Pendalaman Alkitab Online
-
10 Desember 2016
RENCANA JAHAT MENYELINAP
[[Enam perkara ini yang dibenci TUHAN, bahkan, tujuh perkara yang menjadi kekejian bagi hati-Nya: … hati yang membuat rencana-rencana yang jahat.]] (Amsal 6:16,18)
Ada peribahasa dalam bahasa Indonesia yang berbunyi: Dalamnya laut bisa diduga, dalamnya hati siapa yang tahu? Peribahasa ini hendak menegaskan bahwa kita dapat mengukur dengan pasti kedalaman laut, tetapi kita tidak pernah dapat menduga apa yang ada di dalam hati seseorang. Apa yang berada di dalam hati itu tersembunyi bagi orang lain. Hanya orang itu sendiri yang tahu. Tentu saja Tuhan juga tahu.
“Enam perkara ini yang dibenci TUHAN, bahkan, tujuh perkara yang menjadi kekejian bagi hati-Nya: … hati yang membuat rencana-rencana yang jahat” (Amsal 6:16,18). Hati yang membuat rencana-rencana jahat dibenci oleh Tuhan meski kita tahu bahwa tidak setiap rencana itu bisa diwujudkan. Mengapa Tuhan sudah membencinya, padahal khan masih berupa rencana?
Inilah standar penilaian Tuhan yang berbeda dengan manusia. Manusia melihat apa yang tampak di depan mata, tetapi Tuhan menembus hati dan pikiran manusia. Memang tidak setiap rencana jahat itu berhasil diwujudkan, tetapi setiap kejahatan pasti berasal dari sebuah rencana. Rencana di dalam hati.
Hukuman tersedia untuk tindakan yang jahat. Namun, tindakan yang jahat akan selalu berulang ketika hati belum diperbarui.
Periksalah hati kita dengan cermat, jangan sampai rencana jahat menyelinap.
Amsal Hari Ini -- ( 10 Desember 2016 )
(C) Pdt. Wahyu 'wepe' Pramudya
Dapatkan Aplikasi Renungan Harian "Amsal Hari Ini" di Google Play dan App Store. Gratis!
-
11 Desember 2016
Minggu, 11 Desember 2016
KEMARAHAN MENAMBAH MASALAH
[[Si pemarah membangkitkan pertengkaran, tetapi orang yang sabar memadamkan perbantahan.]] (Amsal 15:18)
Suatu kali saya menemani anak-anak di sebuah tempat bermain di dalam mal. Ada dua anak yang tanpa sengaja bertabrakan. Keduanya menjadi bertengkar. Lalu, datanglah orangtua salah satu anak yang segera memarahi anak yang lain. Anak yang dimarahi itu memanggil orangtuanya. Kini kedua orangtua itulah yang bertengkar. Orang-orang pun berkerumun, satpam muncul dan bertanya mengapa kedua orangtua itu bertengkar.
Merasa tidak mendapatkan jawaban yang jelas, satpam itu menanyakan di mana anak-anak yang tadi bertengkar. Kedua orangtua itu pun menengok ke kiri dan ke kanan, mencari anak-anak mereka. Eh ternyata mereka sudah bergandengan tangan, tertawa-tawa, dan bermain bersama. Betapa malunya kedua orangtua itu.
“Si pemarah membangkitkan pertengkaran, tetapi orang yang sabar memadamkan perbantahan” (Amsal 15:18). Amsal ini mengategorikan orang dalam dua jenis: si pemarah dan orang yang sabar. Beda keduanya pun jelas. Si pemarah membangkitan atau menimbulkan pertengkaran. Si pemarah selalu melihat orang lain sebagai lawan. Si pemarah suka cari perkara.
Sebaliknya, orang yang sabar memadamkan perbantahan. Orang yang sabar tidak mencari perkara, tetapi justru menyelesaikan perkara. Bukankah memang hanya kesabaran, dan bukan kemarahan, yang akan menyelesaikan banyak urusan di dalam hidup ini?
Tugas kita sekarang bukanlah mengingat siapa saja teman-teman kita yang termasuk kategori pemarah dan siapa yang bukan. Tugas kita adalah memeriksa diri kita apakah selama ini kita lebih banyak memulai pertengkaran atau memadamkan konflik? Apakah kita adalah pemarah atau orang yang sabar?
Ingatlah kemarahan hanya menambah masalah, sedangkan kesabaran, perlahan namun pasti, akan menyelesaikan masalah.
Amsal Hari Ini -- ( 11 Desember 2016 )
(C) Pdt. Wahyu 'wepe' Pramudya
Dapatkan Aplikasi Renungan Harian "Amsal Hari Ini" di Google Play dan App Store. Gratis!
-
12 Desember 2016
Melayani Allah dengan Doa Kita
Minggu, 11 Desember 2016
Baca: 1 Raja-Raja 18:41-45
18:41 Kemudian berkatalah Elia kepada Ahab: “Pergilah, makanlah dan minumlah, sebab bunyi derau hujan sudah kedengaran.”
18:42 Lalu Ahab pergi untuk makan dan minum. Tetapi Elia naik ke puncak gunung Karmel, lalu ia membungkuk ke tanah, dengan mukanya di antara kedua lututnya.
18:43 Setelah itu ia berkata kepada bujangnya: “Naiklah ke atas, lihatlah ke arah laut.” Bujang itu naik ke atas, ia melihat dan berkata: “Tidak ada apa-apa.” Kata Elia: “Pergilah sekali lagi.” Demikianlah sampai tujuh kali.
18:44 Pada ketujuh kalinya berkatalah bujang itu: “Wah, awan kecil sebesar telapak tangan timbul dari laut.” Lalu kata Elia: “Pergilah, katakan kepada Ahab: Pasang keretamu dan turunlah, jangan sampai engkau terhalang oleh hujan.”
18:45 Maka dalam sekejap mata langit menjadi kelam oleh awan badai, lalu turunlah hujan yang lebat. Ahab naik kereta lalu pergi ke Yizreel.
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya. —Yakobus 5:16
Allah sering memilih untuk menuntaskan pekerjaan-Nya melalui doa-doa kita. Kita melihat itu terjadi tatkala Allah berfirman kepada Nabi Elia, “Aku hendak memberi hujan ke atas muka bumi” (1Raj. 18:1) dan berjanji akan mengakhiri kekeringan di Israel yang telah berlangsung selama tiga setengah tahun (Yak. 5:17). Sekalipun Allah telah menjanjikan hujan, beberapa waktu kemudian “Elia naik ke puncak gunung Karmel, lalu ia membungkuk ke tanah, dengan mukanya di antara kedua lututnya” untuk berdoa dengan khusyuk agar hujan segera turun (1Raj. 18:42). Lalu, sementara Elia tetap berdoa, ia mengirim bujangnya pergi untuk melihat ke arah laut “sampai tujuh kali” dan memandang ke cakrawala untuk melihat apakah ada tanda-tanda hujan (ay.43).
Elia memahami bahwa Allah menghendaki kita untuk turut dalam pekerjaan-Nya melalui doa-doa kita yang gigih dan penuh kerendahan hati. Meskipun secara manusia kita terbatas, Allah dapat memilih untuk berkarya melalui doa-doa kita dengan beragam cara yang luar biasa. Itulah sebabnya Yakobus mengatakan dalam suratnya, “Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya” sambil juga mengingatkan kita bahwa “Elia adalah manusia biasa sama seperti kita” (Yak. 5:16-17).
Ketika kita rindu melayani Allah dengan setia berdoa, seperti yang dilakukan Elia, kita sedang mengambil bagian dalam kesempatan yang indah dan istimewa. Mungkin saja sewaktu-waktu kita akan melihat terjadinya mukjizat secara langsung! —James Banks
Ya Bapa, bagaimana aku dapat melayani-Mu hari ini melalui doa-doaku?
Pengharapan kita yang besar pada karya Allah sungguh menghormati Dia.
Bacaan Alkitab Setahun: Hosea 5-8; Wahyu 2
-
12 Desember 2016
Uang
Senin, 12 Desember 2016
Baca: Matius 6:24-34
6:24 Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.”
6:25 “Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?
6:26 Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?
6:27 Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?
6:28 Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal,
6:29 namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu.
6:30 Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya?
6:31 Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai?
6:32 Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.
6:33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
6:34 Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.”
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon. —Matius 6:24
Di awal karier saya, saya pernah melakukan suatu pekerjaan yang lebih mirip sebagai pelayanan. Saat itu ada perusahaan lain menawarkan kedudukan yang menjanjikan gaji jauh lebih besar. Jika saya menerima pekerjaan tersebut, kami sekeluarga tentu akan lebih punya banyak uang. Namun ada satu masalah. Saya tidak sedang mencari pekerjaan baru karena saya senang dengan peran saya saat itu, peran yang saya rasakan sesuai dengan panggilan saya.
Namun uangnya itu . . .
