RENUNGAN POSITIF
-
28 Oktober 2016
Hidup oleh Roh
Roma 8:1-11
Pada perikop sebelumnya, Paulus menyingkapkan tentang pergumulannya akan dosa dan hidup benar. Dalam perikop ini, ia memberikan jawaban terhadap kedua pergumulan tersebut.
Pergumulan yang pertama, Paulus menjawab di ayat 1-4, yaitu dalam Kristus tidak ada lagi penghukuman. Ini adalah karya Allah yang tidak dapat dilakukan manusia. Allah mengutus Yesus untuk menyelamatkan manusia berdosa dan mengutus Roh Kudus untuk memberikan hidup yang memerdekakan manusia dari kutuk dosa.
Sedangkan pergumulan kedua, Paulus menjawab di ayat 5-8, yaitu hidup menurut Roh, bukan menurut daging. Hanya Roh Kudus yang dapat memampukan kita untuk melakukan apa yang dituntut hukum Taurat (4). Dengan kata lain, kebenaran Allah dapat digenapi dengan hidup menurut Roh, bukan menurut kedagingan (9-11). Pengajaran ini sangat penting karena hal itu adalah pengajaran yang sangat mendasar bagi iman kekristenan kita.
Allah memerdekakan kita dari dosa dengan mengutus Yesus Kristus mati bagi kita. Allah juga memampukan kita untuk hidup kudus dan benar seturut dengan kehendak-Nya dengan mengutus Roh Kudus berdiam dalam diri kita. Dengan demikian, pergumulan terhadap dosa dan hidup benar pun terselesaikan karena karya Allah.
Tidakkah pemahaman ini menggugah hati Anda? Lihat bagaimana Allah telah memfasilitasi segala yang terbaik bagi kita agar kita dapat hidup seturut dengan kehendak-Nya. Ia memberikan Yesus Kristus untuk menanggung dosa kita. Ia mencurahkan Roh Kudus untuk berdiam dalam kita. Ia bahkan memberikan firman-Nya sebagai panduan dalam hidup sehingga kita dapat hidup dalam Roh dan kebenaran-Nya.
Pertanyaannya adalah, bagaimana respons kita terhadap Allah? Adakah kita semakin rindu untuk hidup bagi-Nya?
-
29 Oktober 2016
Hidup sebagai Orang Berhutang
Roma 8:12-17
Ada seorang bapak berutang cukup banyak kepada tuan A. Karena tuan A seorang yang kejam, ia menuntut bapak itu membayar utangnya. Jika tidak, tuan A akan memenjarakannya.
Berita ini terdengar oleh tuan B. Karena belas kasihannya, tuan B bersedia membayar semua hutang bapak tersebut.
Tentu saja hal ini sangat menggembirakan hati Sang Bapak. Meski ia sadar dirinya masih terlilit utang, namun kini ia berutang bukan kepada tuan yang jahat melainkan kepada tuan yang baik dan penuh belas kasihan. Sebab itu, bapak itu bersedia melakukan apa saja yang bisa dilakukannya demi tuan barunya.
Gambaran inilah yang Paulus ajarkan pada bacaan hari ini. Paulus memberikan aplikasi praktis dari pengajarannya di bagian sebelumnya, yang ia simpulkan di ayat 12. Menariknya, Paulus menyebut kita sebagai "orang-orang berutang" (Ingg. Under obligation).
Paulus ingin menegaskan bahwa sebagai orang-orang yang telah ditebus oleh Kristus dan telah menerima Roh Kudus, kita harus hidup menurut Roh, bukan menuruti keinginan daging atau dosa (12).
Hidup menurut Roh berarti hidup dipimpin oleh Roh dan mematikan segala perbuatan dosa (13-14). Tidak hidup lagi dalam ketakutan, melainkan menyandarkan diri kepada pimpinan Roh Allah (14-15). Hasilnya adalah kita disebut anak-anak Allah (14, 16) dan ahli waris-Nya (17) yang akan menerima janji dan keselamatan serta kemuliaan bersama Allah (17). Indah bukan karya Allah di dalam hidup kita?
Pertanyaannya, siapakah yang lebih kita taati selama ini? Keinginan daging kita atau kehendak Tuhan? Marilah kita bersungguh-sungguh menjalani hidup dalam Roh. Hidup seturut kehendak dan firman-Nya. Hidup dipimpin oleh Roh-Nya.
Sesungguhnya, kita adalah orang-orang yang berutang kepada Kristus, Sang Pemilik hidup kita
-
30 Oktober 2016
Aku Rindu Setengah Mati
Mazmur 84
Lagu yang berjudul "Aku rindu setengah mati kepadamu" adalah bagian awal dari refrein sebuah lagu pop di negeri kita. Meskipun kita mungkin jarang menyanyikannya, namun kita pernah merasakan kerinduan kepada seseorang yang kita sayangi (tidak harus pasangan kita).
Tentu perasaan itu bisa muncul karena kita hanya bertemu dengan orang yang kita rindukan beberapa hari sekali. Kalau pun ingin bertemu, kita hanya bisa bertemu di sebuah tempat.
Mungkin perasaan rindu tersebut bisa menolong kita memahami perasaan rindu yang dirasakan oleh pemazmur (3), bani Korah, orang-orang yang hidup sebagai para penyanyi (2Taw 20:19) dan penjaga pintu Bait Allah (1Taw 26:1).
Pada masa Perjanjian Lama, Bait Allah adalah sebuah tempat yang mewakili atau mencerminkan kehadiran Allah di tengah umat-Nya dan tempat di mana Allah berada. Karena itu, hanya imam saja yang bisa terus-menerus diam dalam Bait Allah. Berdiam dalam rumah Allah sama dengan berdiam bersama-Nya, memuji-muji Dia, (5) dan aman bersama-Nya (4).
Berada di tempat Allah berdiam adalah sebuah kesempatan berharga. Sebab, di dalamnya seseorang bisa berjumpa dengan Allah yang dipercayai dan diandalkannya. Itu sebabnya pemazmur mengatakan berbahagialah mereka yang rindu diam di rumah Allah (5).
Apa artinya diam di rumah Allah? Yang dimaksud diam di rumah Allah bukan hanya diam secara badaniah, tetapi juga diam secara rohani dalam kepercayaan kepada Allah (6; 113). Orang-orang seperti itu yang akan diberkati oleh Tuhan (12).
Melihat kerinduan pemazmur yang ingin bersama dengan Tuhan, memunculkan pertanyaan dan perenungan untuk kita, yakni apakah kita memiliki kerinduan yang sama untuk bersama dengan Tuhan? Apalagi saat ini Tuhan tidak hanya berdiam dalam Bait Allah, tetapi juga berdiam — dalam pribadi Roh Kudus — dalam diri kita (Rm 8:11; bdk. Yoh 14:26).
Apakah saat ini kita rindu untuk diam bersama dengan Allah dalam keseharian kita?
-
30 Oktober 2016
Renungan pagi
Rumus Kehidupan
Dalam sebuah kelas, sedang berlangsung pelajaran matematika. Ibu guru menerangkan rumus matematika itu dengan sangat hati-hati agar dapat dimengerti oleh murid-muridnya.
Di sela-sela pelajaran sedang berlangsung, ada salah satu murid yang bertanya kepada gurunya.
“Bu, adakah hubungan antara matematika dengan kehidupan?”
