Faktor Ekonomi VS LOVE
-
2 September 2015
Ada status sosial, ekonomi and pendidikan
Klo buat aku pribadi beda status sosial & ekonomi sbnrnya hanya masalah di lifestyle saja, bisa disesuaikan, misal biasa makan pake tangan mulut kecap2, ganti pake sendok gak bunyi mulut, naik motor jd naik mobil, dll, lama2 terbiasa naik peradabannya... hehe..
Status pendidikan? nah ini buat aku harapannya seimbang, krn pasangan buatku ya partner jg, klo ngomong ga nyambung repot. Inipun bisa disesuaikan cuma perlu usaha, pendidikan boleh lbh rendah tp intelektual/wawasan setara level diatasnya
-
3 September 2015
Chayo om SIMON Pernikahan adalah tentang VISI & MISI dri TUHAN....for om YONATHAN ..its true
-
3 September 2015
Biar aja mrk yg cari mapan, semoga sebelum sampai umur 40 sdh bs dapat. Jangan nanti malah banting harga, diskon 75% :)
Berapa banyak orang mau dan BISA MENIKMATI proses untuk hal yg dinginkan ya? banyak orang mau segala sesuatu sdh jadi.
Mungkin salah satu hal yg membuat kita tdk memiliki pasangan adalah sudut pandang kt yg keliru dan sempit dlm menilai sesuatu
Ada kehendak Tuhan dan ada juga kehendak bebas yg diberikan kpd manusia utk memutuskan
Tapi sy percaya satu hal bahwa rencana Allah tdk akan gagal utk mrk yg mengetahuinya, entah kt memiliki pasangan/tidak, tepat/kurang tepat dlm memilih pasangan
-
6 September 2015
apakah.. dalm arti kata lain.. cinta saja tak cukup..?.
"perekonomian juga paling nggak standar"
dalam bahasa matematika.. ada nilai standart nisbi
standat mana kah yang di masud..standart di atas rata2.. atau.. standart di bawah rata..
btw.. standart apa kah yang di pakai. UMR,UMK,GNP atau..stadart gaya hidup?PURY665 tulis:
memilih pasangan hidup hendaknya tidak semata mata dibutakan karna cinta.karna didunia ini kita hidup bukan hanya makan cinta( sok tau ya saya :) ) kalau saya pribadi kalau memilih pasangan hidup ya memilih pribadi yang baik dari segi cinta dan setidaknya perekonomian juga paling nggak standar ( bisa tercukupi dlm keseharian). soal masa depan anak kita cari bersama sama .sebagai wujud tanggung jawab kita ke anak.
-
7 September 2015
Dalam menjalin suatu hubungan dengan pasangan diperlukan rasa tanggung jawab. Jika sudah memiliki tanggung jawab maka stiap pasangan tidak lagi memikirikan mengenai ekonomi yang mungkin akan merusak suatu hubungan dengan pasangan. Karena dengan memiliki tanggung jawab maka seorang pria akan jauh lebih berusaha dengan sekeras-kerasnya untuk bekerja demi kebahagiaan keluarganya dan ekonomi yang baik untuk masa depan anak2nya.
-
8 September 2015
pilihan saya opsi ke 3 adalah tergantung....
tergantung dari :
1. komitment awal : sebelum melangkah lebih jauh mungkin harus di buat komitmen atau poin-poin komitment dulu, apalagi masalah ekonomi atau finace atau UUD(Ujung-Ujungnya Duit) . atur komitmennya di bicarakan terlebih dahulu, saya pernah baca di suatu web yah, katanya klo suatu hubungan yang sehat itu berawal dari komunikasi yang baik, jadi ada baiknya di komunikasikan terlebih dahulu kepada pasangan.
2.tergantung pada ego tiap-tiap pasangan, bila ke-2nya egonya keras dan tidak mau mengalah berarti mendingan tidak usah sama sx. takutnya KDRT atau minimal tiap minggu perang, tambah biaya buat beli piring, gelas, atau prabot... aakkakakak....