Saya pun meminta saran kepada Ayah yang pada waktu itu sudah berusia lebih dari 70 tahun. Walaupun pemikirannya yang dahulu tajam sudah dilemahkan oleh penyakit stroke dan usia lanjut, jawaban beliau sangat tegas dan jelas: “Jangan pikirkan uangnya. Apa yang sebenarnya ingin kau kerjakan?”
Saat itu juga saya membulatkan tekad. Tidak mungkin saya meninggalkan pekerjaan yang saya cintai hanya demi uang! Terima kasih, Ayah.
Dalam khotbah-Nya di bukit, Tuhan Yesus mencurahkan sebagian besar waktu-Nya untuk berbicara tentang uang dan kegemaran kita akan uang. Dia mengajar kita untuk tidak memohon kekayaan yang berlimpah ruah, melainkan untuk “makanan [kita] yang secukupnya” setiap hari (Mat. 6:11). Dia memperingatkan kita agar tidak menyimpan harta di dunia, dan menunjuk pada burung dan bunga sebagai bukti bahwa Allah sangat mempedulikan makhluk ciptaan-Nya (ay.19-31). “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya,” kata Yesus, “maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (ay.33).
Uang memang penting, tetapi uang tidak boleh mengendalikan proses kita dalam mengambil keputusan. Masa-masa yang sulit dan setiap keputusan penting merupakan kesempatan untuk menumbuhkan iman kita dengan cara-cara yang baru. Bapa Surgawi selalu memelihara kita. —Tim Gustafson
Jangan pernah mengira bahwa godaan adalah kesempatan.
Bacaan Alkitab Setahun: Hosea 9-11; Wahyu 3
-
12 Desember 2016
RAJIN BELUM TENTU BAIK
[[Tanpa pengetahuan kerajinan pun tidak baik; orang yang tergesa-gesa akan salah langkah.]] (Amsal 19:2)
Suatu kali seorang ibu curhat tentang pembantunya kepada saya. “Pembantu saya sangat rajin, Pak. Saking rajinnya, lapisan teflon di wajan pun hilang lenyap gara-gara dicuci dan disikat dengan sekuat tenaga sampai bersih. Waktu saya menegurnya, pembantu itu dengan polos berkata, ‘Maaf bu, saya kira itu kotoran yang membandel, soalnya warnanya hitam.’ Saya tidak tahu harus marah atau tertawa. Rajin sih rajin, tapi ya memang belum pintar.”
“Tanpa pengetahuan kerajinan pun tidak baik; orang yang tergesa-gesa akan salah langkah” (Amsal 19:2). Amsal ini menegaskan tentang betapa pentingnya pengetahuan yang berjalan seiring dengan kerajinan. Tanpa pengetahuan, kerajinan dapat salah arah, tak membuahkan hasil yang maksimal atau malah mengakibatkan hal yang buruk terjadi. Sama seperti ketidaktahuan pembantu pada kisah tadi.
Demikian juga dengan pengetahuan tanpa kerajinan menjadi tidak bermakna. Apa gunanya penuh pengetahuan namun malas mempraktikkannya? Apa gunanya pengetahuan yang ada di kepala namun tidak sanggup menggerakkan tangan dan kaki untuk bertindak?
Seperti mata uang yang memiliki dua sisi yang tak terpisahkan, demikian pula dengan pengetahuan dan kerajinan. Jika kita dapat menilai diri dengan jujur, maka yang manakah yang perlu kita upayakan lebih serius di dalam diri kita: pengetahuan atau kerajinan?
Amsal Hari Ini -- ( 12 Desember 2016 )
(C) Pdt. Wahyu 'wepe' Pramudya
Dapatkan Aplikasi Renungan Harian "Amsal Hari Ini" di Google Play dan App Store. Gratis!
-
12 Desember 2016
Injil yang Membebaskan
Senin, 12 Desember 2016
Bacaan Alkitab hari ini:
Galatia 2
Galatia 2 memperlihatkan kepada kita bahwa Paulus akhirnya pergi ke Yerusalem berdasarkan penyataan Tuhan yang mengutus dia untuk bertemu dengan orang terpandang di sana guna menjelaskan Injil yang diberitakannya (2:1-2). Ia membawa serta Barnabas dan Titus. Titus adalah buah pelayanan Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi. Sekalipun banyak tantangan, mereka tidak mundur dan tetap berkata bahwa orang Yahudi maupun bukan Yahudi diselamatkan dengan cara yang sama, yaitu melalui iman kepada Yesus Kristus. Syukur bahwa akhirnya Injil bisa mereka terima tanpa menambahkan sesuatu yang lain (2:6).
Sekalipun sudah mengetahui kebenaran Injil, kelakuan kita bisa tidak sesuai dengannya. Itulah yang dialami Petrus. Dalam sidang di Yerusalem, Petrus mengatakan bahwa tidak ada pembedaan antara orang Yahudi dan non Yahudi (Kisah Para Rasul 15:9), tetapi perbuatannya tidak sesuai dengan perkataannya. Ia berlaku munafik karena tidak berani berterus terang duduk makan semeja dengan orang-orang bukan Yahudi (Galatia 2:11-12). Karena itu, Paulus dengan terus terang menegurnya di depan umum (2:14). Selanjutnya, Rasul Paulus mengingatkan bahwa tidak seorang pun yang dibenarkan karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya karena iman dalam Kristus Yesus (2:16). Dengan jelas, Paulus berkata, “Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah.” (2:19).
Sesudah Kristus membenarkan kita saat kita percaya kepada-Nya, apakah kita hidup di dalam kebebasan kasih karunia-Nya, yaitu kebebasan untuk hidup bersekutu dengan Tuhan dan melayani-Nya, tidak lagi dikuasai oleh “hukum Taurat”? [BS]
Galatia 2:20
“Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.”
-
12 Desember 2016
Galatia 2 :
Paulus diakui oleh para rasul
(1) Kemudian setelah lewat empat belas tahun, aku pergi pula ke Yerusalem dengan Barnabas dan Tituspun kubawa juga.
(2) Aku pergi berdasarkan suatu penyataan. Dan kepada mereka kubentangkan Injil yang kuberitakan di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi dalam percakapan tersendiri kepada mereka yang terpandang ,supaya jangan dengan percuma aku berusaha atau telah berusaha.
(3) Tetapi kendatipun Titus, yang bersama-sama dengan aku, adalah seorang Yunani, namun ia tidak dipaksa untuk menyunatkan dirinya.
(4) Memang ada desakan dari saudara-saudara palsu yang menyusup masuk, yaitu mereka yang menyelundup ke dalam untuk menghadang kebebasan kita yang kita miliki di dalam Kristus Yesus, supaya dengan jalan itu mereka dapat memperhambakan kita.
(5) Tetapi sesaatpun kami tidak mau mundur dan tunduk kepada mereka, agar kebenaran Injil dapat tinggal tetap pada kamu.
(6) Dan mengenai mereka yang dianggap terpandang itu bagaimana kedudukan mereka dahulu, itu tidak penting bagiku, sebab Allah tidak memandang muka bagaimanapun juga, mereka yang terpandang itu tidak memaksakan sesuatu yang lain kepadaku.
(7) Tetapi sebaliknya, setelah mereka melihat bahwa kepadaku telah dipercayakan pemberitaan Injil untuk orang-orang tak bersunat, sama seperti kepada Petrus untuk orang-orang bersunat
(8) karena Ia yang telah memberikan kekuatan kepada Petrus untuk menjadi rasul bagi orang-orang bersunat, Ia juga yang telah memberikan kekuatan kepadaku untuk orang-orang yang tidak bersunat.
(9) Dan setelah melihat kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, maka Yakobus, Kefas dan Yohanes, yang dipandang sebagai sokoguru jemaat, berjabat tangan dengan aku dan dengan Barnabas sebagai tanda persekutuan, supaya kami pergi kepada orang-orang yang tidak bersunat dan mereka kepada orang-orang yang bersunat;
(10) hanya kami harus tetap mengingat orang-orang miskin dan memang itulah yang sungguh-sungguh kuusahakan melakukannya.
Paulus bertentangan dengan Petrus
(11) Tetapi waktu Kefas datang ke Antiokhia, aku berterang-terang menentangnya, sebab ia salah.
(12) Karena sebelum beberapa orang dari kalangan Yakobus datang, ia makan sehidangan dengan saudara-saudara yang tidak bersunat, tetapi setelah mereka datang, ia mengundurkan diri dan menjauhi mereka karena takut akan saudara-saudara yang bersunat.
(13) Dan orang-orang Yahudi yang lainpun turut berlaku munafik dengan dia, sehingga Barnabas sendiri turut terseret oleh kemunafikan mereka.
(14) Tetapi waktu kulihat, bahwa kelakuan mereka itu tidak sesuai dengan kebenaran Injil, aku berkata kepada Kefas di hadapan mereka semua: "Jika engkau, seorang Yahudi, hidup secara kafir dan bukan secara Yahudi, bagaimanakah engkau dapat memaksa saudara-saudara yang tidak bersunat untuk hidup secara Yahudi?"
(15) Menurut kelahiran kami adalah orang Yahudi dan bukan orang berdosa dari bangsa-bangsa lain.
