Pendalaman Alkitab Online
-
10 November 2016
(1) Pada suatu hari Yonatan bin Saul berkata kepada bujang pembawa senjatanya: "Mari kita menyeberang ke dekat pasukan pengawal orang Filistin yang di sebelah sana." Tetapi tidak diberitahukannya hal itu kepada ayahnya.
(2) Adapun Saul duduk di ujung Gibea di bawah pohon delima yang di Migron. Dan rakyat yang ada bersama-sama dengan dia itu, kira-kira enam ratus orang banyaknya.
(3) Ahia, anak Ahitub, saudara Ikabod, anak Pinehas, anak Eli, imam TUHAN di Silo, dialah yang memakai baju efod pada waktu itu. Tetapi rakyat tidak tahu tentang perginya Yonatan itu.
(4) Di antara pelintasan-pelintasan bukit, yang dicoba Yonatan menyeberanginya ke arah pasukan pengawal orang Filistin, ada ujung bukit batu di sebelah sini dan ada ujung bukit batu di sebelah sana: yang satu bernama Bozes, yang lain bernama Sene.
(5) Ujung yang satu berdiri di sebelah utara di tentangan Mikhmas, yang lain di sebelah selatan di tentangan Geba.
(6) Berkatalah Yonatan kepada bujang pembawa senjatanya itu: "Mari kita menyeberang ke dekat pasukan pengawal orang-orang yang tidak bersunat ini. Mungkin TUHAN akan bertindak untuk kita, sebab bagi TUHAN tidak sukar untuk menolong, baik dengan banyak orang maupun dengan sedikit orang."
(7) Lalu jawab pembawa senjatanya itu kepadanya: "Lakukanlah niat hatimu itu; sungguh, aku sepakat."
(8) Kata Yonatan: "Perhatikan, kita menyeberang ke dekat orang-orang itu dan memperlihatkan diri kepada mereka.
(9) Apabila kata mereka kepada kita begini: Berhentilah, sampai kami datang padamu, maka kita tinggal berdiri di tempat kita dan tidak naik mendapatkan mereka,
(10) tetapi apabila kata mereka begini: Naiklah ke mari, maka kita akan naik, sebab kalau demikian TUHAN telah menyerahkan mereka ke dalam tangan kita. Itulah tandanya bagi kita."
(11) Ketika mereka keduanya memperlihatkan diri kepada pasukan pengawal orang Filistin, berkatalah orang Filistin itu: "Lihat, orang-orang Ibrani keluar dari lobang-lobang tempat mereka bersembunyi."
(12) Orang-orang dari pasukan pengawal itu berseru kepada Yonatan dan pembawa senjatanya, katanya: "Naiklah ke mari, maka kami akan menghajar kamu." Lalu kata Yonatan kepada pembawa senjatanya: "Naiklah mengikuti aku, sebab TUHAN telah menyerahkan mereka ke dalam tangan orang Israel."
(13) Maka naiklah Yonatan merangkak ke atas, dengan diikuti oleh pembawa senjatanya. Orang-orang itu tewas terparang oleh Yonatan, sedang pembawa senjatanya membunuh mereka dari belakangnya.
(14) Kekalahan yang pertama ini, yang ditimbulkan Yonatan dan pembawa senjatanya itu, besarnya kira-kira dua puluh orang dalam jarak kira-kira setengah alur dari sepembajakan ladang.
(15) Lalu timbullah kegentaran di perkemahan, di padang dan di antara seluruh rakyat. Juga pasukan pengawal dan penjarah-penjarah itu gentar, dan bumi gemetar, sehingga menjadi kegentaran yang dari Allah.
(16) Ketika peninjau-peninjau Saul di Gibea Benyamin melihat hal itu dan sesungguhnya, orang ramai seperti ombak berjalan ke sana ke mari
(17) berkatalah Saul kepada tentara yang bersama-sama dengan dia itu: "Periksalah barisan dan lihatlah siapa yang pergi dari pada kita." Mereka memeriksa barisan, dan ternyata Yonatan dan pembawa senjatanya tidak ada.
(18) Lalu kata Saul kepada Ahia: "Bawalah baju efod ke mari." Karena pada waktu itu dialah yang memakai baju efod di antara orang Israel.
(19) Tetapi sedang Saul berbicara kepada imam itu, maka kian lama kian bertambahlah keributan di perkemahan orang Filistin, sehingga Saul berkata pula kepada imam itu: "Biarlah!"
(20) Kemudian berkumpullah Saul dan seluruh rakyat yang bersama-sama dengan dia itu; dan ketika mereka sampai ke tempat pertempuran, tampaklah setiap orang menikam temannya dengan pedang, suatu huru-hara yang sangat besar.
(21) Lagipula orang-orang Ibrani yang telah lama tinggal pada orang Filistin dan yang telah ikut maju dalam tentara mereka, mereka juga berbalik untuk bergabung dengan orang-orang Israel yang ada bersama-sama dengan Saul dan Yonatan.
(22) Bahkan, ketika semua orang Israel yang telah bersembunyi di pegunungan Efraim, mendengar bahwa orang Filistin telah lari, orang-orang itupun bergabung dengan mereka dalam pertempuran.
(23) Demikianlah TUHAN menyelamatkan orang Israel pada hari itu. Pertempuran itu meluas sampai lewat Bet-Awen.
Yonatan dibebaskan dari kutuk
(24) Ketika orang-orang Israel terdesak pada hari itu, Saul menyuruh rakyat mengucapkan kutuk, katanya: "Terkutuklah orang yang memakan sesuatu sebelum matahari terbenam dan sebelum aku membalas dendam terhadap musuhku." Sebab itu tidak ada seorangpun dari rakyat yang memakan sesuatu.
(25) Dan seluruh orang itu sampailah ke suatu hutan dan di sana ada madu di tanah.
(26) Ketika rakyat sampai ke hutan itu, tampaklah ada di sana madu meleleh, tetapi tidak ada seorangpun yang mencedoknya ke mulutnya dengan tangan, sebab rakyat takut kepada sumpah itu.
(27) Tetapi Yonatan tidak mendengar, bahwa ayahnya telah menyuruh rakyat bersumpah. Ia mengulurkan tongkat yang ada di tangannya dan mencelupkan ujungnya ke dalam sarang madu; kemudian ia mencedoknya ke mulutnya dengan tangan, lalu matanya menjadi terang lagi.
(28) Dan seorang dari rakyat berbicara, katanya: "Ayahmu telah menyuruh rakyat bersumpah dengan bersungguh-sungguh, katanya: Terkutuklah orang yang memakan sesuatu pada hari ini; sebab itu rakyat letih lesu."
(29) Lalu kata Yonatan: "Ayahku mencelakakan negeri; coba lihat, bagaimana terangnya mataku, setelah aku merasai sedikit dari madu ini.
(30) Apalagi, jika sekiranya rakyat pada hari ini boleh makan dengan bebas dari jarahan musuhnya, yang telah didapatnya! Tetapi sekarang tidaklah besar kekalahan di antara orang Filistin."
(31) Dan pada hari itu mereka memukul kalah orang Filistin dari Mikhmas sampai ke Ayalon. Rakyat sudah sangat letih lesu,
(32) sebab itu rakyat menyambar jarahan; mereka mengambil kambing domba, lembu dan anak lembu, menyembelihnya begitu saja di atas tanah, dan memakannya dengan darahnya.
(33) Lalu diberitahukanlah kepada Saul, demikian: "Lihat, rakyat berdosa terhadap TUHAN dengan memakannya dengan darahnya." Dan ia berkata: "Kamu berbuat khianat; gulingkanlah sekarang juga sebuah batu besar ke mari."
(34) Kata Saul pula: "Berserak-seraklah di antara rakyat dan katakan kepada mereka: Setiap orang harus membawa lembunya atau dombanya kepadaku; sembelihlah itu di sini, maka kamu boleh memakannya. Tetapi janganlah berdosa terhadap TUHAN dengan memakannya dengan darahnya." Lalu setiap orang dari seluruh rakyat membawa serta pada malam itu lembunya, dan mereka menyembelihnya di sana.
(35) Saul mendirikan mezbah bagi TUHAN; inilah mezbah yang mula-mula sekali didirikannya bagi TUHAN.
(36) Lagi kata Saul: "Marilah kita pada malam ini mengejar orang Filistin dan menjarahi mereka sampai fajar menyingsing dan janganlah kita biarkan hidup seorangpun dari mereka." Jawab mereka itu: "Perbuatlah apa yang kaupandang baik." Tetapi imam berkata: "Marilah kita dahulu tampil menghadap Allah di sini."
(37) Saul bertanya kepada Allah: "Bolehkah aku mengejar orang Filistin itu? Akan Kauserahkankah mereka ke dalam tangan orang Israel?" Tetapi pada hari itu Ia tidak menjawab Saul.
(38) Lalu kata Saul: "Datanglah ke mari, kamu segala pemuka rakyat; berusahalah mengetahui apa sebab dosa ini terjadi pada hari ini.
(39) Sebab demi TUHAN yang hidup, yang menyelamatkan orang Israel, sekalipun itu disebabkan oleh Yonatan, anakku, maka ia pasti akan mati." Tetapi seorangpun dari seluruh rakyat tidak ada yang menjawabnya.
(40) Kemudian berkatalah ia kepada seluruh orang Israel: "Kamu berdiri di sebelah yang satu dan aku serta anakku Yonatan akan berdiri di sebelah yang lain." Lalu jawab rakyat kepada Saul: "Perbuatlah apa yang kaupandang baik."
(41) Lalu berkatalah Saul: "Ya, TUHAN, Allah Israel, mengapa Engkau tidak menjawab hamba-Mu pada hari ini? Jika kesalahan itu ada padaku atau pada anakku Yonatan, ya TUHAN, Allah Israel, tunjukkanlah kiranya Urim; tetapi jika kesalahan itu ada pada umat-Mu Israel, tunjukkanlah Tumim." Lalu didapati Yonatan dan Saul, tetapi rakyat itu terluput.
(42) Kata Saul: "Buanglah undi antara aku dan anakku Yonatan." Lalu didapati Yonatan.
(43) Kata Saul kepada Yonatan: "Beritahukanlah kepadaku apa yang telah kauperbuat." Lalu Yonatan memberitahukan kepadanya, katanya: "Memang, aku telah merasai sedikit madu dengan ujung tongkat yang ada di tanganku. Aku bersedia untuk mati."
(44) Kata Saul: "Beginilah kiranya Allah menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu. Sesungguhnya, Yonatan, engkau harus mati."
(45) Tetapi rakyat berkata kepada Saul: "Masakan Yonatan harus mati, dia yang telah mendapat kemenangan yang besar ini di Israel? Jauhlah yang demikian! Demi TUHAN yang hidup, sehelai rambutpun dari kepalanya takkan jatuh ke bumi! Sebab dengan pertolongan Allah juga dilakukannya hal itu pada hari ini." Demikianlah rakyat membebaskan Yonatan, sehingga ia tidak harus mati.
(46) Maka pulanglah Saul setelah mengejar orang Filistin, dan orang Filistin itupun kembali ke tempat kediamannya.
Catatan tentang musuh-musuh dan keluarga Saul
(47) Setelah Saul mendapat jabatan raja atas Israel, maka berperanglah ia ke segala penjuru melawan segala musuhnya: melawan Moab, bani Amon, Edom, raja-raja negeri Zoba dan orang Filistin. Dan ke manapun ia pergi, ia selalu mendapat kemenangan.
(48) Ia melakukan perbuatan-perbuatan yang gagah perkasa, memukul kalah orang Amalek, dan melepaskan Israel dari tangan orang-orang yang merampasi mereka.
(49) Anak-anak lelaki Saul ialah Yonatan, Yiswi dan Malkisua. Nama kedua anaknya yang perempuan: yang tertua bernama Merab, yang termuda bernama Mikhal.
(50) Isteri Saul bernama Ahinoam, anak Ahimaas. Panglima tentaranya bernama Abner, anak Ner, paman Saul.