3. tergantung situasi dan kondisi, situasi atau faktor lingkungan juga mempengaruhi, klo ada yg ngomporin cinta gak kepake lagi, dan yang terjadi adalah logika yang berjalan.
4. tergantung siapa yang menjadi kepala dan siapa yang menjadi kakinya, kaki tidak akan bergerak tanpa seizin kepala, namun kepala juga gak bisa kemana-mana klo kaki gak ada. jd yah toleransi dan pengertian juga kayaknya harus balance dengan EGO.
ONESE717 tulis:
setuju tidak brow and sis..
menjadikan Faktor ekonomi bagian dari syarat menjalin Hubungan Cinta..?
sering kali penolakan terjadi dan kesepakatan selesai karena faktor Ekonomi:
misalnya
"maaf "perekonomian kamu di bawah aku.. kita akan jadi pasangan yang sulit
jadi maafkan saya....
"maaf "saya: mencari pria yang mapan.. jadi kamu bukan krietria aku..
"Maaf" kehidupan ku.. di atas kamu.. jd kamu akan sulit mengikuti kehidupanku..
"maaf" aku: tiap hari.. shoping di mall.., kmn2 pakai mobil.., dan kamu hanya punya..nya speda motor..
"Maafkan" saya:.. kita bukan pasangan yang Sepadan.. dari perekonomian kita sudah bisa menilainya..
DLL..itu aja om dari saya..... semoga tidak menyinggung...
-
8 September 2015
Shalom..
Menurutku faktor ekonomi adalah salah satu hal penting u/ membangun sebuah keluarga yang sehat. Kalo aku lebih melihat upaya seseorang u/ bertanggung jawab, ngga harus sangat berlebihan, tapi bisa dikatakan cukup, bisa menunjukkan bahwa dia ngga bersantai2 dan menunggu seorang wanita yang "ngga matre" yang mau menerimanya apa adanya, intinya ada upaya dan tanggung jawab. Aku bisa menerima yang seperti itu. Kalo soal jatuh berkekurangan sesudah menikah, itu konsekuensi setelah menikah dan kita harus setia sm janji awal menikah senang atau susah tetap bersama, yang penting tetap mau berupaya.
Gbu
-
9 September 2015
waduh om, klo di tulis lengkap gitu malu donk ketahuan matrenya.akkakakak...kidding
klo bicara duit VS love memang gak ada habisnya, soalnya memang sudah susah juga dari sononya, kalau melihat dari kitab suci Alkitab mungkin ini akan jadi sedikit referensi saja :
(saya gak tau ayatnya terdapat di mana, tapi kurang lebih bunyinya seperti di bawah ini)
1. datanglah seorang anak muda yang kaya dan banyak hartanya kepada Yesus, si pemuda berkata : "Guru dapatkah aku mengikuti-Mu?"
Yesus menjawab : " pergilah tinggalkan semua hartamu dan ikutlah aku"(benar salahnya silahkan koment)
tetapi si pemuda menunduk dan ia teringat akan banyaknya harta yang ia miliki.
perumpamaan itu mengisahkan tentang harta VS kasih kita kepada Bapa. nah, dalam hal ini juga berpengaruh pada hubungan kita terhadap sesama atau pasangan kita, bila kita lebih mencintai materi daripada pasangan kita juga tidak baik, sebab Tuhan berkata " Cinta akan uang adalah permulaan dari DOSA", kalau melihat dari segi ini maka sebetulnya MATERI ituTIDAK salah karena apa? karena mereka benda mati, tidak bernyawa, tidak punya pemikiran, tidak ada akal.
tapi yang akan berdosa adalah kita sebagai manusia yang karena KECINTAAN terhadap BAAL atau sesuatu diluar Tuhan dan melupakan kasih yang mula-mula, atau kasih Elohim, Kasih Bapa.
nah terus apa hubungannya dengan pasangan kita,
pasangan kita adalah titipan Tuhan, yang menjadi pendamping, penopang, dan juga patner dalam menjalani hidup, bila kita mengasihi Allah maka kita juga akan mengasihi apa yang telah diberikan kepada kita, bila kita mengasihi Allah juga kita akan mengasihi pasangan kita, karena suka tidak suka pasangan kita adalah pemberian Dia yang indah kepada kita.