(16) Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: "tidak ada seorangpun yang dibenarkan" oleh karena melakukan hukum Taurat.
(17) Tetapi jika kami sendiri, sementara kami berusaha untuk dibenarkan dalam Kristus ternyata adalah orang-orang berdosa, apakah hal itu berarti, bahwa Kristus adalah pelayan dosa? Sekali-kali tidak.
Yang terutama, juga untuk orang Kristen keturunan Yahudi
(18) Karena, jikalau aku membangun kembali apa yang telah kurombak, aku menyatakan diriku sebagai pelanggar hukum Taurat.
(19) Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus;
(20) namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.
(21) Aku tidak menolak kasih karunia Allah. Sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus.
-
13 Desember 2016
13 Desember 2016 selasa
Kabar Baik!
Oleh David McCasland
Baca Nahum 1:7-15
Lihatlah! Di atas gunung-gunung berjalan orang yang membawa berita, yang mengabarkan berita damai sejahtera. —Nahum 1:15
K ita dihujani dengan beragam berita melalui media internet, televisi, radio, dan telepon genggam. Mayoritas berita tersebut mengungkapkan kabar buruk—berbagai tindak kejahatan, terorisme, perang, dan masalah ekonomi. Namun adakalanya kabar baik menyeruak di tengah masa-masa kelam yang dipenuhi kesedihan dan keputusasaan. Kabar baik itu bisa mengungkapkan tentang tindakan tanpa pamrih yang dilakukan sekelompok orang, terobosan dalam bidang medis, atau upaya perdamaian yang berhasil dicapai oleh pihak-pihak yang sedang bertikai.
Dalam Alkitab Perjanjian Lama terdapat perkataan dua orang yang membawa harapan besar kepada umat manusia yang sudah lelah dengan pertikaian yang mendera mereka.
Dalam penggambarannya tentang penghakiman Allah yang akan ditimpakan-Nya kepada suatu bangsa yang kuat dan kejam, Nabi Nahum berkata, “Lihatlah! Di atas gunung-gunung berjalan orang yang membawa berita, yang mengabarkan berita damai sejahtera” (Nah. 1:15). Kabar baik tersebut membawa harapan bagi semua orang yang sedang tertindas.
Perkataan serupa juga ditemukan di dalam kitab Yesaya: “Betapa indahnya kelihatan dari puncak bukit-bukit kedatangan pembawa berita, yang mengabarkan berita damai dan memberitakan kabar baik, yang mengabarkan berita selamat” (Yes. 52:7).
Nubuat yang membawa pengharapan dari Nabi Nahum dan Nabi Yesaya digenapi sepenuhnya pada hari Natal pertama ketika malaikat menyampaikan kabar kepada para gembala, “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud” (Luk. 2:10-11).
Kabar utama yang terpenting dalam hidup kita setiap hari adalah kabar terbaik yang pernah diberitakan—Kristus Sang Juruselamat telah lahir!
Kelahiran Yesus Kristus adalah kabar terbaik yang pernah diterima dunia!
Wawasan
Kita dapat menghubungkan “kabar baik” tentang kedamaian di masa perang (Nahum 1:15 BIS) dengan “kabar baik” tentang kelahiran Yesus (Luk. 2:10 BIS). Bayangkan seorang pembawa berita yang berlari dengan napas terengah-engah (Nah. 1:15) dan menempuh jarak begitu jauh demi membawa sebuah pesan. Mungkinkah ia berhenti “di atas gunung” dan menyerukan kepada orang-orang yang ada di lembah, “Perang sudah berakhir!”? Maka tak heran ada perayaan—orang itu “mengabarkan berita damai sejahtera”! Dalam Perjanjian Lama, “damai” (shalom) tidak hanya menunjukkan ketiadaan perang, tetapi sebuah situasi yang sejahtera sepenuhnya dan tidak kurang sesuatu apapun.
Sudahkah Anda menerima Kristus, yang oleh kematian-Nya telah mendatangkan damai sejahtera bagi orang yang percaya? (Ef. 2:14-15). —Jim Towsend
Bacaan Alkitab setahun: Hosea 12–14 ; Wahyu 4
-
13 Desember 2016
Nahum 1:7-15
(7) TUHAN itu baik; Ia adalah tempat pengungsian pada waktu kesusahan; Ia mengenal orang-orang yang berlindung kepada-Nya
(8) dan menyeberangkan mereka pada waktu banjir. Ia menghabisi sama sekali orang-orang yang bangkit melawan Dia, dan musuh-Nya dihalau-Nya ke dalam gelap.
Firman TUHAN kepada Yehuda dan Niniwe
(9) Apakah maksudmu menentang TUHAN? Ia akan menghabisi sama sekali; kesengsaraan tidak akan timbul dua kali!
(10) Sebab merekapun akan lenyap seperti duri yang berjalin-jalin, dimakan habis seperti jerami kering.
(11) Bukankah dari padamu muncul orang yang merancang kejahatan terhadap TUHAN, orang yang memberi nasihat dursila?
(12) Beginilah firman TUHAN: "Sekalipun mereka utuh dan begitu banyak jumlahnya, tetapi mereka akan hilang terbabat dan mati binasa; sekalipun Aku telah merendahkan engkau, tetapi Aku tidak akan merendahkan engkau lagi.
(13) Sekarang, Aku akan mematahkan gandarnya yang memberati engkau, dan akan memutuskan belenggu-belenggu yang mengikat engkau."
(14) Terhadap engkau, inilah perintah TUHAN: "Tidak akan ada lagi keturunan dengan namamu. Dari rumah allahmu Aku akan melenyapkan patung pahatan dan patung tuangan; kuburmu akan Kusediakan, sebab engkau hina."
(15) Lihatlah! Di atas gunung-gunung berjalan orang yang membawa berita, yang mengabarkan berita damai sejahtera. Rayakanlah hari rayamu, hai Yehuda, bayarlah nazarmu! Sebab tidak akan datang lagi orang dursila menyerang engkau; ia telah dilenyapkan sama sekali!
-
13 Desember 2016
Kabar Baik!
Selasa, 13 Desember 2016
Baca: Nahum 1:7-15
1:7 TUHAN itu baik; Ia adalah tempat pengungsian pada waktu kesusahan; Ia mengenal orang-orang yang berlindung kepada-Nya
1:8 dan menyeberangkan mereka pada waktu banjir. Ia menghabisi sama sekali orang-orang yang bangkit melawan Dia, dan musuh-Nya dihalau-Nya ke dalam gelap.
1:9 Apakah maksudmu menentang TUHAN? Ia akan menghabisi sama sekali; kesengsaraan tidak akan timbul dua kali!
1:10 Sebab merekapun akan lenyap seperti duri yang berjalin-jalin, dimakan habis seperti jerami kering.
1:11 Bukankah dari padamu muncul orang yang merancang kejahatan terhadap TUHAN, orang yang memberi nasihat dursila?
1:12 Beginilah firman TUHAN: “Sekalipun mereka utuh dan begitu banyak jumlahnya, tetapi mereka akan hilang terbabat dan mati binasa; sekalipun Aku telah merendahkan engkau, tetapi Aku tidak akan merendahkan engkau lagi.
1:13 Sekarang, Aku akan mematahkan gandarnya yang memberati engkau, dan akan memutuskan belenggu-belenggu yang mengikat engkau.”
1:14 Terhadap engkau, inilah perintah TUHAN: “Tidak akan ada lagi keturunan dengan namamu. Dari rumah allahmu Aku akan melenyapkan patung pahatan dan patung tuangan; kuburmu akan Kusediakan, sebab engkau hina.”
1:15 Lihatlah! Di atas gunung-gunung berjalan orang yang membawa berita, yang mengabarkan berita damai sejahtera. Rayakanlah hari rayamu, hai Yehuda, bayarlah nazarmu! Sebab tidak akan datang lagi orang dursila menyerang engkau; ia telah dilenyapkan sama sekali!
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
Lihatlah! Di atas gunung-gunung berjalan orang yang membawa berita, yang mengabarkan berita damai sejahtera. —Nahum 1:15
Kita dihujani dengan beragam berita melalui media internet, televisi, radio, dan telepon genggam. Mayoritas berita tersebut mengungkapkan kabar buruk—berbagai tindak kejahatan, terorisme, perang, dan masalah ekonomi. Namun adakalanya kabar baik menyeruak di tengah masa-masa kelam yang dipenuhi kesedihan dan keputusasaan. Kabar baik itu bisa mengungkapkan tentang tindakan tanpa pamrih yang dilakukan sekelompok orang, terobosan dalam bidang medis, atau upaya perdamaian yang berhasil dicapai oleh pihak-pihak yang sedang bertikai.
Dalam Alkitab Perjanjian Lama terdapat perkataan dua orang yang membawa harapan besar kepada umat manusia yang sudah lelah dengan pertikaian yang mendera mereka.
Dalam penggambarannya tentang penghakiman Allah yang akan ditimpakan-Nya kepada suatu bangsa yang kuat dan kejam, Nabi Nahum berkata, “Lihatlah! Di atas gunung-gunung berjalan orang yang membawa berita, yang mengabarkan berita damai sejahtera” (NAH. 1:15). Kabar baik tersebut membawa harapan bagi semua orang yang sedang tertindas.