(51) Kish, ayah Saul, dan Ner, ayah Abner, adalah anak-anak Abiel.
(52) Hebat peperangan melawan orang Filistin selama zaman Saul. Dan semua pahlawan dan orang gagah perkasa, yang dilihat Saul, dikumpulkannya kepadanya.
-
10 November 2016
MENGAPA TAWAR HATI?
[[Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu.]] (Amsal 24:10)
Ada dua orang sedang berjualan di pasar. Minggu itu tidak banyak pengunjung yang membeli dagangan keduanya. Seorang penjual tampak letih, lesu, dan tak henti-hentinya mengeluh. Wajahnya tampak tegang, tak menyisakan keramahan. Sementara penjual satunya terus menyusun dagangannya sambil tersenyum. Tak jarang ia menyanyikan lagu-lagu dengan gembira.
Jika Anda harus membeli suatu barang, maka ke kios yang mana Anda akan mampir? Kios penjual pertama yang tampak letih, lesu, dan memasang wajah tegang, ataulah ke kios penjual kedua yang tampak ceria dan ramah? Saya rasa Anda akan memilih menghampiri kios penjual yang kedua, bukan?
“Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu” (Amsal 24:10). Amsal ini mengajarkan kepada kita bahwa akan ada saatnya kita mengalami kesesakan akibat masalah-masalah kehidupan. Kita dapat merasakan kesesakan ketika muncul sakit penyakit, bisnis yang tidak berjalan lancar, atau ketika kemalangan terjadi. Ya, kita tidak dapat memilih apa yang akan terjadi dengan kehidupan ini. Namun, kita selalu dapat memilih respons atau sikap kita terhadap segala situasi kehidupan. Kita dapat menghadapi kesesakan hidup dengan pilihan sikap yang terbaik.
Menjadi tawar hati atau kehilangan semangat dalam kesesakan memperkecil kekuatan kita. Sebaliknya, menghadapi kesesakan dengan semangat juang yang tinggi akan menghasilkan sesuatu yang baik.
Pilihan sikap kita di masa kesesakan akan menentukan masa depan. Hadapi kesesakan dengan semangat juang agar kita muncul sebagai pemenang!
Amsal Hari Ini -- ( 10 November 2016 )
(C) Pdt. Wahyu 'wepe' Pramudya
Dapatkan Aplikasi Renungan Harian "Amsal Hari Ini" di Google Play dan App Store. Gratis!
-
11 November 2016
BUTAKANLAH MATAKU!
[[Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang.]] (Amsal 14:30)
Ada sebuah kisah tentang seorang pedagang yang berdoa kepada dewa yang disembahnya. Suatu kali dewa itu muncul dan berkata kepadanya, “Kamu boleh minta satu permintaan apa saja, aku akan memberikannya kepadamu.”
Tentu saja pedagang itu sangat gembira dan segera berpikir apa yang akan ia minta. Dewa itu kembali berkata, “Untuk apa pun yang kamu minta, kamu akan menerimanya. Tapi, pedagang sainganmu, yang di depan tokomu, akan menerima dua kali lipat.”
Seketika murunglah wajah pedagang itu. Ia berpikir bahwa bila ia meminta kekayaan, maka saingannya akan menjadi lebih kaya. Ia tentu saja tidak rela. Kemudian, ia berkata, “Baiklah. Butakanlah salah satu mataku!”
Tentu ini hanya sebuah cerita. Namun, pesan dari cerita ini sangat jelas: iri hati membawa pada kehancuran.
“Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang” (Amsal 14:30). Amsal ini memberikan penegasan bahwa iri hati membusukkan tulang. Frasa “membusukkan tulang” mempunyai arti menghancurkan penopang kehidupan. Bukankah tulang yang menopang tubuh kita?
Sebaliknya, hati yang tenang atau hati yang bijaksana akan menyegarkan tubuh. Amsal ini menempatkan kebijaksanaan sebagai lawan dari iri hati. Hati yang tenang atau bijaksana bisa menerima diri dengan segala kelebihan dan kekurangan. Tidak merasa perlu iri hati dengan orang lain karena kelebihan orang lain bukanlah ancaman bagi dirinya. Kekurangan orang lain juga tidak akan kemudian menonjolkan kelebihannya.
Terimalah segenap diri kita, baik kekurangan dan kelebihan kita, dengan sukacita. Penerimaan diri ini akan membawa pada ketenangan hidup. Iri hati hanya akan menambah perkara.
Amsal Hari Ini -- ( 11 November 2016 )
(C) Pdt. Wahyu 'wepe' Pramudya
Dapatkan Aplikasi Renungan Harian "Amsal Hari Ini" di Google Play dan App Store. Gratis!
-
12 November 2016
Saturday, November 12, 2016
WASPADALAH TERHADAP PENYESATAN (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 November 2016
Baca: Matius 24:3-14
"Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu!" Matius 24:4
Tuhan Yesus telah memperingatkan bahwa di hari-hari akhir menjelang kedatangan-Nya, ada banyak sekali penyesat-penyesat yang bermunculan dimana-mana, "...banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Mesias, dan mereka akan menyesatkan banyak orang." (ayat 5). Begitu pula dengan ajaran-ajaran yang menyimpang dari ajaran Injil Kristus pun kian marak dan terjadi di mana-mana.
Kata penyesat bisa diartikan orang yang penuh kebohongan atau tipu muslihat, yang melakukan segala cara dan berbagai aksi untuk mengerutkan iman, sehingga ketebalan iman orang percaya kian menipis. Yang dimaksud penyesat di sini bukan hanya sebatas oknum, namun bisa juga dipahami sebagai sistem dunia yang ditunggangi Iblis untuk menjerat orang percaya. Sedangkan kata waspada memiliki arti harafiah berhati-hati dan berjaga-jaga, atau bersiap siaga.
Kita patut mewaspadai atau menjaga diri dari jerat Iblis dalam bentuk apa pun. Ada pun rupa-rupa jerat Iblis: 1. Kemabukan, alkohol, atau narkoba. Rasul Paulus menasihati, "Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh," (Efesus 5:18). Ela (raja Israel), mengalami kejatuhan akibat mabuk minuman keras (baca 1 Raja-Raja 16:9). Di zaman sekarang jerat alkohol atau minum minuman keras dan juga narkoba makin hari makin marak dan banyak menelan korban, bukan hanya kalangan anak muda saja yang menjadi korbannya, tapi juga anak-anak di bawah umur dan orang-orang tua. 2. Pesta pora dan pergaulan bebas. Banyak anak muda jatuh dalam dosa perzinahan atau seks bebas karena mereka suka sekali keluyuran, dugem dan salah dalam bergaul. Alkitab mengingatkan: "Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." (1 Korintus 15:33). 3. Kecanggihan teknologi. Media-media teknologi sekarang ini (televisi, gadget, internet dan sebagainya) banyak sekali ditunggangi oleh Iblis dengan menyajikan hal-hal yang berbau pornografi, kekerasan dan lain-lain. Jika kita tidak kuat kita pasti akan terjerumus di dalamnya.
"Waspadalah, supaya kamu jangan kehilangan apa yang telah kami kerjakan itu, tetapi supaya kamu mendapat upahmu sepenuhnya." 2 Yohanes 1:8
-
12 November 2016
24:3 Ketika Yesus duduk di atas Bukit Zaitun, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya untuk bercakap-cakap sendirian dengan Dia. Kata mereka: "Katakanlah kepada kami, bilamanakah itu akan terjadi dan apakah tanda kedatangan-Mu dan tanda kesudahan dunia?"
24:4 Jawab Yesus kepada mereka: "Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu!
24:5 Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Mesias, dan mereka akan menyesatkan banyak orang.
24:6 Kamu akan mendengar deru perang atau kabar-kabar tentang perang. Namun berawas-awaslah jangan kamu gelisah; sebab semuanya itu harus terjadi, tetapi itu belum kesudahannya.
24:7 Sebab bangsa akan bangkit melawan bangsa, dan kerajaan melawan kerajaan. Akan ada kelaparan dan gempa bumi di berbagai tempat.
24:8 Akan tetapi semuanya itu barulah permulaan penderitaan menjelang zaman baru.
24:9 Pada waktu itu kamu akan diserahkan supaya disiksa, dan kamu akan dibunuh dan akan dibenci semua bangsa oleh karena nama-Ku,
24:10 dan banyak orang akan murtad dan mereka akan saling menyerahkan dan saling membenci.
24:11 Banyak nabi palsu akan muncul dan menyesatkan banyak orang.
24:12 Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin.
24:13 Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.
-
13 November 2016
KAU DENGAR PANGGILAN-NYA?
Diterbitkan hari Minggu, 13 November 2016 00:00
Ditulis oleh Daniel K. Listijabudi
Baca: Kejadian 12:1-9
Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu. (Kejadian 12:1)
Bacaan Alkitab Setahun:
Kisah Para Rasul 11-13
Saya menyukai lagu “Dengar Dia Panggil Nama Saya”. Mungkin karena lagu ini bernuansa mesra. Tuhan memanggil saya, dan saya menjawab, “Ya, ya, ya.” Rasanya dekat. Akrab. Pribadi. Bila nama kita dipanggil, kita merasa ada pihak yang mau berurusan dengan kita. Kita merasa ada. Kita berasa berguna. Kita merasa dianggap. Bila yang memanggil adalah Tuhan, bukankah itu rahmat?
Abram dipanggil Tuhan untuk “ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu” (ay. 1). Sebuah perintah yang tak jelas arah tujuannya. Toh Abram tetap berangkat. Ini tentu saja perjalanan yang beresiko. Apalagi ia membawa istri, keponakan, dan harta benda mereka. Ia sampai ke Kanaan dan menjumpai firman Tuhan bahwa negeri ini akan diberikan kepada keturunannya. Namun, ia terus pindah ke Betel, lalu berangkat ke tanah Negeb (ay. 9).
Apakah gerangan yang menggerakkan Abram memulai dan meneruskan perjalanannya? Tak lain imannya kepada Tuhan. Tuhan menjadi jangkar keyakinan Abram berpindah dari satu tempat ke tempat lain untuk mengikuti maksud-Nya menuju negeri yang dijanjikan dan mengalami hidup penuh berkat (ay. 2). Abram tak tahu tujuan, namun ia berjalan terus karena ia mengenal dan beriman kepada Tuhan yang memanggilnya.
Adakah iman Abram mendorong kita untuk memercayai Tuhan dalam pertimbangan kita mengambil keputusan? Panggilan Tuhan perlu terus kita cari dengan hati yang terbuka, agar hidup kita sesuai dengan kehendak-Nya. Jalan hidup memang tak sepenuhnya jelas, tapi bersama Dia mestinya kita melangkah tegas. —DKL
BERIMAN BERARTI MEMERCAYAI TUHAN
DI ATAS APA PUN JUGA YANG LAIN
Anda diberkati melalui Renungan Harian?
Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan kami.
Rek. Renungan Harian BCA No. 456 500 8880 a.n. Yayasan Gloria
13 November 2016 diubah oleh ZEGA376
-
14 November 2016
Hati Yang Hancur Dan Harapan
Baca: Ratapan 3:1-6,16-25 | Bacaan Alkitab Setahun: Ratapan 3–5
Ibrani 10:19-39
Ketekunan
(19) Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, (20) karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri, (21) dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah. (22) Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni. (23) Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia. (24) Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. (25) Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat. (26) Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu. (27) Tetapi yang ada ialah kematian yang mengerikan akan penghakiman dan api yang dahsyat yang akan menghanguskan semua orang durhaka. (28) Jika ada orang yang menolak hukum Musa, ia dihukum mati tanpa belas kasihan atas keterangan dua atau tiga orang saksi. (29) Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang menghina Roh kasih karunia? (30) Sebab kita mengenal Dia yang berkata: "Pembalasan adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan." Dan lagi: "Tuhan akan menghakimi umat-Nya." (31) Ngeri benar, kalau jatuh ke dalam tangan Allah yang hidup. (32) Ingatlah akan masa yang lalu. Sesudah kamu menerima terang, kamu banyak menderita oleh karena kamu bertahan dalam perjuangan yang berat, (33) baik waktu kamu dijadikan tontonan oleh cercaan dan penderitaan, maupun waktu kamu mengambil bagian dalam penderitaan mereka yang diperlakukan sedemikian. (34) Memang kamu telah turut mengambil bagian dalam penderitaan orang-orang hukuman dan ketika harta kamu dirampas, kamu menerima hal itu dengan sukacita, sebab kamu tahu, bahwa kamu memiliki harta yang lebih baik dan yang lebih menetap sifatnya. (35) Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya. (36) Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu. (37) "Sebab sedikit, bahkan sangat sedikit waktu lagi, dan Ia yang akan datang, sudah akan ada, tanpa menangguhkan kedatangan-Nya. (38) Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya." (39) Tetapi kita bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang-orang yang percaya dan yang beroleh hidup.
