Living happily without children, thought?
-
4 Mei 2016
salah nya di judul. Seperti yg saya singgung, judul nya kurang tepat 'living happily without children', karena bila kita cocok cocokkan dgn argumen dan opini bro, ternyata bukan mengarah kpd tujuan hidup dgn bahagia, namun kepada tujuan freedom pribadi nya bro dan financial issue. Hemat nya, tujuan kebahagian yg bro definisika keliru dan tidak sesuai dgn konsensus kebanyakan orang yg mayoritas pasti berkata anak merupakan sumber kebahagiaan dlm keluarga. Dan klo saya bocorkan rahasia dr orang Tapanuli, anak bukan saja sbgai sumber kebahagiaan, namun juga merupakan harta paling berharga, lebih berharga dr hal hal materi.
Begitu menurut hemat saya. Semoga bro juga bisa menerima klo lampu merah kita harus berhenti, kalau lampu hijau kita harus jalankan kendaraan kita. Itu lah konsensus yg kita sepakati bersama dlm aturan berlalu lintas di jalan raya.
YUDI139 tulis:
Salahnya di mana menurutmu? Saya tahu saya bukan good parents, saya ingin self improvements, lalu hidup bahagia dengan pasangan secara psikologis, sex, relationship, dll.
-
4 Mei 2016
Saya bingung dengan yang bikin topik ? mau cari pembenaran atau pertentangan ? Belum pernahkah anda membaca kitab kejadian dimana Tuhan sendiri memberi perintah pada manusia untuk beranak-cucu ? kembali lagi jangan memaksakan pendapat anda pada orang lain seolah-olah anda yang paling benar, ketika anda menyatakan anak dibuat dari kebodohan pria, terus terang ini sangat menyinggung orang yang memiliki anak dan menginginkan anak, bagi mereka anak adalah berkat dari Tuhan yang harus mereka rawat dan besarkan, memiliki anak adalah suatu kebahagian bagi pasangan yang menikah karna anak akan mengisi hidup mereka dengan semua plus minusnya (canda tawa, tangisan), Jika kita sebagai anak yang sudah dibesarkan dengan susah payah, kita pasti ingin membalas orang tua kita dengan berbakti pada mereka dan merawat mereka di hari tua. Timbal-balik seperti ini bukanlah masalah untung rugi, inilah kehidupan yang diberikan Tuhan
-
4 Mei 2016
menurut hemat saya, itu hak Yudi tak melakukan yang dikatakan Firman Tuhan di PL beranak cucu lah, karna zaman dulu manusia itu masih sedikit. Sekarang manusia sudah ada lebih dr 10 milyar jiwa. Jadi itu tdk lg menjadi masalah krusial (beranak cucu). Yang krusial dr Firman Tuhan adalah melaksanakan Amanat Agung Tuhan Yesus sambil merenungkan Firman Tuhan siang dan malam dan mempraktekkan nya dlm kehidupan nyata.
JOSHUA603 tulis:
Saya bingung dengan yang bikin topik ? mau cari pembenaran atau pertentangan ? Belum pernahkah anda membaca kitab kejadian dimana Tuhan sendiri memberi perintah pada manusia untuk beranak-cucu ? kembali lagi jangan memaksakan pendapat anda pada orang lain seolah-olah anda yang paling benar, ketika anda menyatakan anak dibuat dari kebodohan pria, terus terang ini sangat menyinggung orang yang memiliki anak dan menginginkan anak, bagi mereka anak adalah berkat dari Tuhan yang harus mereka rawat dan besarkan, memiliki anak adalah suatu kebahagian bagi pasangan yang menikah karna anak akan mengisi hidup mereka dengan semua plus minusnya (canda tawa, tangisan), Jika kita sebagai anak yang sudah dibesarkan dengan susah payah, kita pasti ingin membalas orang tua kita dengan berbakti pada mereka dan merawat mereka di hari tua. Timbal-balik seperti ini bukanlah masalah untung rugi, inilah kehidupan yang diberikan Tuhan
4 Mei 2016 diubah oleh SISKA774
-
4 Mei 2016
STRALDIN447 tulis:
Dari sisi mana saya menganjurkan anda untuk melakukan ilegal sex. Saya hanya menggunakan logika transaksional (dan cost/work/obligation oriented) yang ada di tulisan anda di halaman pertama untuk diterapkan pada sebuah pernikahan. Simple as that. If my logical thought seems irrasional, well, maybe you should check your logical thought too.
Anda di trit lain dengan gagah perkasa membawa humanisme, bagaimana kita harus kasih terhadap orang lain walau beda agama. Tetapi dengan (calon) buah hati dan darah daging anda sendiri anda sudah melakukan perhitungan untung rugi yang luar biasa. Di situ saya merasa sedih.
Saya punya ponakan bro, tidak ada hubungan darah karena dia anak sahabat saya. Dan saya sayang dia, ~yg kenal saya pribadi pasti tahu~. Banyak yang saya korbankan untuk dia, karena mama papanya sering keluar kota, bangun pagi antar sekolah siangnya jemput, malam nemeni kerjakan pr (saya benci bangun pagi). Dan dia membayar lunas semua pengorbanan saya dengan senyuman dan ucapan aku sayang om. Lunas.
So, saya mendoakan bro (dan saya sendiri karena saya belum menikah dan punya anak) untuk merasakan kasih dan kebahagiaan yang sama ketika memeluk dan melihat senyuman darah daging anda (dan saya juga) nanti.
Trust me, there will be some time when you wish you could sell all your world just to see your love one happy (or healthy ~ saya orang asuransi jadi sering lihat hal ini). Maaf kalo baper dikit.