Gurupun menjawab, “Tentu saja. “Plus” jika kau kalikan dengan”plus” maka hasilnya adalah “plus”. Namun ketika “plus” kau kalikan dengan “negative” maka hasilnya “negative” dan juga sebaliknya. Akan tetapi jika “negative” dikalikan dengan “negative” maka akan mengasilkan nilai “plus”.
Artinya adalah, ketika kau mengatakan “benar” terhadap yang “benar” maka kau sudah melakukan tindakan yang “benar”. Namun jika kau mengatakan yang “benar” terhadap sesuatu hal yang “salah” atau sebaliknya, maka kau telah melakukan tindakan yang “salah”. Akan tetap jika kau mengatakan “salah” terhadap sesuatu yang “salah” maka kau telah melakukan tindakan yang “benar.”
Dimanapun tempatnya, kebenaran akan selalu muncul dan tidak bisa disembunyikan lagi terlebih di hadapan Tuhan.
So..Jika kita ingin mendapatkan kehidupan yang baik dan juga benar di hadapan Tuhan, maka kita pun juga harus melakukan apa yang benar menurut Firman Tuhan.
Jangan biarkan kehidupan kita menyimpang jauh dari pada Tuhan karena semua itu akan mendatangkan kehancuran bagi kehidupan kita. Lebih baik berjalan di jalan Tuhan daripada berjalan di jalan yang penuh dengan kegelapan dan berakhir pada kebinasaan.
Aku telah memilih jalan kebenaran, telah menempatkan hukum-hukum-Mu di hadapanku. Mazmur 119:30
Selamat pagi
Selamat beribadah
Tuhan Yesus Memberkati
-
31 Oktober 2016
Mengapa, atau Bagaimana?
Roma 8:18-25
Orang Kristen dapat mengalami penderitaan. Salah satu kisahnya adalah ketika pada awal 2014 di Jakarta, khalayak dicengangkan oleh kasus pembunuhan Ade Sara. Ia seorang anak tunggal dari sebuah keluarga Kristen. Mahasiswi ini dibunuh dengan keji oleh mantan pacarnya. Pada akhirnya, pelaku tertangkap dan dijatuhi hukuman seumur hidup.
Realitas kehidupan ini menyadarkan kita bahwa selama masih hidup dalam dunia yang berdosa ini, kita bisa mengalami penderitaan. Bukan hanya realitas yang mengonfirmasikan orang-orang percaya akan mengalami penderitaan di dunia, firman Tuhan pun mengatakan demikian. Hal ini terlihat dari kenyataan bahwa umat Allah masih mengeluh dan merasakan sakit bersalin (22-23).
Ketika mengalami penderitaan, biasanya kita terlalu sibuk bertanya kepada Tuhan "Mengapa penderitaan ini terjadi pada diriku?" Jawabannya adalah karena dunia masih berada dalam pengaruh dosa di mana banyak manusia hidup menurut kedagingannya (8:5). Marilah kita berhenti sejenak bertanya "Mengapa?".
Seyogianya kita bertanya, "Bagaimana aku dapat melewati semua penderitaan yang terjadi dalam kehidupanku, Tuhan?" Atas pertanyaan tersebut kita dapat memahami bahwa: Pertama, Roma 8 mengatakan bahwa Roh Kudus yang tinggal dalam diri anak-anak Allah akan menolong kita yang lemah menghadapi penderitaan. Tuhan berjanji tidak akan meninggalkan umat-Nya dalam keadaan seburuk apa pun (35).
Kedua, kita dapat terus berpengharapan akan lepas dari penderitaan. Dalam bagian ini, Tuhan berfirman bahwa "penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita" (18). Kemuliaan itu akan diberikan saat manusia berhadapan muka dengan Tuhan di surga. Di sana tidak ada lagi penderitaan karena dosa telah ditaklukkan oleh Allah.
Dalam menghadapi penderitaan Anda hari ini, bertanyalah "bagimana?" Tuhan menolong dan memberkati Anda.
-
1 November 2016
Kita adalah Umat Pilihan-Nya!
Roma 8:26-30
Tidak segala hal dalam hidup kita itu baik dengan sendirinya. Bahkan dosa membuat kehidupan manusia malah semakin buruk. Penulis Kejadian sejak lama mencatat bahwa kecenderungan hati manusia selalu membuahkan kejahatan semata-mata (lih. Kej 6:5). Tetapi, Allah itu hidup, baik dan setia. Itulah sebabnya, manusia perlu memercayakan dirinya kepada Allah yang tidak pernah melupakan ciptaan-Nya.
Kalau mau jujur, doa-yang merupakan hal yang penting dalam diri orang percaya-juga bukan perkara yang mudah! Tidak jarang kita tidak tahu apa yang semestinya kita ucapkan dalam doa. Paulus menyatakan bahwa manusia tidak tahu bagaimana seharusnya berdoa (lih. Rm 8:26). Tetapi, Allah tidak membiarkan kita dalam kebingungan. Roh sendiri berdoa kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.
Dalam hidup yang tampaknya ruwet, Allah tidak diam dan berpangku tangan. Dia sedang menyulam hari esok kita. Kalau yang disulam-Nya itu diterima dengan iman, kita akan melihat hasil akhir yang indah apabila kita mengasihi-Nya. Memang lebih mudah mengatakan bahwa kita mengasihi Allah, namun itu hanya terbukti ketika kita tekun memercayai Dia. Ingatlah sulaman! Kalau dilihat dari bawah, kain yang disulam tampak acak-acakan. Tetapi dari atas, semuanya tampak indah karena Sang Penciptanya memiliki maksud yang indah!
Penegasan Paulus pada ayat 28-bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu-sungguh menghibur, namun harus kita pahami secara utuh. Allah bukan hanya mengetahui sejak awal, Dia malah sudah menentukan dari awalnya. Tujuan-Nya sungguh agung dan mulia supaya kita menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya. Tentu sebagai manusia kita acap kali mengalami kegagalan, tetapi Allah Yang Mahabijak sungguh mengenal keterbatasan serta keringkihan kita. Kalau kita mengenal rencana-Nya dan bertahan dalam menghadapi berbagai kesukaran, Ia akan membenarkan kita. Tak hanya itu, kita malah akan dimuliakan-Nya! Sekali lagi, karena kita adalah pilihan-Nya! Dia tidak pernah melupakan kita!
-
1 November 2016
Kita adalah Umat Pilihan-Nya!
Roma 8:26-30
Tidak segala hal dalam hidup kita itu baik dengan sendirinya. Bahkan dosa membuat kehidupan manusia malah semakin buruk. Penulis Kejadian sejak lama mencatat bahwa kecenderungan hati manusia selalu membuahkan kejahatan semata-mata (lih. Kej 6:5). Tetapi, Allah itu hidup, baik dan setia. Itulah sebabnya, manusia perlu memercayakan dirinya kepada Allah yang tidak pernah melupakan ciptaan-Nya.
Kalau mau jujur, doa-yang merupakan hal yang penting dalam diri orang percaya-juga bukan perkara yang mudah! Tidak jarang kita tidak tahu apa yang semestinya kita ucapkan dalam doa. Paulus menyatakan bahwa manusia tidak tahu bagaimana seharusnya berdoa (lih. Rm 8:26). Tetapi, Allah tidak membiarkan kita dalam kebingungan. Roh sendiri berdoa kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.
Dalam hidup yang tampaknya ruwet, Allah tidak diam dan berpangku tangan. Dia sedang menyulam hari esok kita. Kalau yang disulam-Nya itu diterima dengan iman, kita akan melihat hasil akhir yang indah apabila kita mengasihi-Nya. Memang lebih mudah mengatakan bahwa kita mengasihi Allah, namun itu hanya terbukti ketika kita tekun memercayai Dia. Ingatlah sulaman! Kalau dilihat dari bawah, kain yang disulam tampak acak-acakan. Tetapi dari atas, semuanya tampak indah karena Sang Penciptanya memiliki maksud yang indah!