.
Tuhan adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang mencari Dia. —Ratapan 3:25
Ketika George Jones, penyanyi country asal Amerika Serikat, meninggal dunia pada usia 81 tahun, para penggemarnya mengenang suaranya yang luar biasa, perjuangan hidupnya yang keras serta pergumulan-pergumulan pribadinya. Banyak lagunya yang mencerminkan persis penderitaan serta kerinduan yang dialaminya. Namun yang sangat menyentuh banyak orang adalah cara Jones menyanyikan lagu-lagu tersebut. Greg Kot, seorang kritikus musik dari harian Chicago Tribune, berkata, “Suara Jones diciptakan untuk menyuarakan hati yang hancur.”
Kitab Ratapan mencatat tentang penderitaan mendalam yang dirasakan Nabi Yeremia atas kebebalan bangsa Yehuda yang menolak untuk menaati Allah. Yeremia, yang sering disebut sebagai “nabi peratap”, telah menyaksikan kehancuran Yerusalem dan melihat orang-orang sebangsanya itu dibawa ke pembuangan. Ia berkelana di tengah jalan-jalan kota, dengan perasaan yang diliputi oleh kedukaan (Rat. 1:1-5).
Namun demikian, di saat-saat tergelap yang dialaminya, Yeremia berkata, “Hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap: Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!” (3:21-23).
Entah kita menderita sebagai akibat dari pilihan-pilihan kita sendiri atau oleh karena perlakuan orang lain, rasa putus asa mungkin mengancam untuk menguasai kita. Pada saat semuanya terasa musnah, kita dapat berpegang pada kesetiaan Tuhan. “‘Tuhan adalah bagianku,’ kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya” (ay.24).
Aku bersyukur atas kesetiaan-Mu, Bapa, bahkan di masa-masa ketika aku tidak setia. Tolong aku untuk selalu mengingat, sama seperti Yeremia, bahwa pengharapanku berasal dari-Mu, dan bukan dari keadaan-keadaan di sekitarku.
Kesetiaan Allah bagaikan jangkar yang tertanam kokoh di tengah terjangan badai hidup yang terdahsyat.
Oleh David McCasland |
14 November 2016 diubah oleh ZEGA376
-
14 November 2016
Loyal kepada Manusia Atau Allah?
Senin, 14 November 2016
Bacaan Alkitab hari ini:
1 Samuel 20
Hal yang wajar bila seorang anak bersikap loyal (patuh, setia) terhadap ayahnya sendiri. Akan tetapi, bagaimana jika perilaku sang ayah tidak sesuai dengan firman Tuhan? Apakah anak itu harus tetap mendukung atau harus menentang ayahnya? Yonatan berada dalam posisi yang sulit seperti itu. Di satu sisi, sebagai anak, ia harus menyatakan loyalitas terhadap ayahnya, yaitu Raja Saul. Di sisi lain, ia menyadari bahwa Tuhan sudah tidak berkenan kepada ayahnya Saul--sebagai raja Israel, melainkan berkenan kepada Daud. Meskipun Yonatan sadar akan kejahatan ayahnya yang berniat membunuh Daud, ia masih meminta waktu kepada Daud untuk memastikan apakah keinginan ayahnya tidak berubah sebagai bentuk sikap loyal yang sewajarnya dari seorang anak kepada ayahnya. Jika Raja Saul tetap menyimpan keinginan untuk membunuh Daud, maka Yonatan akan menolong Daud melarikan diri. Sebagai gantinya, Yonatan meminta Daud untuk bersumpah bahwa ia tidak akan melenyapkan keturunan Yonatan, sehingga tetap ada generasi penerus namanya (20:12-17). Sikap Yonatan ini membuktikan bahwa meskipun Yonatan bersikap loyal kepada ayahnya, ia lebih mengutamakan sikap loyal kepada Allah dengan menolong Daud yang telah dipilih oleh Allah.
Dalam hidup kita, sering kali kita harus berhadapan dengan pilihan antara loyal kepada Tuhan atau loyal kepada orang terdekat, namun pilihan kedua ini bertentangan dengan kehendak Tuhan. Meskipun pilihan yang kita hadapi sangat sulit, percayalah bahwa saat kita memilih untuk loyal kepada Tuhan, Ia tidak akan mengecewakan kita. Loyalitas kita kepada manusia seharusnya tidak melebihi loyalitas kita kepada Tuhan, Sang Pemimpin Hidup kita! [FI]
Ulangan 13:4
“TUHAN, Allahmu, harus kamu ikuti, kamu harus takut akan Dia, kamu harus berpegang pada perintahNya, suaraNya harus kamu dengarkan, kepadaNya harus kamu berbakti dan berpaut.”
-
14 November 2016
Bekerja Bersama
Senin, 14 November 2016
Baca: Roma 15:1-7
15:1 Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri.
15:2 Setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya untuk membangunnya.
15:3 Karena Kristus juga tidak mencari kesenangan-Nya sendiri, tetapi seperti ada tertulis: “Kata-kata cercaan mereka, yang mencerca Engkau, telah mengenai aku.”
15:4 Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci.
15:5 Semoga Allah, yang adalah sumber ketekunan dan penghiburan, mengaruniakan kerukunan kepada kamu, sesuai dengan kehendak Kristus Yesus,
15:6 sehingga dengan satu hati dan satu suara kamu memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus.
15:7 Sebab itu terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah.
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
Dengan satu hati dan satu suara [kita] memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus. —Roma 15:6
Ketika Nicholas Taylor hendak menaiki kereta di Perth, Australia, ia jatuh dan kakinya pun terjepit di celah antara peron dan gerbong kereta. Ketika para petugas tidak sanggup melepaskannya, mereka menggalang bantuan dari hampir 50 orang penumpang. Pada hitungan ketiga, para penumpang yang berdiri berjajar itu akan mendorong badan kereta itu secara serentak. Dengan bekerja dalam satu kesatuan, mereka dapat mengangkat gerbong kereta yang berat itu sehingga kaki Taylor dapat terlepas.
Dalam banyak bagian dari surat-suratnya kepada jemaat mula-mula, Rasul Paulus menyadari adanya kekuatan yang dimiliki orang Kristen yang bekerja bersama. Ia mendorong 3 orang percaya di Roma untuk menerima satu sama lain sebagaimana Kristus telah menerima mereka. Paulus berkata, “Semoga Allah, yang adalah sumber ketekunan dan penghiburan, mengaruniakan kerukunan kepada kamu, sesuai dengan kehendak Kristus Yesus, sehingga dengan satu hati dan satu suara kamu memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus” (Rm. 15:5-6).
Kesatuan dengan saudara seiman lainnya akan memampukan kita untuk memberitakan kebesaran Allah dan juga menolong kita bertahandi tengah penganiayaan. Rasul Paulus tahu bahwa jemaat di Filipi menderita penganiayaan karena iman mereka. Oleh karena itu, ia mendorong mereka untuk “sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari Berita Injil, dengan tiada digentarkan sedikitpun oleh lawanmu” (Flp. 1:27-28).
Iblis memang suka memecah belah, tetapi usahanya akan gagal ketika dengan pertolongan Allah, kita berusaha “memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera” (Ef. 4:3). —Jennifer Benson Schuldt
Ya Allah, biarlah umat Kristen di mana pun dapat mengalami berkat kesatuan di dalam-Mu. Ingatkan kami tentang apa yang sama-sama kami miliki: satu pengharapan, satu iman, dan satu Tuhan—Yesus Kristus.
Kesatuan di antara umat bersumber dari kesatuan kita dengan Kristus.
Bacaan Alkitab Setahun: Ratapan 3-5; Ibrani 10:19-39
-
15 November 2016
Saat Hidup Penuh Tekanan
Selasa, 15 November 2016
Bacaan Alkitab hari ini:
1 Samuel 21
Daud di Nob
(1) Sampailah Daud ke Nob kepada Ahimelekh, imam itu. Dengan gemetar Ahimelekh pergi menemui Daud dan berkata kepadanya: "Mengapa engkau seorang diri dan tidak ada orang bersama-sama dengan engkau?"
(2) Jawab Daud kepada imam Ahimelekh: "Raja menugaskan sesuatu kepadaku, katanya kepadaku: Siapapun juga tidak boleh mengetahui sesuatu dari hal yang kusuruh kepadamu dan yang kutugaskan kepadamu ini. Sebab itu orang-orangku telah kusuruh pergi ke suatu tempat.
(3) Maka sekarang, apa yang ada padamu? Berikanlah kepadaku lima roti atau apapun yang ada."
(4) Lalu jawab imam itu kepada Daud: "Tidak ada roti biasa padaku, hanya roti kudus yang ada; asal saja orang-orangmu itu menjaga diri terhadap perempuan."
(5) Daud menjawab imam itu, katanya kepadanya: "Memang, kami tidak diperbolehkan bergaul dengan perempuan, seperti sediakala apabila aku maju berperang. Tubuh orang-orangku itu tahir, sekalipun pada perjalanan biasa, apalagi pada hari ini, masing-masing mereka tahir tubuhnya."
(6) Lalu imam itu memberikan kepadanya roti kudus itu, karena tidak ada roti di sana kecuali roti sajian; roti itu biasa diangkat orang dari hadapan TUHAN, supaya pada hari roti itu diambil, ditaruh lagi roti baru.
(7) Maka pada hari itu juga ada di sana salah seorang pegawai Saul, yang dikhususkan melayani TUHAN; namanya Doeg, seorang Edom, pengawas atas gembala-gembala Saul.
(8) Berkatalah Daud kepada Ahimelekh: "Tidak adakah padamu di sini tombak atau pedang? Sebab baik pedangku maupun senjataku, tidak dapat kubawa, karena perintah raja itu mendesak."
(9) Kemudian berkatalah imam itu: "Pedang Goliat, orang Filistin, yang kaupukul kalah di Lembah Tarbantin, itulah yang ada di sini, terbungkus dalam kain di belakang efod itu. Jika engkau hendak mengambilnya, ambillah; yang lain tidak ada, hanya ini." Kata Daud: "Tidak ada yang seperti itu; berikanlah itu kepadaku."
Daud di Gat
(10) Kemudian bersiaplah Daud dan larilah ia pada hari itu juga dari Saul; sampailah ia kepada Akhis, raja kota Gat.
(11) Pegawai-pegawai Akhis berkata kepada tuannya: "Bukankah ini Daud raja negeri itu? Bukankah tentang dia orang-orang menyanyi berbalas-balasan sambil menari-nari, demikian: Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa?"
(12) Daud memperhatikan perkataan itu, dan dia menjadi takut sekali kepada Akhis, raja kota Gat itu.
(13) Sebab itu ia berlaku seperti orang yang sakit ingatan di depan mata mereka dan berbuat pura-pura gila di dekat mereka; ia menggores-gores pintu gerbang dan membiarkan ludahnya meleleh ke janggutnya.
(14) Lalu berkatalah Akhis kepada para pegawainya: "Tidakkah kamu lihat, bahwa orang itu gila? Mengapa kamu membawa dia kepadaku?
(15) Kekurangan orang gilakah aku, maka kamu bawa orang ini kepadaku supaya ia menunjukkan gilanya dekat aku? Patutkah orang yang demikian masuk ke rumahku?"