Maaf kalo ada salah kata. Nites and God Bless. Straldin out.
Shalom juga, ya saya sudah baca post anda. Dan merenungkan. Tetap saja saya tidak mengerti apa bagusnya dan apa menariknya anak kecil, selain merepotkan finansial, juga merepotkan kebebasan waktu, kebebasan mengembangkan diri, kebebasan mengejar impian, kebebasan berkarya dan berkreasi. Yang paling parah penurunan quality of life. Seperti masalah tidur, makan, sex dengan pasangan, chores untuk pendidikan, belum lagi masalah iresponsibility yang bakal ditimbulkan si anak.
Jadi bukannya makin maju hidup kita, malah semakin mundur. Anak dewasa belum tentu surpass kemampuan orang tua atau pendahulunya. Ini mirip gambling.
Untuk bro Joshua men foolishness itu bukan bermaksud menyinggung, artinya kurang lebih seperti ini. Ada kan keluarga anak 2, lalu istri dan suami ikut KB biar tidak jadi anak ke 3,4, dst. Hal ini lumrah terjadi karena mereka sudah merasa cukup merawat 2 anak, dan tidak mau kerepotan urus anak selanjutnya.
Maka di sini kita bisa katakan bahwa si pria dan wanitanya berpikir logis.
Pada kasus lain, ada lagi seorang pria menikah, dengan pola pikir menikah, kalau diberi momongan ya diterima, tanpa planning apapun secara finansial, akhirnya stress, kerepotan, biaya hidup, beban hidup naik. Lari (baca cerai). Istri ditinggal dengan anak, terpaksa berjuang single parent. Ini yang saya maksud men foolishness, kecerobohan pria, maksa buat anak tanpa ngukur kemampuan diri sendiri.
Analoginya seperti orang lapar mata, ambil makanan banyak tapi tidak habis, dibuang akhirnya karena tidak tahu kemampuan makannya dan kondisi perutnya.
-
4 Mei 2016
STRALDIN447 tulis:
Dari sisi mana saya menganjurkan anda untuk melakukan ilegal sex. Saya hanya menggunakan logika transaksional (dan cost/work/obligation oriented) yang ada di tulisan anda di halaman pertama untuk diterapkan pada sebuah pernikahan. Simple as that. If my logical thought seems irrasional, well, maybe you should check your logical thought too.
Anda di trit lain dengan gagah perkasa membawa humanisme, bagaimana kita harus kasih terhadap orang lain walau beda agama. Tetapi dengan (calon) buah hati dan darah daging anda sendiri anda sudah melakukan perhitungan untung rugi yang luar biasa. Di situ saya merasa sedih.
Saya punya ponakan bro, tidak ada hubungan darah karena dia anak sahabat saya. Dan saya sayang dia, ~yg kenal saya pribadi pasti tahu~. Banyak yang saya korbankan untuk dia, karena mama papanya sering keluar kota, bangun pagi antar sekolah siangnya jemput, malam nemeni kerjakan pr (saya benci bangun pagi). Dan dia membayar lunas semua pengorbanan saya dengan senyuman dan ucapan aku sayang om. Lunas.
So, saya mendoakan bro (dan saya sendiri karena saya belum menikah dan punya anak) untuk merasakan kasih dan kebahagiaan yang sama ketika memeluk dan melihat senyuman darah daging anda (dan saya juga) nanti.
Trust me, there will be some time when you wish you could sell all your world just to see your love one happy (or healthy ~ saya orang asuransi jadi sering lihat hal ini). Maaf kalo baper dikit.
Maaf kalo ada salah kata. Nites and God Bless. Straldin out.
Shalom juga, ya saya sudah baca post anda. Dan merenungkan. Tetap saja saya tidak mengerti apa bagusnya dan apa menariknya anak kecil, selain merepotkan finansial, juga merepotkan kebebasan waktu, kebebasan mengembangkan diri, kebebasan mengejar impian, kebebasan berkarya dan berkreasi. Yang paling parah penurunan quality of life. Seperti masalah tidur, makan, sex dengan pasangan, chores untuk pendidikan, belum lagi masalah iresponsibility yang bakal ditimbulkan si anak.
Jadi bukannya makin maju hidup kita, malah semakin mundur. Anak dewasa belum tentu surpass kemampuan orang tua atau pendahulunya. Ini mirip gambling.
Untuk bro Joshua men foolishness itu bukan bermaksud menyinggung, artinya kurang lebih seperti ini. Ada kan keluarga anak 2, lalu istri dan suami ikut KB biar tidak jadi anak ke 3,4, dst. Hal ini lumrah terjadi karena mereka sudah merasa cukup merawat 2 anak, dan tidak mau kerepotan urus anak selanjutnya.
Maka di sini kita bisa katakan bahwa si pria dan wanitanya berpikir logis.
Pada kasus lain, ada lagi seorang pria menikah, dengan pola pikir menikah, kalau diberi momongan ya diterima, tanpa planning apapun secara finansial, akhirnya stress, kerepotan, biaya hidup, beban hidup naik. Lari (baca cerai). Istri ditinggal dengan anak, terpaksa berjuang single parent. Ini yang saya maksud men foolishness, kecerobohan pria, maksa buat anak tanpa ngukur kemampuan diri sendiri.
Analoginya seperti orang lapar mata, ambil makanan banyak tapi tidak habis, dibuang akhirnya karena tidak tahu kemampuan makannya dan kondisi perutnya.