Perkataan serupa juga ditemukan di dalam kitab Yesaya: “Betapa indahnya kelihatan dari puncak bukit-bukit kedatangan pembawa berita, yang mengabarkan berita damai dan memberitakan kabar baik, yang mengabarkan berita selamat” (Yes. 52:7).
Nubuat yang membawa pengharapan dari Nabi Nahum dan Nabi Yesaya digenapi sepenuhnya pada hari Natal pertama ketika malaikat menyampaikan kabar kepada para gembala, “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud” (Luk. 2:10-11).
Kabar utama yang terpenting dalam hidup kita setiap hari adalah kabar terbaik yang pernah diberitakan—Kristus Sang Juruselamat telah lahir! —David McCasland
Kelahiran Yesus Kristus adalah kabar terbaik yang pernah diterima dunia!
Bacaan Alkitab Setahun: Hosea 12-14; Wahyu 4
-
13 Desember 2016
Hidup oleh Iman
Selasa, 13 Desember 2016
Bacaan Alkitab hari ini:
Galatia 3
Melihat keadaan jemaat Galatia yang sudah mulai terpesona terhadap kaum Yudaisme yang menuntut hidup berdasarkan hukum Taurat dan perbuatan, Paulus menegur jemaat Galatia dengan keras. Dalam bacaan Alkitab hari ini, Rasul Paulus menyampaikan bahwa keselamatan hanya oleh karena kasih karunia dan bukan karena melakukan hukum Taurat.
Di tengah kesedihannya, Paulus mengingatkan bahwa mereka telah memulai hidup di dalam Roh. Mereka telah mengenal Kristus lewat pelayanan yang ia lakukan, telah merasakan begitu besar anugerah dan mujizat, masakan mereka akan mengakhiri dengan kedagingan? Selanjutnya, Paulus menguatkan argumentasinya berdasarkan Firman Tuhan. Karena para penganut Yudaisme ingin membawa orang percaya untuk kembali ke hukum Taurat, ia pun menjelaskan dengan mengutip hukum Taurat. Ia menggunakan Abraham sebagai contoh (3:6) dengan mengutip Kejadian 15:6 yang berbunyi, “percayalah Abraham kepada Tuhan, maka Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.”
Itulah pengalaman Abraham: iman (sikap percaya) terhadap janji Allah itulah yang membuat Abraham dibenarkan, bukan ketaatan terhadap hukum Taurat. Berkat keselamatan yang dijanjikan Allah kepada Abraham dimaksudkan untuk disalurkan kepada segala bangsa di dunia (Kejadian 12:3), artinya berlaku pula bagi orang non Yahudi.
Saat ini, kita disebut sebagai anak-anak Abraham secara rohani. Apakah kita sungguh-sungguh hidup oleh iman percaya kita kepada Kristus, atau--tanpa sadar--kita mulai “terpesona” terhadap hal-hal di sekitar kita yang dapat menjauhkan kita dari iman kepada Kristus? [BS]
Galatia 3:11
Dan bahwa tidak ada orang yang dibenarkan di hadapan Allah karena melakukan hukum Taurat adalah jelas, karena: “Orang yang benar akan hidup oleh iman.”
-
13 Desember 2016
Galatia 3 :
Dibenarkan oleh karena iman
(1) Hai orang-orang Galatia yang bodoh, siapakah yang telah mempesona kamu? Bukankah Yesus Kristus yang disalibkan itu telah dilukiskan dengan terang di depanmu?
(2) Hanya ini yang hendak kuketahui dari pada kamu: Adakah kamu telah menerima Roh karena melakukan hukum Taurat atau karena percaya kepada pemberitaan Injil?
(3) Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging?
(4) Sia-siakah semua yang telah kamu alami sebanyak itu? Masakan sia-sia!
(5) Jadi bagaimana sekarang, apakah Ia yang menganugerahkan Roh kepada kamu dengan berlimpah-limpah dan yang melakukan mujizat di antara kamu, berbuat demikian karena kamu melakukan hukum Taurat atau karena kamu percaya kepada pemberitaan Injil?
(6) Secara itu jugalah Abraham percaya kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.
(7) Jadi kamu lihat, bahwa mereka yang hidup dari iman, mereka itulah anak-anak Abraham.
(8) Dan Kitab Suci, yang sebelumnya mengetahui, bahwa Allah membenarkan orang-orang bukan Yahudi oleh karena iman, telah terlebih dahulu memberitakan Injil kepada Abraham: "Olehmu segala bangsa akan diberkati."
(9) Jadi mereka yang hidup dari iman, merekalah yang diberkati bersama-sama dengan Abraham yang beriman itu.
(10) Karena semua orang, yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat, berada di bawah kutuk. Sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat."
(11) Dan bahwa tidak ada orang yang dibenarkan di hadapan Allah karena melakukan hukum Taurat adalah jelas, karena: "Orang yang benar akan hidup oleh iman."
(12) Tetapi dasar hukum Taurat bukanlah iman, melainkan siapa yang melakukannya, akan hidup karenanya.
(13) Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!"
(14) Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu.
Hukum Taurat atau janji
(15) Saudara-saudara, baiklah kupergunakan suatu contoh dari hidup sehari-hari. Suatu wasiat yang telah disahkan, sekalipun ia dari manusia, tidak dapat dibatalkan atau ditambahi oleh seorangpun.
(16) Adapun kepada Abraham diucapkan segala janji itu dan kepada keturunannya. Tidak dikatakan "kepada keturunan-keturunannya" seolah-olah dimaksud banyak orang, tetapi hanya satu orang: "dan kepada keturunanmu", yaitu Kristus.
(17) Maksudku ialah: Janji yang sebelumnya telah disahkan Allah, tidak dapat dibatalkan oleh hukum Taurat, yang baru terbit empat ratus tiga puluh tahun kemudian, sehingga janji itu hilang kekuatannya.
(18) Sebab, jikalau apa yang ditentukan Allah berasal dari hukum Taurat, ia tidak berasal dari janji; tetapi justru oleh janjilah Allah telah menganugerahkan kasih karunia-Nya kepada Abraham.
(19) Kalau demikian, apakah maksudnya hukum Taurat? Ia ditambahkan oleh karena pelanggaran-pelanggaran sampai datang keturunan yang dimaksud oleh janji itu dan ia disampaikan dengan perantaraan malaikat-malaikat ke dalam tangan seorang pengantara.
(20) Seorang pengantara bukan hanya mewakili satu orang saja, sedangkan Allah adalah satu.
(21) Kalau demikian, bertentangankah hukum Taurat dengan janji-janji Allah? Sekali-kali tidak. Sebab andaikata hukum Taurat diberikan sebagai sesuatu yang dapat menghidupkan, maka memang kebenaran berasal dari hukum Taurat.
(22) Tetapi Kitab Suci telah mengurung segala sesuatu di bawah kekuasaan dosa, supaya oleh karena iman dalam Yesus Kristus janji itu diberikan kepada mereka yang percaya.
(23) Sebelum iman itu datang kita berada di bawah pengawalan hukum Taurat, dan dikurung sampai iman itu telah dinyatakan.
(24) Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman.
(25) Sekarang iman itu telah datang, karena itu kita tidak berada lagi di bawah pengawasan penuntun.
(26) Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus.
(27) Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus.
(28) Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.
(29) Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah.
-
13 Desember 2016
KAMU JUGA, BRUTUS?
[[Janganlah merencanakan kejahatan terhadap sesamamu, sedangkan tanpa curiga ia tinggal bersama-sama dengan engkau.]] (Amsal 3:29)
“Kamu juga, Brutus?” begitulah ucapan legendaris dari Julius Caesar. Brutus yang tak lain adalah kemenakan dan orang kepercayaannya, ternyata tega mengkhianati Julius Caesar. Pengkhianatan yang berakhir dengan kematian Julius Caesar.
Apakah Anda pernah mendengar atau bahkan mengalami sendiri pengkhianatan? Apa yang Anda rasakan ketika orang terdekat mengkhianati Anda? Seorang musuh menghadang di depan jalan, tetapi hanya sahabat atau kerabat yang menusuk dari belakang, bukan?
“Janganlah merencanakan kejahatan terhadap sesamamu, sedangkan tanpa curiga ia tinggal bersama-sama dengan engkau” (Amsal 3:29). Amsal ini adalah peringatan keras bagi kita yang merencanakan kejahatan terhadap sesama, yang tanpa curiga tinggal bersama-sama dengan kita. Amsal ini melarang tindakan pengkhianatan. Pengkhianatan juga akan membawa pada hancurnya kepercayaan. Tak akan mudah membangun kembali kepercayaan yang telah hancur lebur akibat pengkhianatan.
