dari Baim. Dia menerima Baim karena melihat Baim punya perilaku yg bagus, soleh. Masa lalu Baim yg playboy sudah ditinggalkan. Baim juga memiliki semangat dan optimisme yang kuat akan berhasil. Baim tipe pekerja keras. Paul juga melihat Baim memiliki pengetahuan yg cukup, sehingga keberhasilan yg akan diraih dibidang yg dikuasainya tersebut jadi lebih terlihat masuk akal. Keterbukaan Baim juga jadi poin tersendiri bagi Paula, setidaknya itu dilihat sebagai kejujuran, komunikasi yang terbuka dengan calon pasangan. Modal penting menjalani hidup pernikahan bagi sebagian orang.
Kita bisa lihat sendiri mereka berdua saat ini. Soal harta, dari minus jadi berbalik surplus, bahkan berlebih. Mereka berdua bahagia.
Dari sini sebenarnya kita bisa belajar bahwa kepemilikan harta, bukan satu-satunya ukuran. Ada aset-aset lain yang juga berharga, bahkan jauh lebih berharga dari sekedar harta.
Intinya, setiap orang bisa memiliki bobot yang berbeda-beda terhadap aset-aset yang saya paparkan di awal tulisan. Kombinasi semuanya itu menjadi seni tersendiri dalam mencari pasangan hidup. Setiap orang itu unik. Masing-masing bisa punya formulanya sendiri. Hindari melakukan generalisasi.