Pendalaman Alkitab Online
-
18 November 2016
DIAM ADALAH EMAS
[[Jangan menjawab orang bebal menurut kebodohannya, supaya jangan engkau sendiri menjadi sama dengan dia.]] (Amsal 26:4)
Suatu siang saya mengendarai motor perlahan-lahan dan memasuki pompa bensin. Tiba-tiba dari samping muncullah motor berkecepatan tinggi, langsung memotong antrean yang ada. Tak pelak motor itu pun membentur roda depan motor saya. Pengemudi itu turun dari motor, mengarahkan telunjuknya ke arah saya sambil berkata, “Lain kali hati-hati ya bawa motor. Motor Anda menabrak motor saya nih!”
Saya tidak tahu harus berbuat apa. Di satu sisi, tentu saya kesal dengan orang itu. Di sisi lain, sungguh saya prihatin dengan dirinya yang tidak sanggup jujur dengan realitas yang ada. Ketidakjujuran itulah yang membuatnya melakukan tindakan yang bodoh: mendakwa orang lain untuk kesalahannya sendiri. Apakah Anda mempunyai teman yang seperti ini?
“Jangan menjawab orang bebal menurut kebodohannya, supaya jangan engkau sendiri menjadi sama dengan dia” (Amsal 26:4). Sebuah peringatan untuk tidak menjawab atau tidak melanjutkan percakapan dengan orang bebal. Orang bebal tidak mau menerima realitas, dan terus mencari cara untuk menyalahkan orang lain. Tidak ada gunanya menjawab atau bercakap-cakap dengan orang bebal sebab apa pun yang kita katakan akan dibantahnya. Jika kita menjawab dan bahkan terus berbincang dengan orang bebal, lama kelamaan kita akan menjadi emosional dan akhirnya kata-kata kita juga akan menjadi tidak berkualitas.
Ketika berhadapan dengan orang bebal, yang hanya mengajak kita untuk bertengkar, maka diam adalah emas. Diam bukan berarti kita takut atau kalah, melainkan karena kita menjaga lidah kita agar tidak mengeluarkan kata-kata yang tidak berkualitas dan tidak sama bebalnya seperti orang itu.
Amsal Hari Ini -- ( 18 November 2016 )
(C) Pdt. Wahyu 'wepe' Pramudya
Dapatkan Aplikasi Renungan Harian "Amsal Hari Ini" di Google Play dan App Store. Gratis!
-
19 November 2016
Karakter Iman Yang Teruji
Sabtu, 19 November 2016
Bacaan Alkitab hari ini:
1 Samuel 26-27
Allah sering mengasah iman kita dengan berulang kali membawa kita pada situasi ujian iman. Ujian iman yang sama kembali diperhadapkan pada Daud ketika ada kesempatan kedua untuk membunuh Saul. Kesempatan ini terjadi saat Daud dan Abisai berhasil menyusup ke kemah Saul pada tengah malam ketika seluruh pasukan tertidur lelap. Abisai menganggap hal ini sebagai kesempatan “baik” untuk menghabisi Saul, tetapi Daud menolak karena orang yang membunuh Saul tidak akan bebas dari hukuman. Hanya Tuhan yang berhak membunuh dia (26:8-10). Sungguh, karakter iman Daud telah teruji. Dia tetap menantikan waktu dan kehendak Tuhan. Setelah mengambil tombak dan kendi milik Saul, Daud berseru dari kejauhan kepada Saul. Ia menunjukkan bahwa meskipun ia berkesempatan membunuh Saul di kemah, ia tidak melakukannya. Daud berharap agar Saul sadar atas kekeliruannya mengejar-ngejar dia selama ini. Akan tetapi, Daud tahu bahwa sulit bagi Saul untuk berdamai dengannya, sehingga Daud memutuskan untuk memohon kepada Raja Akhis agar diizinkan tinggal di Gat, daerah orang Filistin. Akhis memberikan Ziklag kepada Daud dengan pertimbangan bahwa Daud dapat membantu mengalahkan musuh-musuh di sekitarnya (27:8-11). Kepahlawanan Daud membuat Raja Akhis makin memercayai Daud (27:12).
Ujian iman atas hidup kita terjadi saat kita berada dalam situasi yang menggoda kita untuk bertindak sesuai dengan keinginan diri kita sendiri dan mengabaikan keinginan Allah. Waspadailah godaan yang nampaknya baik dalam pandangan mata, tetapi sebenarnya membuat iman kita semakin menjauh dari Allah. Milikilah karakter iman yang teruji oleh situasi dan keadaan. [FI]
1 Samuel 26:10
Lagi kata Daud: “Demi TUHAN yang hidup, niscaya TUHAN akan membunuh dia: entah karena sampai ajalya dan ia mati, entah karena ia pergi berperang dan hilang lenyap di sana.”
-
19 November 2016
1 Samuel 26:1--27:12Untuk kedua kalinya Daud membiarkan Saul hidup
26:1Datanglah orang Zif kepada Saul di Gibea serta berkata: "Daud menyembunyikan diri di bukit Hakhila di padang belantara."
26:2Lalu berkemaslah Saul dan turun ke padang gurun Zif dengan tiga ribu orang yang terpilih dari orang Israel untuk mencari Daud di padang gurun Zif.
26:3Berkemahlah Saul di bukit Hakhila yang di tepi jalan di padang belantara, sedang Daud tinggal di padang gurun. Ketika diketahui Daud, bahwa Saul datang mengikuti dia ke padang gurun,
26:4disuruhnyalah pengintai-pengintai, maka diketahuinyalah, bahwa Saul benar-benar datang.
26:5Berkemaslah Daud, lalu sampai ke tempat Saul berkemah. Waktu Daud melihat tempat Saul berbaring dengan Abner bin Ner, panglima tentaranya, --Saul berbaring di tengah-tengah perkemahan, sedang rakyat berkemah sekelilingnya--
26:6berbicaralah Daud kepada Ahimelekh, orang Het itu, dan kepada Abisai, anak Zeruya, saudara Yoab, katanya: "Siapa turun bersama-sama dengan aku kepada Saul ke tempat perkemahan itu?" Jawab Abisai: "Aku turun bersama-sama dengan engkau."
26:7Datanglah Daud dengan Abisai kepada rakyat itu pada waktu malam, dan tampaklah di sana Saul berbaring tidur di tengah-tengah perkemahan, dengan tombaknya terpancung di tanah pada sebelah kepalanya, sedang Abner dan rakyat itu berbaring sekelilingnya.
26:8Lalu berkatalah Abisai kepada Daud: "Pada hari ini Allah telah menyerahkan musuhmu ke dalam tanganmu, oleh sebab itu izinkanlah kiranya aku menancapkan dia ke tanah dengan tombak ini, dengan satu tikaman saja, tidak usah dia kutancapkan dua kali."
26:9Tetapi kata Daud kepada Abisai: "Jangan musnahkan dia, sebab siapakah yang dapat menjamah orang yang diurapi TUHAN, dan bebas dari hukuman?"
26:10Lagi kata Daud: "Demi TUHAN yang hidup, niscaya TUHAN akan membunuh dia: entah karena sampai ajalnya dan ia mati, entah karena ia pergi berperang dan hilang lenyap di sana.
26:11Kiranya TUHAN menjauhkan dari padaku untuk menjamah orang yang diurapi TUHAN. Ambillah sekarang tombak yang ada di sebelah kepalanya dan kendi itu, dan marilah kita pergi."
26:12Kemudian Daud mengambil tombak dan kendi itu dari sebelah kepala Saul, lalu mereka pergi. Tidak ada yang melihatnya, tidak ada yang mengetahuinya, tidak ada yang terbangun, sebab sekaliannya tidur, karena TUHAN membuat mereka tidur nyenyak.
26:13Setelah Daud sampai ke seberang, berdirilah ia jauh-jauh di puncak gunung, sehingga ada jarak yang besar antara mereka.
26:14Dan berserulah Daud kepada tentara itu dan kepada Abner bin Ner, katanya: "Tidakkah engkau menjawab, Abner?" Maka jawab Abner, katanya: "Siapakah engkau ini yang berseru-seru kepada raja?"
26:15Kemudian berkatalah Daud kepada Abner: "Apakah engkau ini bukan laki-laki? Siapakah yang seperti engkau di antara orang Israel? Mengapa engkau tidak mengawal tuanmu raja? Sebab ada seorang dari rakyat yang datang untuk memusnahkan raja, tuanmu itu.
26:16Tidak baik hal yang kauperbuat itu. Demi TUHAN yang hidup, kamu ini harus mati, karena kamu tidak mengawal tuanmu, orang yang diurapi TUHAN itu. Sekarang, lihatlah, di mana tombak raja dan kendi yang ada di sebelah kepalanya?"
26:17Saul mengenal suara Daud, lalu ia berkata: "Suaramukah itu, anakku Daud?" Jawab Daud: "Suaraku, tuanku raja."
26:18Lalu berkatalah ia: "Mengapa pula tuanku mengejar hambanya ini? Apa yang telah kuperbuat? Apakah kejahatan yang melekat pada tanganku?
26:19Oleh sebab itu, kiranya tuanku raja mendengarkan perkataan hambanya ini. Jika TUHAN yang membujuk engkau melawan aku, maka biarlah Ia mencium bau korban persembahan; tetapi jika itu anak-anak manusia, terkutuklah mereka di hadapan TUHAN, karena mereka sekarang mengusir aku, sehingga aku tidak mendapat bagian dari pada milik TUHAN, dengan berkata: Pergilah, beribadahlah kepada allah lain.
26:20Sebab itu, janganlah kiranya darahku tertumpah ke tanah, jauh dari hadapan TUHAN. Sebab raja Israel keluar untuk mencabut nyawaku, seperti orang memburu seekor ayam hutan di gunung-gunung."
26:21Lalu berkatalah Saul: "Aku telah berbuat dosa, pulanglah, anakku Daud, sebab aku tidak akan berbuat jahat lagi kepadamu, karena nyawaku pada hari ini berharga di matamu. Sesungguhnya, perbuatanku itu bodoh dan aku sesat sama sekali."
26:22Tetapi Daud menjawab: "Inilah tombak itu, ya tuanku raja! Baiklah salah seorang dari orang-orangmu menyeberang untuk mengambilnya.