TJAHJADIA118 tulis:
Saran saya sih lebih baik di profil masing2 wanita yang cari jodoh langsung saja jabarkan kriteria kemapanan yang kalian harapkan itu seperti apa, biar pria yang melihat tidak perlu menebak2 lagi maunya wanita itu. Apakah cukup mapan, mapan atau sangat mapan !?
Contoh mapan itu :
1. Cukup mapan : Punya pekerjaan (jelaskan minimal minta gaji brapa)
2. Mapan : Rumah (besar / kecil sekalian luas minimal brp meter) atau kendaraan pribadi (Mobil / motor merek & keluaran tahun brapa)
3. Sangat mapan : Rumah besar, mobil (merek terkenal & keluaran terbaru), apartemen (Mau yang berapa milyar), tanah (luas ratusan / ribuan / hektar), perusahaan (minta omzet brapa trilyun)Saya yakin kalo wanita bilang kriteria mapan seperti yang saya definisikan di atas dijamin 100% pria2nya akan bisa menilai kemampuannya untuk mau mendekati wanita itu atau tidak.
memang materi itu penting karena gak ada materi juga kita gak bakalan hidup, jd harus berhikmat. gak semua cewe cari yang mapan, atau berlebihan, tetapi kita juga sebagai cowo harus sadar dirilah, karena memang sudah dasarnya tertulis kalau adam harus mencucurkan keringat dan darah untuk memenuhi kebutuhan hawa...hehehhehe....
-
9 September 2015
Dasar untuk memulai sesuatu ialah dengan cinta....tanpa cinta kita ga akan punya semangat dalam mengejar yang namanya berkat materi.jadi saling suport antar pasangan aralah hal yang terbaik agar tidak ada yang namanya perbedaan dan ketidak setaraan
-
9 September 2015
ONESE717 tulis:
setuju tidak brow and sis..
menjadikan Faktor ekonomi bagian dari syarat menjalin Hubungan Cinta..?
sering kali penolakan terjadi dan kesepakatan selesai karena faktor Ekonomi:
misalnya
"maaf "perekonomian kamu di bawah aku.. kita akan jadi pasangan yang sulit
jadi maafkan saya....
"maaf "saya: mencari pria yang mapan.. jadi kamu bukan krietria aku..
"Maaf" kehidupan ku.. di atas kamu.. jd kamu akan sulit mengikuti kehidupanku..
"maaf" aku: tiap hari.. shoping di mall.., kmn2 pakai mobil.., dan kamu hanya punya..nya speda motor..
"Maafkan" saya:.. kita bukan pasangan yang Sepadan.. dari perekonomian kita sudah bisa menilainya..
DLL..Di satu sisi saya mengerti bro bahwa wanita membutuhkan pria yg mapan menurutnya karena itu berhubungan dengan kebutuhan akan rasa aman. Rasa aman untuk dirinya dan keluarganya kelak. Jadi bisa dikatakan 90% wanita itu materialistis, hanya saja tingkat materialistisnya yg berbeda-beda.
Sebagian wanita tertarik pada pria yg sudah mapan (Walaupun kemapanannya berasal dari orang tuanya), dan sebagian lagi tertarik pada karakter prianya (Mandiri, pintar mencari uang) walaupun si pria belum menjadi mapan menurutnya. Jadi di sisi lain, saya dan kebanyakan pria, akan tertarik pada wanita seperti ini.
So, setuju atau tidak setuju, faktor ekonomi memang bagian dari syarat menjalin hubungan cinta yg dewasa karena seperti itulah kenyataannya.