Penegasan Paulus pada ayat 28-bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu-sungguh menghibur, namun harus kita pahami secara utuh. Allah bukan hanya mengetahui sejak awal, Dia malah sudah menentukan dari awalnya. Tujuan-Nya sungguh agung dan mulia supaya kita menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya. Tentu sebagai manusia kita acap kali mengalami kegagalan, tetapi Allah Yang Mahabijak sungguh mengenal keterbatasan serta keringkihan kita. Kalau kita mengenal rencana-Nya dan bertahan dalam menghadapi berbagai kesukaran, Ia akan membenarkan kita. Tak hanya itu, kita malah akan dimuliakan-Nya! Sekali lagi, karena kita adalah pilihan-Nya! Dia tidak pernah melupakan kita!
-
2 November 2016
Keyakinan Iman
Roma 8:31-39
Kalau kita berpikir bahwa setiap orang yang hidup di dalam Tuhan Yesus itu akan bebas dari masalah, maka kita pasti keliru! Paulus dengan jelas menegaskan bahwa hidup orang percaya tidak steril dari penindasan, kekesakan, penganiayaan, kelaparan, ketelanjangan, bahaya, dan kematian (35).
Hidup memang tidak mudah. Kita tidak sedang piknik di dunia ini, serta menjadi turis, tetapi kita sedang berperang. Peperangan itu sendiri tidak ringan; juga bukan sekadar fantasi! Lawan kita justru musuh yang sangat tangguh. Lawan kita bukan hanya manusia biasa, bukan darah atau daging! Kita sedang melawan tipu daya Iblis yang licik. Iblis kaya dengan pengalaman terhadap begitu banyak orang. Kalau Adam dan Hawa bisa tertipu-juga Salomo yang paling bijak-kita pun bisa juga jatuh dalam tipu dayanya.
Puji Tuhan! Betapapun kerasnya peperangan kita, ada jaminan yang luar biasa! Kita tidak dibiarkan berperang sendiri, Allah berada di pihak kita. Dengan kalimat retorik, Paulus berseru, "Jika Allah di pihak kita siapakah yang akan melawan kita?" (31).
Lebih dari itu, Dia telah memberikan yang terbaik dan termahal, yakni Anak-Nya sendiri (32). Pernahkah kita menyadari bahwa dengan menerima Tuhan Yesus ke dalam hidup kita, bersama-sama dengan Dia, Allah telah menyerahkan segalanya. Sekali lagi, dengan bahasa retorik, Paulus berkata, "Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri..., bagaimana mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita?" (32). Bahkan, kalau kita bersalah-karena tidak ada manusia sempurna (bdk. Rm 7:14-15)- oleh karya penebusan Yesus yang sudah Dia selesaikan secara tuntas di Kalvari, kita sudah dibenarkan! Yesus Kristus siap menjadi Pembela kita.
Sehingga bersama Paulus kita bisa berseru, "Sebab aku yakin tidak ada sesuatu apa pun yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita!" Dan inilah modal terbesar kita dalam mengarungi hidup di dunia dengan segala persoalannya.
-
2 November 2016
*DEKLARASI MAZMUR 91 -* Peperangan Rohani Profetik
*MAZMUR 91:1-16 - Dalam lindungan Allah*
(1) Orang yang duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi dan bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa
*# INDONESIA yang duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi dan bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa*
(2) akan berkata kepada TUHAN: "Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercayai."
*# sedang berkata kepada TUHAN Yesus Kristus: "Tempat perlindungan JAKARTA INDONESIA dan kubu pertahanan JAKARTA INDONESIA adalah YESUS KRISTUS TUHAN, EL SHADAI , yang JAKARTA INDONESIA percayai ."*
(3) Sungguh, Dialah yang akan melepaskan engkau dari jerat penangkap burung, dari penyakit sampar yang busuk.
*# Sungguh, TUHAN Yesus Kristus lah, yang sedang melepaskan, INDONESIA dari para pendemo, perusuh, semua bentuk kudeta, kejahatan2, dan semua jerat roh kuasa2 4 kuda dan 4 naga!*
(4) Dengan kepak-Nya Ia akan menudungi engkau, di bawah sayap-Nya engkau akan berlindung, kesetiaan-Nya ialah perisai dan pagar tembok.
*# Dengan tangan TUHAN, TUHAN sudah membentengi JAKARTA INDONESIA, di bawah perlindungan BAPA ROH KUDUS, INDONESIA selalu dilindungi-Nya, kesetiaan TUHAN YESUS ialah KUASA-NYA dan API ROH KUDUS.*
(5) Engkau tak usah takut terhadap kedahsyatan malam, terhadap panah yang terbang di waktu siang,
*#JAKARTA INDONESIA tidak takut terhadap serangan2 : demo2, rencana kudeta, semua yang jahat, serangan roh 4 kuda dan 4 naga, samapai lawatan pertobatan dan kasih Kristus menjamah mereka.*
(6) terhadap penyakit sampar yang berjalan di dalam gelap, terhadap penyakit menular yang mengamuk di waktu petang.
*# terhadap serangan kuasa2 gelap yang berjalan di dalam gelap, terhadap semua yang punya niat dan/atau rencana merusak kewibawaan JAKARTA INDONESIA, baik dalam bentuk real maupun dalam bentuk roh2 penyakit2, virus2, bakteri, yang mengamuk sudah dihabisi Tuhan.*
(7) Walau seribu orang rebah di sisimu, dan sepuluh ribu di sebelah kananmu, tetapi itu tidak akan menimpamu.
*# Walau seribu orang rebah di sisi JAKARTA, dan sepuluh ribu di sebelah kanan INDONESIA tetapi itu tidak akan pernah menimpa JAKARTA dan INDONESIA*
(8) Engkau hanya menontonnya dengan matamu sendiri dan melihat pembalasan terhadap orang-orang fasik.
*# INDONESIA hanya menontonnya dengan mata sendiri dan melihat pembalasan Tuhan terhadap orang-orang yang jahat.*
(9) Sebab TUHAN ialah tempat perlindunganmu, Yang Mahatinggi telah kaubuat tempat perteduhanmu,
*# Sebab TUHAN YESUS KRISTUS adalah tempat perlindungan INDONESIA, Yang Mahatinggi adalah tempat perteduhan bagi JAKARTA DAN INDONESIA.*
(10) malapetaka tidak akan menimpa kamu, dan tulah tidak akan mendekat kepada kemahmu;
*# bencana2 tidak menimpa JAKARTA INDONESIA dan roh2 penyakit/virus/bakteri tidak bisa mendekat kepada tubuh JAKARTA INDONESIA*
(11) sebab malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya kepadamu
untuk menjaga engkau di segala jalanmu.
*# sebab malaikat-malaikat TUHAN sedang dan/atau sudah diperintahkan-NYA kepada JAKARTA INDONESIA untuk menjaga dan melindunginya.*
(12) Mereka akan menatang engkau di atas tangannya, supaya kakimu jangan terantuk kepada batu.
*# Pasukan bala tentara malaikat TUHAN Jesus sedang menatang (stumble), menolong, menyanggah JAKARTA INDONESIA di atas tangan pasukan malaikat-NYA, supaya kehidupan JAKARTA tidak terbentur kepada masalah*
(13) Singa dan ular tedung akan kaulangkahi, engkau akan menginjak anak singa dan ular naga.