26:23TUHAN akan membalas kebenaran dan kesetiaan setiap orang, sebab TUHAN menyerahkan engkau pada hari ini ke dalam tanganku, tetapi aku tidak mau menjamah orang yang diurapi TUHAN.
26:24Dan sesungguhnya, seperti nyawamu pada hari ini berharga di mataku, demikianlah hendaknya nyawaku berharga di mata TUHAN, dan hendaknya Ia melepaskan aku dari segala kesusahan."
26:25Lalu berkatalah Saul kepada Daud: "Diberkatilah kiranya engkau, anakku Daud. Apa juapun yang kauperbuat, pastilah engkau sanggup melakukannya." Lalu pergilah Daud meneruskan perjalanannya dan pulanglah Saul ke tempatnya.
Daud di antara orang Filistin
27:1Tetapi Daud berpikir dalam hatinya: "Bagaimanapun juga pada suatu hari aku akan binasa oleh tangan Saul. Jadi tidak ada yang lebih baik bagiku selain meluputkan diri dengan segera ke negeri orang Filistin; maka tidak ada harapan bagi Saul untuk mencari aku lagi di seluruh daerah Israel dan aku akan terluput dari tangannya."
27:2Bersiaplah Daud, lalu berjalan ke sana, ia dan keenam ratus orang yang bersama-sama dengan dia itu, kepada Akhis bin Maokh, raja kota Gat.
27:3Daud dan semua orangnya menetap pada Akhis di Gat, masing-masing dengan rumah tangganya; Daud dengan kedua orang isterinya, yakni Ahinoam, perempuan Yizreel, dan Abigail, bekas isteri Nabal, perempuan Karmel.
27:4Setelah diberitahukan kepada Saul, bahwa Daud telah melarikan diri ke Gat, ia tidak lagi mencarinya.
27:5Berkatalah Daud kepada Akhis: "Jika kiranya aku mendapat belas kasihanmu, biarlah diberikan kepadaku tempat di salah satu kota di tanah datar, supaya aku tinggal di sana. Mengapa hambamu ini tinggal padamu di kota kerajaan ini?"
27:6Maka pada hari itu Akhis memberikan Ziklag kepadanya; itulah sebabnya Ziklag menjadi kepunyaan raja-raja Yehuda sampai sekarang.
27:7Dan lamanya Daud tinggal di daerah orang Filistin adalah satu tahun empat bulan.
27:8Maka Daud dan orang-orangnya bergerak maju dan menyerbu orang Gesur, orang Girzi dan orang Amalek; sebab orang-orang inilah penduduk negeri itu yang membentang dari Telam ke arah Syur sampai tanah Mesir.
27:9Apabila Daud memusnahkan negeri itu, seorangpun tidak dibiarkannya hidup, baik laki-laki maupun perempuan; ia merampas kambing domba, lembu, keledai, unta dan pakaian, kemudian pulanglah ia dan kembali kepada Akhis.
27:10Jika Akhis bertanya: "Di mana kamu menyerbu pada hari ini?" maka jawab Daud: "Di Tanah Negeb Yehuda," atau: "Di Tanah Negeb orang Yerahmeel," atau: "Di Tanah Negeb orang Keni."
27:11Daud tidak membiarkan hidup seorangpun, baik laki-laki maupun perempuan, untuk dibawa ke Gat, sebab pikirnya: "Jangan-jangan mereka mengabarkan tentang kami, dengan berkata: Beginilah dilakukan Daud." Itulah kebiasaannya, selama ia tinggal di daerah orang Filistin.
27:12Tetapi Akhis mempercayai Daud, sebab pikirnya: "Tentulah ia telah membuat diri dibenci di antara orang Israel, bangsanya; ia akan menjadi hambaku sampai selamanya."
-
19 November 2016
DUA SISI
[[Di dalam tertawa pun hati dapat merana, dan kesukaan dapat berakhir dengan kedukaan.]] (Amsal 14:13)
Suatu kali seorang rekan tertawa bahagia. Ia baru saja mendapatkan pemberitahuan bahwa ia memenangkan hadiah sejumlah uang tertentu dari sebuah bank. Dengan penuh kegembiraan ia menuangkan hal tersebut dalam sebuah status di facebook. Benar, hadiah sejumlah uang tertentu menambah jumlah tabungannya.
Namun, kemudian terjadilah sesuatu di luar dugaan. Beberapa teman datang untuk meminjam sejumlah uang. Orang-orang yang dikenalnya melalui facebook mulai kerap menelepon untuk menawarkan investasi keuangan. Merasa terganggu dengan apa yang terjadi, rekan itu berkata, “Menang undian memang menggembirakan, tapi ternyata di balik setiap kegembiraan ada kerepotannya sendiri.”
“Di dalam tertawa pun hati dapat merana, dan kesukaan dapat berakhir dengan kedukaan” (Amsal 14:13). Amsal ini hendak menegaskan bahwa hidup kita selalu terdiri atas dua sisi: tertawa dan merana, sukacita dan dukacita. Tidak selamanya kita dapat menikmati sisi yang baik: tertawa dan sukacita. Adakalanya kita harus mengalami sisi yang buruk: merana dan dukacita. Tak jarang pula keduanya hadir bergantian dengan cepat.
Tidak ada yang abadi di dalam dunia ini. Nikmati sukacita selagi ada. Jalani dukacita sekuat tenaga. Tidak ada tawa yang tidak berakhir, dan tidak ada dukacita yang abadi. Nikmati setiap kondisi hidup dengan mengingat kehadiran Tuhan.
Amsal Hari Ini -- ( 19 November 2016 )
(C) Pdt. Wahyu 'wepe' Pramudya
Dapatkan Aplikasi Renungan Harian "Amsal Hari Ini" di Google Play dan App Store. Gratis!
-
19 November 2016
Pengamat Langit
Sabtu, 19 November 2016
Baca: Yesaya 40:21-31
40:21 Tidakkah kamu tahu? Tidakkah kamu dengar? Tidakkah diberitahukan kepadamu dari mulanya? Tidakkah kamu mengerti dari sejak dasar bumi diletakkan?
40:22 Dia yang bertakhta di atas bulatan bumi yang penduduknya seperti belalang; Dia yang membentangkan langit seperti kain dan memasangnya seperti kemah kediaman!
40:23 Dia yang membuat pembesar-pembesar menjadi tidak ada dan yang menjadikan hakim-hakim dunia sia-sia saja!
40:24 Baru saja mereka ditanam, baru saja mereka ditaburkan, baru saja cangkok mereka berakar di dalam tanah, sudah juga Ia meniup kepada mereka, sehingga mereka kering dan diterbangkan oleh badai seperti jerami.
40:25 Dengan siapa hendak kamu samakan Aku, seakan-akan Aku seperti dia? firman Yang Mahakudus.
40:26 Arahkanlah matamu ke langit dan lihatlah: siapa yang menciptakan semua bintang itu dan menyuruh segenap tentara mereka keluar, sambil memanggil nama mereka sekaliannya? Satupun tiada yang tak hadir, oleh sebab Ia maha kuasa dan maha kuat.
40:27 Mengapakah engkau berkata demikian, hai Yakub, dan berkata begini, hai Israel: “Hidupku tersembunyi dari TUHAN, dan hakku tidak diperhatikan Allahku?”
40:28 Tidakkah kautahu, dan tidakkah kaudengar? TUHAN ialah Allah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terduga pengertian-Nya.
40:29 Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya.
40:30 Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung,
40:31 tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
Dia yang mengatur [bintang-bintang] seperti pasukan, Ia tahu jumlah mereka semua, dan memanggil masing-masing dengan namanya. —Yesaya 40:26 BIS
Gelisah karena persoalan di tempat kerja dan di rumah, Matt memutuskan untuk berjalan-jalan menghirup udara malam di musim semi. Seiring dengan perubahan warna langit dari biru menjadi hitam, kabut tebal turun dan perlahan menutupi rawa. Bintang-bintang mulai berkelip, mengiringi bulan purnama yang terbit di timur. Bagi Matt, saat-saat itu terasa seperti sebuah pengalaman rohani. Dia hadir, pikirnya. Allah hadir, dan segalanya aman di tangan-Nya.
Ada orang memandang langit malam dan hanya melihat itu sebagai fenomena alam. Yang lain menganggap Allah sejauh dan sedingin planet Jupiter. Namun Allah yang “bertakhta di atas bulatan bumi” adalah Allah yang juga “mengatur [bintang-bintang] seperti pasukan, Ia tahu jumlah mereka semua, dan memanggil masing-masing dengan namanya” (Yes. 40:22,26 BIS). Dia mengenal setiap ciptaan-Nya dengan dekat.
Allah yang dekat itu bertanya kepada umat-Nya, “Jadi Israel, mengapa engkau berkeluh kesah, seolah-olah Tuhan Allahmu tak tahu engkau susah? Seolah-olah Ia tidak mengindahkan nasibmu?” Dalam belas kasihan-Nya, Allah mengingatkan mereka untuk berharap kepada-Nya. “Masakan engkau tidak tahu dan tidak mendengar? . . . Ia menguatkan orang yang lelah, memberi semangat kepada yang tak berdaya” (ay.27-29 BIS).
Kita mudah tergoda untuk melupakan Allah. Persoalan kita tidak akan hilang begitu saja, tetapi kita dapat menemukan ketenangan dan kepastian bahwa Allah selalu berkarya menggenapi rencana-Nya yang baik. “Aku hadir,” kata-Nya. “Kau aman di tangan-Ku.” —Tim Gustafson
Terima kasih, Tuhan, untuk langit malam yang menolong kami dapat melihat kekekalan secara sekilas. Kami belum mampu memahami sepenuhnya, tetapi kami tahu itu sungguh ada, dan kami tahu Engkau ada di sana. Tolong kami untuk mempercayai-Mu atas hal-hal yang tidak kami mengerti.
Kita patut menempatkan Allah sebagai yang utama di dalam hati kita sebagaimana Dia adalah yang utama di dalam alam semesta.
Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 11-13; Yakobus 1
19 November 2016 diubah oleh ZEGA376
-
19 November 2016
Korupsi -- Sabtu, 19 November 2016
YLSA SABDA·
Alkitab Mobile SABDA
Renungan Harian
<< Sabtu, 19 November 2016 >>Bacaan: Mazmur 73:1-28
alkitab.sabda.org/?Mazmur+73%3A1-28
alkitab.mobi/?Mazmur+73%3A1-28
Nas: Sampai aku masuk ke dalam tempat kudus Allah, dan memperhatikan kesudahan mereka. (Mazmur 73:17)
KorupsiSaya rasa kita semua setuju bahwa korupsi adalah salah satu hal yang paling mengancam kemajuan Indonesia. Gegap-gempita reformasi sempat membuat sebagian rakyat optimistis bahwa korupsi akan dapat dihilangkan dari bumi Indonesia. Tetapi, sudah bertahun-tahun reformasi berjalan dan korupsi ternyata masih meraja-lela. Beberapa koruptor kelas kakap bahkan sudah menghilang entah ke mana menggondol triliunan rupiah hasil korupsinya. Situasi ini membuat banyak orang kembali pesimistis dan bahkan mungkin tergoda untuk ikut-ikutan korupsi.
Pemazmur juga pernah merasakan kegelisahan yang serupa ketika ia melihat orang jahat hidup berkelimpahan (ay. 3-12). Sementara itu orang yang berusaha menjaga kebersihan hatinya justru mengalami banyak kesusahan (ay. 13-14). Seakan-akan Allah tidak peduli! Ketika ia datang ke hadapan Allah dan melihat semuanya dari sudut pandang Allah, kegelisahannya lenyap (ay. 17-20). Ia tersadar, Allah tetap adil dan berkuasa. Kalaupun saat ini keadilan-Nya itu belum tampak jelas, dalam iman pemazmur meyakini bahwa kelak mereka yang jahat akan mendapatkan hukuman yang setimpal (ay. 21-28).
Sama seperti pemazmur, kita juga bisa yakin akan keadilan Tuhan. Kalaupun saat ini banyak orang jahat tampak makmur, bukan berarti Tuhan tidak peduli. Jangan sampai kita mengikuti jalan hidup mereka. Justru mungkin kita bisa melihatnya sebagai kesempatan, agar kita dipakai Tuhan membuka mata mereka tentang hukuman ilahi yang menanti mereka. Siapa tahu mereka mau bertobat. --ALS/Renungan Harian
* * *
DI AKHIR JAMAN, KEADILAN TUHAN AKAN NYATA
DAN SEMUA YANG JAHAT AKAN MENDAPAT HUKUMANNYA.* * *
Nas: Sampai aku masuk ke dalam tempat kudus Allah, dan memperhatikan kesudahan mereka. (Mazmur 73:17)
* * *
Dilarang mengutip atau memperbanyak materi Renungan Harian tanpa seizin penerbit (Yayasan Gloria)
Anda diberkati melalui Renungan Harian?
Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.
Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIADiskusi renungan ini di Facebook:
www.facebook.com/groups/renungan.harian/Ayat Alkitab: Mazmur 73:1-28
Setahun: Roma 1-3
alkitab.sabda.org/?Roma+1-3
alkitab.mobi/?Roma+1-319 November 2016 diubah oleh ZEGA376
-
19 November 2016
Mazmur 73:1-28
Pergumulan dan pengharapan73:1Mazmur Asaf. Sesungguhnya Allah itu baik bagi mereka yang tulus hatinya, bagi mereka yang bersih hatinya.
73:2Tetapi aku, sedikit lagi maka kakiku terpeleset, nyaris aku tergelincir.
73:3Sebab aku cemburu kepada pembual-pembual, kalau aku melihat kemujuran orang-orang fasik.
73:4Sebab kesakitan tidak ada pada mereka, sehat dan gemuk tubuh mereka;
73:5mereka tidak mengalami kesusahan manusia, dan mereka tidak kena tulah seperti orang lain.
73:6Sebab itu mereka berkalungkan kecongkakan dan berpakaian kekerasan.
73:7Karena kegemukan, kesalahan mereka menyolok, hati mereka meluap-luap dengan sangkaan.
73:8Mereka menyindir dan mengata-ngatai dengan jahatnya, hal pemerasan dibicarakan mereka dengan tinggi hati.
73:9Mereka membuka mulut melawan langit, dan lidah mereka membual di bumi.
73:10Sebab itu orang-orang berbalik kepada mereka, mendapatkan mereka seperti air yang berlimpah-limpah.
73:11Dan mereka berkata: "Bagaimana Allah tahu hal itu, adakah pengetahuan pada Yang Mahatinggi?"
73:12Sesungguhnya, itulah orang-orang fasik: mereka menambah harta benda dan senang selamanya!
73:13Sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku, tanda tak bersalah.
73:14Namun sepanjang hari aku kena tulah, dan kena hukum setiap pagi.
73:15Seandainya aku berkata: "Aku mau berkata-kata seperti itu," maka sesungguhnya aku telah berkhianat kepada angkatan anak-anakmu.
73:16Tetapi ketika aku bermaksud untuk mengetahuinya, hal itu menjadi kesulitan di mataku,
73:17sampai aku masuk ke dalam tempat kudus Allah, dan memperhatikan kesudahan mereka.
73:18Sesungguhnya di tempat-tempat licin Kautaruh mereka, Kaujatuhkan mereka sehingga hancur.
73:19Betapa binasa mereka dalam sekejap mata, lenyap, habis oleh karena kedahsyatan!
73:20Seperti mimpi pada waktu terbangun, ya Tuhan, pada waktu terjaga, rupa mereka Kaupandang hina.
73:21Ketika hatiku merasa pahit dan buah pinggangku menusuk-nusuk rasanya,
73:22aku dungu dan tidak mengerti, seperti hewan aku di dekat-Mu.
73:23Tetapi aku tetap di dekat-Mu; Engkau memegang tangan kananku.
73:24Dengan nasihat-Mu Engkau menuntun aku, dan kemudian Engkau mengangkat aku ke dalam kemuliaan.
73:25Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi.
73:26Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.
73:27Sebab sesungguhnya, siapa yang jauh dari pada-Mu akan binasa; Kaubinasakan semua orang, yang berzinah dengan meninggalkan Engkau.
73:28Tetapi aku, aku suka dekat pada Allah; aku menaruh tempat perlindunganku pada Tuhan ALLAH, supaya dapat menceritakan segala pekerjaan-Nya.
-
19 November 2016
Roma 15:1-13 -- Sabtu, 19 November 2016 (Minggu ke-27 sesudah Pentakosta)
YLSA SABDA·Alkitab Mobile SABDA
Santapan Harian
<< Sabtu, 19 November 2016 >>
Bacaan: Roma 15:1-13Judul: Si kuat dan Si lemah
Bacaan: Roma 15:1-13
alkitab.sabda.org/?Roma+15%3A1-13
alkitab.mobi/?Roma+15%3A1-13Si kuat dan Si lemah
Ada pepatah Jawa: "Asu gedhe menang kerahe", yang artinya 'anjing besar menang dalam perkelahian'. Anak kecil pun pasti tahu akan hal ini. Namun, bacaan hari ini justru sebaliknya: "Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat" (1). Itu berarti kita yang sungguh-sungguh yakin akan apa yang kita percayai, haruslah bersabar terhadap keberatan-keberatan orang yang tidak terlalu yakin dengan apa yang dipercayainya.
Paulus melarang kita untuk menyenangkan diri sendiri. Sebaliknya, Sang Rasul menasihati warga jemaat di Roma untuk menyenangkan hati orang lain. Tentu saja bukan hanya menyenangkannya, tetapi alasan yang paling mendasar adalah demi kebaikan orang itu sendiri agar semakin dibangun dalam imannya. Alasan Paulus-mengutip Mazmur 69:10-adalah sebagai pengikut Kristus semestinya kita meneladani Dia yang tidak mencari kesenangan-Nya sendiri.
Memang bukan persoalan mudah sehingga kita mesti meminta pertolongan Allah agar Dia memberikan karunia kerukunan kepada umat-Nya, yang berujung pada kemuliaan Allah! Menarik disimak bahwa kerukunan umat Allah tidak dimaksudkan untuk kemuliaan sendiri, tetapi dimaksudkan untuk kemuliaan Allah.
Karena itu, Paulus melanjutkan: "terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah" (7). Inilah cara untuk mencapai kesatuan di antara umat Allah-yang kuat menerima yang lemah sama halnya dengan Kristus yang telah menerima baik yang kuat maupun yang lemah imannya. Dengan kalimat yang lain, Barret menyatakan: "Aku mengatakan kepadamu, orang Kristen yang kuat, agar kamu bersabar memikul keanehan orang yang lemah, sama seperti sikap Kristus: Ia menjadi pelayan dari bangsa yang paling aneh dalam keagamaan, yaitu bangsa Yahudi."
Kebenaran yang ditekankan Paulus bukan suatu "kekecualian" karena sudah ada contohnya-yakni Kristus sendiri. Itulah yang harus kita perhatikan sebagai pelajaran! Memang tidak mudah. Karena itulah kita bertekun! [CC]
Baca Gali Alkitab 3
Roma 15:1-13
Hidup rukun dalam kasih merupakan ciri khas komunitas umat percaya. Melalui kebersamaan, tenggang rasa, dan kesatuan, nama Allah dipermuliakan di antara bangsa-bangsa. Hal itu dapat terjadi apabila setiap orang percaya tidak egois, memikirkan untuk kebaikan bersama, menguatkan serta membangun satu sama lain dalam iman dan pengharapan.
Apa saja yang Anda baca?
1. Apa kewajiban setiap orang percaya dalam komunitasnya (1-2)?
2. Apa landasan yang patut dihayati oleh komunitas Kristiani (3-4)?
3. Apa harapan Paulus terhadap orang-orang percaya di Roma (5-7)?
4. Apa artinya menerima satu akan yang lain dalam Kristus (8)?
5. Apa tujuan hidup dalam kebenaran Allah (9)?
6. Apa imbauan Paulus terhadap orang-orang non-Yahudi (10-13)?Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Mengapa kesatuan dalam Kristus sangat penting bagi Paulus?