Ps: Kapan nih kita nongkrong bareng lagi bro? Haha... Kabari aku kalau km udah di Jogja
-
9 September 2015
Dalam sebuah hubungan atau membina rumah tangga... cinta, tanggung jawab dan materi saling berkesinambungan tidak bisa dipisah2kan atau di pilih mana yg lebih penting.....
utk mendapatkan semua itu diperlukan perjuangan/tekat kebersamaan dalam suka dan suka yang dibawah naungan Tuhan Yesus..... sekali lagi jika kita mengandalkan Tuhan YESUS dalam kehidupan kita yakin dan percaya tiada yang mustahil mukjizat disediakan utuk kita...amin.amin.amin..
-
9 September 2015
jawaban yang paling realistis dan fair yg kayak gini nih...
keywordnya: laki2 nggak bersantai menunggu seorang wanita yg "ngga matre" yang mau menerima apa adanya, intinya ada upaya dan tanggung jawab.
dilema bagi laki2 adalah: ketika sudah mapan dan mencari pasangan hidup, ada keraguan yg muncul apakah pasangan ini akan tetap setia atau sifat2(baik)nya tidak berubah jika suatu saat hidup susah (karna belum teruji), contoh: istri Ayub, yg sifatnya berubah ketika Ayub menghadapi cobaan kemiskinanan dr Tuhan.... di, sisi lain kalau mencari pasangan dan laki2nya belum mapan susah dapatinnya...hehehe... dan satu lagi definisi kemapanan tiap wanita itu berbeda,,
mungkin solusi yg paling fair (menurut saya ya):
penuhilah kebutuhan dasar dahulu,, soal lebihnya dapat di cari bersama2 ketika berumah tangga nanti.yg terpenting bagaimana sebuah rumah tangga itu dapat menyenangkan hati Tuhan dulu, kalo sdh terpenuhi, sy kira pintu2 berkat akan di bukakan Tuhan untuk keluarga itu.
PRISA593 tulis:
Shalom..
Menurutku faktor ekonomi adalah salah satu hal penting u/ membangun sebuah keluarga yang sehat. Kalo aku lebih melihat upaya seseorang u/ bertanggung jawab, ngga harus sangat berlebihan, tapi bisa dikatakan cukup, bisa menunjukkan bahwa dia ngga bersantai2 dan menunggu seorang wanita yang "ngga matre" yang mau menerimanya apa adanya, intinya ada upaya dan tanggung jawab. Aku bisa menerima yang seperti itu. Kalo soal jatuh berkekurangan sesudah menikah, itu konsekuensi setelah menikah dan kita harus setia sm janji awal menikah senang atau susah tetap bersama, yang penting tetap mau berupaya.
Gbu
-
9 September 2015
Perekonomian adalah loko berjalan pernikahan, cinta adakah dasar visi rangka nya perkawinan. Rangka visi tersebut bisa berjalan Klo loko nya berjalan. bukan kata tuhan belajarlah kepada semut, pada musim panas mengumpulkan dan pada masa dingin menikmati hasil.
-
4 Maret 2016
Ya, faktor ekonomi bisa jd syarat menjalin hub cinta. Bisa jadi krn si cewek memang ingin punya kehidupan yg menyenangkan (rumah dan mobi sdh tersedia), bisa juga si cewek mencari pria yg mapan atau kaya lantaran faktor ini nih: dia ingin dibangga-banggakan oleh orgtua dan keluarga besarnya, sekaligus ingin menunjukkan pd sepupu2nya bhw dia berhasil mendapatkan pria berduit.
Sejujurnya kegagalan hidup seorang cewek di mana prestasi sekolahnya buruk, di PHK (dipensiunkan dini itu cuma bahasa halusnya) krn gangguan2 kejiwaan, dan perceraian bisa menyebabkannya ingin dibanggakan orgtua dan keluarga besarnya serta sepupu2nya sehingga dia nekad mencari jalan pintas yaitu menerima pria mapan manapun tanpa didasarkan cinta.