Hidup manusia itu penuh dengan dinamika. Kita tidak bisa menghindar dari berbagai masalah yang mendatangi kita. Bacaan Alkitab hari ini mencatat dimulainya pelarian Daud dari kejaran Raja Saul. Berpindah dari satu tempat ke tempat lain untuk menyelamatkan diri membuat Daud tertekan serta kekuatan fisik dan emosinya terkuras. Tujuan pertama pelarian Daud adalah ke Nob. Kemungkinan, karena Nob adalah kota para imam (22:11), Daud merasa bahwa Nob cukup aman menjadi tujuan pelarian pertamanya. Imam Ahimelekh yang menemuinya merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres, tetapi ia tetap melayani Daud sebagai bentuk penghargaan terhadap kepahlawanan Daud. Ketika Daud meminta pedang Goliat yang disimpan di sana, Ahimelekh memberikan kepadanya.
Tujuan kedua pelarian Daud adalah kota Gat, sebuah kota Filistin. Daud berpikir bahwa Raja Saul tidak akan berani mengejar sampai ke kota itu. Akan tetapi, begitu Raja Akhis mengetahui kehadiran Daud di kota tersebut, Daud terpaksa berpura-pura gila agar tidak dibunuh. Sungguh menyedihkan bahwa seorang yang dipilih Tuhan untuk menjadi raja Israel harus berada dalam situasi sulit yang membuatnya sangat tertekan dan bahkan harus melakukan kebohongan. Seorang pahlawan yang gagah perkasa harus menjadi seperti seorang kriminal yang melarikan diri dan tidak berdaya. Tuhan ingin mengajar Daud untuk belajar hidup bersandar kepada-Nya dalam situasi apa pun yang sedang menekan hidupnya. Hal yang sama juga ditujukan kepada setiap orang percaya. Dalam situasi apa pun, marilah kita belajar bersandar kepada-Nya. Dalam Tuhan, selalu ada jalan keluar atas segala permasalahan hidup kita. [FI]
Mazmur 57:2
“Kasihanilah aku, ya Allah, kasihanilah aku, sebab kepada-Mulah jiwaku berlindung; dalam naungan sayap-Mu aku akan berlindung, sampai berlalu penghancuran itu.”
15 November 2016 diubah oleh ZEGA376
-
15 November 2016
Apakah Saya Berarti?
Selasa, 15 November 2016
Baca: Pengkhotbah 1:1-11
1:1 Inilah perkataan Pengkhotbah, anak Daud, raja di Yerusalem.
1:2 Kesia-siaan belaka, kata Pengkhotbah, kesia-siaan belaka, segala sesuatu adalah sia-sia.
1:3 Apakah gunanya manusia berusaha dengan jerih payah di bawah matahari?
1:4 Keturunan yang satu pergi dan keturunan yang lain datang, tetapi bumi tetap ada.
1:5 Matahari terbit, matahari terbenam, lalu terburu-buru menuju tempat ia terbit kembali.
1:6 Angin bertiup ke selatan, lalu berputar ke utara, terus-menerus ia berputar, dan dalam putarannya angin itu kembali.
1:7 Semua sungai mengalir ke laut, tetapi laut tidak juga menjadi penuh; ke mana sungai mengalir, ke situ sungai mengalir selalu.
1:8 Segala sesuatu menjemukan, sehingga tak terkatakan oleh manusia; mata tidak kenyang melihat, telinga tidak puas mendengar.
1:9 Apa yang pernah ada akan ada lagi, dan apa yang pernah dibuat akan dibuat lagi; tak ada sesuatu yang baru di bawah matahari.
1:10 Adakah sesuatu yang dapat dikatakan: “Lihatlah, ini baru!”? Tetapi itu sudah ada dulu, lama sebelum kita ada.
1:11 Kenang-kenangan dari masa lampau tidak ada, dan dari masa depan yang masih akan datangpun tidak akan ada kenang-kenangan pada mereka yang hidup sesudahnya.
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
[Kristus Yesus] telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba. —Filipi 2:7
Saya sedang mengantre di kasir sebuah toko swalayan dekat rumah sembari memperhatikan sekeliling saya. Saya melihat sekelompok remaja dengan kepala plontos dan cincin tersemat di hidung sedang melihat-lihat kudapan; seorang karyawan muda yang membeli sepotong daging bistik, asparagus, dan ubi manis; seorang wanita tua yang sedang memilih-milih buah persik dan stroberi. Apakah Allah mengenal setiap dari mereka? tanya saya dalam hati. Apakah mereka berarti bagi-Nya?
Allah, Sang Pencipta segala sesuatu, adalah Pencipta semua umat manusia, dan setiap dari kita dipandang-Nya layak untuk mendapatkan perhatian dan kasih-Nya secara khusus. Allah membuktikan kasih tersebut secara langsung di bukit Golgota yang mencekam dan terutama di atas kayu salib.
Ketika Yesus datang ke dunia dalam rupa seorang hamba, Dia membuktikan bahwa tangan Allah tidaklah terlalu besar untuk merangkul insan yang terkecil di dunia ini. Di tangan-Nya terukir nama kita masing-masing dan juga bekas-bekas luka penyaliban-Nya, bukti harga yang harus dibayar Allah karena kasih-Nya yang besar kepada kita.
Sekarang, manakala saya ingin mengasihani diri sendiri dan merasa begitu tersiksa oleh kesepian, seperti yang tergambar jelas dalam kitab-kitab seperti Ayub dan Pengkhotbah, saya akan berpaling pada kisah-kisah Injil tentang Tuhan Yesus dan segala perbuatan-Nya. Apabila saya menyimpulkan bahwa keberadaan saya “di bawah matahari” (Pkh. 1:3) tidaklah berarti bagi Allah, itu artinya saya menyangkal salah satu tujuan utama Allah datang ke dunia. Jika kamu bertanya, Apakah saya berarti?, Yesuslah jawabannya. —Philip Yancey
Bapa, ketika kami merasa sangat kesepian dan menderita, kami hanya dapat berpaling kepada-Mu. Tuhan Yesus telah menunjukkan betapa berharganya kami di Mata-Mu, dan kami sungguh bersyukur kepada-Mu!
Gembala yang Baik memberikan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya. —Yesus
Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 1-2; Ibrani 11:1-19
-
15 November 2016
NERACA SERONG
[[Neraca serong adalah kekejian bagi Tuhan, tetapi Ia berkenan akan batu timbangan yang tepat.]] (Amsal 11:1)
Suatu kali saya antre membayar di sebuah toko yang ramai. Pemilik toko itu berulang kali berkata, “Ini sudah harga pokok. Saya jual rugi ini.” Jika ada yang menawar, maka jawaban yang sama meluncur: ini sudah harga pokok, saya jual rugi ini. Ketika saya tepat berada di depannya, wanita pemilik toko itu tampak terkejut, “Boksu, saya tidak tahu kalau Boksu ada di toko ini. Malu saya.”
Saya pun menyapanya sambil berkata, “Kasihan ya tante. Jual rugi terus. Bisa-bisa nanti tokonya tutup.” Tante itu tersenyum sambil berbisik, “Boksu, jangan dengarkan omongan saya kalau di toko. Pasti banyak bohongnya. Dengarkan saja kalau saya di gereja.”
“Neraca serong adalah kekejian bagi Tuhan” (Amsal 11:1). Ada sebuah praktik yang umum terjadi pada zaman penulis Amsal hidup, dan juga mungkin terjadi di masa kini. Penjual menggunakan neraca serong yang akan mengutungkan dirinya sendiri, tetapi tentu saja merugikan pembeli. Tuhan membenci praktik seperti ini. Penggunaan neraca serong adalah salah satu bentuk penipuan, sama dengan penipuan lewat kata-kata.
“Tetapi Ia berkenan akan batu timbangan yang tepat” (Amsal 11:1). Tuhan ternyata tidak hanya memedulikan hidup umat ketika mereka menyembah di altar-Nya. Tuhan juga memerhatikan perilaku umat-Nya ketika mereka berbisnis di pasar.
Biarlah kejujuran mewarnai perilaku kita. Jujur di hadapan altar dan di tengah ramainya pasar.
Amsal Hari Ini -- ( 15 November 2016 )
(C) Pdt. Wahyu 'wepe' Pramudya
-
15 November 2016
Santapan Harian
<< Selasa, 15 November 2016 >>
Bacaan: Roma 13:1-7Tak Bayar Pajak? Apa Kata Dunia?
D alam bacaan hari ini, Paulus mengingatkan bahwa setiap pengikut Kristus adalah warga negara sekaligus warga Kerajaan Allah. Dengan lugas, Paulus menyatakan bahwa setiap pengikut Kristus harus menjalani kehidupan negarawi secara serius. Pemerintah memiliki seperangkat aturan dan setiap warga negara wajib menaatinya.
Paulus menandaskan bahwa pemerintah adalah wakil Allah di dunia sehingga setiap orang percaya wajib menaati hukum maupun aturan negara (1). Dengan kata lain, para pengikut Kristus harus memandang pemerintah sebagai manusia yang diberi kesempatan oleh Allah untuk memegang kekuasaan negara. Orang Kristen tidak dibenarkan melawan pemerintah secara membabi buta. Mereka tidak boleh begitu saja melawan hukum, yang memang dibuat untuk ketertiban dan pada akhirnya berguna untuk masyarakat secara keseluruhan.
Namun demikian, orang Kristen mempunyai alasan yang bertanggung jawab untuk bertindak kritis terhadap pemerintah jika dalam melaksanakan kekuasaan negara pemerintah tidak menjunjung kehidupan bersama yang bermartabat manusia. Ketika negara menyeleweng dari fungsinya, para pengikut Kristus patut bertindak.
Tindakan itu akan berdampak positif jika dan hanya jika setiap Kristen telah memenuhi kewajibannya selaku warga negara-salah satunya-dengan membayar pajak. Paulus dengan jelas menyatakan: "Bayarlah kepada semua orang apa yang harus kamu bayar: pajak kepada orang yang berhak menerima pajak, cukai kepada orang yang berhak menerima cukai; rasa takut kepada orang yang berhak menerima rasa takut..." (7).
Dalam nasihat ini, Paulus mengingatkan agar orang Kristen tidak berlaku curang. Membayar pajak merupakan cara orang percaya berpartisipasi aktif dalam kehidupan negara. Ketika orang percaya telah memenuhi kewajibannya, maka mereka boleh mengkritik jika pemerintah tidak menjalankan tugasnya dengan baik. Jika orang Kristen tak bayar pajak, lalu apa kata dunia? [CC]
Ayat Alkitab: Roma 13:1-7
Kepatuhan kepada pemerintah
13:1 Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah.
13:2 Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya.
13:3 Sebab jika seorang berbuat baik, ia tidak usah takut kepada pemerintah, hanya jika ia berbuat jahat. Maukah kamu hidup tanpa takut terhadap pemerintah? Perbuatlah apa yang baik dan kamu akan beroleh pujian dari padanya.
13:4 Karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu. Tetapi jika engkau berbuat jahat, takutlah akan dia, karena tidak percuma pemerintah menyandang pedang. Pemerintah adalah hamba Allah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat.
13:5 Sebab itu perlu kita menaklukkan diri, bukan saja oleh karena kemurkaan Allah, tetapi juga oleh karena suara hati kita.
13:6 Itulah juga sebabnya maka kamu membayar pajak. Karena mereka yang mengurus hal itu adalah pelayan-pelayan Allah.
13:7 Bayarlah kepada semua orang apa yang harus kamu bayar: pajak kepada orang yang berhak menerima pajak, cukai kepada orang yang berhak menerima cukai; rasa takut kepada orang yang berhak menerima rasa takut dan hormat kepada orang yang berhak menerima hormat. -
15 November 2016
Renungan Harian
<< Selasa, 15 November 2016 >>
Bacaan: Lukas 17:20-35Bacaan Setahun: Kisah Para Rasul 17-19
Nas: Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah... Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu. (Lukas 17:20-21)
Di Antara KamuOrang cenderung cepat bereaksi terhadap peristiwa yang heboh. Apalagi bila kehebohan itu berkaitan dengan fenomena religius. Semakin heboh berita dan peristiwanya, semakin besar dan hebat pula dampaknya. Namun, para pendengar Yesus saat itu mendengar sesuatu yang lain. Ketika menjawab pertanyaan mereka tentang Kerajaan Allah, Dia berkata, "Kerajaan Allah itu datang tanpa tanda-tanda lahiriah... sebab Kerajaan Allah itu ada di antara kamu" (ay. 20-21).