2. Apa yang terjadi jika kebersamaan terwujud dalam diri orang-orang percaya?Apa respons Anda?
1. Apa yang akan Anda lakukan untuk memuliakan Allah? Apa komitmen Anda?Pokok Doa:
Umat Tuhan seharusnya bersyukur memiliki Allah yang kekal dan perkasa dalam setiap tindakan-Nya.19 November 2016 diubah oleh ZEGA376
-
19 November 2016
Roma 15:1-13
Orang yang lemah dan orang yang kuat15:1Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri.
15:2Setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya untuk membangunnya.
15:3Karena Kristus juga tidak mencari kesenangan-Nya sendiri, tetapi seperti ada tertulis: "Kata-kata cercaan mereka, yang mencerca Engkau, telah mengenai aku."
15:4Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci.
15:5Semoga Allah, yang adalah sumber ketekunan dan penghiburan, mengaruniakan kerukunan kepada kamu, sesuai dengan kehendak Kristus Yesus,
15:6sehingga dengan satu hati dan satu suara kamu memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus.
15:7Sebab itu terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah.
15:8Yang aku maksudkan ialah, bahwa oleh karena kebenaran Allah Kristus telah menjadi pelayan orang-orang bersunat untuk mengokohkan janji yang telah diberikan-Nya kepada nenek moyang kita,
15:9dan untuk memungkinkan bangsa-bangsa, supaya mereka memuliakan Allah karena rahmat-Nya, seperti ada tertulis: "Sebab itu aku akan memuliakan Engkau di antara bangsa-bangsa dan menyanyikan mazmur bagi nama-Mu."
15:10Dan selanjutnya: "Bersukacitalah, hai bangsa-bangsa, dengan umat-Nya."
15:11Dan lagi: "Pujilah Tuhan, hai kamu semua bangsa-bangsa, dan biarlah segala suku bangsa memuji Dia."
15:12Dan selanjutnya kata Yesaya: "Taruk dari pangkal Isai akan terbit, dan Ia akan bangkit untuk memerintah bangsa-bangsa, dan kepada-Nyalah bangsa-bangsa akan menaruh harapan."
15:13Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan.
-
20 November 2016
Kerelaan Berkorban
Minggu, 20 November 2016
Baca: Kisah Para Rasul 6:8-15;7:59-60
6:8 Dan Stefanus, yang penuh dengan karunia dan kuasa, mengadakan mujizat-mujizat dan tanda-tanda di antara orang banyak.
6:9 Tetapi tampillah beberapa orang dari jemaat Yahudi yang disebut jemaat orang Libertini–anggota-anggota jemaat itu adalah orang-orang dari Kirene dan dari Aleksandria–bersama dengan beberapa orang Yahudi dari Kilikia dan dari Asia. Orang-orang itu bersoal jawab dengan Stefanus,
6:10 tetapi mereka tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara.
6:11 Lalu mereka menghasut beberapa orang untuk mengatakan: “Kami telah mendengar dia mengucapkan kata-kata hujat terhadap Musa dan Allah.”
6:12 Dengan jalan demikian mereka mengadakan suatu gerakan di antara orang banyak serta tua-tua dan ahli-ahli Taurat; mereka menyergap Stefanus, menyeretnya dan membawanya ke hadapan Mahkamah Agama.
6:13 Lalu mereka memajukan saksi-saksi palsu yang berkata: “Orang ini terus-menerus mengucapkan perkataan yang menghina tempat kudus ini dan hukum Taurat,
6:14 sebab kami telah mendengar dia mengatakan, bahwa Yesus, orang Nazaret itu, akan merubuhkan tempat ini dan mengubah adat istiadat yang diwariskan oleh Musa kepada kita.”
6:15 Semua orang yang duduk dalam sidang Mahkamah Agama itu menatap Stefanus, lalu mereka melihat muka Stefanus sama seperti muka seorang malaikat.
7:59 Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya: “Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku.”
7:60 Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: “Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!” Dan dengan perkataan itu meninggallah ia.
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. —Matius 5:10
Di suatu Minggu sore, saya sedang duduk di taman rumah kami, yang berada dekat dengan gereja tempat suami saya melayani sebagai pendeta. Saya mendengar sayup-sayup alunan musik pujian dan penyembahan dalam bahasa asing. Gereja kami di London telah menjadi tempat ibadah bagi sekelompok jemaat warga negara asing yang sangat berkembang. Kami merasa takjub melihat semangat mereka di dalam Kristus ketika mereka menyampaikan kisah-kisah tentang penganiayaan yang mereka alami dan juga tentang orang-orang, seperti saudara laki-laki dari gembala senior mereka, yang kehilangan nyawa karena iman mereka. Orang-orang percaya yang setia itu mengikuti jejak Stefanus, martir Kristen yang pertama.
Stefanus, salah seorang pemimpin yang pertama dari jemaat mula-mula, menarik perhatian banyak orang di Yerusalem ketika ia melakukan “mujizat-mujizat dan tanda-tanda” (Kis. 6:8). Ia pun dibawa ke hadapan para penguasa Yahudi untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Stefanus menyampaikan pembelaan imannya dengan penuh semangat sebelum menyinggung tentang kekerasan hati para pendakwanya. Namun bukannya bertobat, para penguasa itu justru “sakit hati dan marah sekali kepadanya” (7:54 BIS). Mereka menyeret Stefanus ke luar kota dan melemparinya dengan batu sampai mati, bahkan ketika ia sedang berdoa memohon pengampunan bagi mereka.
Kisah-kisah tentang Stefanus dan para martir di zaman modern mengingatkan kita bahwa pesan Kristus bisa menemui pertentangan yang tajam dan mengancam nyawa. Jika kita belum pernah menghadapi penganiayaan karena iman kita, marilah kita berdoa bagi jemaat di seluruh dunia yang masih teraniaya. Kiranya kita, sekiranya harus menderita, menerima anugerah untuk tetap setia kepada Kristus yang telah menderita jauh lebih banyak demi kita.
Kiranya kita menerima anugerah untuk mengikuti jejak Tuhan kita.
Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 14-15; Yakobus 2
-
20 November 2016
BIBIR ORANG LAIN
[[Jangan berlagak di hadapan raja, atau berdiri di tempat para pembesar. Karena lebih baik orang berkata kepadamu: "Naiklah ke mari," daripada engkau direndahkan di hadapan orang mulia.]] (Amsal 25:6-7)
Saya pernah melihat pemandangan yang memalukan dalam jamuan pernikahan. Sepasang suami istri bersikeras untuk duduk di sebuah meja tertentu walaupun dengan sopan para penyambut tamu mengingatkan bahwa itu bukan meja yang tepat. Sang suami membentak, “Kalian tidak tahu siapa saya?” Tidak ingin ada keributan lebih lanjut, para penerima tamu pun mundur. Wajah suami istri itu terlihat puas.
Tepat menjelang acara dimulai, pihak tuan rumah yang mengenal pasangan itu meminta mereka pindah tempat duduk karena tempat itu disediakan bagi para pejabat penting di negeri ini. Pasangan itu berdiri, berjalan di tengah tatapan ratusan orang menuju ke meja yang lain. Rasa malu tergurat di wajah mereka.
“Jangan berlagak di hadapan raja, atau berdiri di tempat para pembesar. Karena lebih baik orang berkata kepadamu: "Naiklah ke mari," daripada engkau direndahkan di hadapan orang mulia” (Amsal 25:6-7). Konteks ayat ini sama seperti kisah tentang tamu pernikahan yang tidak tahu diri tadi. Pada masa itu orang yang menganggap diri penting suka menduduki tempat terdepan di dalam pesta agar terlihat orang lain. Tentunya tuan rumahlah yang mengatur siapa yang layak duduk di barisan terdepan. Kerap terlihat para prajurit memaksa mereka yang tidak tahu diri pindah ke barisan belakang.
Pesan Amsal ini sangat jelas. Dalam segala keadaan, hiduplah dan praktikkanlah kerendahan hati. Biarlah pujian dan pengakuan itu tidak keluar dari bibir kita sendiri, tetapi dari bibir orang lain.
Amsal Hari Ini -- ( 20 November 2016 )
(C) Pdt. Wahyu 'wepe' Pramudya
Dapatkan Aplikasi Renungan Harian "Amsal Hari Ini" di Google Play dan App Store. Gratis!
-
20 November 2016
Iman Setengah Hati
Minggu, 20 November 2016
Bacaan Alkitab hari ini:
1 Samuel 28
Kehidupan orang yang jauh dari Allah terlihat dari sikap dan tindakan yang semakin tidak beriman kepada Allah. Ketakutan Raja Saul ketika tentara Filistin mengepung Israel membuatnya melakukan tindakan yang tidak berkenan di mata Tuhan. Semula Raja Saul mencoba bertanya kepada Tuhan, tetapi Tuhan sudah tidak mau menjawab (28:6). Selanjutnya, Raja Saul menempuh jalan pintas yang bertentangan dengan perintah Tuhan, yaitu mencari seorang perempuan pemanggil arwah untuk meminta petunjuk dari arwah Nabi Samuel. Padahal, Raja Saul sendiri yang telah menyingkirkan para pemanggil arwah dan peramal di negerinya (28:3b, 9). Jelas bahwa iman Raja Saul hanya setengah hati. Semula, Raja Saul seolah-olah telah bertobat dari segala pelanggarannya dan taat pada perintah Allah. Akan tetapi, ternyata bahwa ia kembali melanggar perintah Allah pada saat genting. Raja Saul menemukan pemanggil arwah di En-Dor dan ia meminta agar roh Nabi Samuel dipanggil muncul karena ia telah habis akal menghadapi bangsa Filistin yang makin mengancam keamanan Israel. Ironisnya, ketika roh yang dianggap Nabi Samuel itu muncul dan bercakap-cakap dengannya, roh itu bukan bicara tentang bagaimana bisa menang atas bangsa Filistin, tetapi menyampaikan berita kematian Saul karena murka Allah (28:18-19).
Ada perkataan bijak yang berbunyi, “Ikut Tuhan setengah hati membuat orang setengah mati, dan ikut Tuhan sepenuh hati membuat hidup bisa dinikmati.” Jangan menipu Allah dengan berpura-pura beriman kepada-Nya karena Allah mengenal isi hati kita. Jika kita sedang bergumul untuk mempertahankan iman, belajarlah untuk bersikap jujur di hadapan-Nya dan mintalah Allah yang meneguhkan iman kita. [FI]
Mazmur 9:11
“Orang yang mengenal nama-Mu percaya kepada-Mu, sebab tidak Kautinggalkan orang yang mencari Engkau, ya TUHAN.”
