Pendalaman Alkitab Online
-
16 Desember 2016
Sisi Lain dari Penghiburan
Jumat, 16 Desember 2016
Baca: Yeremia 7:1-11
7:1 Firman yang datang kepada Yeremia dari pada TUHAN, bunyinya:
7:2 “Berdirilah di pintu gerbang rumah TUHAN, serukanlah di sana firman ini dan katakanlah: Dengarlah firman TUHAN, hai sekalian orang Yehuda yang masuk melalui semua pintu gerbang ini untuk sujud menyembah kepada TUHAN!
7:3 Beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: Perbaikilah tingkah langkahmu dan perbuatanmu, maka Aku mau diam bersama-sama kamu di tempat ini.
7:4 Janganlah percaya kepada perkataan dusta yang berbunyi: Ini bait TUHAN, bait TUHAN, bait TUHAN,
7:5 melainkan jika kamu sungguh-sungguh memperbaiki tingkah langkahmu dan perbuatanmu, jika kamu sungguh-sungguh melaksanakan keadilan di antara kamu masing-masing,
7:6 tidak menindas orang asing, yatim dan janda, tidak menumpahkan darah orang yang tak bersalah di tempat ini dan tidak mengikuti allah lain, yang menjadi kemalanganmu sendiri,
7:7 maka Aku mau diam bersama-sama kamu di tempat ini, di tanah yang telah Kuberikan kepada nenek moyangmu, dari dahulu kala sampai selama-lamanya.
7:8 Tetapi sesungguhnya, kamu percaya kepada perkataan dusta yang tidak memberi faedah.
7:9 Masakan kamu mencuri, membunuh, berzinah dan bersumpah palsu, membakar korban kepada Baal dan mengikuti allah lain yang tidak kamu kenal,
7:10 kemudian kamu datang berdiri di hadapan-Ku di rumah yang atasnya nama-Ku diserukan, sambil berkata: Kita selamat, supaya dapat pula melakukan segala perbuatan yang keji ini!
7:11 Sudahkah menjadi sarang penyamun di matamu rumah yang atasnya nama-Ku diserukan ini? Kalau Aku, Aku sendiri melihat semuanya, demikianlah firman TUHAN.
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
Dengarlah firman Tuhan. —Yeremia 7:2
Tema dari retret bagi jemaat dewasa kami adalah “Hiburkanlah Umat-Ku”. Satu demi satu pembicara memberikan khotbah yang meneguhkan para pendengar. Namun seorang pembicara yang berkhotbah paling akhir mengubah suasana itu sama sekali. Ia berkhotbah dari Yeremia 7:1-11 dengan topik “Bangun dari Tidur”. Dengan kata-kata yang tegas tetapi penuh kasih, ia menantang kami semua untuk bangun dan berbalik dari dosa.
“Jangan bersembunyi di balik kasih karunia Allah dan tetap hidup dalam dosa yang tersembunyi,” desaknya, seperti yang dilakukan Nabi Yeremia. “Kita bisa saja membual, ‘Aku seorang Kristen; Allah mengasihiku; Aku tidak takut bahaya,’ tetapi sebenarnya kita terus melakukan bermacam-macam kejahatan.”
Kami tahu bahwa pembicara itu benar-benar mempedulikan kami, tetapi hati kami menjadi gelisah ketika mendengarkannya berkata, “Allah adalah kasih, tetapi Dia juga adalah api yang menghanguskan! (lihat Ibr.12:29). Dia tidak akan pernah membiarkan dosa!”
Nabi Yeremia mempertanyakan sikap umat Israel, “Masakan kamu mencuri, membunuh, berzinah dan bersumpah palsu . . . mengikuti allah lain yang tidak kamu kenal, kemudian kamu datang berdiri di hadapan-Ku di rumah yang atasnya nama-Ku diserukan, sambil berkata: Kita selamat, supaya dapat pula melakukan segala perbuatan yang keji ini!” (7:9-10).
Dalam tema “Hiburkanlah Umat-Ku”, pembicara terakhir itu menyingkapkan sisi lain dari penghiburan Allah. Seperti ramuan pahit yang menyembuhkan orang dari penyakit malaria, kata-katanya yang keras itu menyembuhkan jiwa kami. Ketika mendengar kebenaran yang keras, kiranya kita tidak menghindar, melainkan menerima pengaruhnya yang memulihkan kita. —Lawrence Darmani
Bapa Surgawi, begitu besarnya kasih-Mu kepada kami sehingga Engkau tidak membiarkan kami terus melanggar perintah-Mu. Teguran-Mu tak pernah bertujuan untuk menyakiti kami, tetapi semata-mata untuk memulihkan kami. Engkaulah Allah sumber segala penghiburan.
Disiplin Allah dimaksudkan untuk membuat kita serupa dengan Anak-Nya.
Bacaan Alkitab Setahun: Amos 4-6; Wahyu 7
-
16 Desember 2016
MENGEJAR FANTASI
[[Siapa mengerjakan tanahnya, akan kenyang dengan makanan, tetapi siapa mengejar barang yang sia-sia, tidak berakal budi.]] (Amsal 12:11)
Suatu kali saya menemani anak-anak membaca kisah tentang semut dan belalang. Sepanjang musim panas, semut-semut bekerja keras untuk mengumpulkan bekal sebelum musim gugur datang. Selama semut-semut itu bekerja keras, sang belalang lebih asyik memainkan biolanya. Semut-semut pun berulang kali mengingatkan, tetapi tetap saja sang belalang malas untuk mengumpulkan bekal. Akhirnya, tibalah musim gugur. Semut-semut kenyang menikmati makanannya, sang belalang pun kelaparan dan kedinginan.