*# Semua perusuh, penjahat, roh2 Iblis dan setan2 sedang dihabisi oleh kuasa Darah ANAK Domba ALLAH, Yesus Kristus Tuhan dan sedang dihancurkan kekuatan kuasa2 gelap, semua yang bukan dari Tuhan, diremukkan!*
(14) "Sungguh, hatinya melekat kepada-Ku, maka Aku akan meluputkannya,
Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal nama-Ku.
*# Sungguh, hati bangsa Indonesia sudah menjadi satu dengan hati TUHAN, dan TUHAN sedang meluputkannya, TUHAN sedang membentengi Jakarta Indonesia, sebab Bangsa Indonesia mengenal nama TUHAN, YESUS KRISTUS, Jeshua Hamashiah, Yahushuah, itulah nama TUHAN.*
(15) Bila ia berseru kepada-Ku, Aku akan menjawab, Aku akan menyertai dia dalam kesesakan, Aku akan meluputkannya dan memuliakannya.
*#Seruan bangsa Indonesia kepada TUHAN, TUHAN pasti menjawab, TUHAN selalu menyertai INDONESIA dalam keadaan apapun juga, meluputkan dari pendemo brutal, perusuh, perusak bangsa dan negara Indonesia. Sampai lawatan terjadi atas Jakarta dan seluruh Indonesia.*
(16) Dengan panjang umur akan Kukenyangkan dia, dan akan Kuperlihatkan kepadanya keselamatan dari pada-Ku."
*# TUHAN sedang memberkati Jakarta Indonesia dan TUHAN sudah memperlihatkan kepada Jakarta Indonesia keselamatan yang dari TUHAN YESUS KRISTUS.*
*Akan bangkit Paulus Paulus akhir zaman, sebab Saulus2 sudah terkubur dalam2.*
*Termeterai, sah, jadi dan digenapi, tuntas didalam nama Yesus Kristus Tuhan!*
*Amen... Amen... Amen*.
-
2 November 2016
Matius 4:1-11 (TB) Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis.
Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus.
Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti."
Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."
Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah,
lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu."
Yesus berkata kepadanya: "Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!"
Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya,
dan berkata kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku."
Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"
Lalu Iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah, malaikat-malaikat datang melayani Yesus.
Perjuangan qta bkn melawan darah & daging tp melawan penghulu2 di udara oleh sebab itu qta hrs bertahan & melawan...seperti yg Tuhan Yesus teladankan melawan iblis dg pedang Roh yaitu Firman Tuhan..
Oleh sebab itu mari qta smua rajin bc & merenungkan FT spy qta dpt mengalahkan sgala tipu muslihat iblis & tampil sebagai pemenang dlm kehidupan qta pribadi lepas pribadi...Tuhan Yesus memberkati qta semua...
-
3 November 2016
Anak Daging vs Anak Perjanjian
Roma 9:1-18
Paulus dikenal sebagai rasul bagi orang non-Yahudi. Itu juga yang sering dikatakan Sang Rasul dalam surat-suratnya. Paulus terkadang dianggap sebagai rasul yang tidak mengindahkan Taurat, khususnya perihal kewajiban sunat kepada orang non-Yahudi ketika mereka menjadi Kristen. Paulus dengan tegas menyatakan bahwa orang non-Yahudi tak perlu melakukan kewajiban sunat (lih. Gal 5:6). Namun demikian, nas hari ini menegaskan betapa Paulus sungguh mengasihi bangsa Israel.
Ayat 1-3 begitu jelas! Dengan sedikit emosional, Paulus rela dikutuk oleh Allah dan dipisahkan dari Kristus. Alasan Paulus adalah meski Israel bukan bangsa yang terbaik, tetapi Allah telah melimpahi mereka dengan begitu banyak hal yang istimewa! (4-5). Karena itu, Paulus percaya bahwa rencana Allah tak pernah gagal.
Logika Paulus sungguh sederhana: "Tidak semua orang yang berasal dari Israel adalah orang Israel dan tidak semua yang terhitung keturunan Abraham adalah anak Abraham" (6-7). Paulus mengingatkan jemaat di Roma bahwa anak-anak Allah bukanlah anak-anak daging, tetapi anak-anak perjanjian. Dengan mengutip kisah dua leluhur, Sara dan dan Ribka, Paulus menegaskan bahwa keselamatan adalah anugerah semata, dan bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilan-Nya.
Bagaimana dengan kita? Kita bukanlah anak-anak Allah menurut daging, melainkan anak-anak perjanjian dalam Yesus Kristus. Karena itu, bersyukurlah jika kita telah dipilih-Nya menjadi anak-anak-Nya. Pilihan itu tak seharusnya membuat kita sombong karena pada dasarnya pilihan itu adalah anugerah-Nya semata. Rasa syukur itu semestinya diperlihatkan dengan terus bersikap dan bertindak sebagai anak-anak-Nya.
Bersikap dan bertindak sebagai anak-anak Allah merupakan keniscayaan karena kita telah diangkat sebagai anak-anak-Nya. Yang aneh adalah ketika seorang yang mengaku sebagai anak-anak Allah ternyata tidak hidup seperti Bapanya. Bukankah buah jatuh (semestinya) tak jauh dari pohonnya?
-
4 November 2016
Yang Dibentuk dan Yang Membentuk
Roma 9:19-29
Dalam Roma 9:18, Paulus menyatakan bahwa Allah memiliki wewenang mutlak untuk menentukan siapa yang dikasihani-Nya dan siapa saja yang ditolak-Nya. Semua itu merupakan hak prerogatif Allah. Manusia tak mungkin mempertanyakannya. Kalau ada orang yang mempertanyakannya, Paulus memberikan kalimat retorik yang cukup aneh, namun kemungkinan besar mengena di hati para pembacanya.
Dalam Perjanjian Baru dalam Bahasa Indonesia Sederhana, Paulus berkata, "Apakah boleh pot kembang bertanya kepada orang yang membuatnya, 'Mengapa engkau membuat saya begini?' Tentu saja orang yang membuat pot kembang itu berhak mengerjakan tanah liat yang dipakainya itu menjadi apa saja sesuka hatinya bukan?" (20-21).
Dengan kata lain, mana ada periuk atau belanga kurang puas dengan apa yang diputuskan dan dibuat oleh Sang Panjunan? Dari tanah liat yang sama, Panjunan bisa saja dan berhak menciptakan sesuatu yang mulia atau yang kurang mulia. Kalau bangsa yang sudah dipilih untuk mendapatkan kemuliaan tetap mengeraskan hati, janganlah heran kalau yang tadinya bukan umat malah diberi peluang untuk dijadikan umat-Nya. Dengan mengutip nubuat Hosea dan Yesaya, Paulus hendak mengingatkan warga jemaat di Roma bahwa yang bukan umat Allah diangkat menjadi umat-Nya (25-26); tetapi orang Israel malah hanya sedikit yang diselamatkan (27). Dan kalau yang asli saja dapat dibuang, apalagi kita?
Karena itu, janganlah kita menjadi pongah dan menganggap bahwa kita memang lebih baik dan lebih layak ketimbang orang Yahudi yang menolak Yesus. Kita diberi kesempatan menjadi anak-anak Allah justru karena ketegaran tengkuk dan kekerasan kepala bangsa Israel.