Tak mudah bagi seorang istri untuk menerima kembali suami yang telah mengkhianatinya dengan perselingkuhan. Tak mudah bagi seorang suami untuk menerima kembali istri yang telah membeberkan keburukannya di muka umum. Tak mudah bagi orangtua untuk menerima anak yang telah merusak nama baik keluarga. Tak mudah bagi anak-anak untuk menerima kembali orangtua yang telah memfitnahnya.
Pengkhianatan menghancurkan kepercayaan. Pikir ulang sebelum berkhianat agar laknat tak mendarat.
Amsal Hari Ini -- ( 13 Desember 2016 )
(C) Pdt. Wahyu 'wepe' Pramudya
Dapatkan Aplikasi Renungan Harian "Amsal Hari Ini" di Google Play dan App Store. Gratis!
-
14 Desember 2016
Rabu, 14 Desember 2016
Hidup dalam Terang
Oleh Jennifer Benson Schuldt
Baca 1 Yohanes 2:3-11
Sebab kegelapan sedang lenyap dan terang yang benar telah bercahaya. —1 Yohanes 2:8
Pagi itu begitu mendung. Awan kelabu yang melayang rendah memenuhi langit, dan cuaca yang sangat gelap membuat saya harus menyalakan lampu untuk bisa membaca buku. Saya baru saja merasa nyaman ketika ruangan saya tiba-tiba menjadi terang. Saya menengadah dan melihat angin sedang meniup awan mendung ke arah timur, sehingga langit menjadi cerah dan matahari pun kembali terlihat.
Ketika saya mendekati jendela untuk melihat lebih jelas perubahan cuaca yang sedang terjadi, sepenggal ayat terlintas dalam benak saya: “Sebab kegelapan sedang lenyap dan terang yang benar telah bercahaya” (1Yoh. 2:8). Rasul Yohanes menulis kata-kata tersebut kepada orang percaya untuk menguatkan iman mereka. Ia kemudian berkata, “Barangsiapa mengasihi saudaranya, ia tetap berada di dalam terang, dan di dalam dia tidak ada penyesatan” (ay.10). Sebaliknya, ia menyamakan kebencian terhadap orang lain dengan tinggal terus di dalam kegelapan. Kebencian itu menyesatkan dan membuat kita kehilangan kesadaran moral.
Mengasihi orang tidak selalu mudah. Meskipun demikian, ketika melihat ke luar jendela, saya diingatkan bahwa rasa frustrasi, pengampunan, dan kesetiaan adalah bagian dari proses mempertahankan hubungan yang mendalam dengan Allah, sumber terang dan kasih. Dengan memilih untuk mengasihi daripada membenci orang lain, kita menunjukkan hubungan kita dengan Allah dan memancarkan terang-Nya kepada dunia di sekitar kita. “Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan” (1Yoh. 1:5).
Ya Tuhan, tolong aku untuk semakin menghayati kasih-Mu, sehingga aku pun dapat membagikannya kepada sesamaku. Aku ingin hidup di dalam terang anugerah dan belas kasihan-Mu.
Pilihan kita untuk sungguh-sungguh mengasihi orang lain menunjukkan citra Allah yang sesungguhnya kepada dunia.
Wawasan
Bacaan hari ini telah membuat banyak orang bingung. Apakah Yohanes mengajarkan apabila kita memiliki kebencian dalam hati, kita sebenarnya bukan orang yang sungguh-sungguh percaya? Memahami sebuah konsep dalam tata bahasa Yunani akan menolong kita untuk menangkap dengan jelas maksud Yohanes. Bentuk kata kerja yang ia gunakan pada ayat 9 dan 11 menunjukkan bahwa kata itu masih terus aktif hingga saat ini. Jadi kata “membenci” pada surat Yohanes ini bisa diterjemahkan sebagai “terus-menerus membenci”. Yohanes berbicara tentang orang yang tidak mau mengubah cara hidupnya dan terus membenci orang lain. Orang yang memiliki iman sejati bisa saja melakukan kesalahan, tetapi ia tidak merasa nyaman hidup dalam dosa. Ia mau segera mencari pengampunan dan pembaruan dari Allah. —Dennis Fisher
Bacaan Alkitab setahun: Yoel 1–3 ; Wahyu 5
-
14 Desember 2016
Hidup dalam Terang
Rabu, 14 Desember 2016
Baca: 1 Yohanes 2:3-11
2:3 Dan inilah tandanya, bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita menuruti perintah-perintah-Nya.
2:4 Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran.
2:5 Tetapi barangsiapa menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh sudah sempurna kasih Allah; dengan itulah kita ketahui, bahwa kita ada di dalam Dia.
2:6 Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.
2:7 Saudara-saudara yang kekasih, bukan perintah baru yang kutuliskan kepada kamu, melainkan perintah lama yang telah ada padamu dari mulanya. Perintah lama itu ialah firman yang telah kamu dengar.
2:8 Namun perintah baru juga yang kutuliskan kepada kamu, telah ternyata benar di dalam Dia dan di dalam kamu; sebab kegelapan sedang lenyap dan terang yang benar telah bercahaya.
2:9 Barangsiapa berkata, bahwa ia berada di dalam terang, tetapi ia membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan sampai sekarang.
2:10 Barangsiapa mengasihi saudaranya, ia tetap berada di dalam terang, dan di dalam dia tidak ada penyesatan.
2:11 Tetapi barangsiapa membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan dan hidup di dalam kegelapan. Ia tidak tahu ke mana ia pergi, karena kegelapan itu telah membutakan matanya.
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
Sebab kegelapan sedang lenyap dan terang yang benar telah bercahaya. —1 Yohanes 2:8
Pagi itu begitu mendung. Awan kelabu yang melayang rendah memenuhi langit, dan cuaca yang sangat gelap membuat saya harus menyalakan lampu untuk bisa membaca buku. Saya baru saja merasa nyaman ketika ruangan saya tiba-tiba menjadi terang. Saya menengadah dan melihat angin sedang meniup awan mendung ke arah timur, sehingga langit menjadi cerah dan matahari pun kembali terlihat.
Ketika saya mendekati jendela untuk melihat lebih jelas perubahan cuaca yang sedang terjadi, sepenggal ayat terlintas dalam benak saya: “Sebab kegelapan sedang lenyap dan terang yang benar telah bercahaya” (1Yoh. 2:8). Rasul Yohanes menulis kata-kata tersebut kepada orang percaya untuk menguatkan iman mereka. Ia kemudian berkata, “Barangsiapa mengasihi saudaranya, ia tetap berada di dalam terang, dan di dalam dia tidak ada penyesatan” (ay.10). Sebaliknya, ia menyamakan kebencian terhadap orang lain dengan tinggal terus di dalam kegelapan. Kebencian itu menyesatkan dan membuat kita kehilangan kesadaran moral.
Mengasihi orang tidak selalu mudah. Meskipun demikian, ketika melihat ke luar jendela, saya diingatkan bahwa rasa frustrasi, pengampunan, dan kesetiaan adalah bagian dari proses mempertahankan hubungan yang mendalam dengan Allah, sumber terang dan kasih. Dengan memilih untuk mengasihi daripada membenci orang lain, kita menunjukkan hubungan kita dengan Allah dan memancarkan terang-Nya kepada dunia di sekitar kita. “Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan” (1Yoh. 1:5). —Jennifer Benson Schuldt
Ya Tuhan, tolong aku untuk semakin menghayati kasih-Mu, sehingga aku pun dapat membagikannya kepada sesamaku. Aku ingin hidup di dalam terang anugerah dan belas kasihan-Mu.
Pilihan kita untuk sungguh-sungguh mengasihi orang lain menunjukkan citra Allah yang sesungguhnya kepada dunia.
Bacaan Alkitab Setahun: Yoel 1-3; Wahyu 5
-
14 Desember 2016
Hidup Orang Merdeka
Rabu, 14 Desember 2016
Bacaan Alkitab hari ini:
Galatia 4
Rasul Paulus ingin menguatkan iman jemaat Galatia. Ia mengingatkan bahwa setelah mengenal Kristus, mereka tidak boleh hidup sebagai seorang hamba. Walaupun dulu kita adalah orang berdosa yang hidup dalam perhambaan (4:1-3), saat Kristus datang ke dunia, Ia menebus kita yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak (4:5). Anak bukan hamba, karena Roh yang ada dalam diri setiap orang percaya memampukan mereka untuk memanggil “ya Abba, ya Bapa” sebagai bukti kedekatan hubungan dengan Bapa dan menandakan ahli waris. Karena itu, Paulus sedih saat melihat jemaat Galatia yang sudah mengenal Allah kembali berbalik kepada roh-roh dunia yang lemah dan miskin dan memperhambakan diri lagi kepada roh-roh dunia itu (4:9). Ia meminta jemaat Galatia mengingat kasih mula-mula yang muncul saat Paulus pertama kali memberitakan firman kepada mereka (4:12-15).