“Siapa mengerjakan tanahnya, akan kenyang dengan makanan, tetapi siapa mengejar barang yang sia-sia, tidak berakal budi” (Amsal 12:11). Ada sebuah prinsip kehidupan yang diajarkan lewat Amsal ini: kerja keras mendatangkan rasa kenyang; sebaliknya, mengejar barang yang sia sia tak berakal budi. Alkitab New International Version (NIV) menerjemahkan “barang yang sia-sia itu” dengan kata “fantasi”. Fantasi adalah angan-angan indah. Tak ada gunanya mengejar fantasi alias angan-angan yang indah namun tak terwujud. Memikirkan fantasi memang menyenangkan namun pasti tidak mengenyangkan. Amsal menyebut orang yang hanya bergulat dengan fantasi sebagai orang yang tidak berakal budi.
Jangan hanya hidup di dalam cita-cita. Hiduplah untuk mewujudkan cita-cita itu lewat kerja nyata.
Amsal Hari Ini -- ( 16 Desember 2016 )
(C) Pdt. Wahyu 'wepe' Pramudya
Dapatkan Aplikasi Renungan Harian "Amsal Hari Ini" di Google Play dan App Store. Gratis!
-
17 Desember 2016
Lewat Jalan yang Patut -- Sabtu, 17 Desember 2016 ·Ylsa Sabda·
Amsal 3:1-6
Berkat dari hikmat
3:1Hai anakku, janganlah engkau melupakan ajaranku, dan biarlah hatimu memelihara perintahku,
3:2karena panjang umur dan lanjut usia serta sejahtera akan ditambahkannya kepadamu.
3:3Janganlah kiranya kasih dan setia meninggalkan engkau! Kalungkanlah itu pada lehermu, tuliskanlah itu pada loh hatimu,
3:4maka engkau akan mendapat kasih dan penghargaan dalam pandangan Allah serta manusia.
3:5Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.
3:6Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.
Bacaan: Amsal 3:1-6
alkitab.sabda.org/?Amsal+3%3A1-6
alkitab.mobi/?Amsal+3%3A1-6
Nas: Akuilah Dia dalam segala lakumu. (Amsal 3:6)
Media massa dironai kabar-kabar buram. Siswa mengejar kelulusan lewat bocoran soal. Calon mahasiswa menyiasati seleksi dengan bantuan joki. Pungli berkelanjutan sampai sekarang. Dan, kabar-kabar buruk lainnya. Orang menggapai sesuatu lewat jalan-jalan tak bermoral.Pertanyaannya: Patutkah orang bersyukur atas sesuatu yang diperoleh lewat jalan semacam itu?
Alkitab menasihati, "Akuilah Dia dalam segala lakumu." Itu bukan sekadar mengakui bahwa Dia ada. "Mengakui Dia" adalah mengakui kedaulatan-Nya atas semua sisi kehidupan. Karenanya, itu hanya bisa diwujudkan dengan memberlakukan kehendak-Nya dalam semua hal.
Syukur adalah pengakuan dan penghormatan kepada Tuhan. Berarti, hal yang kita peroleh patut kita syukuri hanya jika kita menggapainya lewat jalan-jalan yang di dalamnya kita "mengakui Tuhan". Lulus ujian lewat bocoran tak patut disyukuri karena di sana Tuhan tidak diakui. Lolos seleksi lewat joki tak patut disyukuri karena jalan itu tidak mengakui Tuhan. Buah dari pemerasan tak layak disyukuri karena jalan-jalan pemerasan tidak mengakui Tuhan.
Memang, moralitas jalan yang ditempuh menentukan apakah hasilnya patut disyukuri. Hanya hal-hal yang diupayakan lewat jalan yang berkenan bagi Tuhanlah-yakni, yang di dalamnya kita "mengakui Tuhan"- yang dapat disebut sebagai hal yang baik, dan dengan demikian patut disyukuri. Sesungguhnyalah, syukur hanya patut dinaikkan untuk hal-hal yang diperoleh lewat jalan-jalan yang memang patut. --EE/Renungan Harian
MENSYUKURI HAL-HAL YANG DIPEROLEH LEWAT JALAN-JALAN YANG TAK PATUT
ADALAH SYUKUR YANG SUNGGUH TIDAK PATUT.
Setahun: 1 Petrus 1-2
alkitab.sabda.org/?1Petrus+1-2
alkitab.mobi/?1Petrus+1-2 -
19 Desember 2016
WUJUD RASA HORMAT
[[Semua firman Allah adalah murni. Ia adalah perisai bagi orang-orang yang berlindung pada-Nya.]] (Amsal 30:5)
Suatu kali saya melarang anak-anak makan cokelat. Walaupun mereka tidak mengatakan apa-apa, tetapi wajah mereka menampakkan ketidaksukaan. Saya tahu anak-anak menyukai cokelat sehingga larangan itu tidak menggembirakan hati mereka. Saya pun harus menjelaskan, “Cokelat itu memang enak. Kalau dalam kondisi sehat, tidak apa-apa kamu memakannya. Tapi, sekarang kamu sudah mulai batuk-batuk. Jadi, berhentilah sementara makan cokelat.”
Sebagai orangtua, salah satu tugas saya adalah melindungi anak-anak saya. Larangan yang saya sampaikan lewat kata-kata adalah salah satu bentuk perlindungan bagi anak-anak.
“Semua firman Allah adalah murni. Ia adalah perisai bagi orang-orang yang berlindung pada-Nya” (Amsal 30:5). Kata “murni” di bagian ini berarti sudah teruji tidak ada kepalsuan. Tuhan tidak menyampaikan kepalsuan, Dia dapat dipercaya. Melalui firman-Nya inilah Tuhan menjadi perisai atau melindungi orang-orang yang berlindung kepada-Nya. Itulah sebabnya berulang kali dan dalam pelbagai cara Tuhan berfirman kepada manusia. Itu bukan karena Tuhan ingin merampas sukacita manusia, melainkan karena Dia ingin manusia mengalami sukacita yang sejati dalam perlindungan-Nya.