ONESE717 tulis:
setuju tidak brow and sis..
menjadikan Faktor ekonomi bagian dari syarat menjalin Hubungan Cinta..?
sering kali penolakan terjadi dan kesepakatan selesai karena faktor Ekonomi:
misalnya
"maaf "perekonomian kamu di bawah aku.. kita akan jadi pasangan yang sulit
jadi maafkan saya....
"maaf "saya: mencari pria yang mapan.. jadi kamu bukan krietria aku..
"Maaf" kehidupan ku.. di atas kamu.. jd kamu akan sulit mengikuti kehidupanku..
"maaf" aku: tiap hari.. shoping di mall.., kmn2 pakai mobil.., dan kamu hanya punya..nya speda motor..
"Maafkan" saya:.. kita bukan pasangan yang Sepadan.. dari perekonomian kita sudah bisa menilainya..
DLL..4 Maret 2016 diubah oleh ANITA089
-
4 Maret 2016
bagi saya yg terpenting si cowo itu harus berusaha menghasilkan uang karena cowo adalah tulang punggung.
soal berapa besar penghasilan si cowok sebenarnya gak etis dijadikan patokan besar kecilnya karena hidup itu seperti roda, kadang di atas kadang di bawah...
Berapapun penghasilan si cowok harus disyukuri .. bukankah dalam Doa Bapa Kami ada tertulis : " Berikanlah pada kami makanan kami yg secukupnya (bukan sebanyak2nya) " ?
4 Maret 2016 diubah oleh NOVI603
-
4 Maret 2016
Iya,,,, semoga cukup ya penghasilan calonmu kelak. Betul, dia adalah tulang punggung yg artinya dia bertanggungjawab sepenuhnya tuk menafkahi istri. Idealnya begitu.
NOVI603 tulis:
bagi saya yg terpenting si cowo itu harus berusaha menghasilkan uang karena cowo adalah tulang punggung.
soal berapa besar penghasilan si cowok sebenarnya gak etis dijadikan patokan besar kecilnya karena hidup itu seperti roda, kadang di atas kadang di bawah...
Berapapun penghasilan si cowok harus disyukuri .. bukankah dalam Doa Bapa Kami ada tertulis : " Berikanlah pada kami makanan kami yg secukupnya (bukan sebanyak2nya) " ?
4 Maret 2016 diubah oleh ANITA089
-
4 Maret 2016
Setuju
Makanya kita harus pilih wanita yang tepat, yang bisa mengerti kita dan mau menemani kita menjalani hidup sampai akhir menjemput.
Ibarat beli baju bro, belilah sesuai kapasitas kantong.
Bukan berarti pria itu tidak berusaha keras untuk memperjuangkan keluarga kecilnya, tapi kita harus memilih wanita yang memang harus tau kapasitas kita dan bersedia mendampingi kita sampai mati
Saya pribadi tidak butuh wanita yang suka membandingkan harta suaminya karena nantinya mereka bukan 2 tetapi satu, dan apalagi wanita yang suka membandingkan pacarnya dengan pria lain
ONESE717 tulis:
setuju tidak brow and sis..
menjadikan Faktor ekonomi bagian dari syarat menjalin Hubungan Cinta..?
sering kali penolakan terjadi dan kesepakatan selesai karena faktor Ekonomi:
misalnya
"maaf "perekonomian kamu di bawah aku.. kita akan jadi pasangan yang sulit
jadi maafkan saya....
"maaf "saya: mencari pria yang mapan.. jadi kamu bukan krietria aku..
"Maaf" kehidupan ku.. di atas kamu.. jd kamu akan sulit mengikuti kehidupanku..
"maaf" aku: tiap hari.. shoping di mall.., kmn2 pakai mobil.., dan kamu hanya punya..nya speda motor..
"Maafkan" saya:.. kita bukan pasangan yang Sepadan.. dari perekonomian kita sudah bisa menilainya..