Kita selamat bukan karena kita layak atau memiliki hak diselamatkan, tetapi keselamatan itu semata-mata anugerah Allah. Panggilan kita saat ini adalah memelihara keselamatan yang telah kita terima. Sebab, mengabaikan keselamatan itu mungkin akan membuat kita bernasib sama seperti orang Israel!
-
5 November 2016
Ironis Memang
Roma 9:30-10:3
Bangsa-bangsa non-Yahudi yang tidak mencari atau mengejar kebenaran malah beroleh kebenaran karena iman. Sebaliknya, bangsa Israel sendiri, sungguh pun mengejar hukum yang mendatangkan kebenaran, malah tidak sampai kepada yang dikejarnya. Akar permasalahannya adalah Israel lebih bertumpu pada perbuatan dan bukan iman. Itulah keadaan orang Israel sebenarnya.
Mereka, menurut Paulus, begitu bersemangat mengerjakan ini dan itu serta berusaha taat kepada hukum agama supaya Allah menerima mereka menjadi sahabatnya. Namun, ujung-ujungnya mereka gagal. Sebab mereka bergantung pada apa yang mereka lakukan, bukan pada kepercayaan kepada Allah.
Yang mengejutkan dan sekaligus mengagumkan, Paulus tetap mengasihi bangsanya sendiri (10:1, 2). Tetapi, kita harus mengingat satu perkara yang lain. Bangsanya memang giat, penuh dengan semangat untuk mendapatkan kebenaran, tetapi mereka tidak menyadari kesalahannya juga berbahaya. Semangat itu perlu, tetapi semangat yang menggebu-gebu di luar kebenaran justru sangat berbahaya!
Apakah kita, orang Kristen abad XXI juga hidup dengan penuh gairah dan bersemangat. Jika memang demikian, maka bersyukurlah! Namun demikian, apakah kita tahu apa yang kita percayai dengan penuh semangat tadi memang sudah benar? Kalau tidak, maka sebaiknya kita pun harus bertobat!
Iman memang penting, tetapi iman seharusnya bukan terpaku pada rumusan iman yang kita hafalkan tanpa pemahaman yang benar! Beriman dengan kokoh itu perlu, tetapi harus berdasarkan pada kebenaran yang dari Allah sendiri. Jika tidak, kita akan jatuh dalam bahaya membuat kebenaran sendiri. Yang pada akhirnya malah membuat kita tidak lagi menaati Allah.
Kadang itu juga yang terjadi dalam kehidupan masyarakat bukan? Orang yang taat pada agamanya malah mudah menghakimi orang lain atau gereja lain. Karena standarnya bukan lagi kebenaran Allah sendiri; tetapi kebenaran diri sendiri!
-
6 November 2016
Doa untuk Pemulihan Israel
Mazmur 85
Sungguh menarik memerhatikan doa yang dinaikkan bagi umat Israel hari ini. Mazmur 85 mengisahkan kembali pengalaman hidup Israel pascapembuangan di Babel. Pemazmur memulai doanya dengan syukur. Perhatikanlah ayat 2-4! Semua ayat dimulai dengan kata "Engkau", ada enam kata "telah" yang dipakai, dan semua kata kerja yang digunakan berbentuk aktif. Jelas, orang Israel menyadari bahwa kepulangan mereka merupakan inisiatif Allah semata.
Kisah kepulangan Israel dari tanah pembuangan sungguh ajaib. Orang Israel tidak pernah menyangka bahwa raja Media Persia (Koresy) yang berhasil menaklukkan Babel memperkenankan mereka pulang ke Yerusalem. Ini peristiwa yang tidak masuk akal bagi umat Israel pada waktu itu. Seperti mimpi rasanya. Bayangkan penguasa baru memberikan kesempatan kepada bangsa Yahudi pulang ke tanah leluhurnya! Jika pada keluaran dari Mesir, mereka dituntun oleh Musa-ada negosiasi dengan Firaun; maka pada keluaran kedua ini mereka tidak berbuat apa-apa. Dan mereka mengakui semua itu sebagai anugerah TUHAN.
Namun, optimisme yang mereka miliki ketika keluar dari negeri Babel harus berhadapan dengan situasi konkret-Yerusalem telah hancur total dan tinggal puing-puing. Menghadapi kenyataan itu, umat berseru dengan suara nyaring, "Pulihkanlah kami, ya Allah penyelamat kami..." (5). Mereka menyadari bahwa tanpa penyertaan Tuhan, tidaklah mungkin mereka sampai ke Yerusalem. Hanya karena pertolongan Tuhan, mereka akan dimampukan membangun Yerusalem kembali. Dasar dari proses pembangunan Yerusaelam adalah kerinduan untuk mau mendengar apa yang hendak difirmankan Allah (9).
Keberadaan kita sejatinya merupakan anugerah Tuhan semata. Satu-satunya cara agar kita dapat bertahan dalam menghadapi persoalan hidup ialah keinginan untuk senantiasa mendengarkan suara Tuhan. Dalam segala keputusan yang diambil, kita tidak hanya mendengarkan pendapat kita sendiri, tetapi secara serius mempersilakan Tuhan bicara dan mendengarkan-Nya.
-
7 November 2016
Kebenaran karena Iman
Roma 10:4-15
Sepanjang abad, manusia senantiasa berupaya untuk mencari kebenaran. Hingga kini kebenaran itu masih tetap dan terus dicari. Apalagi jika kita melongok situasi Indonesia. Lembaga kenegaraan manakah yang bisa menyatakan bahwa ada kebenaran di dalamnya? Lembaga politik yang kita miliki seperti DPR, DPD, dan DPRD tak bebas dari kesalahan. Lembaga-lembaga keagamaan pun telah terkena virusnya.
Manusia pertama, Adam dan Hawa, ditempatkan Allah di Taman Eden. Allah memberi mereka kebebasan untuk melakukan segala sesuatu, kecuali satu larangan. Bahkan yang satu-satunya itu pun mereka langgar. Bangsa Yahudi dalam pembuangan di Babel-karena merasa telah bersalah sebab tidak hidup seturut dengan kehendak Tuhan-akhirnya mengembangkan Hukum Taurat secara rinci menjadi 613 aturan yang harus diikuti setiap orang yang mau hidup menaati Tuhan.
Persoalannya, aturan terkadang membuat kita ingin melanggarnya. Misalnya: ada tulisan "Awas Cat Basah!" Tulisan itu malah membuat kita tidak mematuhinya. Tak jarang tangan kita menyentuhnya untuk membuktikan apakah basah atau tidak! Dosa cenderung membuat manusia melakukan kesalahan demi kesalahan. Aturan yang dimaksudkan untuk membuat kita hidup, malah sering kali kita langgar! Dan akhirnya membuat kita frustasi.
Namun, Paulus menegaskan bahwa: "Kristus adalah kegenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya" (Rm 10:40). Hukum agama sudah dipenuhi oleh Kristus. Setiap orang yang percaya kepada Kristus hubungannya dengan Allah menjadi baik kembali. Di sini, hukum-hukum agama tidak diperlukan lagi sebab sudah ada Kristus. Siapa yang percaya kepada Kristus sudah dijadikan sahabat Allah dan bukan musuh Allah lagi. Inilah kebenaran karena iman.
Hal itu ditegaskan Paulus dalam Roma 10:9. Tentunya pengakuan bukanlah sekadar omongan, orang-orang yang mengakui Ketuhanan Kristus mestinya hidup dalam pengakuan itu. Intinya, satunya kata dan perbuatan!
-
8 November 2016
Iman dan Firman
Roma 10:16-21
Dalam perikop kemarin, Paulus menyatakan betapa eratnya hubungan antara iman dan firman Allah. Paulus dengan tegas berkata, "Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia? Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? (14).