Sayangnya, kita kerap kali melawan kehendak Allah sehingga ada konsekuensi-konsekuensi tertentu dalam kehidupan ini. Pada saat itu barangkali kita menyesal mengapa tidak hidup dalam ketaatan. Ketidaktaatan menjanjikan kenikmatan sementara namun berujung pada penyesalan.
Ketaatan adalah wujud rasa hormat kepada Tuhan. Ketidaktaatan adalah ketidakpercayaan kepada Tuhan.
Amsal Hari Ini -- ( 19 Desember 2016 )
(C) Pdt. Wahyu 'wepe' Pramudya
Dapatkan Aplikasi Renungan Harian "Amsal Hari Ini" di Google Play dan App Store. Gratis!
-
19 Desember 2016
Mengasihi Musuh
Senin, 19 Desember 2016
Baca: Yunus 3:10-4:11
3:10 Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkan-Nya terhadap mereka, dan Iapun tidak jadi melakukannya.
4:1 Tetapi hal itu sangat mengesalkan hati Yunus, lalu marahlah ia.
4:2 Dan berdoalah ia kepada TUHAN, katanya: “Ya TUHAN, bukankah telah kukatakan itu, ketika aku masih di negeriku? Itulah sebabnya, maka aku dahulu melarikan diri ke Tarsis, sebab aku tahu, bahwa Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal karena malapetaka yang hendak didatangkan-Nya.
4:3 Jadi sekarang, ya TUHAN, cabutlah kiranya nyawaku, karena lebih baik aku mati dari pada hidup.”
4:4 Tetapi firman TUHAN: “Layakkah engkau marah?”
4:5 Yunus telah keluar meninggalkan kota itu dan tinggal di sebelah timurnya. Ia mendirikan di situ sebuah pondok dan ia duduk di bawah naungannya menantikan apa yang akan terjadi atas kota itu.
4:6 Lalu atas penentuan TUHAN Allah tumbuhlah sebatang pohon jarak melampaui kepala Yunus untuk menaunginya, agar ia terhibur dari pada kekesalan hatinya. Yunus sangat bersukacita karena pohon jarak itu.
4:7 Tetapi keesokan harinya, ketika fajar menyingsing, atas penentuan Allah datanglah seekor ulat, yang menggerek pohon jarak itu, sehingga layu.
4:8 Segera sesudah matahari terbit, maka atas penentuan Allah bertiuplah angin timur yang panas terik, sehingga sinar matahari menyakiti kepala Yunus, lalu rebahlah ia lesu dan berharap supaya mati, katanya: “Lebih baiklah aku mati dari pada hidup.”
4:9 Tetapi berfirmanlah Allah kepada Yunus: “Layakkah engkau marah karena pohon jarak itu?” Jawabnya: “Selayaknyalah aku marah sampai mati.”
4:10 Lalu Allah berfirman: “Engkau sayang kepada pohon jarak itu, yang untuknya sedikitpun engkau tidak berjerih payah dan yang tidak engkau tumbuhkan, yang tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam satu malam pula.
4:11 Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?”
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
Jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? —
Lukas 6:32
Renungan:
Ketika pecah perang di tahun 1950, Kim Chin-Kyung yang masih berusia 15 tahun bergabung dengan Angkatan Darat Korea Selatan untuk membela tanah airnya. Ia segera menyadari bahwa ia belum siap menghadapi ngerinya pertempuran. Ketika rekan-rekannya sesama pemuda tewas di sekelilingnya, ia memohon kepada Allah agar dapat bertahan hidup dan berjanji akan belajar mengasihi musuh-musuhnya kalau ia diizinkan hidup.
Enam puluh lima tahun kemudian, Dr. Kim merenungkan tentang doanya yang dijawab Allah itu. Lewat perbuatannya merawat para yatim piatu dan membantu pendidikan anak-anak muda dari Korea Utara dan Tiongkok selama berpuluh-puluh tahun, ia mempunyai banyak sahabat dari orang-orang yang pernah dianggapnya sebagai musuh. Kasih yang ditunjukkannya merupakan bentuk ungkapan imannya kepada Yesus Kristus.
Sebaliknya, Nabi Yunus meninggalkan warisan yang berbeda. Sekalipun telah diselamatkan secara dramatis dari perut seekor ikan besar, hatinya tidak berubah. Meski akhirnya menaati Allah, Yunus menyatakan bahwa ia lebih baik mati daripada menyaksikan Tuhan mengampuni musuh-musuhnya (Yun. 4:1-2,8).
Kita tidak tahu apakah Yunus akhirnya belajar untuk mempedulikan orang Niniwe. Kita justru perlu mempertanyakan diri kita sendiri. Akankah kita mengikuti sikap Yunus dalam menghadapi orang yang kita takuti dan benci? Ataukah kita akan memohon kepada Allah untuk memampukan kita mengasihi musuh-musuh kita sebagaimana Dia telah menunjukkan belas kasihan-Nya kepada kita?
Doa:
Bapa di surga, seperti nabi-Mu yang enggan, kami pun cenderung hanya mengasihi mereka yang mengasihi kami. Namun Engkau mengasihi kami meskipun kami hanya mempedulikan diri sendiri. Berikanlah kepada kami kasih karunia agar kami menjadi lebih serupa Yesus daripada Yunus. Amin.
Prinsip:
Kasih mengalahkan segalanya.