-
20 November 2016
Saul di En-Dor
(1) Pada waktu itu orang Filistin mengerahkan tentaranya untuk berperang melawan orang Israel. Lalu berkatalah Akhis kepada Daud: "Ketahuilah baik-baik, bahwa engkau beserta orang-orangmu harus maju berperang bersama-sama dengan aku dalam tentara."
(2) Jawab Daud kepada Akhis: "Baik, engkau akan tahu, apa yang dapat diperbuat hambamu ini." Lalu Akhis berkata kepada Daud: "Sebab itu aku mengangkat engkau menjadi pengawalku sendiri sampai selamanya."
(3) Adapun Samuel sudah mati. Seluruh orang Israel sudah meratapi dia dan mereka telah menguburkan dia di Rama, di kotanya. Dan Saul telah menyingkirkan dari dalam negeri para pemanggil arwah dan roh peramal.
(4) Orang Filistin itu berkumpul, lalu bergerak maju, dan berkemah dekat Sunem. Saul mengumpulkan seluruh orang Israel, lalu mereka berkemah di Gilboa.
(5) Ketika Saul melihat tentara Filistin itu, maka takutlah ia dan hatinya sangat gemetar.
(6) Dan Saul bertanya kepada TUHAN, tetapi TUHAN tidak menjawab dia, baik dengan mimpi, baik dengan Urim, baik dengan perantaraan para nabi.
(7) Lalu berkatalah Saul kepada para pegawainya: "Carilah bagiku seorang perempuan yang sanggup memanggil arwah; maka aku hendak pergi kepadanya dan meminta petunjuk kepadanya." Para pegawainya menjawab dia: "Di En-Dor ada seorang perempuan yang sanggup memanggil arwah."
(8) Lalu menyamarlah Saul, ia mengenakan pakaian lain dan pergilah ia dengan dua orang. Ketika mereka pada waktu malam sampai kepada perempuan itu, berkatalah Saul: "Cobalah engkau menenung bagiku dengan perantaraan arwah, dan panggillah supaya muncul kepadaku orang yang akan kusebut kepadamu."
(9) Tetapi perempuan itu menjawabnya: "Tentu engkau mengetahui apa yang diperbuat Saul, bahwa ia telah melenyapkan dari dalam negeri para pemanggil arwah dan roh peramal. Mengapa engkau memasang jerat terhadap nyawaku untuk membunuh aku?"
(10) Lalu bersumpahlah Saul kepadanya demi TUHAN, katanya: "Demi TUHAN yang hidup, tidak akan ada kesalahan tertimpa kepadamu karena perkara ini."
(11) Sesudah itu bertanyalah perempuan itu: "Siapakah yang harus kupanggil supaya muncul kepadamu?" Jawabnya: "Panggillah Samuel supaya muncul kepadaku."
(12) Ketika perempuan itu melihat Samuel, berteriaklah ia dengan suara nyaring. Lalu perempuan itu berkata kepada Saul, demikian: "Mengapa engkau menipu aku? Engkau sendirilah Saul!"
(13) Maka berbicaralah raja kepadanya: "Janganlah takut; tetapi apakah yang kaulihat?" Perempuan itu menjawab Saul: "Aku melihat sesuatu yang ilahi muncul dari dalam bumi."
(14) Kemudian bertanyalah ia kepada perempuan itu: "Bagaimana rupanya?" Jawabnya: "Ada seorang tua muncul, berselubungkan jubah." Maka tahulah Saul, bahwa itulah Samuel, lalu berlututlah ia dengan mukanya sampai ke tanah dan sujud menyembah.
(15) Sesudah itu berbicaralah Samuel kepada Saul: "Mengapa engkau mengganggu aku dengan memanggil aku muncul?" Kata Saul: "Aku sangat dalam keadaan terjepit: orang Filistin berperang melawan aku, dan Allah telah undur dari padaku. Ia tidak menjawab aku lagi, baik dengan perantaraan nabi maupun dengan mimpi. Sebab itu aku memanggil engkau, supaya engkau memberitahukan kepadaku, apa yang harus kuperbuat."
(16) Lalu berbicaralah Samuel: "Mengapa engkau bertanya kepadaku, padahal TUHAN telah undur dari padamu dan telah menjadi musuhmu?
(17) TUHAN telah melakukan kepadamu seperti yang difirmankan-Nya dengan perantaraanku, yakni TUHAN telah mengoyakkan kerajaan dari tanganmu dan telah memberikannya kepada orang lain, kepada Daud.
(18) Karena engkau tidak mendengarkan suara TUHAN dan tidak melaksanakan murka-Nya yang bernyala-nyala itu atas Amalek, itulah sebabnya TUHAN melakukan hal itu kepadamu pada hari ini.
(19) Juga orang Israel bersama-sama dengan engkau akan diserahkan TUHAN ke dalam tangan orang Filistin, dan besok engkau serta anak-anakmu sudah ada bersama-sama dengan daku. Juga tentara Israel akan diserahkan TUHAN ke dalam tangan orang Filistin."
(20) Pada saat itu juga rebahlah Saul memanjang ke tanah sebab ia sangat ketakutan oleh karena perkataan Samuel itu. Juga tidak ada lagi kekuatannya, karena sehari semalam itu ia tidak makan apa-apa.
(21) Perempuan itu mendekati Saul lalu melihat, bahwa Saul sangat terkejut. Kemudian berkatalah perempuan itu kepadanya: "Lihat, budakmu ini telah mendengarkan permintaanmu; aku telah mempertaruhkan nyawaku dan mendengarkan perkataan yang kaukatakan kepadaku.
(22) Oleh sebab itu, kiranya engkaupun mendengarkan permintaan budakmu ini. Izinkanlah aku menyajikan kepadamu sepotong roti; makanlah, supaya ada kekuatanmu, apabila engkau berjalan pula."
(23) Tetapi Saul menolak dan berkata: "Aku tidak mau makan." Tetapi ketika para pegawainya serta perempuan itu juga mendesak, maka didengarkannyalah permintaan mereka, lalu bangkitlah ia dari tanah dan duduk di balai-balai.
(24) Perempuan itu mempunyai seekor anak lembu tambun di rumahnya maka segeralah ia menyembelih itu. Ia mengambil tepung, diremasnya dan dibakarnya menjadi roti yang tidak beragi.
(25) Dihidangkannyalah semuanya itu ke depan Saul dan ke depan para pegawainya, lalu mereka makan. Kemudian bangkitlah mereka dan pergi pada malam itu juga.
-
21 November 2016
UKURAN KEBERHASILAN
[[Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu.]] (Amsal 29:17)
Berulang kali saya menemani orangtua-orangtua pada saat-saat akhir kehidupan mereka. Saya mendapati bahwa salah satu ungkapan penyesalan yang kerap kali muncul adalah kurangnya waktu untuk anak-anak sehingga anak-anak itu mempunyai perilaku yang buruk.
Sebaliknya, salah satu ungkapan kebahagiaan adalah keberhasilan hidup anak-anak. Bukan harta, bukan pula prestasi orangtua itu sendiri. Jerih lelah orangtua terbayar lunas ketika menyaksikan anak-anak itu berperilaku baik dan berhasil di dalam kehidupan mereka.
“Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu” (Amsal 29:17). Amsal ini memberikan ukuran keberhasilan orangtua dalam mendidik anak-anaknya. Ukuran pertama adalah anak-anak akan memberikan ketenteraman. Ketenteraman berarti kedamaian. Anak-anak yang terdidik tidak akan banyak berkonflik. Kalaupun berkonflik, mereka cakap menyelesaikannya.
Ukuran kedua keberhasilan orangtua dalam mendidik anak adalah mendatangkan sukacita. Sukacita berarti kegembiraan. Anak-anak yang terdidik dengan baik akan memberikan kegembiraan bagi orangtua dengan pelbagai cara. Anak-anak yang terdidik itu cakap dalam berkata dan bertindak sehingga mendatangkan kegembiraan bagi orang di sekitarnya.
Nah, sekarang lihatlah anak-anak kita. Apakah kita telah mendidik mereka dengan baik? Mari kita periksa: apakah anak-anak kita lebih banyak menghadirkan ketenteraman dibandingkan keresahan; lebih banyak membawa kegembiraan dibandingkan kesedihan.
Sisihkan bukan sisakan waktu untuk mendidik anak-anak agar tidak ada penyesalan di kemudian hari.
Amsal Hari Ini -- ( 21 November 2016 )
(C) Pdt. Wahyu 'wepe' Pramudya
Dapatkan Aplikasi Renungan Harian "Amsal Hari Ini" di Google Play dan App Store. Gratis!
-
21 November 2016
Bagaimana dengan Kamu?
Senin, 21 November 2016
Baca: Efesus 4:25-32
4:25 Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota.
4:26 Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu
4:27 dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis.
4:28 Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan.
4:29 Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.
4:30 Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan.
4:31 Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan.
4:32 Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
Hidup dan mati dikuasai lidah. —Amsal 18:21
Emily mendengarkan perbincangan di antara teman-temannya tentang tradisi Hari Thanksgiving yang mereka lakukan bersama keluarga. “Kami bergiliran menceritakan apa yang membuat kami bersyukur kepada Allah,” kata Gary.
Seorang teman lainnya bercerita tentang kebiasaan makan dan berdoa bersama yang dilakukan keluarganya. Ia mengenang saat-saat bersama ayahnya sebelum meninggal: “Meskipun Ayah menderita demensia, doa ucapan syukurnya kepada Allah begitu jelas.” Randy berkata, “Keluargaku selalu punya waktu khusus untuk bernyanyi bersama pada masa liburan itu. Nenekku bisa terus-terusan bernyanyi!” Kesedihan dan kecemburuan mulai menghinggapi Emily saat ia memikirkan keluarganya sendiri. Emily mengeluh: “Tradisi keluarga kami hanyalah makan kalkun, menonton televisi, dan tak pernah berbicara tentang Tuhan atau mengucap syukur.”