Selanjutnya, Paulus memakai kiasan dalam PL tentang Hagar dan Sara untuk menggambarkan bahwa orang Kristen tidak berada di bawah hukum Taurat. Kita adalah anak-anak janji sama seperti Ishak (4:28), anak yang dilahirkan dari perempuan merdeka yang mendapat kasih karunia Allah. Kita bukan berasal dari Hagar yang adalah hamba. Apakah kita yang saat ini telah menjadi anak-anak Allah telah menjalani hidup yang merdeka di dalam Kristus dengan melakukan perintah Tuhan berdasarkan kesadaran dan rasa syukur sebagai orang merdeka. Atau sebaliknya, apakah kita masih menjalani kehidupan sebagai seorang hamba dengan melakukan firman Tuhan sebatas untuk memenuhi tuntutan, dengan memuja nilai atau hukum yang ada serta dengan keyakinan bahwa kita diselamatkan jika kita melakukannya? Kita adalah anak-anak Allah, karena itu hiduplah sebagai orang yang merdeka!. [BS]
Galatia 4:7
“Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah.”
-
14 Desember 2016
Galatia 4:
Tak ada lagi perhambaan
(1) Yang dimaksud ialah: selama seorang ahli waris belum akil balig, sedikitpun ia tidak berbeda dengan seorang hamba, sungguhpun ia adalah tuan dari segala sesuatu;
(2) tetapi ia berada di bawah perwalian dan pengawasan sampai pada saat yang telah ditentukan oleh bapanya.
(3) Demikian pula kita: selama kita belum akil balig, kita takluk juga kepada roh-roh dunia.
(4) Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat.
(5) Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak.
(6) Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: "ya Abba, ya Bapa!"
(7) Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah.
(8) Dahulu, ketika kamu tidak mengenal Allah, kamu memperhambakan diri kepada allah-allah yang pada hakekatnya bukan Allah.
(9) Tetapi sekarang sesudah kamu mengenal Allah, atau lebih baik, sesudah kamu dikenal Allah, bagaimanakah kamu berbalik lagi kepada roh-roh dunia yang lemah dan miskin dan mau mulai memperhambakan diri lagi kepadanya?
(10) Kamu dengan teliti memelihara hari-hari tertentu, bulan-bulan, masa-masa yang tetap dan tahun-tahun.
(11) Aku kuatir kalau-kalau susah payahku untuk kamu telah sia-sia.
Ingatlah akan hubungan kita yang semula
(12) Aku minta kepadamu, saudara-saudara, jadilah sama seperti aku, sebab akupun telah menjadi sama seperti kamu. Belum pernah kualami sesuatu yang tidak baik dari padamu.
(13) Kamu tahu, bahwa aku pertama kali telah memberitakan Injil kepadamu oleh karena aku sakit pada tubuhku.
(14) Sungguhpun demikian keadaan tubuhku itu, yang merupakan pencobaan bagi kamu, namun kamu tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang hina dan yang menjijikkan, tetapi kamu telah menyambut aku, sama seperti menyambut seorang malaikat Allah, malahan sama seperti menyambut Kristus Yesus sendiri.
(15) Betapa bahagianya kamu pada waktu itu! Dan sekarang, di manakah bahagiamu itu? Karena aku dapat bersaksi tentang kamu, bahwa jika mungkin, kamu telah mencungkil matamu dan memberikannya kepadaku.
(16) Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?
(17) Mereka dengan giat berusaha untuk menarik kamu, tetapi tidak dengan tulus hati, karena mereka mau mengucilkan kamu, supaya kamu dengan giat mengikuti mereka.
(18) Memang baik kalau orang dengan giat berusaha menarik orang lain dalam perkara-perkara yang baik, asal pada setiap waktu dan bukan hanya bila aku ada di antaramu.
(19) Hai anak-anakku, karena kamu aku menderita sakit bersalin lagi, sampai rupa Kristus menjadi nyata di dalam kamu.
(20) Betapa rinduku untuk berada di antara kamu pada saat ini dan dapat berbicara dengan suara yang lain, karena aku telah habis akal menghadapi kamu.
Hagar dan Sara
(21) Katakanlah kepadaku, hai kamu yang mau hidup di bawah hukum Taurat, tidakkah kamu mendengarkan hukum Taurat?
(22) Bukankah ada tertulis, bahwa Abraham mempunyai dua anak, seorang dari perempuan yang menjadi hambanya dan seorang dari perempuan yang merdeka?
(23) Tetapi anak dari perempuan yang menjadi hambanya itu diperanakkan menurut daging dan anak dari perempuan yang merdeka itu oleh karena janji.
(24) Ini adalah suatu kiasan. Sebab kedua perempuan itu adalah dua ketentuan Allah: yang satu berasal dari gunung Sinai dan melahirkan anak-anak perhambaan, itulah Hagar
(25) Hagar ialah gunung Sinai di tanah Arab dan ia sama dengan Yerusalem yang sekarang, karena ia hidup dalam perhambaan dengan anak-anaknya.
(26) Tetapi Yerusalem sorgawi adalah perempuan yang merdeka, dan ialah ibu kita.
(27) Karena ada tertulis: "Bersukacitalah, hai si mandul yang tidak pernah melahirkan! Bergembira dan bersorak-sorailah, hai engkau yang tidak pernah menderita sakit bersalin! Sebab yang ditinggalkan suaminya akan mempunyai lebih banyak anak dari pada yang bersuami."
(28) Dan kamu, saudara-saudara, kamu sama seperti Ishak adalah anak-anak janji.
(29) Tetapi seperti dahulu, dia, yang diperanakkan menurut daging, menganiaya yang diperanakkan menurut Roh, demikian juga sekarang ini.
(30) Tetapi apa kata nas Kitab Suci? "Usirlah hamba perempuan itu beserta anaknya, sebab anak hamba perempuan itu tidak akan menjadi ahli waris bersama-sama dengan anak perempuan merdeka itu."
(31) Karena itu, saudara-saudara, kita bukanlah anak-anak hamba perempuan, melainkan anak-anak perempuan merdeka.
-
14 Desember 2016
MENGUTUK ORANGTUA
[[Orang yang mengutuk orangtuanya, hidupnya akan lenyap seperti lampu yang padam di malam yang gelap.]] (Amsal 20:20—BIS)
Malin Kundang? Apa yang muncul di benak kita ketika mendengar nama ini? Ya, tentu saja kita mengingat legenda tentang seorang anak yang tak lagi menghormati ibunya. Sang ibu mengutuk anaknya menjadi batu. Pesan dari legenda ini sangat jelas: hormatilah orangtua kita bagaimanapun keadaan mereka.
“Orang yang mengutuk orangtuanya, hidupnya akan lenyap seperti lampu yang padam di malam yang gelap” (Amsal 20:20—BIS). Amsal ini menggambarkan apa yang terjadi pada orang yang mengutuk orangtuanya: hidupnya lenyap seperti lampu yang padam di malam gelap. Gambaran yang menunjukkan kondisi yang sangat buruk.
Mari kita berpikir sejenak mengapa seseorang tega mengutuk orangtuanya? Tindakan mengutuk orangtua menggambarkan perilaku yang buruk. Perilaku yang buruk identik dengan hati dan pikiran yang tidak mau dididik, padahal pada umumnya orangtua mendidik anaknya, bukan? Jadi, anak yang tega mengutuk orangtuanya barangkali adalah anak yang tidak mensyukuri pendidikan yang diperoleh dari orangtuanya. Jika kepada orangtua saja seseorang tega melakukan hal yang buruk, apalagi terhadap orang lain.
Bagaimana jika orangtua melakukan kesalahan yang fatal? Tentu saja peringatan dan bukan kutukan yang pantas menjadi respons kita. Respons yang menunjukkan bahwa kita adalah orang-orang yang terdidik dengan baik.
Amsal Hari Ini -- ( 14 Desember 2016 )
(C) Pdt. Wahyu 'wepe' Pramudya
Dapatkan Aplikasi Renungan Harian "Amsal Hari Ini" di Google Play dan App Store. Gratis!
-
15 Desember 2016
Hidup oleh Roh
Kamis, 15 Desember 2016
Bacaan Alkitab hari ini:
Galatia 5
Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu, berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan. Itulah keinginan Paulus bagi Jemaat Galatia. Mengapa? Karena jemaat Galatia terus tergoda untuk berpaling dari kasih karunia kepada hukum Taurat, padahal Kristus telah memerdekakan mereka dari perhambaan hukum Taurat. Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita dan mati bagi kita di atas kayu salib (3:13). Bila kita berpaling dari kasih karunia kepada hukum Taurat, maka Kristus sama sekali tidak berguna dan kita wajib melakukan seluruh hukum Taurat, kita hidup lepas dari Kristus, dan kita hidup di luar kasih karunia (5:2-5). Sungguh menyedihkan, bukan? Sebaliknya, hidup orang percaya di dalam lingkungan kasih karunia bergantung pada kuasa Roh dan berdasarkan iman.