Kita hendaknya dapat memilah antara akhir zaman dengan segala tanda-tandanya dan Kerajaan Allah. Akhir zaman dalam peringatan Tuhan Yesus memang akan datang setelah tergenapinya beberapa tanda, namun Kerajaan Allah itu ada "di antara kamu". Kerajaan Allah itu tidak ditentukan oleh kehebohan (ay. 21). Kerajaan Allah itu alamiah, biasa: di antara kamu. Artinya, Kerajaan Allah itu terjadi dalam peristiwa-peristiwa sederhana. Tidak harus heboh. Yang penting dan prinsip: Ada Allah yang menjadi Raja di dalam kehidupan.
Kehebohan bukanlah syarat kenyataan Kerajaan-Nya. Nasihat Yesus juga sederhana, "Jangan mudah terpesona oleh berbagai berita dahsyat. Yang lebih penting adalah kewaspadaanmu" (ay. 35). Kita perlu belajar untuk menyadari kehadiran Allah melalui peristiwa-peristiwa keseharian yang sederhana. Bila kita menjadikan Allah sebagai pusat kehidupan, hal-hal bersahaja sesehari-seperti menimba air, memasak, momong cucu, bekerja, tidur, bercengkrama sore-sore-meneguhkan bahwa Kerajaan Allah itu "ada di antara kamu"! --DKL/Renungan Harian
* * *
TUHAN ADA DI SURGA, TETAPI JUGA ADA DI RUANG TAMU KITA.* * *
Dilarang mengutip atau memperbanyak materi Renungan Harian tanpa seizin penerbit (Yayasan Gloria)
Anda diberkati melalui Renungan Harian?
Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.
Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIADiskusi renungan ini di Facebook:
www.facebook.com/groups/renungan.harian/Ayat Alkitab: Lukas 17:20-35
Kedatangan Kerajaan Allah
17:20 Atas pertanyaan orang-orang Farisi, apabila Kerajaan Allah akan datang, Yesus menjawab, kata-Nya: "Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah,
17:21 juga orang tidak dapat mengatakan: Lihat, ia ada di sini atau ia ada di sana! Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu."
17:22 Dan Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Akan datang waktunya kamu ingin melihat satu dari pada hari-hari Anak Manusia itu dan kamu tidak akan melihatnya.
17:23 Dan orang akan berkata kepadamu: Lihat, ia ada di sana; lihat, ia ada di sini! Jangan kamu pergi ke situ, jangan kamu ikut.
17:24 Sebab sama seperti kilat memancar dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain, demikian pulalah kelak halnya Anak Manusia pada hari kedatangan-Nya.
17:25 Tetapi Ia harus menanggung banyak penderitaan dahulu dan ditolak oleh angkatan ini.17:26 Dan sama seperti terjadi pada zaman Nuh, demikian pulalah halnya kelak pada hari-hari Anak Manusia:
17:27 mereka makan dan minum, mereka kawin dan dikawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, lalu datanglah air bah dan membinasakan mereka semua.17:28 Demikian juga seperti yang terjadi di zaman Lot: mereka makan dan minum, mereka membeli dan menjual, mereka menanam dan membangun.
17:29 Tetapi pada hari Lot pergi keluar dari Sodom turunlah hujan api dan hujan belerang dari langit dan membinasakan mereka semua.
17:30 Demikianlah halnya kelak pada hari, di mana Anak Manusia menyatakan diri-Nya.
17:31 Barangsiapa pada hari itu sedang di peranginan di atas rumah dan barang-barangnya ada di dalam rumah, janganlah ia turun untuk mengambilnya, dan demikian juga orang yang sedang di ladang, janganlah ia kembali.
17:32 Ingatlah akan isteri Lot!
17:33 Barangsiapa berusaha memelihara nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya, ia akan menyelamatkannya.
17:34 Aku berkata kepadamu: Pada malam itu ada dua orang di atas satu tempat tidur, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan.
17:35 Ada dua orang perempuan bersama-sama mengilang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan." -
16 November 2016
Carilah Tuhan
Rabu, 16 November 2016
Bacaan Alkitab hari ini:
1 Samuel 22
Kehadiran dan dukungan keluarga dan orang-orang terdekat sangat menolong bagi seseorang yang mengalami tekanan hidup, termasuk bagi Daud yang dianggap sebagai buron oleh Raja Saul kala itu. Kedatangan orang tua dan saudara-saudara Daud di gua Adulam seperti menjadi titik balik bagi Daud untuk mulai menata kehidupan rohaninya yang sempat berantakan ketika melarikan diri dari satu tempat ke tempat yang lain. Agar lebih fokus dalam mencari kehendak Tuhan, Daud menitipkan ayah dan ibunya kepada raja negeri Moab (22:3). Bukan suatu kebetulan jika yang datang bergabung kepada Daud bukan hanya keluarganya, tetapi juga empat ratus orang dari kalangan terpinggirkan dan barisan sakit hati. Mereka ada dalam situasi tertekan seperti Daud yang juga membutuhkan Allah untuk memulihkan hati yang terluka karena ketidakadilan yang menimpa mereka.
Saat Daud memasuki tahap pemulihan hati dan mencari kehendak Allah di tengah masa sulit, Raja Saul berada dalam tahap kejatuhan yang semakin dalam dan dia semakin jauh dari Tuhan. Segala perhatian dan energinya hanyalah terpusat pada keinginan untuk membunuh Daud. Saat mendengar bahwa Daud pernah mendatangi kota Nob, ia langsung menuduh Ahimelekh mengadakan persepakatan melawan dia, lalu dia membunuh para imam dan seluruh penduduk kota Nob. Tetapi Tuhan meluputkan Abyatar, anak imam Ahimelekh.
Saat mengalami masa jauh dari Tuhan dan menghadapi pencobaan berat, jangan lupakan Tuhan karena hanya Dialah pribadi yang mampu menolong kita dari keterpurukan. Carilah wajah-Nya dan temukanlah kehendak-Nya atas hidup kita di tengah segala hal buruk yang terjadi atas diri kita. [FI]
Mazmur 57:3
“Aku berseru kepada Allah, Yang Mahatinggi, kepada Allah yang menyelesaikannya bagiku.”
-
16 November 2016
Pemain ke-12
Rabu, 16 November 2016
Baca: Ibrani 11:32-12:3
11:32 Dan apakah lagi yang harus aku sebut? Sebab aku akan kekurangan waktu, apabila aku hendak menceriterakan tentang Gideon, Barak, Simson, Yefta, Daud dan Samuel dan para nabi,
11:33 yang karena iman telah menaklukkan kerajaan-kerajaan, mengamalkan kebenaran, memperoleh apa yang dijanjikan, menutup mulut singa-singa,
11:34 memadamkan api yang dahsyat. Mereka telah luput dari mata pedang, telah beroleh kekuatan dalam kelemahan, telah menjadi kuat dalam peperangan dan telah memukul mundur pasukan-pasukan tentara asing.
11:35 Ibu-ibu telah menerima kembali orang-orangnya yang telah mati, sebab dibangkitkan. Tetapi orang-orang lain membiarkan dirinya disiksa dan tidak mau menerima pembebasan, supaya mereka beroleh kebangkitan yang lebih baik.
11:36 Ada pula yang diejek dan didera, bahkan yang dibelenggu dan dipenjarakan.
11:37 Mereka dilempari, digergaji, dibunuh dengan pedang; mereka mengembara dengan berpakaian kulit domba dan kulit kambing sambil menderita kekurangan, kesesakan dan siksaan.
11:38 Dunia ini tidak layak bagi mereka. Mereka mengembara di padang gurun dan di pegunungan, dalam gua-gua dan celah-celah gunung.
11:39 Dan mereka semua tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, sekalipun iman mereka telah memberikan kepada mereka suatu kesaksian yang baik.
11:40 Sebab Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi kita; tanpa kita mereka tidak dapat sampai kepada kesempurnaan.
12:1 Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.
12:2 Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.
12:3 Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa.
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
Marilah kita . . . berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. —Ibrani 12:1
Sebuah papan penanda berukuran besar yang terpasang di stadion sepakbola milik A&M University di Texas mencantumkan tulisan, “Home of the 12th Man” (Kandang dari Pemain ke-12). Di atas lapangan, masing-masing regu yang bertanding akan menurunkan 11 pemain. Namun regu dari kampus A&M mempunyai Pemain ke-12, yaitu ribuan mahasiswa yang selalu hadir dan terus berdiri di sepanjang pertandingan untuk menyemangati mereka. Tradisi itu berawal pada tahun 1922 ketika pelatih tim tersebut memanggil seorang mahasiswa dari tempat duduk penonton untuk mengenakan seragam tanding dan bersiap menggantikan seorang pemain yang cedera. Meski mahasiswa cadangan itu tidak jadi turun ke lapangan dalam pertandingan tersebut, kesiapsediaannya di tepi lapangan sangatlah membesarkan hati rekan-rekan satu tim.
Ibrani 11 menjabarkan nama-nama pahlawan iman yang pernah menghadapi ujian-ujian besar dan tetap setia kepada Allah. Pasal 12 diawali dengan perkataan, “Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita” (ay.1).
Kita tidak sendirian dalam perjalanan iman kita. Para hamba Allah maupun orang-orang biasa yang telah hidup setia kepada Tuhan senantiasa menguatkan kita lewat teladan iman dan keberadaan mereka di surga. Mereka itu ibarat Pemain ke-12 yang secara spiritual menyemangati kita selama kita masih berlomba di dunia.
Ketika kita memandang kepada Tuhan Yesus, “yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan” (12:2), kita terus dikuatkan oleh semua orang yang pernah mengikut Dia. —David McCasland
Ya Tuhan, kiranya kami menyadari kehadiran umat-Mu yang kini di surga
menyemangati kami. Kuatkan kami untuk menekuni perlombaan iman hari ini.
Orang Kristen yang setia di masa lalu menguatkan kita di masa kini.
Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 3-4; Ibrani 11:20-40
Artikel Terkait:
Belajar dari Kesuksesan Teman-Temanku
Sejak kecil Lily Lin merasa beruntung karena memiliki teman-teman yang berotak cemerlang. Mereka terus mengukir prestasi yang bikin iri semua orang, baik saat bersekolah maupun saat mereka sudah bekerja. Lily banyak belajar dari kesuksesan teman-temannya tersebut. Apa saja yang dia pelajari? Yuk simak jawabannya di dalam artikel berikut.
-
16 November 2016
PRINSIP KESUKSESAN
[[Kuda diperlengkapi untuk hari peperangan, tetapi kemenangan ada di tangan Tuhan.]] (Amsal 21:31)
Suatu kali saya berjumpa dengan seorang pengusaha sukses. Ia tengah mempersiapkan generasi penerus bisnisnya. Saya bertanya, “Prinsip penting apa yang ingin Bapak teruskan ke anak-anak?” Pria itu terdiam sejenak, lalu berkata, “Ada satu hal yang saya ingin anak-anak saya mengerti dan memahami dengan baik. Manusia merencanakan, tetapi Tuhan yang memutuskan apa yang terjadi. Prinsip ini penting supaya ketika mereka berhasil, mereka tidak menjadi sombong, atau ketika mereka gagal, mereka tidak berhenti dan menyerah begitu saja.”
“Kuda diperlengkapi untuk hari peperangan, tetapi kemenangan ada di tangan Tuhan” (Amsal 21:31). Amsal ini hendak menegaskan apa yang menjadi bagian manusia dan apa yang menjadi bagian Tuhan. Bagian manusia adalah mempersiapkan diri sebaik mungkin, sama seperti prajurit pada zaman itu yang mempersiapkan kuda untuk memasuki hari peperangan.