Seketika Emily merasa tidak nyaman dengan sikapnya itu. Kamu adalah bagian dari keluarga itu. Apa yang akan kamu lakukan secara berbeda untuk mengubah kondisi itu? tanya Emily pada dirinya sendiri. Ia memutuskan untuk mengatakan secara pribadi pada setiap anggota keluarganya bahwa ia bersyukur kepada Tuhan karena memiliki mereka sebagai adik, keponakan, atau saudara. Ketika hari itu tiba, ia mengungkapkan rasa syukurnya atas mereka satu per satu, dan mereka semua merasakan begitu dikasihi. Hal itu tidak mudah karena percakapan itu tidak lazim terjadi di keluarganya, tetapi Emily mengalami sukacita ketika membagikan kasihnya pada setiap anggota keluarganya.
“Pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu,” tulis Paulus, “supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia [penguatan]” (Ef. 4:29). Ucapan syukur kita bisa mengingatkan orang lain akan betapa berharganya mereka bagi kita dan bagi Allah. —Anne Cetas
Ya Tuhan, tunjukkanlah kepadaku bagaimana aku bisa menguatkan orang lain lewat perkataanku.
Jiwa manusia dipenuhi dengan pengharapan ketika menerima sepatah kata yang menguatkan.
Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 16-17; Yakobus 3
-
21 November 2016
Pemimpin yang Takut Akan Tuhan
Senin, 21 November 2016
Bacaan Alkitab hari ini:
1 Samuel 29-31
Sebagai seorang Kristen, tentu kita bisa menilai mana pemimpin Kristen yang takut akan Allah dengan pemimpin Kristen yang sering mengabaikan Allah, dari cara mereka merespons ketika berada pada situasi yang sulit dan menekan. Tiga pasal terakhir dalam 1 Samuel menunjukkan perbedaan respons Daud dan Saul ketika menghadapi situasi sulit. Ketika orang Amalek berhasil membakar Ziklagtempat Daud tinggal--dan menawan seluruh keluarganya, Daud menguatkan iman rakyat yang mengalami kepedihan dan datang meminta petunjuk Tuhan (30:6-8). Hal ini kontras dengan sikap Saul dalam pasal 28 yang mencari petunjuk dari arwah orang mati saat menghadapi jalan buntu. Daud juga merespons keluhan pasukannya dengan jawaban yang bijak (30:22-24).
Berbeda dengan Daud, Saul yang sedang bertempur habis-habisan melawan bangsa Filistin semakin terdesak. Ketika ia terluka parah akibat terkena panah, Saul memilih untuk bunuh diri ketimbang terus bertempur sampai titik darah penghabisan. Mungkin ia berpikir bahwa jika ia harus mati, ia tidak mau sampai dipermalukan oleh bangsa Filistin. Akan tetapi, tindakannya menunjukkan bahwa ia tidak lagi mau berurusan dengan Allah, sehingga ia tidak berseru memohon pertolongan-Nya.
Seorang pemimpin Kristen yang takut akan Allah sangat dibutuhkan oleh orang-orang yang dia pimpin. Sebagai umat Allah, kita perlu memiliki kepekaan rohani untuk bisa membuat penilaian. Jika kita sudah yakin akan kualitas iman yang baik dari sang pemimpin, jangan ragu untuk mendukung dan mendoakan pemimpin yang demikian agar dipakai Allah secara luar biasa bagi kesejahteraan umat-Nya. [FI]
Mazmur 25:12
“Siapakah orang yang takut akan TUHAN? Kepadanya TUHAN menunjukkan jalan yang harus dipilihnya.”
-
21 November 2016
1 Samuel 29 :
Daud dikirim pulang oleh orang-orang Filistin
(1) Orang Filistin mengumpulkan segala tentara mereka ke Afek, sedang orang Israel berkemah dekat mata air yang di Yizreel.
(2) Maka ketika raja-raja kota orang Filistin berjalan lewat dalam pasukan-pasukan seratus dan seribu, dan ketika juga Daud beserta orang-orangnya berjalan lewat di belakangnya bersama-sama dengan Akhis,
(3) berkatalah para panglima orang Filistin itu: "Apa gunanya orang-orang Ibrani ini?" Jawab Akhis kepada para panglima orang Filistin itu: "Bukankah dia itu Daud, hamba Saul, raja Israel, yang sudah satu dua tahun bersama-sama dengan aku, tanpa kudapati sesuatupun kesalahan padanya sejak saat ia membelot sampai hari ini?"
(4) Tetapi para panglima orang Filistin itu menjadi marah kepadanya; serta berkata kepadanya: "Suruhlah orang itu pulang, supaya ia kembali ke tempat, yang kautunjukkan kepadanya, dan janganlah ia pergi berperang, bersama-sama dengan kita, supaya jangan ia menjadi lawan kita dalam peperangan. Sebab dengan apakah orang ini dapat menyukakan hati tuannya, kecuali dengan memberi kepala-kepala orang-orang ini?
(5) Bukankah dia ini Daud yang dinyanyikan orang secara berbalas-balasan sambil menari-nari, demikian: Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa?"
(6) Lalu Akhis memanggil Daud, dan berkata kepadanya: "Demi TUHAN yang hidup, engkau ini orang jujur dan aku memandang baik, jika engkau keluar masuk bersama-sama dengan aku dalam tentara, sebab aku tidak mendapati sesuatu kejahatan padamu, sejak saat engkau datang kepadaku sampai hari ini; tetapi engkau ini tidak disukai oleh raja-raja kota.
(7) Sebab itu, pulanglah, pergilah dengan selamat dan jangan lakukan apa yang jahat di mata raja-raja kota orang Filistin itu."
(8) Tetapi Daud berkata kepada Akhis: "Apa yang telah kuperbuat? Dan kesalahan apa yang kaudapati pada hambamu ini, sejak saat aku menjadi hamba kepadamu, sampai hari ini, sehingga aku tidak boleh ikut pergi berperang melawan musuh tuanku raja?"
(9) Lalu Akhis menjawab Daud: "Aku tahu, engkau ini memang kusukai seperti utusan Allah. Hanya, para panglima orang Filistin telah berkata: Ia tidak boleh pergi berperang bersama-sama dengan kita.
(10) Jadi, bangunlah pagi-pagi beserta orang-orang tuanmu ini yang datang bersama-sama dengan engkau; bangunlah kamu pagi-pagi, segera sesudah hari cukup terang bagimu, dan pergilah."
(11) Lalu bangunlah Daud dan orang-orangnya pagi-pagi untuk berjalan pulang ke negeri orang Filistin, sedang orang Filistin itu bergerak maju ke Yizreel.
-
21 November 2016
1 Samuel 30 :
Ziklag terbakar - Pembalasan Daud kepada orang Amalek
(1) Ketika Daud serta orang-orangnya sampai ke Ziklag pada hari yang ketiga, orang Amalek telah menyerbu Tanah Negeb dan Ziklag; Ziklag telah dikalahkan oleh mereka dan dibakar habis.
(2) Perempuan-perempuan dan semua orang yang ada di sana, tua dan muda, telah ditawan mereka, dengan tidak membunuh seorangpun; mereka menggiring sekaliannya, kemudian meneruskan perjalanannya.
(3) Ketika Daud dan orang-orangnya sampai ke kota itu, tampaklah kota itu terbakar habis, dan isteri mereka serta anak mereka yang laki-laki dan perempuan telah ditawan.
(4) Lalu menangislah Daud dan rakyat yang bersama-sama dengan dia itu dengan nyaring, sampai mereka tidak kuat lagi menangis.
(5) Juga kedua isteri Daud ditawan, yakni Ahinoam, perempuan Yizreel, dan Abigail, bekas isteri Nabal, orang Karmel itu.
(6) Dan Daud sangat terjepit, karena rakyat mengatakan hendak melempari dia dengan batu. Seluruh rakyat itu telah pedih hati, masing-masing karena anaknya laki-laki dan perempuan. Tetapi Daud menguatkan kepercayaannya kepada TUHAN, Allahnya.
(7) Lalu Daud memberi perintah kepada imam Abyatar bin Ahimelekh: "Bawalah efod itu kepadaku." Maka Abyatar membawa efod itu kepada Daud.
(8) Kemudian bertanyalah Daud kepada TUHAN, katanya: "Haruskah aku mengejar gerombolan itu? Akan dapatkah mereka kususul?" Dan Ia berfirman kepadanya: "Kejarlah, sebab sesungguhnya, engkau akan dapat menyusul mereka dan melepaskan para tawanan."
(9) Lalu pergilah Daud beserta keenam ratus orang yang bersama-sama dengan dia, dan sampailah mereka ke sungai Besor. Sementara orang-orang yang mau tinggal di belakang berhenti di sana,
(10) maka Daud melanjutkan pengejaran itu beserta empat ratus orang. Dua ratus orang yang terlalu lelah untuk menyeberangi sungai Besor itu, berhenti di sana.
(11) Kemudian mereka menemui seorang Mesir di padang lalu membawanya kepada Daud. Mereka memberi dia roti, lalu makanlah ia, kemudian mereka memberi dia minum air,
(12) dan memberikan kepadanya sepotong kue ara dan dua buah kue kismis, dan setelah dimakannya, ia segar kembali, sebab ia tidak makan dan minum selama tiga hari tiga malam.
(13) Kemudian bertanyalah Daud kepadanya: "Budak siapakah engkau dan dari manakah engkau?" Jawabnya: "Aku ini seorang pemuda Mesir, budak kepunyaan seorang Amalek. Tuanku meninggalkan aku, karena tiga hari yang lalu aku jatuh sakit.
(14) Kami telah menyerbu Tanah Negeb orang Kreti dan daerah Yehuda dan Tanah Negeb Kaleb, dan Ziklag telah kami bakar habis."
(15) Daud bertanya kepadanya: "Dapatkah engkau menunjuk jalan kepadaku ke gerombolan itu?" Katanya: "Bersumpahlah kepadaku demi Allah, bahwa engkau tidak akan membunuh aku, dan tidak akan menyerahkan aku ke dalam tangan tuanku itu, maka aku akan menunjuk jalan kepadamu ke gerombolan itu."