Kemerdekaan di dalam Kristus bukanlah kesempatan untuk hidup dalam dosa, melainkan kebebasan untuk saling melayani (5:13), karena seluruh isi hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (5:14). Kasihlah yang mendasari pelayanan kepada sesama. Roh yang membuat kita menang atas keinginan daging. Karena itu hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging, karena keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh (5:16-17). Bila hidup kita dipimpin oleh Roh, buah Roh akan terlihat dalam hidup kita karena menjadi milik Kristus Yesus berarti menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginan-Nya. Apakah hidup Anda sebagai “orang merdeka” dipimpin oleh Roh sehingga orang di sekitar Anda melihat dengan jelas adanya buah Roh dalam tingkah laku, perkataan dan pikiran kita setiap hari. [BS]
Galatia 5:18
“Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat.”
-
15 Desember 2016
Galatia 5:
Kemerdekaan Kristen
(1) Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.
(2) Sesungguhnya, aku, Paulus, berkata kepadamu: jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu.
(3) Sekali lagi aku katakan kepada setiap orang yang menyunatkan dirinya, bahwa ia wajib melakukan seluruh hukum Taurat.
(4) Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat; kamu hidup di luar kasih karunia.
(5) Sebab oleh Roh, dan karena iman, kita menantikan kebenaran yang kita harapkan.
(6) Sebab bagi orang-orang yang ada di dalam Kristus Yesus hal bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai sesuatu arti, hanya iman yang bekerja oleh kasih.
(7) Dahulu kamu berlomba dengan baik. Siapakah yang menghalang-halangi kamu, sehingga kamu tidak menuruti kebenaran lagi?
(8) Ajakan untuk tidak menurutinya lagi bukan datang dari Dia, yang memanggil kamu.
(9) Sedikit ragi sudah mengkhamirkan seluruh adonan.
(10) Dalam Tuhan aku yakin tentang kamu, bahwa kamu tidak mempunyai pendirian lain dari pada pendirian ini. Tetapi barangsiapa yang mengacaukan kamu, ia akan menanggung hukumannya, siapapun juga dia.
(11) Dan lagi aku ini, saudara-saudara, jikalau aku masih memberitakan sunat, mengapakah aku masih dianiaya juga? Sebab kalau demikian, salib bukan batu sandungan lagi.
(12) Baiklah mereka yang menghasut kamu itu mengebirikan saja dirinya!
(13) Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.
(14) Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!"
(15) Tetapi jikalau kamu saling menggigit dan saling menelan, awaslah, supaya jangan kamu saling membinasakan.
Hidup menurut daging atau Roh
(16) Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging.
(17) Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging karena keduanya bertentangan sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki.
(18) Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat.
(19) Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu,
(20) penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah,
(21) kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu seperti yang telah kubuat dahulu bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.
(22) Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
(23) kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.
(24) Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.
(25) Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh,
(26) dan janganlah kita gila hormat, janganlah kita saling menantang dan saling mendengki.
-
15 Desember 2016
Tidur Sesaat
Kamis, 15 Desember 2016
Baca: 1 Tesalonika 4:13-18
4:13 Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan.
4:14 Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia.
4:15 Ini kami katakan kepadamu dengan firman Tuhan: kita yang hidup, yang masih tinggal sampai kedatangan Tuhan, sekali-kali tidak akan mendahului mereka yang telah meninggal.
4:16 Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit;
4:17 sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan.
4:18 Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini.
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
Hati kami tabah, dan terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan. —2 Korintus 5:8
Henry Durbanville, seorang pendeta asal Skotlandia di masa lampau, pernah bercerita tentang seorang wanita lanjut usia di gerejanya yang tinggal di suatu daerah terpencil di negeri itu. Wanita tua itu ingin mengunjungi kota Edinburgh, tetapi ia takut menempuh perjalanan tersebut karena kereta api yang menuju ke sana harus melalui sebuah terowongan panjang yang gelap gulita.
Suatu hari ia terpaksa harus pergi juga ke Edinburgh. Ketika kereta api sedang melaju cepat mendekati kota itu, kecemasannya pun meningkat. Namun sebelum kereta melewati terowongan tersebut, wanita itu tertidur pulas karena kelelahan yang disebabkan oleh rasa cemasnya. Ketika terbangun, ternyata ia sudah sampai di kota tujuannya!
Mungkin saja di antara kita ada yang tidak akan mengalami kematian. Jika kita masih hidup ketika Yesus datang kembali, kita “menyongsong Tuhan di angkasa” (1Tes. 4:13-18). Namun banyak dari kita akan masuk ke surga melalui kematian dan bayangan kematian menimbulkan kecemasan besar bagi sebagian orang. Mereka mengkhawatirkan bahwa proses kematian itu akan sangat sulit untuk dilalui.
Dengan jaminan dari Yesus sebagai Juruselamat, kita dapat meyakini bahwa ketika kita menutup mata di dunia dan melalui kematian, kita akan membuka mata dan tiba di hadirat Allah. Penyair John Donne pernah berkata bahwa kematian itu bagaikan “tidur sesaat dan kemudian terbangun dalam kekekalan”. —David Roper
Aku bersyukur atas hidup yang telah Engkau berikan kepadaku, ya Tuhan, tetapi sungguh tidak terbayangkan bagaimana rasanya bertemu langsung dengan-Mu. Tolonglah aku untuk mempercayakan masa depanku kepada-Mu. Aku menantikan hari yang indah ketika akhirnya aku bertemu dengan-Mu.
Sukacita surgawi kita yang terbesar adalah bertemu dengan Tuhan Yesus.
Bacaan Alkitab Setahun: Amos 1-3; Wahyu 6
-
15 Desember 2016
15 Des 2016
Tidur Sesaat
Oleh David Roper
Baca 1 Tesalonika 4:13-18
Hati kami tabah, dan terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan. —2 Korintus 5:8
Henry Durbanville, seorang pendeta asal Skotlandia di masa lampau, pernah bercerita tentang seorang wanita lanjut usia di gerejanya yang tinggal di suatu daerah terpencil di negeri itu. Wanita tua itu ingin mengunjungi kota Edinburgh, tetapi ia takut menempuh perjalanan tersebut karena kereta api yang menuju ke sana harus melalui sebuah terowongan panjang yang gelap gulita.
Suatu hari ia terpaksa harus pergi juga ke Edinburgh. Ketika kereta api sedang melaju cepat mendekati kota itu, kecemasannya pun meningkat. Namun sebelum kereta melewati terowongan tersebut, wanita itu tertidur pulas karena kelelahan yang disebabkan oleh rasa cemasnya. Ketika terbangun, ternyata ia sudah sampai di kota tujuannya!
Mungkin saja di antara kita ada yang tidak akan mengalami kematian. Jika kita masih hidup ketika Yesus datang kembali, kita “menyongsong Tuhan di angkasa” (1Tes. 4:13-18). Namun banyak dari kita akan masuk ke surga melalui kematian dan bayangan kematian menimbulkan kecemasan besar bagi sebagian orang. Mereka mengkhawatirkan bahwa proses kematian itu akan sangat sulit untuk dilalui.
Dengan jaminan dari Yesus sebagai Juruselamat, kita dapat meyakini bahwa ketika kita menutup mata di dunia dan melalui kematian, kita akan membuka mata dan tiba di hadirat Allah.
Penyair John Donne pernah berkata bahwa kematian itu bagaikan “tidur sesaat dan kemudian terbangun dalam kekekalan”.
Aku bersyukur atas hidup yang telah Engkau berikan kepadaku, ya Tuhan, tetapi sungguh tidak terbayangkan bagaimana rasanya bertemu langsung dengan-Mu. Tolonglah aku untuk mempercayakan masa depanku kepada-Mu. Aku menantikan hari yang indah ketika akhirnya aku bertemu dengan-Mu.
Sukacita surgawi kita yang terbesar adalah bertemu dengan Tuhan Yesus.
Wawasan
Setelah Paulus menggambarkan kedatangan Kristus yang kedua dalam 1 Tesalonika 4:13–5:11, ia kemudian membahas tentang kehidupan sehari-hari (5:12-24). Mudah sekali untuk terjebak di dalam kerumitan dan kompleksitas nubuatan Alkitab. Namun, semua itu sesungguhnya merupakan “wahyu Yesus Kristus” (Why. 1:1). Di tengah semua keterangan tentang sangkakala dan pertemuan kembali, “Tuhan sendiri akan turun dari sorga” (1Tes. 4:16). Lalu para pengikut Kristus akan menjadi “sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya" (1Yoh. 3:2).
Bagaimana gambaran tentang Kristus yang akan datang kembali itu mempengaruhi Anda pribadi dalam kehidupan sehari-hari? —Jim Townsend
Bacaan Alkitab setahun: Amos 1–3 ; Wahyu 6
-
15 Desember 2016
INVESTASI HIDUP
[[Perolehlah hikmat, perolehlah pengertian, jangan lupa, dan jangan menyimpang dari perkataan mulutku. Janganlah meninggalkan hikmat itu, maka engkau akan dipeliharanya, kasihilah dia, maka engkau akan dijaganya.]] (Amsal 4:5-6)
Apa yang menjadi investasi Anda untuk masa depan? Sebagian orang melakukan investasi dalam bentuk tabungan, deposito, saham, emas, rumah, atau apartemen. Tentu saja ini adalah perilaku wajar sebagai bentuk tanggung jawab atas berkat yang dikaruniakan Tuhan di masa kini dalam rangka mempersiapkan diri untuk menyambut masa depan yang penuh ketidakpastian.