Lalu, apa yang menjadi bagian Tuhan? “Tetapi kemenangan ada di tangan Tuhan” (Amsal 21:31). Ada dimensi kehendak Tuhan di dalam kehidupan manusia. Tak selalu persiapan manusia berjumpa dengan kehendak Tuhan. Ketika persiapan manusia berjumpa dengan perkenan Tuhan, maka terjadilah kemenangan atau keberhasilan. Namun, tatkala kita tidak menjalankan bagian kita, jangan berharap Tuhan mengerjakan bagian-Nya.
Jadi, ketika kita berhasil, jangan menepuk dada. Bersyukurlah karena Tuhan memberkati kerja keras kita.
Ketika kita gagal, jangan menyerah. Coba kerjakan kembali, dan carilah perkenan Sang Ilahi.
Amsal Hari Ini -- ( 16 November 2016 )
(C) Pdt. Wahyu 'wepe' Pramudya
Dapatkan Aplikasi Renungan Harian "Amsal Hari Ini" di Google Play dan App Store. Gratis!
-
17 November 2016
PEMBENTUK KEHIDUPAN
[[Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang.]] (Amsal 13:20)
Pepatah menyatakan, “Tunjukanlah kepadaku sahabat-sahabatmu dan aku akan menunjukkan masa depanmu.” Perkataan ini hendak menegaskan bahwa kehadiran orang-orang terdekat akan berperan serta dalam menentukan apa yang akan terjadi dalam kehidupan kita. Bukankah tak jarang kita mendengar kisah atau membaca berita tentang orang-orang yang terpengaruh oleh teman-temannya sehingga melakukan hal yang jahat?
“Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak” (Amsal 13:20). Amsal ini menegaskan bagaimana lingkungan yang baik, yakni orang-orang yang bijak, akan memengaruhi kehidupan kita. Pergaulan di era sekarang bukan hanya menyangkut soal pertemanan di dunia nyata, melainkan juga di dunia maya. Bukan hanya bergaul dalam arti berinteraksi secara fisik, melainkan juga lewat tulisan.
Cobalah periksa pergaulan kita. Dapatkah kita menyebutkan nama berapa teman, baik di dunia nyata ataupun di dunia maya, yang membawa pengaruh baik bagi kehidupan kita?
“Tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang” (Amsal 13:20). Siapa yang disebut dengan orang bebal dalam Amsal ini? Orang bebal adalah mereka yang menolak dengan keras untuk diajar atau belajar dari kehidupan ini. Berteman dengan orang bebal membuat kita menjadi malang karena kehidupan ini terus berubah. Perubahan hidup menuntut kesediaan untuk terus belajar. Orang yang tidak lagi mau belajar akan menjadi tertinggal atau malah menjadi beban kehidupan.
Jadi, apakah kita dapat mengidentifikasi siapa teman-teman kita yang tidak mendorong kita untuk terus belajar? Tinggalkanlah mereka sebelum memengaruhi kehidupan kita.
Pilihlah teman dengan bijak karena teman-teman inilah yang akan berperan serta dalam membentuk kehidupan kita.
Amsal Hari Ini -- ( 17 November 2016 )
(C) Pdt. Wahyu 'wepe' Pramudya
Dapatkan Aplikasi Renungan Harian "Amsal Hari Ini" di Google Play dan App Store. Gratis!
-
17 November 2016
Memakai Topeng
Kamis, 17 November 2016
Baca: Matius 6:1-6
6:1 “Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga.
6:2 Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.
6:3 Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu.
6:4 Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”
6:5 “Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.
6:6 Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. —Matius 6:4
Kerri berusaha keras membuat orang mengagumi dirinya. Ia suka tampil gembira agar orang lain memperhatikan dan memujinya karena perangainya yang ceria. Ada yang mendukungnya karena melihat Kerri memang menolong orang-orang di komunitasnya. Namun suatu kali Kerri dengan jujur menyatakan, “Aku memang mengasihi Tuhan, tetapi adakalanya aku merasa seperti memakai topeng.” Perasaan tidak aman yang dimilikinya menjadi alasan di balik hampir semua upayanya untuk terlihat baik di mata orang lain, dan ia mengatakan sudah jenuh bersikap demikian.
Kita semua bisa memaklumi Kerri karena tidak seorang pun dapat memiliki motivasi yang sempurna. Kita memang mengasihi Tuhan dan sesama, tetapi motivasi kita dalam menjalani kehidupan iman kita terkadang tidak lagi murni, karena bercampur dengan kerinduan kita untuk dihargai atau dipuji.
Yesus pernah berbicara tentang mereka yang bersedekah, berdoa, dan berpuasa agar diketahui orang (Mat. 6:1-6). Dia mengajar dalam Khotbah di Bukit: “Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi,” “berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi,” dan “apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu . . . supaya orang melihat bahwa [kamu] sedang berpuasa” (ay.4,6,16).
Melayani memang paling sering dilakukan di depan umum, tetapi mungkin suatu pelayanan sederhana yang tidak diketahui banyak orang dapat menolong kita untuk belajar mencukupkan diri dengan pandangan Allah atas diri kita. Allah yang menciptakan kita menurut gambar-Nya sangat menghargai kita hingga Dia menyerahkan Anak-Nya bagi kita dan menyatakan kasih-Nya kepada kita hari lepas hari. —Anne Cetas
Ya Tuhan, ampuni aku karena lebih menginginkan pujian dari orang lain ketimbang dari-Mu. Tolonglah aku untuk menjaga kemurnian motivasiku.
Kerinduan kita untuk menyenangkan Allah seharusnya menjadi motivasi kita yang tertinggi untuk menaati Dia.
Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 5-7; Ibrani 12
-
17 November 2016
Menantikan Waktu Tuhan
Kamis, 17 November 2016
Bacaan Alkitab hari ini:
1 Samuel 23-24
Hal yang lumrah kalau kita geram saat disakiti. Akan tetapi, haruskah kita membalas dendam terhadap mereka yang menyakiti kita? Meskipun Raja Saul mengejar-ngejar dengan maksud hendak membunuh Daud, Daud tidak menganggap Raja Saul sebagai musuh yang harus disingkirkan. Setelah move on (bangkit) dari keterpurukannya, Daud menganggap bangsa Filistin sebagai musuh Allah yang harus ia perangi. Atas perkenanan Allah, ia berperang di Kehila dan mengalahkan bangsa Filistin. Akan tetapi, keberadaan Daud terendus oleh Saul, sehingga Daud melarikan diri ke padang gurun Zif. Ternyata selalu ada orang yang melaporkan keberadaan Daud, sehingga Daud harus berpindah dari satu tempat ke tempat lain, sampai keduanya secara tidak terduga bertemu di kubu gunung En-Gedi. Pertemuan itu terjadi saat Saul hendak membuang hajat dan ia masuk ke gua tempat Daud bersembunyi. Para pengikut Daud memberi tahu bahwa inilah saat yang tepat untuk membunuh Saul, tetapi Daud hanya memotong punca (ujung) jubah Saul dan tidak membunuhnya (24:5).
Daud sadar bahwa meskipun Allah telah mengurapinya sebagai raja, ia tidak boleh mendahului rencana Allah untuk memperoleh posisi sebagai raja dengan membunuh Saul yang telah diurapi Allah sebagai raja. Ia menanti waktu yang ditetapkan Tuhan, sehingga ia memilih untuk membiarkan Saul hidup. Walaupun ada banyak alasan untuk memanfaatkan kesempatan dengan membalas dendam kepada orang yang memfitnah dan menyakiti kita, kita harus sadar bahwa membalas dendam tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Kita harus sabar dan menanti Tuhan bertindak. Percayalah kepada-Nya, karena waktu-Nya adalah yang terbaik bagi kita. [FI]
1 Samuel 23:14
“Maka Daud tinggal di padang gurun, di tempat-tempat perlindungan. Ia tinggal di pegunungan, di padang gurun Zif. Dan selama waktu itu Saul mencari dia, tetapi Allah tidak menyerahkan dia ke dalam tangannya.”
-
17 November 2016
1 Samuel 23
Daud di Kehila
(1) Diberitahukanlah kepada Daud, begini: "Ketahuilah, orang Filistin berperang melawan kota Kehila dan menjarah tempat-tempat pengirikan."
(2) Lalu bertanyalah Daud kepada TUHAN: "Apakah aku akan pergi mengalahkan orang Filistin itu?" Jawab TUHAN kepada Daud: "Pergilah, kalahkanlah orang Filistin itu dan selamatkanlah Kehila."
(3) Tetapi orang-orang Daud berkata kepadanya: "Ingatlah, sedangkan di sini di Yehuda kita sudah dalam ketakutan, apalagi kalau kita pergi ke Kehila, melawan barisan perang orang Filistin."
(4) Lalu bertanya pulalah Daud kepada TUHAN, maka TUHAN menjawab dia, firman-Nya: "Bersiaplah, pergilah ke Kehila, sebab Aku akan menyerahkan orang Filistin itu ke dalam tanganmu."
(5) Kemudian pergilah Daud dengan orang-orangnya ke Kehila; ia berperang melawan orang Filistin itu, dihalaunya ternak mereka dan ditimbulkannya kekalahan besar di antara mereka. Demikianlah Daud menyelamatkan penduduk Kehila.
(6) Ketika Abyatar bin Ahimelekh melarikan diri kepada Daud ke Kehila, ia turun dengan membawa efod di tangannya.
(7) Kepada Saul diberitahukan, bahwa Daud telah masuk Kehila. Lalu berkatalah Saul: "Allah telah menyerahkan dia ke dalam tanganku, sebab dengan masuk ke dalam kota yang berpintu dan berpalang ia telah mengurung dirinya."
(8) Maka Saul memanggil seluruh rakyat pergi berperang ke Kehila dan mengepung Daud dengan orang-orangnya.
(9) Ketika diketahui Daud, bahwa Saul berniat jahat terhadap dia, berkatalah ia kepada imam Abyatar: "Bawalah efod itu ke mari."
(10) Berkatalah Daud: "TUHAN, Allah Israel, hamba-Mu ini telah mendengar kabar pasti, bahwa Saul berikhtiar untuk datang ke Kehila dan memusnahkan kota ini oleh karena aku.
(11) Akan diserahkan oleh warga-warga kota Kehila itukah aku ke dalam tangannya? Akan datangkah Saul seperti yang telah didengar oleh hamba-Mu ini? TUHAN, Allah Israel, beritahukanlah kiranya kepada hamba-Mu ini." Jawab TUHAN: "Ia akan datang."
(12) Kemudian bertanyalah Daud: "Akan diserahkan oleh warga-warga kota Kehila itukah aku dengan orang-orangku ke dalam tangan Saul?" Firman TUHAN: "Akan mereka serahkan."
(13) Lalu bersiaplah Daud dan orang-orangnya, kira-kira enam ratus orang banyaknya, mereka keluar dari Kehila dan pergi ke mana saja mereka dapat pergi. Apabila kepada Saul diberitahukan, bahwa Daud telah meluputkan diri dari Kehila, maka tidak jadilah ia maju berperang.
Daud di padang gurun Zif
(14) Maka Daud tinggal di padang gurun, di tempat-tempat perlindungan. Ia tinggal di pegunungan, di padang gurun Zif. Dan selama waktu itu Saul mencari dia, tetapi Allah tidak menyerahkan dia ke dalam tangannya.
(15) Daud takut, karena Saul telah keluar dengan maksud mencabut nyawanya. Ketika Daud ada di padang gurun Zif di Koresa,
(16) maka bersiaplah Yonatan, anak Saul, lalu pergi kepada Daud di Koresa. Ia menguatkan kepercayaan Daud kepada Allah
(17) dan berkata kepadanya: "Janganlah takut, sebab tangan ayahku Saul tidak akan menangkap engkau; engkau akan menjadi raja atas Israel, dan aku akan menjadi orang kedua di bawahmu. Juga ayahku Saul telah mengetahui yang demikian itu."