-
4 Mei 2016
SISKA774 tulis:
menurut hemat saya, itu hak Yudi tak melakukan yang dikatakan Firman Tuhan di PL beranak cucu lah, karna zaman dulu manusia itu masih sedikit. Sekarang manusia sudah ada lebih dr 10 milyar jiwa. Jadi itu tdk lg menjadi masalah krusial (beranak cucu). Yang krusial dr Firman Tuhan adalah melaksanakan Amanat Agung Tuhan Yesus sambil merenungkan Firman Tuhan siang dan malam dan mempraktekkan nya dlm kehidupan nyata.
Betul, selain itu cobalah dekat di sekitar anak kecil di public area atau public transport, anda akan lihat seorang ibu stress memarahi anaknya karena tidak bisa diatur dan si anak tidak tahu bagaimana menjaga ketenangan atau bersikap di tempat umum. Akhirnya mempermalukan si ibu dan memancing energi negatif ibu tersebut seperti marah, perasaan bersalah kepada orang lain, pengorbanan tidak perlu, teriakan tidak perlu, omongan tidak perlu, dll. Hidup kok diisi dengan hal2 negatif, eman bu, dalam hati saya ingin bilang begitu. Tapi saya hanya tersenyum dan pergi.
Dan maaf orang lain umumnya melihat nothing special with ur kids, karena mereka obyektif. Dan maaf bagi orang seperti saya, anak kecil itu terlihat seperti makhluk primitif tidak bisa diatur, saya jadi membayangkan, sudah ga bisa diatur, kalau ga dirawat ya dosa, tapi kalau dirawat kok rasanya hati ini tidak rela waktu hidup dipakai untuk mengurus, melihat, dan mendengarkan hal2 sia2.
Just a joke, saya dan penumpang lain kebih terhibur jika ada seorang pria paruh baya ganti popok dibantu istrinya di dalam pesawat daripada melihat anak kecil ganti popok. Dan kami para penumpang yang ingin on time dalam business trip rela lah meluangkan waktu beberapa menit untuk melihat hiburan seperti itu. Hahaha.
4 Mei 2016 diubah oleh YUDI139
-
4 Mei 2016
ini yg saya maksud mengapa judul harus diganti, karena bukan tujuan kebahagiaan yg bro kejar dgn tdk punya anak, namun tujuan yg dipaparkan di paragraph di bawah ini.
YUDI139 tulis:
Shalom juga, ya saya sudah baca post anda. Dan merenungkan. Tetap saja saya tidak mengerti apa bagusnya dan apa menariknya anak kecil, selain merepotkan finansial, juga merepotkan kebebasan waktu, kebebasan mengembangkan diri, kebebasan mengejar impian, kebebasan berkarya dan berkreasi. Yang paling parah penurunan quality of life. Seperti masalah tidur, makan, sex dengan pasangan, chores untuk pendidikan, belum lagi masalah iresponsibility yang bakal ditimbulkan si anak.
-
4 Mei 2016
Wajar sih bro, karna si ibu jg ulah nya waktu kecil seperti itu thdp ibu nya. Nothing wrong aja sih.
YUDI139 tulis:
Betul, selain itu cobalah dekat di sekitar anak kecil di public area atau public transport, anda akan lihat seorang ibu stress memarahi anaknya karena tidak bisa diatur dan si anak tidak tahu bagaimana menjaga ketenangan atau bersikap di tempat umum. Akhirnya mempermalukan si ibu dan memancing energi negatif ibu tersebut seperti marah, perasaan bersalah kepada orang lain, pengorbanan tidak perlu, teriakan tidak perlu, omongan tidak perlu, dll. Hidup kok diisi dengan hal2 negatif, eman bu, dalam hati saya ingin bilang begitu. Tapi saya hanya tersenyum dan pergi.
Dan maaf orang lain umumnya melihat nothing special with ur kids, karena mereka obyektif. Dan maaf bagi orang seperti saya, anak kecil itu terlihat seperti makhluk primitif tidak bisa diatur, saya jadi membayangkan, sudah ga bisa diatur, kalau ga dirawat ya dosa, tapi kalau dirawat kok rasanya hati ini tidak rela waktu hidup dipakai untuk mengurus, melihat, dan mendengarkan hal2 sia2.
4 Mei 2016 diubah oleh SISKA774
-
4 Mei 2016
Setiap orang memiliki cara pandangnya sendiri2 mana yang paling terbaik yang akan dijalani dalam hidupnya. Dalam memandang suatu masalah yang penting bisa saling menghargai, menghormati, menerima pandangan orang lain tanpa ada keinginan untuk memaksakan baik dengan tekanan, hujatan atau pun kekerasan. Menurut saya jika dalam suatu obrolan / diskusi / nasehat / debat / komunikasi tidak menemukan titik temu dan selama cara pandang orang tersebut tidak merugikan orang lain maka sah-sah saja orang itu untuk melakukan apa saja. Jika tidak senang / tidak berkenan biar Tuhan saja yang menentukan benar salahnya.
-
4 Mei 2016
Bro Yudi, ada waktunya anak kecil merepotkan dan menjengkelkan... ada waktunya menjadi menggemaskan dan sumber penghiburan :)
Sama, kita yg uda umurnya banyak, juga bisa sekali waktu bertingkah aneh, ntah karena hormon, banyak masalah, dsb.
Teman saya ada yg temperamen. Dia sangat mau balitanya bersikap dewasa. Jangan suka memporakporandakan mainan2, harus bersih n rapi, sopan santun, dsb.
Dan yg saya lihat, didikannya berhasil. Saya malah kasian kalo liat anak itu sedang bermain mobil2an nya sendirian. Main saja rapi. hahaaa.... Ga tahan saya juga ikutan main deh...
Si ibu, yg siang hari bisa menghardik anaknya dgn keras, kalo sudah malam melihat anaknya tidur sembarangan jg menjadi iba. Dalam hati berjanji besok akan lebih lembut dan sabar kalau anaknya berulah. Tapi.... besok ya besok.... kalo mau marah, ya marah lagi.... hahahaaha....