DLL..
-
6 Maret 2016
Maksd nya si wanita sebaiknya tdk membanding2kan harta suami dengan apa? dng harta pria lain? dng harta si wanita sendiri? Mohon klarifikasi, Joko. Trims.
JOKO569 tulis:
Setuju
Makanya kita harus pilih wanita yang tepat, yang bisa mengerti kita dan mau menemani kita menjalani hidup sampai akhir menjemput.
Ibarat beli baju bro, belilah sesuai kapasitas kantong.
Bukan berarti pria itu tidak berusaha keras untuk memperjuangkan keluarga kecilnya, tapi kita harus memilih wanita yang memang harus tau kapasitas kita dan bersedia mendampingi kita sampai mati
Saya pribadi tidak butuh wanita yang suka membandingkan harta suaminya karena nantinya mereka bukan 2 tetapi satu, dan apalagi wanita yang suka membandingkan pacarnya dengan pria lain
-
6 Maret 2016
Semua wanita? enggalah. Saya engga begitu. Perceraian bisa terjadi bkn krn masalah materi saja. Bisa krn masalah lain di luar masalah kemapanan suami.
SIMON132 tulis:
Saya yakin seyakin yakinnya...semua wanita lebih memilih pria yg mapan soal materi dari pada yg lainnya...itu sebabnya banyak perceraian terjadi dalam kalangan umat nasrani... karena kebanyakan orang yg memuja materi....dangkal rohani....laki2 yg dangkal rohani tetapi melimpah materi .... kemungkinan besar tidak setia sama pasangannya
-
6 Maret 2016
Harta suaminya dengan hartanya dong
Tapi lebih gk butuh lagi kalau membandingkan pacarnya dengan pria lain (diluar topik si bro ini)
ANITA089 tulis:
Maksd nya si wanita sebaiknya tdk membanding2kan harta suami dengan apa? dng harta pria lain? dng harta si wanita sendiri? Mohon klarifikasi, Joko. Trims.
-
6 Maret 2016
ONESE717 tulis:
setuju tidak brow and sis..
menjadikan Faktor ekonomi bagian dari syarat menjalin Hubungan Cinta..?
sering kali penolakan terjadi dan kesepakatan selesai karena faktor Ekonomi:
misalnya
"maaf "perekonomian kamu di bawah aku.. kita akan jadi pasangan yang sulit
jadi maafkan saya....
"maaf "saya: mencari pria yang mapan.. jadi kamu bukan krietria aku..
"Maaf" kehidupan ku.. di atas kamu.. jd kamu akan sulit mengikuti kehidupanku..
"maaf" aku: tiap hari.. shoping di mall.., kmn2 pakai mobil.., dan kamu hanya punya..nya speda motor..
"Maafkan" saya:.. kita bukan pasangan yang Sepadan.. dari perekonomian kita sudah bisa menilainya..
DLL..
Setuju, knapa gak??
-
6 Maret 2016
Setuju kak.
Aku pribadi, sebagai seorang wanita, mendoakan dan berharap akan pasnagan yang mapan dalam ekonomi. Kenapa? Karena kekhawatiran aku berkurang atau terbagi dengan pasangan dalam hal menghidupi keluarga kami. Beriman Tuhan pasti bantu buka jalan, tapi bukan semata mata jadi alasan pria tidak memiliki penghasilan yg cukup apabila dia berkeluarga.
Apakah hanya pria yang harus bekerja?
Tergantung kesepakatan bersama. Kalau papaku membiarkan mama bekerja di rumah sebagai ibu rumah tangga yang pekerjaannya detail dan lebih menguras perhatian, tenaga,waktu ketimbang di kantor. Ini menurut hasil perbandingan pekerjaanku di kantor dna pekerjaan mama di rumah.
Aku, sebagai wanita, jika diijinkan, memilih untuk bekerja di kantor paling tidak hingga kami punya anak dan bekerja di rumah dengan modal yang cukup.