Jelaslah, iman sangat penting dan untuk mengerti kebenaran tidak mungkin terlepas dari firman Tuhan. Memang iman itu pemberian Tuhan. Demikian juga kebenaran yang dasarnya dari iman. Tetapi, tanpa firman Allah yang jelas dan benar yang diajarkan secara tertib dan kosisten, maka orang akan kembali terjebak dalam kebenarannya sendiri (lih. Rm 10:2). Namun, yang juga perlu dicatat adalah "iman timbul dari pendengaran". Bukan asal mendengar saja, tetapi "pendengaran oleh firman Kristus" (17).
Sekarang ini ada begitu banyak cara untuk mendengarkan berita: melalui TV, handphone pintar, kabar burung, dan berbagai propaganda yang disebarluaskan lewat dunia maya. Di sini kita harus kritis. Kalau tidak cermat dan pandai menyaring apa saja yang kita dengar, diri kita bisa menjadi tempat sampah. Kita mungkin malah tidak mendengarkan apa yang seharusnya didengar.
Demikianlah pula keadaan Israel. Mereka mendengar, namun tidak mendengarkan apa yang penting dalam hidup mereka. Malah mereka tidak percaya kepada berita yang disampaikan para nabi. Dengan mengutip Yesaya maupun Musa, Paulus menegaskan bahwa orang Israel memang mendengar, tetapi tidak mau mendengarkannya. Mereka lebih suka mendengarkan diri sendiri, dengan kebenaran mereka, dan akhirnya yang membuat mereka makin tersesat.
Dalam diri kita pastilah banyak suara, entah dari dunia ini entah dari diri kita sendiri. Karena itu, menjadi penting bagi kita, orang percaya abad XXI, untuk senantiasa bersekutu dengan Allah. Persekutuan dengan Allah akan menolong kita untuk mengasah pendengaran kita, sehingga makin mengenali suara Allah sendiri. Itulah yang akan meneguhkan iman kita!
-
9 November 2016
Sisa Israel
Roma 11:1-10
Siapa pun kita biasanya senang memerhatikan angka. Bukan hanya sekadar statistik, tetapi juga jumlah orang. Kita terpukau dengan yang banyak dan mudah menyisihkan yang sedikit. Tak heran muncul istilah mayoritas-minoritas. Kita juga mengenal istilah kalah dan menang. Tetapi, pada nas hari ini, Paulus berbicara soal umat Israel yang tersisa. Dalam suratnya ini jelas, Paulus hendak menolak anggapan bahwa semua umat Israel telah ditolak Allah.
Paulus mengajukan pertanyaan, yang kemungkinan besar merupakan pertanyaan semua pembaca suratnya: "Adakah Allah mungkin telah menolak umat-Nya?" (1). Dengan tegas Paulus menjawab sendiri pertanyaan itu: "Sekali-kali tidak!" Dan Paulus menyatakan dirinya sebagai bukti bahwa Allah tidak melupakan Israel. Paulus merupakan bukti bahwa selalu ada sisa Yahudi yang percaya.
Kehidupan Paulus memang contoh nyata. Dalam surat kepada jemaat di Filipi, dia menegaskan: "Disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi, tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat" (Flp 3:5-6). Menurut logika manusia, Paulus pastilah harus ditolak Allah karena tanpa pengetahuan yang benar telah menganiaya jemaat Kristus. Namun, itulah anugerah. Paulus tidak saja diselamatkan Allah, malah diangkat Allah menjadi rekan kerja-Nya untuk mengabarkan Injil kepada orang-orang non-Yahudi.
Sebagai contoh kedua, Paulus mengutip kisah pelayanan Elia. Karena ketakutan akan sumpah Izebel yang hendak membunuhnya, Elia menyingkir dari Israel. Di Gunung Horeb, Elia mengeluh karena semua orang Israel telah meninggalkan Allah. Namun, Tuhan membantah Elia dan menyatakan masih ada tujuh ribu orang yang setia kepada Allah (1Raj 19:18). Meski Israel tidak menaati-Nya, Allah tetap menyelamatkan sisa Israel. Penyelamatan Allah hanyalah anugerah Allah semata, dan bukan karena perbuatan manusia!
-
10 November 2016
Cabang-Cabang Liar
Roma 11:11-24
Bangsa Israel bukanlah bangsa yang besar, juga bukan bangsa terbaik. Hanya karena anugerah, bangsa Israel dipilih Allah untuk dijadikan umat Allah. Sesungguhnya ini merupakan hak istimewa dan kehormatan yang luar biasa. Sayangnya, mereka tidak mau memelihara hak istimewa itu.
Tetapi, Allah tidak kehilangan rencana yang luar biasa pula. Ketegaran tengkuk dan kekerasan hati bangsa Israel justru menjadi berkat yang tersembunyi. Bangsa-bangsa di luar Israel diberi kesempatan dan peluang untuk menerima Kabar Baik! Semua bangsa akan menerima kesempatan untuk menjadi percaya dan diselamatkan. Paulus menegaskan: "Tetapi oleh pelanggaran mereka, keselamatan telah sampai kepada bangsa-bangsa lain" (11). Di sini Paulus memakai metafora dunia pertanian. Bangsa Yahudi digambarkan sebagai cabang pohon zaitun yang disayangi Allah. Karena ketidaktaatan bangsa Yahudi, Allah mengerat cabang yang disayangi itu, dan menggantinya dengan cabang pohon zaitun liar, yaitu bangsa-bangsa lain.
Paulus juga menasihati, "Karena itu apabila beberapa cabang telah dipatahkan dan kamu sebagai tunas liar telah dicangkokkan di antaranya dan turut mendapat bagian dalam akar pohon zaitun yang penuh getah, janganlah kamu bermegah terhadap cabang-cabang itu!" (17-18). Paulus menegaskan bahwa bangsa-bangsa lain yang telah diselamatkan Allah tak boleh sombong dan menganggap diri lebih hebat dibandingkan bangsa Yahudi. Bagaimanapun, mereka hanyalah cabang liar yang disambung ke pohon zaitun. Paulus mengingatkan bahwa bukannya cabang yang memberi makan kepada akar, tetapi akarlah yang memberikan makan kepada cabang.
Memang benar bahwa bangsa-bangsa lain menempati tempat yang ditinggalkan oleh bangsa Yahudi. Kenyataan ini seharusnya membuat mereka rendah hati dan mawas diri. Jika cabang-cabang yang disayangi saja, Allah bisa mengambil tindakan tegas, terlebih kepada cabang-cabang liar! Karena itu, jangan sia-siakan keselamatan Allah. Peliharalah keselamatan itu dengan setia.
-
11 November 2016
Penyelamatan Israel
Roma 11:25-36
Kepada warga jemaat di Roma yang baru bertobat dan menjadi pengikut Kristus, Paulus menegaskan agar mereka rendah hati. Paulus mengingatkan: "Sebab, saudara-saudara, supaya kamu jangan menganggap dirimu pandai, aku mau agar kamu mengetahui rahasia ini: Sebagian dari Israel telah menjadi tegar sampai jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain telah masuk" (25).
Inilah rahasia itu: orang Yahudi tidak mau percaya kepada Allah, tetapi mereka tidak akan terus-menerus demikian. Allah telah menentukan berapa banyak orang non-Yahudi yang akan percaya kepada Dia. Jika sudah lengkap, maka orang-orang Yahudi tidak akan lagi menolak untuk percaya kepada Allah. Inilah keyakinan Paulus. Paulus mendasarkan keyakinannya pada Kitab Suci (lih. ay. 26-27).