(18) Kemudian kedua orang itu mengikat perjanjian di hadapan TUHAN. Dan Daud tinggal di Koresa, tetapi Yonatan pulang ke rumahnya.
(19) Tetapi beberapa orang Zif pergi menghadap Saul di Gibea dan berkata: "Daud menyembunyikan diri dekat kami di kubu-kubu gunung dekat Koresa, di bukit Hakhila, di sebelah selatan padang belantara.
(20) Oleh sebab itu, jika tuanku raja berkenan datang, silakanlah datang; tanggungan kamilah untuk menyerahkan dia ke dalam tangan raja."
(21) Berkatalah Saul: "Diberkatilah kiranya kamu oleh TUHAN, karena kamu menunjukkan sayangmu kepadaku.
(22) Baiklah pergi, carilah kepastian lagi, berusahalah mengetahui di mana ia berada dan siapa yang telah melihat dia di sana; sebab telah dikatakan orang kepadaku, bahwa ia sangat cerdik.
(23) Berusahalah mengetahui segala tempat persembunyiannya. Kemudian datanglah kembali kepadaku dengan kabar yang pasti; dan aku akan pergi bersama-sama dengan kamu. Sesungguhnya, jika ia ada di dalam negeri, maka aku akan meneliti dia di antara segala ribuan orang Yehuda."
(24) Lalu berkemaslah mereka pergi ke Zif, mendahului Saul. Daud dan orang-orangnya ada di padang gurun Maon, di dataran di sebelah selatan padang belantara.
(25) Ketika Saul dengan orang-orangnya pergi mencari Daud, diberitahukanlah hal itu kepada Daud, lalu pergilah ia ke gunung batu dan tinggal di padang gurun Maon. Saul mendengar hal itu, lalu mengejar Daud di padang gurun Maon;
(26) Saul berjalan dari sisi gunung sebelah sini dan Daud dengan orang-orangnya dari sisi gunung sebelah sana. Daud cepat-cepat mengelakkan Saul; tetapi Saul dengan orang-orangnya sudah hampir mengepung Daud serta orang-orangnya untuk menangkap mereka,
(27) ketika seorang suruhan datang kepada Saul dengan pesan: "Segeralah undur, sebab orang Filistin telah menyerbu negeri."
(28) Maka berhentilah Saul mengejar Daud dan pergi menghadapi orang Filistin. Itulah sebabnya orang menyebut tempat itu: Gunung Batu Keluputan.
(29) (24-1) Daud pergi dari sana, lalu tinggal di kubu-kubu gunung di En-Gedi.
-
17 November 2016
1 Samuel 24
Daud membiarkan Saul hidup
(1) (24-2) Ketika Saul pulang sesudah memburu orang Filistin itu, diberitahukanlah kepadanya, demikian: "Ketahuilah, Daud ada di padang gurun En-Gedi."
(2) (24-3) Kemudian Saul mengambil tiga ribu orang yang terpilih dari seluruh orang Israel, lalu pergi mencari Daud dan orang-orangnya di gunung batu Kambing Hutan.
(3) (24-4) Ia sampai ke kandang-kandang domba di tepi jalan. Di sana ada gua dan Saul masuk ke dalamnya untuk membuang hajat, tetapi Daud dan orang-orangnya duduk di bagian belakang gua itu.
(4) (24-5) Lalu berkatalah orang-orangnya kepada Daud: "Telah tiba hari yang dikatakan TUHAN kepadamu: Sesungguhnya, Aku menyerahkan musuhmu ke dalam tanganmu, maka perbuatlah kepadanya apa yang kaupandang baik." Maka Daud bangun, lalu memotong punca jubah Saul dengan diam-diam.
(5) (24-6) Kemudian berdebar-debarlah hati Daud, karena ia telah memotong punca Saul;
(6) (24-7) lalu berkatalah ia kepada orang-orangnya: "Dijauhkan Tuhanlah kiranya dari padaku untuk melakukan hal yang demikian kepada tuanku, kepada orang yang diurapi TUHAN, yakni menjamah dia, sebab dialah orang yang diurapi TUHAN."
(7) (24-8) Dan Daud mencegah orang-orangnya dengan perkataan itu; ia tidak mengizinkan mereka bangkit menyerang Saul. Sementara itu Saul telah bangun meninggalkan gua itu hendak melanjutkan perjalanannya.
(8) (24-9) Kemudian bangunlah Daud, ia keluar dari dalam gua itu dan berseru kepada Saul dari belakang, katanya: "Tuanku raja!" Saul menoleh ke belakang, lalu Daud berlutut dengan mukanya ke tanah dan sujud menyembah.
(9) (24-10) Lalu berkatalah Daud kepada Saul: "Mengapa engkau mendengarkan perkataan orang-orang yang mengatakan: Sesungguhnya Daud mengikhtiarkan celakamu?
(10) (24-11) Ketahuilah, pada hari ini matamu sendiri melihat, bahwa TUHAN sekarang menyerahkan engkau ke dalam tanganku dalam gua itu; ada orang yang telah menyuruh aku membunuh engkau, tetapi aku merasa sayang kepadamu karena pikirku: Aku tidak akan menjamah tuanku itu, sebab dialah orang yang diurapi TUHAN.
(11) (24-12) Lihatlah dahulu, ayahku, lihatlah kiranya punca jubahmu dalam tanganku ini! Sebab dari kenyataan bahwa aku memotong punca jubahmu dengan tidak membunuh engkau, dapatlah kauketahui dan kaulihat, bahwa tanganku bersih dari pada kejahatan dan pengkhianatan, dan bahwa aku tidak berbuat dosa terhadap engkau, walaupun engkau ini mengejar-ngejar aku untuk mencabut nyawaku.
(12) (24-13) TUHAN kiranya menjadi hakim di antara aku dan engkau, TUHAN kiranya membalaskan aku kepadamu, tetapi tanganku tidak akan memukul engkau;
(13) (24-14) seperti peribahasa orang tua-tua mengatakan: Dari orang fasik timbul kefasikan. Tetapi tanganku tidak akan memukul engkau.
(14) (24-15) Terhadap siapakah raja Israel keluar berperang? Siapakah yang kaukejar? Anjing mati! Seekor kutu saja!
(15) (24-16) Sebab itu TUHAN kiranya menjadi hakim yang memutuskan antara aku dan engkau; Dia kiranya memperhatikannya, memperjuangkan perkaraku dan memberi keadilan kepadaku dengan melepaskan aku dari tanganmu."
(16) (24-17) Setelah Daud selesai menyampaikan perkataan itu kepada Saul, berkatalah Saul: "Suaramukah itu, ya anakku Daud?" Sesudah itu dengan suara nyaring menangislah Saul.
(17) (24-18) Katanya kepada Daud: "Engkau lebih benar dari pada aku, sebab engkau telah melakukan yang baik kepadaku, padahal aku melakukan yang jahat kepadamu.
(18) (24-19) Telah kautunjukkan pada hari ini, betapa engkau telah melakukan yang baik kepadaku: walaupun TUHAN telah menyerahkan aku ke dalam tanganmu, engkau tidak membunuh aku.
(19) (24-20) Apabila seseorang mendapat musuhnya, masakan dilepaskannya dia berjalan dengan selamat? TUHAN kiranya membalaskan kepadamu kebaikan ganti apa yang kaulakukan kepadaku pada hari ini.
(20) (24-21) Oleh karena itu, sesungguhnya aku tahu, bahwa engkau pasti menjadi raja dan jabatan raja Israel akan tetap kokoh dalam tanganmu.
(21) (24-22) Oleh sebab itu, bersumpahlah kepadaku demi TUHAN, bahwa engkau tidak akan melenyapkan keturunanku dan tidak akan menghapuskan namaku dari kaum keluargaku."
(22) (24-23) Lalu bersumpahlah Daud kepada Saul. Kemudian pulanglah Saul ke rumahnya, sedang Daud dan orang-orangnya pergi ke kubu gunung.
-
18 November 2016
Kasih Tanpa Batas
Jumat, 18 November 2016
Baca: Lukas 22:39-46
22:39 Lalu pergilah Yesus ke luar kota dan sebagaimana biasa Ia menuju Bukit Zaitun. Murid-murid-Nya juga mengikuti Dia.
22:40 Setelah tiba di tempat itu Ia berkata kepada mereka: “Berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan.”
22:41 Kemudian Ia menjauhkan diri dari mereka kira-kira sepelempar batu jaraknya, lalu Ia berlutut dan berdoa, kata-Nya:
22:42 “Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.”
22:43 Maka seorang malaikat dari langit menampakkan diri kepada-Nya untuk memberi kekuatan kepada-Nya.
22:44 Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah.
22:45 Lalu Ia bangkit dari doa-Nya dan kembali kepada murid-murid-Nya, tetapi Ia mendapati mereka sedang tidur karena dukacita.
22:46 Kata-Nya kepada mereka: “Mengapa kamu tidur? Bangunlah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan.”
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. —Yohanes 15:13
Saat terjadi Pemberontakan Boxer di Tiongkok pada tahun 1900, para misionaris yang terjebak dalam sebuah rumah di T’ai Yüan Fu memutuskan bahwa satu-satunya harapan mereka untuk bertahan hidup adalah dengan berlari menerobos orang banyak yang sedang menuntut kematian mereka. Dibantu dengan senjata-senjata yang mereka pegang, mereka pun luput dari ancaman. Namun karena melihat dua murid Tionghoanya yang cedera belum dapat meloloskan diri, Edith Coombs berlari kembali menerjang bahaya. Ia berhasil menyelamatkan seorang murid, tetapi jatuh tersandung saat hendak menyelamatkan murid yang kedua dan akhirnya terbunuh.
Sementara itu, para misionaris di distrik Hsin Chou telah berhasil meloloskan diri dan sedang bersembunyi di pedesaan, ditemani oleh teman mereka, Ho Tsuen Kwei. Namun Ho tertangkap ketika hendak mencari rute pelarian bagi para sahabatnya yang berada dalam persembunyian dan mati sebagai martir karena menolak untuk membocorkan lokasi teman-temannya itu.
Dalam kehidupan Edith Coombs dan Ho Tsuen Kwei, kita melihat sebuah kasih yang melampaui karakter budaya atau kebangsaan seseorang. Pengorbanan mereka mengingatkan kita akan anugerah dan kasih yang terbesar dari Juruselamat kita.
Menjelang penangkapan dan hukuman yang akan diterima-Nya, Tuhan Yesus berdoa dengan sungguh-sungguh, “Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku.” Namun Dia mengakhiri permohonan-Nya itu dengan memberikan teladan keberanian, kasih, dan pengorbanan yang teguh, “Tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi” (Luk. 22:42). Kematian dan kebangkitan-Nya membuka jalan bagi kita untuk menerima hidup kekal. —Randy Kilgore
Ya Tuhan, kiranya dunia melihat kasih kami kepada satu sama lain—dan perbuatan nyata dari kasih itu—sebagai kesaksian yang baik dari kesatuan yang kami miliki di dalam-Mu. Kiranya mereka juga rindu mengenal-Mu.
Terang kasih Kristus saja yang dapat mengenyahkan gelapnya kebencian.
Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 8-10; Ibrani 13
-
18 November 2016
Bodoh Atau Bijak?
Jumat, 18 November 2016
Bacaan Alkitab hari ini:
1 Samuel 25
Bertindak bodoh merupakan hal yang tak seharusnya dilakukan oleh orang Kristen, apalagi bila kebodohan itu menimbulkan permasalahan yang serius. Nabal adalah seorang yang kaya, manun ia kasar dan jahat. Nama Nabal sendiri berasal dari bahasa Ibrani yang artinya “bebal” atau “bodoh”. Sebaliknya, istrinya--Abigail--adalah seorang perempuan yang bijak (25:3). Perilaku bodoh dan jahat dari Nabal nampak saat ia merespons permohonan bantuan dari Daud dengan sikap yang sinis, padahal Daud dan pengikutnya selalu bersikap baik dan banyak membantu para gembala Nabal. Hal ini membuat Daud geram karena ia merasa dilecehkan. Oleh karena itu, Daud lalu mengajak empat ratus orang pengikutnya untuk maju menyerang Nabal (25:13).