Bacaan Alkitab setahun: Yunus 1–4 ; Wahyu 10
19 Desember 2016 diubah oleh ZEGA376
-
19 Desember 2016
Yusuf: Orang Tulus Hati yang Mengorbankan Harga Diri (Menjelang Natal)
Senin, 19 Desember 2016
Bacaan Alkitab hari ini:
Matius 1:18-25
Kelahiran Yesus Kristus
(18) Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri.
(19) Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam.
(20) Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.
(21) Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka."
(22) Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi:
(23) "Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" yang berarti: Allah menyertai kita.
(24) Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya,
(25) tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus.
-----------------
Renungan:
Tak sulit membayangkan reaksi Yusuf saat mengetahui kehamilan Maria di luar nikah. Rasa kaget, kecewa, bingung, dan kemungkinan besar marah, membuatnya memutuskan untuk meninggalkan Maria secara diam-diam. Oleh karena itu, Allah turun tangan mengutus malaikat untuk menjelaskan peristiwa sebenarnya kepada Yusuf lewat mimpi (1:18-21).
Cerita selanjutnya adalah tentang pengorbanan Yusuf untuk menyambut kelahiran Yesus. Pengorbanan terbesar Yusuf adalah kebesaran hatinya untuk mengesampingkan harga diri dengan mengizinkan calon isterinya mengandung janin yang bukan anaknya. Ia juga bersedia mengesampingkan kenikmatan jasmaninya dengan tidak berhubungan badan selama isterinya mengandung Yesus, serta berkorban materi dan waktu untuk melayani Maria selama mengandung hingga melahirkan.
Yesus pun juga berkorban ketika Ia menjelma menjadi manusia. Untuk menjadi Juruselamat dunia, Ia rela melepaskan hak-Nya sebagai Pencipta yang disembah dan dipuja oleh para malaikat, meninggalkan kemuliaan sorgawi yang sempurna dan abadi untuk dilahirkan di tempat hina, dibesarkan dalam keluarga sederhana, menerima penolakan dan penghinaan dalam pelayanan, dan mengakhiri hidup secara tragis di kayu salib.
Teladan pengorbanan Yesus dan Yusuf mendorong kita untuk melakukan refleksi berikut yang berkaitan dengan harga diri: Dalam pelayanan, ketika kita diremehkan, disalahpahami, dikorbankan, difitnah, atau bahkan dicela, apakah kita tetap se-tia melayani atau memilih mundur karena harga diri kita terluka? Relakah kita mengesampingkan harga diri kita untuk menerima penolakan, tertawaan, atau bahkan siksaan ketika mewartakan Injil secara pribadi? [TF]
Filipi 2:5-7
“Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, ... telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.”
19 Desember 2016 diubah oleh ZEGA376
-
19 Desember 2016
Pelajaran yg saya ambil dr kisah Yunus adalah kadang kala ada byk anak Tuhan tdk menerima apa yg Tuhan sdh tetapkan. Kadang jg merasa sdh berbuat jasa kpd Tuhan sehingga sanggup marah & berpikir Tuhan itu ga adil. Kadang jg merasa pelayanan keputusan/tindakan yg diambil adalah benar (toh jg aku ibadah & melayani). Yunus tdk benci kpd Niniwe, Yunus hny tdk mau dianggap sebagai penipu. Krn Yunus tau saat Tuhan menyuruh nya untuk menyampaikan Nubuatan klo Niniwe akan di hancurkan pada akhirnya tdk jadi Krn melihat niniwe bertobat. Ada byk dr kita yg mengingini Tuhan menghukum org fasik, ada jg hny ingin melihat Tuhan menyatakan kuasanya kpd org2 yg sangat menista Tuhan. Tp Yunus tdk seperti itu. Yunus tdk mempunyai musuh bahkan tdk menganggap niniwe musuh jg tdk mengingini niniwe di hukum. Yunus hny takut dianggap nabi penipu Krn nubuatannya tdk terjadi. Ada byk kita takut menyampaikan Nubuatan Krn takut tdk terjadi. Padahal Nubuatan diberikan Tuhan spy kita bertobat, dipulihkan, dibangun.
Ini lah pelajaran yg saya ambil dr kisah Yunus.
Yunus adalah org yg suka ngambek.
Hehehehe
ZEGA376 tulis:
Mengasihi Musuh
Senin, 19 Desember 2016
Baca: Yunus 3:10-4:11
3:10 Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkan-Nya terhadap mereka, dan Iapun tidak jadi melakukannya.
4:1 Tetapi hal itu sangat mengesalkan hati Yunus, lalu marahlah ia.
4:2 Dan berdoalah ia kepada TUHAN, katanya: “Ya TUHAN, bukankah telah kukatakan itu, ketika aku masih di negeriku? Itulah sebabnya, maka aku dahulu melarikan diri ke Tarsis, sebab aku tahu, bahwa Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal karena malapetaka yang hendak didatangkan-Nya.
4:3 Jadi sekarang, ya TUHAN, cabutlah kiranya nyawaku, karena lebih baik aku mati dari pada hidup.”
4:4 Tetapi firman TUHAN: “Layakkah engkau marah?”
4:5 Yunus telah keluar meninggalkan kota itu dan tinggal di sebelah timurnya. Ia mendirikan di situ sebuah pondok dan ia duduk di bawah naungannya menantikan apa yang akan terjadi atas kota itu.
4:6 Lalu atas penentuan TUHAN Allah tumbuhlah sebatang pohon jarak melampaui kepala Yunus untuk menaunginya, agar ia terhibur dari pada kekesalan hatinya. Yunus sangat bersukacita karena pohon jarak itu.
4:7 Tetapi keesokan harinya, ketika fajar menyingsing, atas penentuan Allah datanglah seekor ulat, yang menggerek pohon jarak itu, sehingga layu.