Demikianlah namanya hidup. Nikmati saja. Ujung2nya kalo diingat2 semuanya lucu kok.
-
4 Mei 2016
Jadi inti nya klo saya boleh simpulkan bro Yudi tdk tertarik memiliki anak bukan karena beliau ingin hidup bahagia, namun karena 2 faktor paling utama yaitu: 1) hepeng (uang), 2) freedom.
-
4 Mei 2016
Siska774
Faktor dunia lain......
-
4 Mei 2016
MUWARDY036 tulis:
Bro Yudi, ada waktunya anak kecil merepotkan dan menjengkelkan... ada waktunya menjadi menggemaskan dan sumber penghiburan :)
Sama, kita yg uda umurnya banyak, juga bisa sekali waktu bertingkah aneh, ntah karena hormon, banyak masalah, dsb.
Teman saya ada yg temperamen. Dia sangat mau balitanya bersikap dewasa. Jangan suka memporakporandakan mainan2, harus bersih n rapi, sopan santun, dsb.
Dan yg saya lihat, didikannya berhasil. Saya malah kasian kalo liat anak itu sedang bermain mobil2an nya sendirian. Main saja rapi. hahaaa.... Ga tahan saya juga ikutan main deh...
Si ibu, yg siang hari bisa menghardik anaknya dgn keras, kalo sudah malam melihat anaknya tidur sembarangan jg menjadi iba. Dalam hati berjanji besok akan lebih lembut dan sabar kalau anaknya berulah. Tapi.... besok ya besok.... kalo mau marah, ya marah lagi.... hahahaaha....
Demikianlah namanya hidup. Nikmati saja. Ujung2nya kalo diingat2 semuanya lucu kok.
Nice share bro.
Nah ini dia, sifat permisif terhadap sumber masalah. Kalau kamus saya tidak ada kata karena anak kecil maka harus dimaklumi. Ini tidak berlaku untuk saya. Hidup sudah enak, seperti orang lepas dari penjara karena pembebasan oleh Tuhan yang luar biasa kok malah masuk lagi ke belenggu karena masalah internal (Buat anak kemudian direpotkan anak sendiri). Mengapa dikatakan masalah internal, karena itu masalah ciptaan kita sendiri.
Di post sebelumnya saya sudah jelaskan, jika ada masalah dari luar maka itu bukan salahmu, tapi jika dari dalam maka anda patut introspeksi dan janji tidak mengulang lagi, kemudian fokus ke solusi bukan problem.
Baca cerita anda saya dapat inti lain : inkonsistensi, harapan muluk orang tua, sehingga anak yang jadi korban.
sikap ibu yang tidak konsisten mendidik dengan menghardik (mengapa menghardik? Karena si anak belum terdidik secara baik jadi tentu terbatas kosa kata dan kurang pengertian terhadap kondisi sekitar apalagi kemauan si Ibu) dalam hal ini bukan salah anak karena kecerdasan setiap anak berbeda" ya,
teman temperamen tapi maksa punya anak dan mengharapkan si anak bertingkah tidak sesuai umurnya.
Ada kesamaan dalam 2 kasus tersebut : Anak yang menjadi korban baik psikologi ataupun fisik (Fisik mungkin di kasus lain ya).
Ini namanya bukan hidup Imo, hidup yang benar menurut pengalaman orang yang sudah kenyang makan asam garam kehidupan (Umumnya 40 tahun ke atas ya). Adalah seperti ini :
"Menjalani hidup dengan tenang, harmonis, selaras dengan alam." Anda bisa lihat dan tanyakan pada seorang pensiunan yang sedang santai dan sukses dengan retirement planningnya. Mereka sangat enjoying the life tanpa gangguan dari luar dan dalam. Mereka juga jadi lebih religius, lebih mengenal diri sendiri, dan tentunya mereka baik (Iya lah sudah hampir di penghujung hidup -- simatupang, siang malam tunggu panggilanNya). -
4 Mei 2016
LINDA299 tulis:
Siska774
Faktor dunia lain......
Masa ada orang diskusi malah menyindir yang menurut anda salah, saya malah lebih hargai jika anda membaca dan berpikir dengan obyektif. Ibarat hidupmu tidak sempurna, janganlah mencaci orang lain yang mengutarakan pemikirannya seperti saya yang juga tidak merasa sempurna dan belum tentu sepaham dengan anggapan anda.
Cobalah untuk bersikap obyektif dan berpikir cerdas ya.[Edit admin: Sebagian kalimat dihapus oleh admin. Mari kita berusaha mengerti apa yang dimaksudkan oleh orang lain dan selesaikan kesalahpahaman dengan cara yang santun. Tegurlah seseorang dengan ramah. Terima kasih.]
4 Mei 2016 diubah oleh JODOHKRISTEN
-
4 Mei 2016
Tidak boleh seperti itu menanggapi nya Yudi.
Dunia lain itu yang dimaksud adalah dunia pertama (mengaju kepada negara2 maju), dimana pikiran Yudi ini adalah lazim dan sah.
Sementara di dunia ketiga (mengacu kepada negara berkembang seperti Indonesia), dimana pikiran Yudi ini adalah salah satu bentuk deviasi.
Dunia kesatu dan dunia ketiga adalah dunia yang berbeda, sehingga akhirnya dikatakan lah sebagai dunia lain.
YUDI139 tulis:
Masa ada orang diskusi malah menyindir yang menurut anda salah, saya malah lebih hargai jika anda membaca dan berpikir dengan obyektif. Ibarat hidupmu tidak sempurna, janganlah mencaci orang lain yang mengutarakan pemikirannya seperti saya yang juga tidak merasa sempurna dan belum tentu sepaham dengan anggapan anda.