(16) Ia menunjuk jalan kepada Daud ke sana, dan tampaklah orang-orang itu berpencar-pencar di atas seluruh daerah itu, sambil makan, minum dan mengadakan perayaan karena jarahan yang besar, yang telah dirampas mereka dari tanah orang Filistin dan dari tanah Yehuda.
(17) Dan pada keesokan harinya Daud menghancurkan mereka dari pagi-pagi buta sampai matahari terbenam; tidak ada seorangpun dari mereka yang lolos, kecuali empat ratus orang muda yang melarikan diri dengan menunggang unta.
(18) Daud melepaskan semua apa yang dirampas oleh orang Amalek itu; juga kedua isterinya dapat dilepaskan Daud.
(19) Tidak ada yang hilang pada mereka, dari hal yang kecil sampai hal yang besar, sampai anak laki-laki dan anak perempuan, dan dari jarahan sampai segala sesuatu yang telah dirampas mereka; semuanya itu dibawa Daud kembali.
(20) Daud mengambil segala kambing domba dan lembu; semuanya itu digiring mereka di hadapannya, serta berkata: "Inilah jarahan Daud."
(21) Ketika Daud sampai kepada kedua ratus orang yang telah terlalu lelah untuk mengikuti Daud, yang telah dibiarkannya tinggal di dekat sungai Besor, maka keluarlah orang-orang ini menyongsong Daud dan menyongsong rakyat yang bersama-sama dengan dia. Daud mendekati orang-orang itu dan memberi salam kepada mereka.
(22) Kemudian mulailah berbicara semua orang jahat dan orang dursila di antara orang-orang, yang ikut pergi bersama-sama dengan Daud itu, katanya: "Karena mereka tidak ikut pergi bersama-sama dengan kita, janganlah kita berikan kepada mereka apa-apa dari jarahan yang kita selamatkan itu, kecuali kepada masing-masing mereka isterinya dan anak-anaknya. Itu boleh mereka bawa, dan biarlah mereka pergi!"
(23) Tetapi Daud berkata: "Janganlah kamu, saudara-saudaraku, berbuat demikian, dengan apa yang diberikan TUHAN kepada kita; sebab Ia telah melindungi kita, dan menyerahkan ke dalam tangan kita gerombolan yang menyerang kita.
(24) Siapa yang mau mendengarkan kamu dalam perkara ini? Sebab, bagian orang yang tinggal di dekat barang-barang adalah sama seperti bagian orang yang pergi berperang; itu akan dibagi sama-sama."
(25) Dan demikianlah halnya sejak hari itu dan seterusnya; hal itu ditentukannya menjadi ketetapan dan peraturan bagi orang Israel sampai sekarang.
Daud mengirim pemberian kepada para tua-tua di Yehuda
(26) Ketika Daud sampai ke Ziklag, dikirimnyalah sebagian dari jarahan itu kepada para tua-tua di Yehuda, kepada teman-temannya, dengan pesan: "Inilah pemberian kepadamu dari jarahan yang dirampas dari musuh TUHAN,"
(27) yakni kepada yang di Betel, kepada yang di Ramot di Tanah Selatan, kepada yang di Yatir,
(28) kepada yang di Aroer, kepada yang di Sifmot, kepada yang di Estemoa,
(29) kepada yang di Rakhal, kepada yang di kota-kota orang Yerahmeel, kepada yang di kota-kota orang Keni,
(30) kepada yang di Horma, kepada yang di Bor-Asan, kepada yang di Atakh,
(31) kepada yang di Hebron dan kepada segala tempat di mana Daud dengan orang-orangnya mengembara.
-
21 November 2016
1 Samuel 31 :
Saul mati
(1) Sementara itu orang Filistin berperang melawan orang Israel. Orang-orang Israel melarikan diri dari hadapan orang Filistin dan banyak yang mati terbunuh di pegunungan Gilboa.
(2) Orang Filistin terus mengejar Saul dan anak-anaknya dan menewaskan Yonatan, Abinadab dan Malkisua, anak-anak Saul.
(3) Kemudian makin beratlah pertempuran itu bagi Saul; para pemanah menjumpainya, dan melukainya dengan parah.
(4) Lalu berkatalah Saul kepada pembawa senjatanya: "Hunuslah pedangmu dan tikamlah aku, supaya jangan datang orang-orang yang tidak bersunat ini menikam aku dan memperlakukan aku sebagai permainan." Tetapi pembawa senjatanya tidak mau, karena ia sangat segan. Kemudian Saul mengambil pedang itu dan menjatuhkan dirinya ke atasnya.
(5) Ketika pembawa senjatanya melihat, bahwa Saul telah mati, iapun menjatuhkan dirinya ke atas pedangnya, lalu mati bersama-sama dengan Saul.
(6) Jadi Saul, ketiga anaknya dan pembawa senjatanya, dan seluruh tentaranya sama-sama mati pada hari itu.
(7) Ketika dilihat orang-orang Israel, yang di seberang lembah dan yang di seberang sungai Yordan, bahwa tentara Israel telah melarikan diri, dan bahwa Saul serta anak-anaknya sudah mati, maka mereka meninggalkan kota-kota mereka lalu melarikan diri juga; kemudian datanglah orang Filistin dan menetap di sana.
(8) Ketika keesokan harinya orang Filistin datang merampasi orang-orang yang mati terbunuh itu, didapati mereka Saul dan ketiga anaknya tergelimpang di pegunungan Gilboa.
(9) Mereka memancung kepala Saul, merampas senjata-senjatanya dan menyuruh orang berkeliling di negeri orang Filistin untuk menyampaikan kabar itu di kuil berhalanya dan kepada rakyat.
(10) Kemudian mereka menaruh senjata-senjata Saul di kuil Asytoret, dan mayatnya dipakukan mereka di tembok kota Bet-Sean.
(11) Ketika penduduk Yabesh-Gilead mendengar tentang apa yang telah dilakukan orang Filistin kepada Saul,
(12) maka bersiaplah segenap orang gagah perkasa, mereka berjalan terus semalam-malaman, lalu mengambil mayat Saul dan mayat anak-anaknya dari tembok kota Bet-Sean. Kemudian pulanglah mereka ke Yabesh dan membakar mayat-mayat itu di sana.
(13) Mereka mengambil tulang-tulangnya lalu menguburkannya di bawah pohon tamariska di Yabesh. Sesudah itu berpuasalah mereka tujuh hari lamanya.
-
22 November 2016
Massa -- Selasa, 22 November 2016
YLSA SABDA·
Bacaan: Matius 27:20-26
alkitab.sabda.org/?Matius+27%3A20-26
alkitab.mobi/?Matius+27%3A20-26Ayat Alkitab: Matius 27:20-26
27:20 Tetapi oleh hasutan imam-imam kepala dan tua-tua, orang banyak bertekad untuk meminta supaya Barabas dibebaskan dan Yesus dihukum mati.
27:21 Wali negeri menjawab dan berkata kepada mereka: "Siapa di antara kedua orang itu yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu?" Kata mereka: "Barabas."
27:22 Kata Pilatus kepada mereka: "Jika begitu, apakah yang harus kuperbuat dengan Yesus, yang disebut Kristus?" Mereka semua berseru: "Ia harus disalibkan!"
27:23 Katanya: "Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukan-Nya?" Namun mereka makin keras berteriak: "Ia harus disalibkan!"
27:24 Ketika Pilatus melihat bahwa segala usaha akan sia-sia, malah sudah mulai timbul kekacauan, ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak dan berkata: "Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu sendiri!"
27:25 Dan seluruh rakyat itu menjawab: "Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!"
27:26 Lalu ia membebaskan Barabas bagi mereka, tetapi Yesus disesahnya lalu diserahkannya untuk disalibkan.
Nas: Tetapi oleh hasutan imam-imam kepala dan tua-tua, orang banyak bertekad untuk meminta supaya Barabas dibebaskan dan Yesus dihukum mati. (Matius 27:20)
Pada masa pemerintahan Pol Pot di Kamboja, pernah terjadi eksekusi sadis terhadap sepasang remaja di sebuah desa. Seorang pria bercerita tentang bagaimana semua orang, termasuk dirinya, saat itu bersorak menyemangati para algojo. Bertahun-tahun kemudian, ia heran bagaimana mereka bisa dengan mudah digerakkan untuk berbuat demikian. Apalagi mengingat pemuda-pemudi itu kerabat mereka sendiri, dan "kesalahan" mereka adalah saling mencintai tanpa restu dari pejabat setempat!
Kisah ini mengingatkan saya akan orang banyak yang menuntut hukuman mati bagi Yesus. Di antara orang banyak itu pasti ada yang tidak mengenal Yesus secara langsung, sebagian lagi bahkan mungkin ikut mengelu-elukan Yesus beberapa hari sebelumnya (Mat. 21). Secara umum mereka tidak punya alasan untuk menuntut hukuman mati itu. Tetapi, para pemimpin agama menggerakkan massa ini sedemikian rupa sehingga bukan saja mereka menjadi irasional dengan meminta eksekusi salib, mereka siap menanggung hutang darah dari eksekusi ini (ay. 25).
Secara alami, massa memang mudah diprovokasi sehingga menjadi irasional. Karena itu jika Anda adalah seorang pemimpin massa (di kampung, di kantor, atau partai), hati-hatilah dalam menggerakkan mereka. Jangan bakar emosi mereka hingga tak terkendali. Kalau itu terjadi, banyak hal buruk yang bisa terjadi dan Anda harus bertanggung jawab. Pimpinlah mereka dengan bijaksana. Arahkan mereka untuk melakukan hal-hal yang baik dan berguna bagi lingkungan dan masyarakat. --ALS/Renungan Harian
MASSA YANG TAK TERKENDALI MERUPAKAN KEKUATAN YANG MENGERIKAN;
MASSA YANG TERARAH BEKERJA SAMA BAGI KESEJAHTERAAN UMUM.
Setahun: Roma 11-13
alkitab.sabda.org/?Roma+11-13
alkitab.mobi/?Roma+11-1323 November 2016 diubah oleh ZEGA376
-
22 November 2016
Bagus renungannya mas zega...makasih.banyak
-
22 November 2016
STPHN101 tulis:
Bagus renungannya mas zega...makasih.banyak
Syukur kepada Allah.