Keberadaan orang Yahudi yang tidak percaya kepada Allah menjadi berkat tersendiri bagi orang non-Yahudi. Namun, Allah tetap mengasihi umat pilihan-Nya. Allah tidak pernah lupa menepati janji-Nya. Sekali lagi, orang Yahudi yang tidak taat membuat Allah mengampuni orang non-Yahudi yang tidak taat; tetapi nanti Allah pun akan mengampuni orang Yahudi. Baik orang Yahudi maupun non-Yahudi, sama-sama tidak menaati Allah; dan Allah mengampuni mereka. Inilah anugerah yang diberikan Allah kepada mereka.
Karena itulah, Paulus mengajak warga jemaat di Roma untuk memanjatkan syukur kepada Allah (33). Di hadapan Allah, manusia hanya bisa terpana dan mengaguminya dengan penuh hormat. Dengan kalimat retorik, Paulus berseru, "Siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya? Atau siapakah yang pernah memberikan sesuatu kepada-Nya, sehingga Ia harus menggantikannya?" (34-35). Jawabannya memang tidak ada! Manusia hanya bisa mensyukuri apa yang Allah lakukan bagi mereka; yang memang di luar akal pikiran manusia. Sejatinya, itu pun merupakan hal yang wajar karena Allah adalah pencipta segala sesuatu. Satu-satunya yang dapat dilakukan manusia adalah memuji-Nya tiada henti. Haleluya!
-
12 November 2016
Persembahan yang Benar
Roma 12:1-8
Apa pun agama dan kepercayaannya, manusia biasanya memberikan persembahan kepada Pribadi yang disembahnya. Caranya bermacam-ragam sesuai dengan aturan dan ketentuan yang diterima dan disepakati bersama oleh kelompok kepercayaan masing-masing. Persembahan itu bisa berbentuk uang, harta benda, hasil bumi, termasuk di dalamnya waktu dan talenta. Semuanya itu baik kalau dilakukan secara sukarela dan tanpa paksaan. Tetapi, Paulus mengajak warga jemaat di Roma untuk mempersembahkan seluruh tubuh sebagai persembahan yang hidup.
Sebagai orang Yahudi, apalagi kaum Farisi, Paulus terbiasa mempersembahkan kurban. Apa pun yang dipersembahkan, entah kambing atau domba, atau lembu, semuanya harus tanpa cacat, bahkan tidak boleh luka. Anehnya, semua persembahan (kalau binatang, kecuali burung merpati) harus disembelih.
Setelah membutuhkan sebelas pasal untuk menjelaskan rencana dan maksud Allah, barulah Paulus menganjurkan, demi kemurahan hati Allah, warga jemaat di Roma untuk menyerahkan tubuhnya bagi Allah kita, sebagai persembahan yang hidup lagi kudus. Kudus berarti secara khusus-bukan untuk tujuan yang lain-kepada Allah. Dan Paulus menegaskan bahwa itulah ibadah yang berkenan (istilah aslinya: yang rohani).
Tak hanya kepada jemaat di Roma, kepada orang percaya abad XXI pun nasihat Paulus ini dialamatkan. Kita diminta menyerahkan tubuh sebagai ibadah yang hidup dan benar. Berarti, kita mengabdikan diri seutuhnya-waktu, tenaga, pikiran, juga harta-kepada Tuhan saja. Dan itu hanya mungkin jika kita mau berubah, yaitu perubahan berdasarkan pembaruan budi. Artinya, setiap saat kita mau berintrospeksi. Berintrospeksi berarti kita mengambil waktu untuk mengevaluasi diri. Evaluasi diri yang baik akan memampukan kita mengambil langkah selanjutnya. Dengan demikian, kita dapat membedakan mana yang baik, yang berkenan kepada Allah, dan yang sempurna. Itulah ibadah yang sejati-yang sungguh diperkenan Allah.
-
12 November 2016
Manteman thanks buat renungan2 nya sangat memberkati .. God bless ya :)
-
13 November 2016
Doa Minta Pertolongan
Mazmur 86
Kebanyakan dari kita pasti mengamini bahwa doa yang dipanjatkan hampir semuanya berisi meminta pertolongan. Tak ada salahnya karena kalau tidak kepada Dia kepada siapa lagi kita harus meminta pertolongan? Karena itu, ada baiknya kita memahami dengan sungguh mengapa kita meminta pertolongan kepada Allah.
Kepada Allah Daud berseru, "Sendengkanlah telinga-Mu, ya TUHAN, jawablah aku, sebab sengsara dan miskin aku. Peliharalah nyawaku, sebab aku orang yang Kaukasihi, selamatkanlah hamba-Mu yang percaya kepada-Mu" (1-2). Alasan Daud meminta Allah mendengarkan doanya adalah karena dia mengakui kesengsaraan dan kemiskinannya. Daud sungguh merasakan bahwa dia memang sengsara dan miskin. Itu berarti permohonannya bukan untuk memenuhi keinginannya, tetapi merupakan kebutuhan utamanya. Kondisi Daud bagai telur di ujung tanduk (14). Berkait dengan nyawa, Daud sendiri memercayai bahwa hidup dan matinya adalah milik Allah.
Alasan kedua Daud adalah dia mengakui sebagai orang yang dikasihi Allah. Daud tidak menyatakan diri sebagai orang yang mengasihi Allah. Dia menyadari bahwa dirinya dikasihi Allah. Banyak orang memohon kepada Allah, bahkan menuntut Allah mengabulkannya, karena merasa telah mengasihi Allah. Pada kenyataannya, ada perbedaan besar antara mengasihi dan dikasihi Allah. Permohonan Daud berdasarkan pada kasih Allah, bukan kasihnya kepada Allah.
Alasan ketiga Daud: Allah menjawab Daud (7). Alasan ini begitu logis. Berseru karena percaya bahwa seruannya akan dijawab. Ini persoalan percaya kepada kepedulian Allah. Itu berarti percaya bahwa Allah telah menjawab sebelum kita mendoakannya.
Alasan keempat Daud: "Tidak ada seperti Engkau di antara para allah, ya Tuhan, dan tidak ada seperti apa yang Kaubuat" (8). Inilah pengakuan iman Daud. Permohonan Daud ini berdasarkan pada Pribadi Allah. Inilah pengalaman iman Daud. Karena itu, Daud memohon pertolongan kepada Allah Pencipta semesta. Lalu, bagaimana dengan kita?
-
13 November 2016
*Hati Seluas Samudra*
*Alkisah* , ada seorang pemuda bertanya kepada seorang bijak
" _Guru_, _kalo saya perhatikan guru adalah seorang yang hebat dan luar biasa. Saya melihat guru mengajar dengan penuh cinta_.
_Saya menyaksikan sendiri, bagaimana guru dihujat, dicaci-maki dan dibenci begitu banyak orang yang tidak menyukai ajaran guru_.
_Saya pernah mengalami yang guru alami, saya pernah dicaci maki karena berbeda pendapat, saya merasa sakit hati dan marah. Ingin sekali rasanya membalas mereka_.
_Saya pernah dibenci, dijauhi dan dipermalukan oleh teman-teman saya, hanya karena saya tidak mau melakukan kecurangan yang mereka lakukan. Saya merasa sangat terhina, ingin rasanya saya gebukin mereka satu-persatu_.