4:8 Segera sesudah matahari terbit, maka atas penentuan Allah bertiuplah angin timur yang panas terik, sehingga sinar matahari menyakiti kepala Yunus, lalu rebahlah ia lesu dan berharap supaya mati, katanya: “Lebih baiklah aku mati dari pada hidup.”
4:9 Tetapi berfirmanlah Allah kepada Yunus: “Layakkah engkau marah karena pohon jarak itu?” Jawabnya: “Selayaknyalah aku marah sampai mati.”
4:10 Lalu Allah berfirman: “Engkau sayang kepada pohon jarak itu, yang untuknya sedikitpun engkau tidak berjerih payah dan yang tidak engkau tumbuhkan, yang tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam satu malam pula.
4:11 Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?”
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
Jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? —
Lukas 6:32
Renungan:
Ketika pecah perang di tahun 1950, Kim Chin-Kyung yang masih berusia 15 tahun bergabung dengan Angkatan Darat Korea Selatan untuk membela tanah airnya. Ia segera menyadari bahwa ia belum siap menghadapi ngerinya pertempuran. Ketika rekan-rekannya sesama pemuda tewas di sekelilingnya, ia memohon kepada Allah agar dapat bertahan hidup dan berjanji akan belajar mengasihi musuh-musuhnya kalau ia diizinkan hidup.
Enam puluh lima tahun kemudian, Dr. Kim merenungkan tentang doanya yang dijawab Allah itu. Lewat perbuatannya merawat para yatim piatu dan membantu pendidikan anak-anak muda dari Korea Utara dan Tiongkok selama berpuluh-puluh tahun, ia mempunyai banyak sahabat dari orang-orang yang pernah dianggapnya sebagai musuh. Kasih yang ditunjukkannya merupakan bentuk ungkapan imannya kepada Yesus Kristus.
Sebaliknya, Nabi Yunus meninggalkan warisan yang berbeda. Sekalipun telah diselamatkan secara dramatis dari perut seekor ikan besar, hatinya tidak berubah. Meski akhirnya menaati Allah, Yunus menyatakan bahwa ia lebih baik mati daripada menyaksikan Tuhan mengampuni musuh-musuhnya (Yun. 4:1-2,8).
Kita tidak tahu apakah Yunus akhirnya belajar untuk mempedulikan orang Niniwe. Kita justru perlu mempertanyakan diri kita sendiri. Akankah kita mengikuti sikap Yunus dalam menghadapi orang yang kita takuti dan benci? Ataukah kita akan memohon kepada Allah untuk memampukan kita mengasihi musuh-musuh kita sebagaimana Dia telah menunjukkan belas kasihan-Nya kepada kita?
Doa:
Bapa di surga, seperti nabi-Mu yang enggan, kami pun cenderung hanya mengasihi mereka yang mengasihi kami. Namun Engkau mengasihi kami meskipun kami hanya mempedulikan diri sendiri. Berikanlah kepada kami kasih karunia agar kami menjadi lebih serupa Yesus daripada Yunus. Amin.
Prinsip:
Kasih mengalahkan segalanya.
Bacaan Alkitab setahun: Yunus 1–4 ; Wahyu 10
-
20 Desember 2016
CABUT AKAR KEMARAHAN
[[Enam perkara ini yang dibenci TUHAN, bahkan, tujuh perkara yang menjadi kekejian bagi hati-Nya: … tangan yang menumpahkan darah orang yang tidak bersalah.]] (Amsal 6:16-17)
Idi Amin, Pol Pot, Saddam Hussein, Kim II Sung, Adolft Hitler, dan Joseph Stalin. Apakah Anda dapat menemukan persamaan di antara beberapa nama tersebut? Sejarah mencatat nama mereka yang berasal dari pelbagai bangsa ini dengan satu kesamaan, yakni mereka bertanggung jawab atas pembunuhan massal pada zaman pemerintahan mereka. Jumlah korban pun tak kepalang tanggung, ratusan ribu hingga puluhan juta nyawa.
“Enam perkara ini yang dibenci TUHAN, bahkan, tujuh perkara yang menjadi kekejian bagi hati-Nya: … tangan yang menumpahkan darah orang yang tidak bersalah” (Amsal 6:16-17). Amsal ini mengingatkan kita untuk menghargai kehidupan, baik kehidupan kita sendiri maupun kehidupan orang lain. Kehidupan ini berharga sebab tidak mungkin diciptakan oleh manusia. Kehidupan ini adalah anugerah dari Sang Pencipta kehidupan. Tidak ada manusia yang berhak merusak nilai kehidupan ini dengan mengambil nyawa orang lain.
Kita mungkin tidak pernah melakukan tindakan pembunuhan. Namun, Guru yang agung itu pernah mengingatkan kita untuk waspada terhadap bahaya kemarahan. Tidak semua kemarahan akan membawa pada pembunuhan. Namun, salah satu akar utama tindakan pembunuhan adalah kemarahan. Mari kita memeriksa diri, jangan-jangan ada kemarahan terhadap seseorang yang tersimpan di dalam hati kita.
Cabut akar kemarahan sebelum menghasilkan buah pembunuhan.
Amsal Hari Ini -- ( 20 Desember 2016 )
(C) Pdt. Wahyu 'wepe' Pramudya
Dapatkan Aplikasi Renungan Harian "Amsal Hari Ini" di Google Play dan App Store. Gratis!
-
20 Desember 2016
Menyebarkan Sukacita
Selasa, 20 Desember 2016
Baca: Yohanes 16:16-24
16:16 “Tinggal sesaat saja dan kamu tidak melihat Aku lagi dan tinggal sesaat saja pula dan kamu akan melihat Aku.”