-
22 November 2016
MENERIMA TEGURAN
[[Lebih baik teguran yang nyata-nyata daripada kasih yang tersembunyi.]] (Amsal 27:5)
Suatu kali saya lepas kendali. Kata-kata saya menjadi tajam dan tentu saja melukai lawan bicara. Suasana yang tenang berubah menjadi tegang karena lawan bicara saya pun terbawa emosi. Pertemuan berakhir tidak menyenangkan.
“Seharusnya bapak tidak mengatakan kalimat itu. Ada cara yang lebih baik untuk mengutarakan maksud yang sama,” tegur seorang rekan sepelayanan kepada saya esok harinya. Saya terdiam mendengarkan tegurannya. Rekan itu kemudian memberitahu bagaimana menyampaikan hal yang sama dengan cara yang lebih baik. Akhirnya, saya pun belajar satu keterampilan baru.
“Lebih baik teguran yang nyata-nyata daripada kasih yang tersembunyi” (Amsal 27:5). Mengapa? Karena lewat teguran itu kita akan mendapatkan masukan yang berguna untuk memperbaiki diri. Ketika kita terus memperbaiki diri, maka kualitas hidup kita pun makin meningkat.
Memang mendengarkan teguran terasa tidak enak sejenak. Apalagi bila teguran itu disampaikan secara terbuka di hadapan orang lain. Namun, ketika kita membela diri dan menolak mengoreksi diri, maka teguran itu tidak akan membawa arti. Teguran itu hanya akan meninggalkan rasa sakit hati.
Daripada sakit hati, mari kita jadikan teguran itu sebagai bahan memperbaiki diri. Bersyukurlah untuk orang-orang yang menegur kita sebab mereka sedang memberitahu apa saja yang harus kita perbaiki.
Amsal Hari Ini -- ( 22 November 2016 )
(C) Pdt. Wahyu 'wepe' Pramudya
Dapatkan Aplikasi Renungan Harian "Amsal Hari Ini" di Google Play dan App Store. Gratis!
-
22 November 2016
Rindu Pulang
Selasa, 22 November 2016
Baca: Ibrani 11:8-16
11:8 Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui.
11:9 Karena iman ia diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah asing dan di situ ia tinggal di kemah dengan Ishak dan Yakub, yang turut menjadi ahli waris janji yang satu itu.
11:10 Sebab ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah.
11:11 Karena iman ia juga dan Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu, walaupun usianya sudah lewat, karena ia menganggap Dia, yang memberikan janji itu setia.
11:12 Itulah sebabnya, maka dari satu orang, malahan orang yang telah mati pucuk, terpancar keturunan besar, seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, yang tidak terhitung banyaknya.
11:13 Dalam iman mereka semua ini telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, tetapi yang hanya dari jauh melihatnya dan melambai-lambai kepadanya dan yang mengakui, bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini.
11:14 Sebab mereka yang berkata demikian menyatakan, bahwa mereka dengan rindu mencari suatu tanah air.
11:15 Dan kalau sekiranya dalam hal itu mereka ingat akan tanah asal, yang telah mereka tinggalkan, maka mereka cukup mempunyai kesempatan untuk pulang ke situ.
11:16 Tetapi sekarang mereka merindukan tanah air yang lebih baik yaitu satu tanah air sorgawi. Sebab itu Allah tidak malu disebut Allah mereka, karena Ia telah mempersiapkan sebuah kota bagi mereka.
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
Tetapi sekarang mereka merindukan tanah air yang lebih baik yaitu satu tanah air sorgawi. —Ibrani 11:16
Istri saya memasuki kamar dan melihat saya sedang melongokkan kepala ke dalam lemari pada jam kuno berukuran besar yang ada di situ. Ia bertanya, “Apa yang kamu lakukan?” “Bau jam ini seperti bau rumah orangtuaku,” jawab saya dengan malu-malu, sembari menutup pintu lemari pada jam itu. “Rasanya seperti pulang ke rumahku sendiri.”
Penciuman memang dapat membangkitkan kenangan-kenangan yang kuat. Kami telah memindahkan jam kuno tersebut dari rumah orangtua saya kira-kira dua puluh tahun yang lalu, tetapi aroma kayu di bagian dalam jam itu masih membuat saya terkenang kembali pada masa kecil saya.
Penulis kitab Ibrani menceritakan tentang orang-orang yang merindukan rumah mereka dengan cara yang berbeda. Alih-alih melihat ke belakang, mereka justru memandang ke depan dengan iman pada rumah mereka di surga. Walaupun apa yang mereka harapkan itu sepertinya masih jauh dari jangkauan, mereka percaya bahwa Allah setia dalam memenuhi janji-Nya untuk membawa mereka ke suatu tempat di mana mereka akan bersama-sama dengan Dia selamanya (Ibr. 11:13-16).
Filipi 3:20 mengingatkan bahwa “kewargaan kita adalah di dalam sorga dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat.” Dengan memandang ke depan untuk melihat Yesus dan menerima semua yang telah Allah janjikan kepada kita melalui Dia, kita dimampukan untuk tetap berfokus pada tujuan kita. Masa lalu atau masa kini tidak akan pernah dapat dibandingkan dengan apa yang menanti di hadapan kita! —James Banks
Yesus, terima kasih karena Engkau setia menggenapi janji-janji-Mu. Tolonglah aku untuk selalu memandang ke depan dan berharap kepada-Mu.
Rumah yang terbaik dari semuanya adalah rumah kita di surga.
Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 18-19; Yakobus 4
-
22 November 2016
Pemimpin Pilihan Allah
Bila 1 Samuel merupakan kisah peralihan dari kepemimpinan para hakim menjadi kepemimpinan seorang raja, yaitu Raja Saul, maka 2 Samuel merupakan peralihan dari kepemimpinan Raja Saul kepada Raja Daud. Raja Saul adalah perwujudan dari keinginan bangsa Israel untuk memiliki seorang raja seperti bangsa-bangsa lain di sekitar Israel. Perawakannya besar. Dia adalah orang yang paling tinggi di Israel (1 Samuel 10:23), sedangkan Daud relatif pendek sehingga ayahnya pun tidak menyangka bahwa Allah akan memilih Daud sebagai raja untuk menggantikan Saul (Perhatikan 1 Samuel 16:7, 11).
Bila kita membandingkan Saul dengan Daud, maka kita akan melihat bahwa keduanya memiliki kelemahan. Kelemahan Saul adalah bahwa dia takut kehilangan kuasa atau jabatan, sedangkan kelemahan Daud adalah bahwa dia tidak bisa mengendalikan nafsunya terhadap wanita dan ia tidak berani mendisiplin anak-anaknya (bandingkan dengan 1 Raja-raja 1:6). Akibatnya, keluarganya kacau dan hubungan di antara anak-anaknya menyedihkan karena mereka saling bersaing, bahkan saling menjatuhkan, bukan saling mensukseskan. Sekalipun demikian, Daud masih memiliki kelebihan, yaitu bahwa dia beriman kepada Allah. Dia takut akan Allah dan hidupnya (secara umum) berkenan kepada Allah.
Kegagalan Daud--sang pemimpin pilihan Allah--dalam membangun keluarga memberikan beberapa pelajaran penting bagi kita: Pertama, iman kepada Allah akan membuat kita mengutamakan Allah dan membuat kita berkenan kepada Allah. Kedua, supaya iman kita bermanfaat bagi hidup kita, iman kita harus diterapkan dalam segala bidang kehidupan kita, termasuk dalam keluarga. Kegagalan menerapkan iman dalam setiap bidang kehidupan selalu menghasilkan masalah. Ketiga, bila pemimpin seperti Daud saja bisa jatuh dalam dosa, kita pun tidak kebal terhadap godaan dosa. Oleh karena itu, kita harus mewaspadai godaan yang mendatangi kita. Keempat, pada umumnya, para pemimpin rohani menghadapi godaan yang lebih berat. Oleh karena itu, kita harus mendoakan mereka. [P]
Saul versus Daud
Selasa, 22 November 2016
Bacaan Alkitab hari ini:
2 Samuel 1
Sikap Daud berlawanan dengan sikap Saul. Daud tahu bahwa Saul adalah seorang yang diurapi Tuhan menjadi Raja Israel. Walaupun Saul membenci--bahkan berkali-kali berusaha untuk membunuh--Daud, Daud tetap menghormati Saul dan sama sekali tidak mau membalas. Sebaliknya, Saul telah melihat bahwa Daud adalah seorang yang diberkati dan dilindungi Tuhan. Bahkan, Saul pasti sadar bahwa Allah akan menyerahkan jabatan Raja Israel kepada Daud. Sekalipun demikian, Saul tidak mau menyerahkan kekuasaan dengan sukarela.
Saul adalah gambaran orang yang bersandar kepada diri sendiri. Dia tidak bisa sabar menanti Allah bertindak. Saat dia beranggapan bahwa Allah tidak memihak dirinya, dia tidak mau mengevaluasi dan merendahkan dirinya di hadapan Allah, melainkan dia terus berjuang dengan caranya sendiri untuk mengubah keadaan. Munculnya Daud sebagai pahlawan Israel tidak membuat dia girang (padahal Daud selalu mendukung Saul). Dia berusaha menyingkirkan Daud untuk memaksakan keinginannya agar takhta Kerajaan israel dapat diwariskan kepada keturunannya. Dia tidak peduli terhadap kehendak Allah.
Daud adalah gambaran orang yang bersandar kepada Allah. Dia mengasihi Allah dengan segenap hati, sehingga dia memperjuangkan kepentingan Allah, bukan kepentingan diri sendiri. Walaupun Saul berlaku jahat terhadap dirinya, Daud tetap menghormati Saul, bukan karena Saul baik, tetapi karena Saul telah diurapi (dipilih) Allah untuk menjadi raja Israel. Apakah Anda menyetujui tindakan Daud menghukum orang Amalek yang membawa berita tentang kematian Saul? Apakah sikap Daud terhadap Saul telah Anda teladani dalam bersikap terhadap pemimpin Anda (yang banyak kekurangan)? [P]
2 Samuel 1:14
Kemudian berkatalah Daud kepadanya: “Bagaimana? Tidakkah engkau segan mengangkat tanganmu memusnahkan orang yang diurapi TUHAN?”