Cobalah untuk bersikap obyektif dan berpikir cerdas ya.[Edit admin: Sebagian kalimat dihapus oleh admin. Mari kita berusaha mengerti apa yang dimaksudkan oleh orang lain dan selesaikan kesalahpahaman dengan cara yang santun. Tegurlah seseorang dengan ramah. Terima kasih.]
4 Mei 2016 diubah oleh JODOHKRISTEN
-
4 Mei 2016
SISKA774 tulis:
Tidak boleh seperti itu menanggapi nya Yudi.
Dunia lain itu yang dimaksud adalah dunia pertama (mengaju kepada negara2 maju), dimana pikiran Yudi ini adalah lazim dan sah.
Sementara di dunia ketiga (mengacu kepada negara berkembang seperti Indonesia), dimana pikiran Yudi ini adalah salah satu bentuk deviasi.
Dunia kesatu dan dunia ketiga adalah dunia yang berbeda, sehingga akhirnya dikatakan lah sebagai dunia lain.
Coba dilihat lagi arti implisitnya dan perhatikan semua postingnya, artinya bukan begitu.
Orang ngetroll itu. Ibarat kita orang lagi diskusi lalu office boy teriak2 di luar gak nyambung sama diskusi. Iya kalau bawa teh atau kopi.
LINDA299 tulis:
$????#-#%@+@$-#:@+#($($-@-##)#+@+#&#+#(#)$+$-#+@&@+@(@
Kabur ahhhh...ntar jodoh pula.....wkwkwkwkwkw
[Edit admin: Sebagian kalimat dihapus oleh admin. Dear saudara Yudi, kami harapkan agar hal ini adalah yang terakhir kalinya di mana anda memposting kata-kata yang tidak santun. Mari kita berkomunikasi dengan ramah. Dalam berforum, kita juga perlu bertoleransi terhadap anggota lain. Menerima atau menyanggah pendapat orang lain dengan ramah, membuka diri dengan gurauan ringan, dan apabila perlu menegur namun dengan ramah pula. Tuhan memberkati ]
4 Mei 2016 diubah oleh JODOHKRISTEN
-
4 Mei 2016
pahami lah wanita bro. ^_^
YUDI139 tulis:
Coba dilihat lagi arti implisitnya dan perhatikan semua postingnya, artinya bukan begitu.
Orang ngetroll itu. Ibarat kita orang lagi diskusi lalu office boy teriak2 di luar gak nyambung sama diskusi. Iya kalau bawa teh atau kopi.
-
4 Mei 2016
SISKA774 tulis:
pahami lah wanita bro. ^_^
Iya sis. Hahaha. Sudahlah ga penting juga.
Minta dipahami tapi tidak bisa membawa diri. Sungguh membuatku terharu, menyelami pola pikirnya.
Siapa menjaga mulut, menjaga nyawanya. Masa alkitab cuma jadi hiasan, ya begitulah orang mengaku mengenal Yesus. Tolok ukurnya awam sekali, saya tahu setiap manusia benar menurut pandangannya sendiri, tetapi ada 1 yang undeniable, yaitu hukum alam semesta. Itu yang akan menyadarkan siapa salah, siapa benar, kalau kita di alkitab tahunya hukum tabur tuai, didikan hikmat. Dia yang ada sebelum dunia diciptakan. Kesukaan Tuhan, dan yang paling disayang Tuhan. -
4 Mei 2016
bro...gimana pun anak itu anugerah dari Tuhan
liat Bapak ABRAHAM..setua apapun dia..dia masih sangat berharap punya keturunan
sampai istrinya pun merelakan dia kan untuk punya anak dr wanita lain
masalah urus anak dll spti yg anda sebutkan..itu memang sudah jalan hidup manusia
kalo sampai anda punya pikiran lbi baik kerja, punya suster cantik di hari tua..ada beberapa kemungkinan :
1. anda jomblo abadi
2. anda impoten
3. anda bergaul di dunia lain
4. anda pasrah dengan hidup anda
hahaha
bagaimanapun juga anak adalah hadiah terbesar buat kita
YUDI139 tulis:
Ya sesuai judul, hidup tanpa anak itu bagaimana menurut member jk di sini?
Anak itu forbidden fruits dari taman eden loh. Kita liat realita dulu.
Anak bukan tanggung jawab, bukan buah cinta, anak itu trapped soul in human flesh, born without knowledges, and annoying. Children are made from men foolishness, a prison chain ball to your feet, ankle biter. Hehe.
Anak sifatnya permanen, punya anak atau tidak itu pilihan hidup. Sekali punya anak harus tanggung jawab seumur hidup.
Kita sederhanain aja deh bakal panjang soalnya. Member JK status janda dengan anak vs member JK status janda tanpa anak. Yang lebih susah cari pasangan yang mana? Hehe. Itu 1 contoh saja.
Sedikit cerita, orang menikah happy waktu honeymoon, tapi begitu istri hamil, suami botak, anak lahir jadi kurang tidur, tiap hari teriak2, stressful, kerjaan morat marit, 1 sumber penghasilan dimakan ber 3 atau ber 4 atau lebih, laki dulu lajang keren naik mobil sedan, tambah tua naik wagon type. Atau medieval type (Baca : Motor bebek, jaket poncol, pelana kuda -- kotak bagasi kanan kiri, tambah tameng -- tas kerja). Edian, hehehe.