16:17 Mendengar itu beberapa dari murid-Nya berkata seorang kepada yang lain: “Apakah artinya Ia berkata kepada kita: Tinggal sesaat saja dan kamu tidak melihat Aku dan tinggal sesaat saja pula dan kamu akan melihat Aku? Dan: Aku pergi kepada Bapa?”
16:18 Maka kata mereka: “Apakah artinya Ia berkata: Tinggal sesaat saja? Kita tidak tahu apa maksud-Nya.”
16:19 Yesus tahu, bahwa mereka hendak menanyakan sesuatu kepada-Nya, lalu Ia berkata kepada mereka: “Adakah kamu membicarakan seorang dengan yang lain apa yang Kukatakan tadi, yaitu: Tinggal sesaat saja dan kamu tidak melihat Aku dan tinggal sesaat saja pula dan kamu akan melihat Aku?
16:20 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita.
16:21 Seorang perempuan berdukacita pada saat ia melahirkan, tetapi sesudah ia melahirkan anaknya, ia tidak ingat lagi akan penderitaannya, karena kegembiraan bahwa seorang manusia telah dilahirkan ke dunia.
16:22 Demikian juga kamu sekarang diliputi dukacita, tetapi Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira dan tidak ada seorangpun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari padamu.
16:23 Dan pada hari itu kamu tidak akan menanyakan apa-apa kepada-Ku. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku.
16:24 Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatupun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu.
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
Kata malaikat itu kepada mereka: “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa.” —Lukas 2:10
Ketika Janet pergi ke luar negeri untuk mengajar Bahasa Inggris di suatu sekolah, ia merasakan suasana di sana begitu suram dan tertekan. Orang-orang memang bekerja, tetapi tidak terlihat bahagia. Mereka tidak saling menolong atau mendorong satu sama lain. Namun karena bersyukur atas semua yang telah Allah perbuat baginya, Janet mengungkapkan rasa syukur itu dalam segala hal yang dilakukannya. Ia tersenyum dan bersikap ramah. Ia berusaha menolong siapa saja semampunya. Ia menyenandungkan lagu-lagu dan pujian rohani.
Sedikit demi sedikit, setelah Janet membagikan sukacitanya, suasana di sekolah itu berubah. Satu demi satu orang mulai tersenyum dan mau saling menolong. Suatu waktu seorang guru tamu bertanya kepada kepala sekolah tentang suasana sekolah yang terasa sangat berbeda. Sang kepala sekolah yang bukan Kristen itu menjawab, “Yesus mendatangkan sukacita!” Hidup Janet begitu dipenuhi sukacita dari Tuhan hingga itu meluap dan dirasakan oleh orang-orang di sekitarnya.
Injil Lukas menceritakan bahwa Allah mengutus malaikat untuk memberitakan peristiwa kelahiran yang luar biasa kepada para gembala sederhana. Sang malaikat menyampaikan kabar mengejutkan bahwa bayi yang baru dilahirkan akan mendatangkan “kesukaan besar untuk seluruh bangsa” (Luk. 2:10). Dan memang itulah yang terjadi.
Sejak saat itu kabar tersebut telah tersebar dari abad ke abad hingga sampai kepada kita, dan sekarang kitalah pembawa berita sukacita Kristus kepada dunia. Melalui Roh Kudus yang berdiam di dalam diri kita, marilah terus menyebarkan sukacita dari Yesus Kristus dengan mengikuti teladan-Nya dan melayani sesama. —Julie Ackerman Link
Bagaimana kamu dapat menyebarkan sukacita Yesus kepada orang lain hari ini?
Bawalah sukacita Natal ke mana saja kamu pergi setiap hari.
Bacaan Alkitab Setahun: Mikha 1-3; Wahyu 11.
-
20 Desember 2016
Maria: Hamba yang Taat (Menjelang Natal)
Selasa, 20 Desember 2016
Bacaan Alkitab hari ini:
Pemberitahuan tentang kelahiran Yesus
(26) Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret,
(27) kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria.
(28) Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau."
(29) Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu.
(30) Kata malaikat itu kepadanya: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah.
(31) Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.
(32) Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya,
(33) dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan."
(34) Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?"
(35) Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.
(36) Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, iapun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu.
(37) Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil."
(38) Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia.
Lukas 1:26-38
Respons Maria terhadap pengumuman malaikat bahwa ia akan mengandung dan melahirkan Yesus ialah, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (1:38). Jawaban yang berasal dari ketaatan total itu mematahkan tiga kemustahilan dan menciptakan konsekuensi pengorbanan besar yang harus ia tanggung. Dalam menjalankan misi ini, Maria menghadapi tiga kemustahilan, yakni mengandung tanpa berhubungan badan, mengandung benih Allah, dan menjelaskan kehamilan kepada keluarga (khususnya Yusuf). Maria juga menghadapi konsekuensi besar jika ia mengandung. Kemungkinan besar ia akan ditinggal Yusuf, dihujat keluarga, dan bahkan nyawanya melayang dirajam batu oleh masyarakat yang menuduhnya hamil karena berzinah.
Ketaatan Maria dan kesediaannya untuk berkorban dihargai Allah, sehingga Allah memberinya kesempatan untuk terlibat dalam misi paling mulia yang pernah ada, yakni menjadi ibu jasmani dari bayi Yesus, yang kelak akan menjadi Juruselamat dunia. Oleh sebab itu, Maria dijuluki sebagai orang yang “diberkati di antara semua perempuan” (1:42).