Namun, jangan sampai kita lupa bahwa investasi hidup bukan berbicara tentang harta saja. Ada investasi pengembangan diri yang juga tak kalah pentingnya. Jika investasi harta berbicara tentang memperoleh dan mengembangkan harta, maka investasi pengembangan diri berbicara tentang mengelola dan mengembangkan diri sehingga menjadi sosok yang lebih baik seiring dengan bergulirnya waktu.
“Perolehlah hikmat, perolehlah pengertian, jangan lupa, dan jangan menyimpang dari perkataan mulutku. Janganlah meninggalkan hikmat itu, maka engkau akan dipeliharanya, kasihilah dia, maka engkau akan dijaganya” (Amsal 4:5-6). Amsal ini menegaskan pentingnya untuk memperoleh hikmat dan pengertian sebagai investasi pengembangan diri. Jika kita terus berjuang untuk meraih hikmat dan pengertian yang bersumber pada kehendak Tuhan, maka pada akhirnya hikmat dan pengertian dari Tuhan itulah yang akan menjaga setiap langkah dalam kehidupan kita.
Mari berinvestasi. Bukan sekadar melakukan investasi harta benda, melainkan juga investasi pengembangan diri.
Amsal Hari Ini -- ( 15 Desember 2016 )
(C) Pdt. Wahyu 'wepe' Pramudya
Dapatkan Aplikasi Renungan Harian "Amsal Hari Ini" di Google Play dan App Store. Gratis!
-
16 Desember 2016
Merdeka dalam Kasih
Jumat, 16 Desember 2016
Bacaan Alkitab hari ini:
Galatia 6
Saling membantulah kamu
(1) Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan.
(2) Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.
(3) Sebab kalau seorang menyangka, bahwa ia berarti, padahal ia sama sekali tidak berarti, ia menipu dirinya sendiri.
(4) Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain.
(5) Sebab tiap-tiap orang akan memikul tanggungannya sendiri.
(6) Dan baiklah dia, yang menerima pengajaran dalam Firman, membagi segala sesuatu yang ada padanya dengan orang yang memberikan pengajaran itu.
(7) Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.
(8) Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu.
(9) Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah.
(10) Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.
Peringatan dan salam
(11) Lihatlah, bagaimana besarnya huruf-huruf yang kutulis kepadamu dengan tanganku sendiri.
(12) Mereka yang secara lahiriah suka menonjolkan diri, merekalah yang berusaha memaksa kamu untuk bersunat, hanya dengan maksud, supaya mereka tidak dianiaya karena salib Kristus.
(13) Sebab mereka yang menyunatkan dirinyapun, tidak memelihara hukum Taurat. Tetapi mereka menghendaki, supaya kamu menyunatkan diri, agar mereka dapat bermegah atas keadaanmu yang lahiriah.
(14) Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia.
(15) Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya.
(16) Dan semua orang, yang memberi dirinya dipimpin oleh patokan ini, turunlah kiranya damai sejahtera dan rahmat atas mereka dan atas Israel milik Allah.
(17) Selanjutnya janganlah ada orang yang menyusahkan aku, karena pada tubuhku ada tanda-tanda milik Yesus.
(18) Kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus menyertai roh kamu, saudara-saudara! Amin.
---@,@---
Orang yang telah dimerdekakan di dalam Kristus tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri. Hidupnya dipimpin Roh untuk mengasihi dan melayani sesama. Dalam Galatia 6, Rasul Paulus menunjukkan perbedaan antara orang Kristen yang dipimpin oleh Roh dan penganut Legalisme (Yudaisme). Orang Kristen yang dipimpin oleh Roh Kudus hidup untuk kemuliaan Allah, bukan untuk mendapat pujian manusia.
Manusia tak mungkin bebas dari kesalahan/pelanggaran. Tindakan orang yang rohani berbeda dengan penganut legalisme dalam menangani saudara seiman yang jatuh dalam dosa. Orang yang rohani akan berusaha memimpin orang itu ke jalan benar dengan kasih dan roh lemah lembut, sedangkan penganut legalisme akan menghakimi serta bercerita kepada orang lain untuk memperlihatkan bahwa mereka tidak seperti orang yang melakukan kesalahan itu (bandingkan dengan perumpamaan orang Farisi dan pemungut cukai dalam Lukas 18:9-14).
Selanjutnya, Rasul Paulus mengingatkan agar setiap orang menguji pekerjaannya sendiri, bukan melihat keadaan orang lain (Galatia 6:4). Ia mengajarkan bahwa orang yang telah merdeka harus berbagi berkat dan berbuat baik kepada semua orang, terutama kawan-kawan seiman (6:10).
Paulus menutup surat Galatia dengan menunjukkan bahwa kehidupan di bawah hukum Taurat bertolak belakang dengan kehidupan di bawah kasih karunia. Orang yang hidup di bawah hukum Taurat suka menonjolkan diri (6:12a, 13b), kompromi (6:12b), munafik (6:13). Penganut legalisme/Yudaisme bermegah di dalam sunat, tetapi Paulus bermegah di dalam Kristus (6:13-14). Tetaplah mengasihi sesama! [BS]
Galatia 6:2
“Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu. Demikianlah kamu mememuhi hukum Kristus.”
16 Desember 2016 diubah oleh ZEGA376
-
16 Desember 2016
Sisi Lain dari Penghiburan
Oleh Lawrence Darmani
Baca Yeremia 7:1-11
Dengarlah firman Tuhan. —Yeremia 7:2
Tema dari retret bagi jemaat dewasa kami adalah “Hiburkanlah Umat-Ku”. Satu demi satu pembicara memberikan khotbah yang meneguhkan para pendengar. Namun seorang pembicara yang berkhotbah paling akhir mengubah suasana itu sama sekali. Ia berkhotbah dari Yeremia 7:1-11 dengan topik “Bangun dari Tidur”. Dengan kata-kata yang tegas tetapi penuh kasih, ia menantang kami semua untuk bangun dan berbalik dari dosa.
“Jangan bersembunyi di balik kasih karunia Allah dan tetap hidup dalam dosa yang tersembunyi,” desaknya, seperti yang dilakukan Nabi Yeremia. “Kita bisa saja membual, ‘Aku seorang Kristen; Allah mengasihiku; Aku tidak takut bahaya,’ tetapi sebenarnya kita terus melakukan bermacam-macam kejahatan.”
Kami tahu bahwa pembicara itu benar-benar mempedulikan kami, tetapi hati kami menjadi gelisah ketika mendengarkannya berkata, “Allah adalah kasih, tetapi Dia juga adalah api yang menghanguskan! (lihat Ibr. 12:29). Dia tidak akan pernah membiarkan dosa!”
Nabi Yeremia mempertanyakan sikap umat Israel, “Masakan kamu mencuri, membunuh, berzinah dan bersumpah palsu . . . mengikuti allah lain yang tidak kamu kenal, kemudian kamu datang berdiri di hadapan-Ku di rumah yang atasnya nama-Ku diserukan, sambil berkata: Kita selamat, supaya dapat pula melakukan segala perbuatan yang keji ini!” (7:9-10).
Dalam tema “Hiburkanlah Umat-Ku”, pembicara terakhir itu menyingkapkan sisi lain dari penghiburan Allah. Seperti ramuan pahit yang menyembuhkan orang dari penyakit malaria, kata-katanya yang keras itu menyembuhkan jiwa kami. Ketika mendengar kebenaran yang keras, kiranya kita tidak menghindar, melainkan menerima pengaruhnya yang memulihkan kita.
Bapa Surgawi, begitu besarnya kasih-Mu kepada kami sehingga Engkau tidak membiarkan kami terus melanggar perintah-Mu. Teguran-Mu tak pernah bertujuan untuk menyakiti kami, tetapi semata-mata untuk memulihkan kami. Engkaulah Allah sumber segala penghiburan.
Disiplin Allah dimaksudkan untuk membuat kita serupa dengan Anak-Nya.
Wawasan
Disiplin yang penuh kasih adalah ajaran yang secara konsisten kita temukan dalam Alkitab. Allah menggambarkan diri-Nya kepada kita sebagai orangtua yang penuh kasih, seorang bapa yang ingin melindungi dan menyediakan yang terbaik bagi anak-anak-Nya. Kasih Allah terlihat dari cara-Nya mendisiplin bangsa Israel selama perjalanan mereka di padang belantara. Gambaran yang sama dapat kita lihat juga di Perjanjian Baru. Dalam Ibrani 12:4-6, firman Tuhan menjelaskan bahwa disiplin Tuhan atas umat-Nya bukan dimaksudkan sebagai hukuman atau pembalasan dendam. Disiplin yang diberikan-Nya adalah hajaran dari Bapa yang penuh kasih untuk mengoreksi perilaku kita yang tidak benar, supaya kita bisa hidup bijaksana bersama Tuhan dan untuk Tuhan. —Bill Crowder
Bacaan Alkitab setahun: Amos 4–6 ; Wahyu 7