Belum kebutuhan biologisnya, mau having sex sama istri, nanti dulu anak belum tidue, mau wisata? Mikir anak masih butuh biaya. 10 jt orang single makan di rooftop bintang 5 min 2x sebulan sama calon pacar, 10 jt orang berkeluarga, makan tahu tempe, kadang puasa melek merem. Hidup itu pilihan sekali lagi ini realita hidup.
Istri dulu kurus sekarang gembrot. Melar sana sini, jangankan ke salon, biaya perawatan salon berubah jadi susu, sekolah, makanan, dll. Akhirnya suami selingkuh. (Salah 1 penyebab selingkuh).
Anak, masih kecil merepotkan, balita tidak lancar komunikasi, tiap hari berisik, panggil ortu tunjukkan gambar coret2an ancur, nyanyi ora jelas, makan? Rewel. Ada keinginan harus dituruti, kemampuan cari uang? Nol.
Masuk smp kenakalan remaja, SMA? Kenakalan cinta. Kuliah? Habiskan biaya, no return value. Mana ada orang mau investasi ratusan juta hasilnya individu kerja sorry gaji UMR. Bukti anak fragile investments. Belum makan, belum baju, belum hiburannya, belum hasil kenakalannya merusak barang.
Lalu anak minta kawin, ortu gimana? Bayari kalau gak? Ya diumbar suruh ke KUA atau ala katholik, murah meriah hemat. Setelah itu? Tinggal berdua sama istri. Ortu? Dirawat babu. Naik kursi roda? Kredit aja, yang dorong? Pembantu, kalau pembantu cuti? Dorong sendiri.
Anak ngeluh susu si cucu, biaya sekolah cucu, bla bla bla cucu, dll.
Lingkaran setan, yang didapat apa? Menurunkan keturunan, jadi kalau kakek namanya Joni suparto, anak jono suparto, cucu joko suparto. Orang bilang itu suparto family, sudah puluhan tahun tinggal di kampung sini (stagnasi, duit abis biayai anak). Bangga? Ya silahken. Hehehe.
Nah berdasarkan realita, bukankah lebih baik kerja, menabung dan investasi buat sewa jasa suster2 cantik buat kita di hari tua? Hehehe.
-
4 Mei 2016
sob semua .... kayaknya nggak ada ujung pangkalnya dehhhh...... diskusi ini bakal alot dehhh karena memang perbedaan yg cukup besar ttg bagaimana kita melihat masalahnya....... dulu saya punya masalah yg nggak jauh beda dgn bung yudi....... mungkin lebih parah..... karena penderitaan masa kecil saya tidak pernah membayangkan punya anak .... tapi bukan karena saya tidak suka anak kecil tapi karena ketakutan saya tidak bisa membayangkan kehidupannya seperti yg pernah saya alami. saya tidak ingin menikah ..... waktuku habis buat cari ilmu (hrs biaya sendiri sampai selesai S2) sibuk mengejar karier.... gila membangun usaha.... saya ketakutan jika harus susah lagi. hidup saya rencanakan sematang mungkin bila perlu nyaman sampai tutup usia n berburu info ttg asuransi hari tua...... seiring berjalannya waktu ketika semua hampir terwujud..... saya mulai rindu warna lain dlm hidup saya....... semua saudara sdh menikah ..... adik yg paling dekat dgn saya punya 3 anak n mereka tinggal menjaga rumah ortu. badan saya bergetar ketika anak bungsunya lahir n suaminya meletakkan bayi tsb dipangkuan saya ...... saya terkejut...... ini mahluk paling cantik yg pernah saya lihat..... sekarang bayi tsb berumur 5 thn ..... memanggil saya dgn sebutan mama.... memeluk saya saat saya berkunjung ke rumah ortu... nelpon n bilang rindu n sayang sama saya.... merengek n merayu untuk semangkuk ice cream..... memijit kaki saya dgn jari2 kecilnya saat saya mengeluh sakit walaupun nggak terasa apa2 tapi rasanya semua beban saya hilang...asli ..... dia menumbuhkan rasa keibuan saya..... membangun rasa empati n mengasah rasa peduli saya terhadap lingkungan sekitar.... dia lah membuat saya rindu pulang ke rumah.... sekarang dia yg menguatkan saya mencari rejeki agar bisa membeli sesuatu n membuat kejutan buat dia..... malam minggu saya habiskan dgn dia ..... sangat menghibur n memberi kekuatan..... salah satu hal yg membuat saya ada di JK adalah anak kecil...
bung yudi anda masih muda...... masih banyak ambisi yg ingin anda raih.... suatu saat bila anda berada di suatu titik tertentu mungkin anda ingin merubah warna hidup anda ....... saat semua yg anda ingin raih sdh tercapai mungkin ada beberapa pandangan anda yg berubah.... termasuk pandangan anda tentang anak kecil .... mereka adalah mujisat.........