_Saya ingin tahu, bagaimana caranya bisa seperti guru? Tetap tenang, tetap tersenyum dan tetap tulus, walau apapun yang terjadi_".
Sang guru hanya tersenyum, seraya berkata, " _Nak_, _coba kamu ambil cangkir di dalam lemari yang ada di belakangmu_. _Lalu_, _di rak sebelah atas, tolong ambilkan kotak dan sendok_".
Sang pemuda mengiyakan dan mengambil barang barang yang diminta. Sang guru lalu mengisi cangkir tersebut dengan air putih, dan meminta sang pemuda untuk membuka kotak itu.
Ternyata isi kotak itu adalah garam, sang guru meminta si pemuda untuk memasukkan 3 sendok garam ke dalam cangkir.
Lalu sang guru berkata, " _Nak_, _coba sekarang kamu minum air itu_".
Dengan mengernyitkan muka, si pemuda meneguk air garam tersebut, setelah meminum sedikit, dia pun memuntahkan air garam tersebut, seraya berkata " _Maaf guru _, _ini airnya asin sekali_, _tidak terminum oleh saya_"
Sang guru hanya tersenyum, lalu membuang air di cangkir tersebut, dan berkata " _nah_, _sekarang silahkan ambil 3 sendok garam_, _kamu masukkan ke dalam telaga yang ada di belakang tempat ini_, _lalu kamu ambil airnya dan kamu minum_"
Si pemuda menurut perintah sang guru, lalu saat kembali sang guru bertanya, " _bagaimana rasa airnya_? _Apakah terasa asin_?"
Sang pemuda menjawab, " _Tidak_, _bahkan airnya terasa segar_, _sangat berbeda dengan air dalam cangkir sebelumnya_"
Sang guru hanya tersenyum seraya berkata " _Nah, disitulah kuncinya. Apabila *hatimu seluas cangkir*, maka *sedikit garam akan merubahnya*_
_Tapi apabila *hatimu seluas telaga*, maka dibutuhkan *berton-ton garam* untuk merubahnya menjadi asin_
_Apabila *hatimu luas*, maka *tidak mudah untuk mengganggu kedamaiannya*_
_Sebaliknya_, _apabila *hatimu mudah tersinggung dan membenci*, mungkin *hatimu masih seluas cangkir*_
_Apabila hatimu seluas samudra, hampir tidak mungkin untuk tersinggung dan membenci_"
Si pemuda hanya mengangguk angguk, seraya bertanya " _Bagaimana caranya supaya hati saya seluas samudra_? "
Sang guru mencondongkan badannya ke arah si pemuda, menatap dengan tajam lalu menjawab " _ada banyak cara, tapi kalo kasus kamu, sepertinya sederhana_. _Sepertinya kamu kurang piknik_.
Sambil nyengir, si pemuda bertanya lagi, " _Lalu guru, bagaimana apabila ada orang tersinggung akibat baca kisah ini_?".
Kali ini sang guru tertawa kecil, lalu berkata " _ada sebuah peribahasa._
_Nasehati orang bijak, maka dia akan berterima kasih_.
_Nasehati orang bebal, dia akan memarahimu_.
*keep calm n keep enlightening others, Gitu aja Koq repot*.
-
14 November 2016
Hidup dalam Kasih
Roma 12:9-21
Ketika dunia terasa semakin keras dan kejam, dan selagi isi berbagai harian dan majalah membuat kita kian takut, layar TV penuh berita yang membuat kita banyak bertanya akan dibawa ke mana bangsa ini, jelaslah hidup dalam kasih adalah dambaan kita semua. Namun, kita tahu yang dibutuhkan memang kasih yang tulus dan sejati. Karena itu, nasihat Paulus kepada warga jemaat di Roma-bacaan kita hari ini-sungguh relevan.
Paulus menegaskan: "Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik" (9). Nasihat Paulus sangat pas karena persoalan banyak orang, berkait dengan kasih, memang soal kepura-puraan. Tak sedikit orang menyembunyikan agenda sebenarnya ketika melakukan hal yang baik-ada udang di balik batu. Dengan kata lain: ada maunya.
Bisa dimaklumi jika Paulus juga menasihati warga jemaat di Roma untuk saling mengasihi seperti saudara dalam keluarga. Nasihatnya memang jitu dan konkret karena tak mungkin kita berpura-pura dalam sebuah keluarga. Semua orang dalam keluarga pasti tahu "belangnya masing-masing." Lagi pula, memang kita tidak perlu mengharapkan pujian dari anggota keluarga kita sendiri bukan?
Tindakan kasih itu menjadi sangat jelas ketika pengikut Kristus memberkati orang yang menganiaya mereka. Memberkati di sini berarti meminta Allah supaya Ia memberkati orang-orang yang kejam terhadap kita. Dengan kata lain, meminta Allah untuk memberikan apa yang baik bagi orang yang telah menyakiti kita. Kasih semacam ini sungguh radikal karena orang terbiasa-dan merasa itu merupakan hal lumrah-mengutuk orang lain yang berbuat jahat kepada mereka.
Pada akhirnya, Paulus menyerukan: "Lakukanlah apa yang baik bagi semua orang. Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!" (17-18). Paulus menantang warga jemaat di Roma, juga kita, agar sedapat mungkin hidup damai dengan semua orang. Tak gampang memang. Namun, itulah standar hidup pengikut Kristus.
-
15 November 2016
Tak Bayar Pajak? Apa Kata Dunia?
Roma 13:1-7
D alam bacaan hari ini, Paulus mengingatkan bahwa setiap pengikut Kristus adalah warga negara sekaligus warga Kerajaan Allah. Dengan lugas, Paulus menyatakan bahwa setiap pengikut Kristus harus menjalani kehidupan negarawi secara serius. Pemerintah memiliki seperangkat aturan dan setiap warga negara wajib menaatinya.
Paulus menandaskan bahwa pemerintah adalah wakil Allah di dunia sehingga setiap orang percaya wajib menaati hukum maupun aturan negara (1). Dengan kata lain, para pengikut Kristus harus memandang pemerintah sebagai manusia yang diberi kesempatan oleh Allah untuk memegang kekuasaan negara. Orang Kristen tidak dibenarkan melawan pemerintah secara membabi buta. Mereka tidak boleh begitu saja melawan hukum, yang memang dibuat untuk ketertiban dan pada akhirnya berguna untuk masyarakat secara keseluruhan.
Namun demikian, orang Kristen mempunyai alasan yang bertanggung jawab untuk bertindak kritis terhadap pemerintah jika dalam melaksanakan kekuasaan negara pemerintah tidak menjunjung kehidupan bersama yang bermartabat manusia. Ketika negara menyeleweng dari fungsinya, para pengikut Kristus patut bertindak.
Tindakan itu akan berdampak positif jika dan hanya jika setiap Kristen telah memenuhi kewajibannya selaku warga negara-salah satunya-dengan membayar pajak. Paulus dengan jelas menyatakan: "Bayarlah kepada semua orang apa yang harus kamu bayar: pajak kepada orang yang berhak menerima pajak, cukai kepada orang yang berhak menerima cukai; rasa takut kepada orang yang berhak menerima rasa takut..." (7).
Dalam nasihat ini, Paulus mengingatkan agar orang Kristen tidak berlaku curang. Membayar pajak merupakan cara orang percaya berpartisipasi aktif dalam kehidupan negara. Ketika orang percaya telah memenuhi kewajibannya, maka mereka boleh mengkritik jika pemerintah tidak menjalankan tugasnya dengan baik. Jika orang Kristen tak bayar pajak, lalu apa kata dunia?