Buatku, pertanyaan kakak bisa dijadikan seperti ini:
Apakah lebih nyaman lebih bahagia menangis di pelukan org yg kamu cintai atau tersenyum miris di mobil sendirian?
-
6 Maret 2016
RIANA473 tulis:
Setuju kak.
Aku pribadi, sebagai seorang wanita, mendoakan dan berharap akan pasnagan yang mapan dalam ekonomi. Kenapa? Karena kekhawatiran aku berkurang atau terbagi dengan pasangan dalam hal menghidupi keluarga kami. Beriman Tuhan pasti bantu buka jalan, tapi bukan semata mata jadi alasan pria tidak memiliki penghasilan yg cukup apabila dia berkeluarga.
Apakah hanya pria yang harus bekerja?
Tergantung kesepakatan bersama. Kalau papaku membiarkan mama bekerja di rumah sebagai ibu rumah tangga yang pekerjaannya detail dan lebih menguras perhatian, tenaga,waktu ketimbang di kantor. Ini menurut hasil perbandingan pekerjaanku di kantor dna pekerjaan mama di rumah.
Aku, sebagai wanita, jika diijinkan, memilih untuk bekerja di kantor paling tidak hingga kami punya anak dan bekerja di rumah dengan modal yang cukup.
Buatku, pertanyaan kakak bisa dijadikan seperti ini:
Apakah lebih nyaman lebih bahagia menangis di pelukan org yg kamu cintai atau tersenyum miris di mobil sendirian?
Whuahaha.... bahkan yang ini pun masih puitis ...
-
6 Maret 2016
FAJAR882 tulis:
Whuahaha.... bahkan yang ini pun masih puitis ...
Hahaha.. komen topik kak.. oot mulu neh..hahahah ..kaburrr
-
6 Maret 2016
Klo saya saat liat profil orang lain tentunya saya akan liat foto, umur, kerjaan, agama kristen ato katholik dan esai. Saya cenderung suka pada wajah* tertentu dan biasanya mirip*. Umur, karna saya cari yg di atas saya. Kerjaan...karna buat saya kerjaan pria itu menunjukkan daya juangnya untuk mencapai itu. Maaf klo saya salah. Agama...saya mencari yg kristen. Ada liturgi* yg tidak bisa saya lakukan jika saya menikah dgn pria Katholik. Walau sama* percaya pada Yesus. Sekali lagi mohon maaf klo saya salah bicara. Esai...dengan baca esai setidaknya membantu saya tau sedikit ttg dirinya. Soal ekonomi. Saya ga peduli dia anak orang kaya ato orang ga punya. Asalkan dia adalah orang yg berjuang untuk masa depan yg lebih baik dan punya pekerjaan yg baik. Rajin, rajin itu modal untuk berhasil. Saya orang yg dari kecil mandiri. Saya anak orang ga punya. Kuliahpun murni bayar sendiri dari hasil kerja karna itu saya juga cari pria yg tangguh dan ga melempem. Capek loh jadi wanita yg harus berjuang sendiri dan juga bantu keluarga karna itu saya ga bisa dengan pria yg lebih muda kecuali dia bisa buktikan dia tangguh. Saya mencari yg bisa jadi kepala keluarga. Tau fungsinya sebagai suami. Tidak harus pria kaya dan bermobil. Ada pria yg bermobil dan usia di atas saya. Dia tanya saya di bbm kenapa saya ga mau kopdar sama dia saya jawab wajahmu ga om* terlalu cute. Saya suka yg kebapakan. Hahahaaaa...dia anggota jk juga klo dia baca paling dia mesam mesem. Sampe skarang kami berteman. Buat saya bukan soal kaya ato tidak tapi hatiku bilang iya ato tidak. Klo dapat yg kaya dan hati saya suka ya itu berkah dari Tuhan. Klo dapat yg sama seperti saya dalam arti gaji ga beda jauh tapi hati saya cocok ya kenapa tidak. Gbu