-
4 Mei 2016
MARIA148 tulis:
sob semua .... kayaknya nggak ada ujung pangkalnya dehhhh...... diskusi ini bakal alot dehhh karena memang perbedaan yg cukup besar ttg bagaimana kita melihat masalahnya....... dulu saya punya masalah yg nggak jauh beda dgn bung yudi....... mungkin lebih parah..... karena penderitaan masa kecil saya tidak pernah membayangkan punya anak .... tapi bukan karena saya tidak suka anak kecil tapi karena ketakutan saya tidak bisa membayangkan kehidupannya seperti yg pernah saya alami. saya tidak ingin menikah ..... waktuku habis buat cari ilmu (hrs biaya sendiri sampai selesai S2) sibuk mengejar karier.... gila membangun usaha.... saya ketakutan jika harus susah lagi. hidup saya rencanakan sematang mungkin bila perlu nyaman sampai tutup usia n berburu info ttg asuransi hari tua...... seiring berjalannya waktu ketika semua hampir terwujud..... saya mulai rindu warna lain dlm hidup saya....... semua saudara sdh menikah ..... adik yg paling dekat dgn saya punya 3 anak n mereka tinggal menjaga rumah ortu. badan saya bergetar ketika anak bungsunya lahir n suaminya meletakkan bayi tsb dipangkuan saya ...... saya terkejut...... ini mahluk paling cantik yg pernah saya lihat..... sekarang bayi tsb berumur 5 thn ..... memanggil saya dgn sebutan mama.... memeluk saya saat saya berkunjung ke rumah ortu... nelpon n bilang rindu n sayang sama saya.... merengek n merayu untuk semangkuk ice cream..... memijit kaki saya dgn jari2 kecilnya saat saya mengeluh sakit walaupun nggak terasa apa2 tapi rasanya semua beban saya hilang...asli ..... dia menumbuhkan rasa keibuan saya..... membangun rasa empati n mengasah rasa peduli saya terhadap lingkungan sekitar.... dia lah membuat saya rindu pulang ke rumah.... sekarang dia yg menguatkan saya mencari rejeki agar bisa membeli sesuatu n membuat kejutan buat dia..... malam minggu saya habiskan dgn dia ..... sangat menghibur n memberi kekuatan..... salah satu hal yg membuat saya ada di JK adalah anak kecil...
bung yudi anda masih muda...... masih banyak ambisi yg ingin anda raih.... suatu saat bila anda berada di suatu titik tertentu mungkin anda ingin merubah warna hidup anda ....... saat semua yg anda ingin raih sdh tercapai mungkin ada beberapa pandangan anda yg berubah.... termasuk pandangan anda tentang anak kecil .... mereka adalah mujisat.........
Itu maternal instinct, ya kasus anda ini adalah hasil introspeksi anda cocok jadi ibu karena sifat keibuan itu mulai muncul. Itu sangat manusiawi. Dan pilihan anda punya anak, semoga terwujud. Anda pasti jadi ibu yang luar biasa.
Tapi melihat usia anda, sudah sangat rawan jika hamil. Bisa dikatakan anda childless. Coba silahkan adopsi anak tapi sebelum adopsi anda tinggalah 3 bln bersama anak saudara anda yang masih balita untuk re think, berpikir ulang, betul ingin jadi Ibu atau hanya karena kesepian jadi ingin anak? Ini harus diperhatikan dengan cermat. Anak sifatnya permanen loh, dari cerita anda sepertinya sudah almost get what u have imagined in the pasts. Itu kemurahan Tuhan, jangan hanya karena keinginan singkat soal anak semua yang telah anda raih jadi sia2. Anda, saya percaya adalah tipe cool aunty bagi anak saudara anda.
Jangan lupakan 1 hal dari cerita anda, anda bertemu untuk waktu yang singkat dengan anak2 itu, bukan hidup bersama dalam waktu panjang. Jadi silahkan dilakukan yang saya sarankan tersebut, jangan hanya karena 1 hari dan sesekali tempo bertemu anak saudara, lalu ingin anak, nanti setelah diberi jadinya bersungut2 wah ini bukan mukjizat ternyata, tapi karena sifat permanen ya no retour. Hehehe.
Saya lihat hidup anda, diberkatiNya, yang diimpikan tercapai semua. Jadi kalau saya jadi anda, saya bersyukur sekali loh.
4 Mei 2016 diubah oleh YUDI139
-
4 Mei 2016
mbk..ini bt aku terharu..mungkin gitu dulu ya yg dirasa ortuku sampe bela2in berbagai cara ampe bayi tabung biar bs pny anak..
inspiratif bgt mbk
MARIA148 tulis:
sob semua .... kayaknya nggak ada ujung pangkalnya dehhhh...... diskusi ini bakal alot dehhh karena memang perbedaan yg cukup besar ttg bagaimana kita melihat masalahnya....... dulu saya punya masalah yg nggak jauh beda dgn bung yudi....... mungkin lebih parah..... karena penderitaan masa kecil saya tidak pernah membayangkan punya anak .... tapi bukan karena saya tidak suka anak kecil tapi karena ketakutan saya tidak bisa membayangkan kehidupannya seperti yg pernah saya alami. saya tidak ingin menikah ..... waktuku habis buat cari ilmu (hrs biaya sendiri sampai selesai S2) sibuk mengejar karier.... gila membangun usaha.... saya ketakutan jika harus susah lagi. hidup saya rencanakan sematang mungkin bila perlu nyaman sampai tutup usia n berburu info ttg asuransi hari tua...... seiring berjalannya waktu ketika semua hampir terwujud..... saya mulai rindu warna lain dlm hidup saya....... semua saudara sdh menikah ..... adik yg paling dekat dgn saya punya 3 anak n mereka tinggal menjaga rumah ortu. badan saya bergetar ketika anak bungsunya lahir n suaminya meletakkan bayi tsb dipangkuan saya ...... saya terkejut...... ini mahluk paling cantik yg pernah saya lihat..... sekarang bayi tsb berumur 5 thn ..... memanggil saya dgn sebutan mama.... memeluk saya saat saya berkunjung ke rumah ortu... nelpon n bilang rindu n sayang sama saya.... merengek n merayu untuk semangkuk ice cream..... memijit kaki saya dgn jari2 kecilnya saat saya mengeluh sakit walaupun nggak terasa apa2 tapi rasanya semua beban saya hilang...asli ..... dia menumbuhkan rasa keibuan saya..... membangun rasa empati n mengasah rasa peduli saya terhadap lingkungan sekitar.... dia lah membuat saya rindu pulang ke rumah.... sekarang dia yg menguatkan saya mencari rejeki agar bisa membeli sesuatu n membuat kejutan buat dia..... malam minggu saya habiskan dgn dia ..... sangat menghibur n memberi kekuatan..... salah satu hal yg membuat saya ada di JK adalah anak kecil...
bung yudi anda masih muda...... masih banyak ambisi yg ingin anda raih.... suatu saat bila anda berada di suatu titik tertentu mungkin anda ingin merubah warna hidup anda ....... saat semua yg anda ingin raih sdh tercapai mungkin ada beberapa pandangan anda yg berubah.... termasuk pandangan anda tentang anak kecil .... mereka adalah mujisat.........