Kita dapat memiliki pelayanan yang sama mulia dengan Maria, namun dalam bentuk berbeda. Kalau proyek ketaatan Maria adalah kesediaan berkorban untuk mengandung dan melahirkan Juruselamat dunia, maka proyek ketaatan kita adalah semangat untuk mewartakan Juruselamat yang telah dilahirkan Maria tersebut. Dalam proyek ketaatan Anda di Natal tahun ini, kepada siapakah Anda ingin mewartakan berita kelahiran Juruselamat dunia? Bersediakah Anda mengorbankan waktu, tenaga, perasaan, atau harta demi menjalankan proyek ketaatan tersebut? [TF]
Filipi 2:5, 8
“Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, Dan ... telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
20 Desember 2016 diubah oleh ZEGA376
-
21 Desember 2016
CEPAT HILANG
[[Kekayaan yang diperoleh dengan tidak jujur cepat hilang dan membawa orang ke liang kubur.]] (Amsal 21:6—BIS)
Seorang rekan merasa kesal. Ia memesan barang via internet, mentransfer sejumlah uang, eh ternyata barang yang dikirimkan ke tempatnya bukanlah yang asli. Ketika ia browsing untuk mengumpulkan informasi, baru ia tersadar bahwa ada begitu banyak orang telah tertipu oleh penjual yang sama. Sumpah serapah ditujukan kepada penjual itu. Salah satu pembeli yang tertipu dan kecewa menulis: “Uang hasil menipu tak akan membawa berkat, karena itu bertobatlah!” Apakah Anda pernah tertipu oleh orang lain?
“Kekayaan yang diperoleh dengan tidak jujur cepat hilang dan membawa orang ke liang kubur” (Amsal 21:6—BIS). Ternyata perilaku menipu demi mendapatkan keutungan dan kekayaan bukanlah fenomena masa kini. Sejak zaman penulis Amsal hidup, ada orang-orang yang mengumpulkan uang dan kekayaan dengan cara tidak jujur. Penulis Amsal yang mengamati hidup orang-orang seperti ini memberikan kesimpulan: kekayaan yang diperoleh dengan tidak jujur cepat hilang dan membawa orang ke liang kubur.
Mengapa kekayaan yang diperoleh dengan tidak jujur cepat hilang? Karena uang yang didapat dengan mudah, dengan mudah pula akan dihabiskan. Sebaliknya, uang yang dikumpulkan dengan susah payah, dengan susah payah juga kita akan menjaganya agar tidak berkurang. Uang yang diperoleh dengan cara yang tidak jujur bukan hanya cepat hilang, melainkan juga akan menimbulkan masalah.
Semua orang membutuhkan uang. Semua orang menginginkan kekayaan. Uang dan kekayaan hasil penipuan akan cepat hilang dan duka pun menjelang.
Amsal Hari Ini -- ( 21 Desember 2016 )
(C) Pdt. Wahyu 'wepe' Pramudya
Dapatkan Aplikasi Renungan Harian "Amsal Hari Ini" di Google Play dan App Store. Gratis!
-
21 Desember 2016
Rabu, 21 Desember 2016
Bacaan Alkitab hari ini:
Orang-orang majus dari Timur
(1) Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem
(2) dan bertanya-tanya: "Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia."
(3) Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem.
(4) Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan.
(5) Mereka berkata kepadanya: "Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi:
(6) Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel."
Matius 2:1-6
------------------------
Imam & Ahli Taurat: Pemimpin Agama yang Tidak Peduli (Menjelang Natal)
Imam dan ahli Taurat sangat memahami Kitab Suci. Ketika ditanya Herodes tentang tempat kelahiran Mesias, mereka langsung menjawab dengan tepat, bukan hanya tempat kelahiran-Nya, tetapi juga pekerjaan-Nya (2:6). Ironisnya, pengetahuan yang kaya tersebut tidak mengubah hati mereka. Kegemparan kota Yerusalem karena pertanyaan para majus tentang kelahiran raja orang Yahudi (2:2-3) dan pertanyaan raja Herodes tentang tempat Mesias dilahirkan (2:5) tidak mampu menyadarkan mereka akan kemungkinan lahirnya Mesias. Seharusnya berita tersebut mendorong mereka untuk memeriksa kota Betlehem yang hanya berjarak sekitar 10 km dari Yerusalem.
Sikap hati yang tidak peduli menyebabkan para pemimpin agama Yahudi kehilangan dua kesempatan yang tak ternilai: Pertama, kesempatan melayani bayi Mesias. Ini merupakan kesempatan sangat langka yang hanya dimiliki oleh mereka yang hidup pada zaman itu dan memiliki pengetahuan tentang Mesias. Kedua, kesempatan menjadi pewarta kelahiran Mesias kepada bangsa Israel. Sebagai pemimpin agama yang sangat dihormati bangsa Yahudi, apa yang mereka wartakan akan diterima masyarakat luas. Sayangnya, mereka menyia-nyiakan dua kesempatan emas tersebut.
Kesalahan para pemimpin agama Yahudi menjadi pelajaran dan peringatan bagi kita. Sebagai orang percaya, kita memiliki pengetahuan yang tidak sedikit tentang fakta dan makna kelahiran Yesus ke dunia. Namun, seberapa besarkah pengetahuan itu mengubah kehidupan kita sehingga kita berbeda dengan orang yang belum percaya? Seberapa besarkah semangat kita memanfaatkan kesempatan Natal untuk menceritakan kasih dan kuasa Yesus kepada orang-orang di sekitar kita? [TF]
Filipi 1:20-21
“Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, ..., Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku. Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.”
21 Desember 2016 diubah oleh ZEGA376
-
22 Desember 2016
SONA590 tulis:
Pelajaran yg saya ambil dr kisah Yunus adalah kadang kala ada byk anak Tuhan tdk menerima apa yg Tuhan sdh tetapkan.
Ini lah pelajaran yg saya ambil dr kisah Yunus.