Abigail--istri Nabal--yang mendengar rencana penyerbuan itu segera menemui Daud yang sedang berada di tengah perjalanan, dan ia memohon kepada Daud agar mengurungkan niatnya memerangi suaminya. Tindakan Abigail ini dipuji oleh Daud. Bahkan, Daud memandang Abigail sebagai utusan Tuhan yang mencegahnya membantai Nabal, karena pembantaian semacam itu sama bodoh dengan respons Nabal (25:32-35). Setelah Daud mengurungkan niatnya, kira-kira sepuluh hari setelah kejadian itu, Tuhan memukul Nabal sehingga mati (25:38). Karena Abigail telah bersikap bijak, akhirnya Daud meminang Abigail yang sudah janda untuk menjadi istrinya.
Allah tidak menginginkan umat-Nya memiliki perilaku bebal atau bodoh seperti orang-orang dunia yang dengan segala kejahatannya membawa kehancuran pada diri sendiri. Jadilah orang yang berperilaku bijak, sehingga Anda tidak memicu permusuhan dengan sesama, melainkan menjadi berkat. [FI]
1 Samuel 25:32-33
“Terpujilah TUHAN, Allah Israel yang mengutus engkau menemui aku pada hari ini; terpujilah kebijakanmu dan terpujilah engkau sendiri, bahwa engkau pada hari ini menahan aku dari pada melakukan hutang darah dan dari pada bertindak sendiri dalam mencari keadilan.”
-
18 November 2016
1 Samuel 25 :
Bodoh Atau Bijak?
Jumat, 18 November 2016
Bacaan Alkitab hari ini:
1 Samuel 25
Kematian Samuel
(1) Dan matilah Samuel; seluruh orang Israel berkumpul meratapi dia dan menguburkan dia di rumahnya di Rama. Dan Daud berkemas, lalu pergi ke padang gurun Paran.
Daud, Nabal dan Abigail
(2) Ketika itu ada seorang laki-laki di Maon, yang mempunyai perusahaan di Karmel. Orang itu sangat kaya: ia mempunyai tiga ribu ekor domba dan seribu ekor kambing. Ia ada di Karmel pada pengguntingan bulu domba-dombanya.
(3) Nama orang itu Nabal dan nama isterinya Abigail. Perempuan itu bijak dan cantik, tetapi laki-laki itu kasar dan jahat kelakuannya. Ia seorang keturunan Kaleb.
(4) Ketika didengar Daud di padang gurun, bahwa Nabal sedang menggunting bulu domba-dombanya,
(5) maka Daud menyuruh sepuluh orang dan kepada orang-orang itu Daud berkata: "Pergilah ke Karmel dan temuilah Nabal. Tanyakanlah keselamatannya atas namaku
(6) dan sampaikanlah salam ini kepadanya: Selamat! Selamatlah engkau, selamatlah keluargamu, selamatlah segala yang ada padamu.
(7) Baru-baru ini aku mendengar bahwa engkau mengadakan pengguntingan bulu domba. Adapun gembala-gembalamu yang ada dengan kami, tidak kami ganggu dan tidak ada sesuatu yang hilang dari pada mereka selama mereka ada di Karmel.
(8) Tanyakanlah kepada orang-orangmu, mereka tentu akan memberitahukan kepadamu. Sebab itu biarlah orang-orang ini mendapat belas kasihanmu; bukankah kami ini datang pada hari raya? Berikanlah kepada hamba-hambamu ini dan kepada anakmu Daud apa yang ada padamu."
(9) Ketika orang-orang Daud sampai ke sana, berkatalah mereka kepada Nabal atas nama Daud tepat seperti yang dikatakan kepada mereka, kemudian mereka menanti.
(10) Tetapi Nabal menjawab anak buah Daud itu, katanya: "Siapakah Daud? Siapakah anak Isai itu? Pada waktu sekarang ini ada banyak hamba-hamba yang lari dari tuannya.
(11) Masakan aku mengambil rotiku, air minumku dan hewan bantaian yang kubantai bagi orang-orang pengguntingku untuk memberikannya kepada orang-orang yang aku tidak tahu dari mana mereka datang?"
(12) Lalu orang-orang Daud itu berbalik pulang dan setelah sampai, mereka memberitahukan kepadanya tepat seperti yang dikatakan kepada mereka.
(13) Kemudian berkatalah Daud kepada orang-orangnya: "Kamu masing-masing, sandanglah pedang!" Lalu mereka masing-masing menyandang pedangnya; Daud sendiripun menyandang pedangnya. Sesudah itu kira-kira empat ratus orang maju mengikuti Daud, sedang dua ratus orang tinggal menjaga barang-barang.
(14) Tetapi kepada Abigail, isteri Nabal, telah diberitahukan oleh salah seorang bujangnya, katanya: "Ketahuilah, Daud menyuruh orang dari padang gurun untuk memberi salam kepada tuan kita, tetapi ia memaki-maki mereka.
(15) Padahal orang-orang itu sangat baik kepada kami; mereka tidak mengganggu kami dan kami tidak kehilangan apa-apa selama kami lalu-lalang di dekat mereka, ketika kami ada di ladang.
(16) Mereka seperti pagar tembok sekeliling kami siang malam, selama kami menggembalakan domba-domba di dekat mereka.
(17) Oleh sebab itu, pikirkanlah dan pertimbangkanlah apa yang harus kauperbuat, sebab telah diputuskan bahwa celaka akan didatangkan kepada tuan kita dan kepada seisi rumahnya, dan ia seorang yang dursila, sehingga orang tidak dapat berbicara dengan dia."
(18) Lalu segeralah Abigail mengambil dua ratus roti, dua buyung anggur, lima domba yang telah diolah, lima sukat bertih gandum, seratus buah kue kismis dan dua ratus kue ara, dimuatnyalah semuanya ke atas keledai,
(19) lalu berkata kepada bujang-bujangnya: "Berjalanlah mendahului aku; aku segera menyusul kamu." Tetapi Nabal, suaminya, tidaklah diberitahunya.
(20) Ketika perempuan itu dengan menunggang keledainya, turun dengan terlindung oleh gunung, tampaklah Daud dan orang-orangnya turun ke arahnya, dan perempuan itu bertemu dengan mereka.
(21) Daud tadinya telah berkata: "Sia-sialah aku melindungi segala kepunyaan orang ini di padang gurun, sehingga tidak ada sesuatupun yang hilang dari segala kepunyaannya; ia membalas kebaikanku dengan kejahatan.
(22) Beginilah kiranya Allah menghukum Daud, bahkan lebih lagi dari pada itu, jika kutinggalkan hidup sampai pagi seorang laki-laki sajapun dari semua yang ada padanya."
(23) Ketika Abigail melihat Daud, segeralah ia turun dari atas keledainya, lalu sujud menyembah di depan Daud dengan mukanya sampai ke tanah.
(24) Ia sujud pada kaki Daud serta berkata: "Aku sajalah, ya tuanku, yang menanggung kesalahan itu. Izinkanlah hambamu ini berbicara kepadamu, dan dengarkanlah perkataan hambamu ini.
(25) Janganlah kiranya tuanku mengindahkan Nabal, orang yang dursila itu, sebab seperti namanya demikianlah ia: Nabal namanya dan bebal orangnya. Tetapi aku, hambamu ini, tidak melihat orang-orang yang tuanku suruh.
(26) Oleh sebab itu, tuanku, demi TUHAN yang hidup dan demi hidupmu yang dicegah TUHAN dari pada melakukan hutang darah dan dari pada bertindak sendiri dalam mencari keadilan, biarlah menjadi sama seperti Nabal musuhmu dan orang yang bermaksud jahat terhadap tuanku!
(27) Oleh sebab itu, pemberian yang dibawa kepada tuanku oleh budakmu ini, biarlah diberikan kepada orang-orang yang mengikuti tuanku.
(28) Ampunilah kiranya kecerobohan hambamu ini, sebab pastilah TUHAN akan membangun bagi tuanku keturunan yang teguh, karena tuanku ini melakukan perang TUHAN dan tidak ada yang jahat terdapat padamu selama hidupmu.
(29) Jika sekiranya ada seorang bangkit mengejar engkau dan ingin mencabut nyawamu, maka nyawa tuanku akan terbungkus dalam bungkusan tempat orang-orang hidup pada TUHAN, Allahmu, tetapi nyawa para musuhmu akan diumbankan-Nya dari dalam salang umban.
(30) Apabila TUHAN melakukan kepada tuanku sesuai dengan segala kebaikan yang difirmankan-Nya kepadamu dan menunjuk engkau menjadi raja atas Israel,
(31) maka tak usahlah tuanku bersusah hati dan menyesal karena menumpahkan darah tanpa alasan, dan karena tuanku bertindak sendiri dalam mencari keadilan. Dan apabila TUHAN berbuat baik kepada tuanku, ingatlah kepada hambamu ini."
(32) Lalu berkatalah Daud kepada Abigail: "Terpujilah TUHAN, Allah Israel, yang mengutus engkau menemui aku pada hari ini;
(33) terpujilah kebijakanmu dan terpujilah engkau sendiri, bahwa engkau pada hari ini menahan aku dari pada melakukan hutang darah dan dari pada bertindak sendiri dalam mencari keadilan.
(34) Tetapi demi TUHAN, Allah Israel yang hidup, yang mencegah aku dari pada berbuat jahat kepadamu jika engkau tadinya tidak segera datang menemui aku, pasti tidak akan ada seorang laki-lakipun tinggal hidup pada Nabal sampai fajar menyingsing."
(35) Lalu Daud menerima dari perempuan itu apa yang dibawanya untuk dia, dan berkata kepadanya: "Pulanglah dengan selamat ke rumahmu; lihatlah, aku mendengarkan perkataanmu dan menerima permintaanmu dengan baik."
(36) Sampailah Abigail kepada Nabal dan tampaklah, Nabal mengadakan perjamuan di rumahnya, seperti perjamuan raja-raja. Nabal riang gembira dan mabuk sekali. Sebab itu tidaklah diceriterakan perempuan itu sepatah katapun kepadanya, sampai fajar menyingsing.
(37) Tetapi pada waktu pagi, ketika sudah hilang mabuk Nabal itu, diceriterakanlah kepadanya oleh isterinya segala perkara itu. Lalu terhentilah jantungnya dalam dada dan ia membatu.
(38) Dan kira-kira sepuluh hari sesudah itu TUHAN memukul Nabal, sehingga ia mati.
(39) Ketika didengar Daud, bahwa Nabal telah mati, berkatalah ia: "Terpujilah TUHAN, yang membela aku dalam perkara penghinaan Nabal terhadap aku dan yang mencegah hamba-Nya dari pada berbuat jahat. TUHAN telah membalikkan kejahatan Nabal ke atas kepalanya sendiri." Kemudian Daud menyuruh orang untuk berbicara dengan Abigail tentang mengambil dia menjadi isterinya.
(40) Para hamba Daud datang kepada Abigail di Karmel dan berkata kepadanya, demikian: "Daud menyuruh kami kepadamu untuk mengambil engkau menjadi isterinya."
(41) Lalu bangkitlah perempuan itu berdiri, sujudlah ia menyembah dengan mukanya ke tanah sambil berkata: "Sesungguhnya, hambamu ini ingin menjadi budak yang membasuh kaki para hamba tuanku itu."
(42) Kemudian berkemaslah Abigail dengan segera; ia menunggang keledainya, dengan diiringi lima orang pelayan perempuan. Ia mengikuti suruhan Daud itu dan menjadi isteri Daud.
(43) Juga Ahinoam dari Yizreel telah diambil Daud menjadi isterinya; kedua perempuan itu menjadi isterinya.
(44) Tetapi Saul telah memberikan Mikhal, anaknya perempuan, isteri Daud, kepada Palti bin Lais, yang dari Galim itu.
18 November 2016 diubah oleh ZEGA376