-
4 Mei 2016
VANDER071 tulis:
bro...gimana pun anak itu anugerah dari Tuhan
liat Bapak ABRAHAM..setua apapun dia..dia masih sangat berharap punya keturunan
sampai istrinya pun merelakan dia kan untuk punya anak dr wanita lain
masalah urus anak dll spti yg anda sebutkan..itu memang sudah jalan hidup manusia
kalo sampai anda punya pikiran lbi baik kerja, punya suster cantik di hari tua..ada beberapa kemungkinan :
1. anda jomblo abadi
2. anda impoten
3. anda bergaul di dunia lain
4. anda pasrah dengan hidup anda
hahaha
bagaimanapun juga anak adalah hadiah terbesar buat kita
Bahas soal ini anda harus lebih luas lagi pikirannya. Di kasus Abraham ada 2 hal krusial yang harus kita pelajari, yaitu keinginan manusia yang kuat, membuktikan bahwa Tuhan pun tergerak. Sehingga janjiNya akan digenapi. Pada jaman itu populasi manusia masih sedikit tapi ini tidak akan kita bahas ya. Karena topik kita perkecil ke childfree.
Abraham bersalah, salahnya di mana? Dia menyangsikan janji Tuhan, akhirnya memiliki anak dari wanita lain, jika dirunut ceritanya pada akhirnya anak Abraham membuat masalah yang menggoncang kehidupan. Jika disingkat omongannya, Tuhan berjanji, manusia malah berusaha dengan pola pikir manusia, bukan pola pikir Tuhan. Jadinya kacau balau, masalah datang. (Ini ada hubungan dengan ajaran hikmat ya).
Jika kasus Abraham terjadi di dunia nyata, pandangan kita bagaimana? Ada seorang laki menikah, lalu istrinya mandul or lakinya disfungsi ereksi, susah bercinta mungkin. Lalu ngebet punya keturunan, lalu adakah kira2 Istri kurang waras bilang, ya sudah papah kamu buat anak sama si Inem saja pembantu kita. Dan jadilah anak. Ada? Jika anda begitu, wah lebih baik suami nikah dengan tabung bayi tabung dan bermain sex toys saja untuk kebutuhan biologisnya. Orang diselingkuhi saja langsung minta cerai, ini malah suami disuruh main gila sama wanita lain biar jadi anak. Di mana letak anugerah terbesar Tuhan untuk kita? Otak dan akal budi untuk berpikir?
Bukti nyata runutan ceritanya, Tuhan marah, tapi memaafkan, berlanjut ke kronologi alkitabiah di mana cerita terkenal Abraham luar biasa mau mengorbankan anaknya. Tapi Tuhan mengganti dengan domba di semak belukar. Got the point jika dinalar bro?
Jika diperkecil lagi masalah Abraham sehingga cacat di hadapan Tuhan apa? Keinginan untuk punya keturunan, lalu yang menimbulkan masalah apa? Campur tangan istri Abraham dengan pandangan dan pola pikir secara manusia, berikutnya tidak bisa dipungkiri. Anak itulah sumber masalah.
Lalu kesimpulan anda, kurang tepat point 1,2,3,4 saya jawab.
1. Saya jomblo abadi. Tidak, saya ada mantan, jadi di sini tidak valid.
2. Saya impoten. Tidak, saya mengharapkan menikah untuk menikmati legal sex, dan kebutuhan biologis, jadi di sini tidak valid.
3. Dunia lain apa lagi? Tolong lebih spesifik.
4. Saya pasrah terhadap hidup saya. Tidak, kalau saya pasrah saya tidak akan bekerja dan memiliki keinginan untuk self improving. Jadi ini juga tidak valid.
Sekarang saya tanya balik. Anda kok yakin anak adalah hadiah terbesar buat anda? Anda sudah punya anak? Jika belum ya itu sama saja kaya anda bilang makan udang goreng enak padahal anda belum pernah makan udang goreng. Tidak bakal ada orang percaya anda jika ngomong dibiasakan tanpa bukti begitu.
Punya anak itu pilihan manusia brother. Bukan jalan hidup manusia, karena ketika kita lahir, kita tidak bawa anak.
4 Mei 2016 diubah oleh YUDI139
-
4 Mei 2016
saya tinggal dgn bayi tsb selama 2 thn tapi karena suatu kondisi saya harus merelakan kembali diasuh kembali dgn orang tuanya. banyak hal yg dulu menjadi keegoisan saya pelan2 berubah..... saya rela mengganti mobil saya dgn mobil yg lebih kecil dan lebih bersahabat dgn anak kecil x
-
4 Mei 2016
MARIA148 tulis:
saya tinggal dgn bayi tsb selama 2 thn tapi karena suatu kondisi saya harus merelakan kembali diasuh kembali dgn orang tuanya. banyak hal yg dulu menjadi keegoisan saya pelan2 berubah..... saya rela mengganti mobil saya dgn mobil yg lebih kecil dan lebih bersahabat dgn anak kecil x
Bisa ceritakan alasan dan kondisinya?