Yunus adalah org yg suka ngambek.
Hehehehe
Saya merasa saya seperti Yunus.
-
22 Desember 2016
BUAH YANG MANIS
[[Keledai harus dikenakan kekang, kuda harus dicambuk, demikian juga orang bodoh harus dipukul.]] (Amsal 26:3—BIS)
The roots of education are bitter, but the fruit is sweet (Akar-akar pendidikan itu pahit, tetapi buahnya manis). Kalimat bijak ini berasal dari Aristoteles yang hidup pada abad ke-4 sebelum masehi. Kalimat tersebut adalah penegasan bahwa proses belajar acapkali tidak menyenangkan hati, tetapi hasilnya senantiasa menggembirakan.
“Keledai harus dikenakan kekang, kuda harus dicambuk, demikian juga orang bodoh harus dipukul” (Amsal 26:3—BIS). Sekilas sepertinya penulis Amsal menempatkan keledai, kuda, dan manusia dalam jajaran yang sama. Tentu saja penulis Amsal tidak hendak menyamakan manusia dengan binatang. Ia hendak menegaskan bahwa keledai dilatih dengan cara dikekang, kuda diarahkan dengan cambuk, dan orang bodoh harus dipukul. Ada pelbagai cara yang harus digunakan untuk melatih binatang, demikian pula ada cara yang digunakan untuk mendidik manusia.
Penulis Amsal juga tidak sedang mengajarkan pemukulan sebagai metode mendidik orang. Kekerasan seperti pemukulan mungkin cocok untuk orang yang disebut penulis Amsal sebagai bodoh alias tidak mau belajar lagi. Namun, pukulan itu menjadi terapi yang mengejutkan, bukan membinasakan. Itu bukan pukulan yang berasal dari hasrat melukai, melainkan dari hasrat memberkati.
Apabila kita tidak ingin orang berlaku keras terhadap kita, maka jagalah agar hati kita tetap lembut. Lembut untuk mau terus berubah dan belajar.
Amsal Hari Ini -- ( 22 Desember 2016 )
(C) Pdt. Wahyu 'wepe' Pramudya
Dapatkan Aplikasi Renungan Harian "Amsal Hari Ini" di Google Play dan App Store. Gratis!
-
22 Desember 2016
Herodes: Raja yang Takut Kehilangan Takhta (Menjelang Natal)
Kamis, 22 Desember 2016
Bacaan Alkitab hari ini:
(1) Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem
(2) dan bertanya-tanya: "Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia."
(3) Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem.
(4) Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan.
(5) Mereka berkata kepadanya: "Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi:
(6) Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel."
(7) Lalu dengan diam-diam Herodes memanggil orang-orang majus itu dan dengan teliti bertanya kepada mereka, bilamana bintang itu nampak.
(8) Kemudian ia menyuruh mereka ke Betlehem, katanya: "Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku supaya akupun datang menyembah Dia."
(9) Setelah mendengar kata-kata raja itu, berangkatlah mereka. Dan lihatlah, bintang yang mereka lihat di Timur itu mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat, di mana Anak itu berada.
(10) Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka.
(11) Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur.
(12) Dan karena diperingatkan dalam mimpi, supaya jangan kembali kepada Herodes, maka pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain.
Penyingkiran ke Mesir
(13) Setelah orang-orang majus itu berangkat, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata: "Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia."
(14) Maka Yusufpun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir,
(15) dan tinggal di sana hingga Herodes mati. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku."
Pembunuhan anak-anak di Betlehem
(16) Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu.
(17) Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia:
(18) "Terdengarlah suara di Rama, tangis dan ratap yang amat sedih; Rahel menangisi anak-anaknya dan ia tidak mau dihibur, sebab mereka tidak ada lagi."
Matius 2:7-18
Sejarah mencatat bahwa Herodes adalah seorang raja yang sangat takut kehilangan takhta. Ia menghukum mati siapa pun yang terindikasi mengancam kedudukannya, termasuk anak-anaknya sendiri. Tak mengherankan jika ia begitu panik mendengar pertanyaan para majus tentang raja orang Yahudi yang baru dilahirkan (2:2). Ia berusaha membunuh bayi Yesus secara licik, namun niatnya terhalang oleh campur tangan Allah (2:12). Akibatnya, ia tega membunuh semua bayi di Betlehem yang berusia dua tahun ke bawah demi menjamin keamanan takhtanya.
Kecintaan terhadap takhta tak hanya membuat Herodes menghalalkan segala cara untuk menyingkirkan orang yang mengancamnya, tetapi juga membuat dia kehilangan kesempatan bertemu dengan Raja segala raja yang berkuasa mengaruniakan takhta kepada siapa pun sesuai dengan kehendak-Nya serta berkuasa menyingkirkan siapa pun dari takhtanya. Sungguh ironis, untuk mempertahankan kebahagiaan dan rasa aman yang semu, Herodes menolak--bahkan berusaha menyingkirkan--sumber kebahagiaan dan rasa aman yang sejati.
Kita dapat memetik satu pelajaran dari sikap raja Herodes. Sebagaimana kecintaan terhadap takhta menghalangi Herodes bertemu Yesus dan mengakibatkan kesengsaraan rakyatnya, demikian juga kita memiliki berbagai “takhta” yang menjauhkan kita dari Juruselamat kita serta menghalangi kita menjadi berkat bagi sesama manusia. Bagi kita, “takhta” dapat berupa harta, kedudukan, kekasih, karier, kenikmatan hidup, hobby, bahkan pelayanan, yakni apa pun yang untuk mempertahan-kannya, kita rela mengorbankan Yesus dan sesama. Apakah Anda memiliki “takhta” seperti itu dalam hidup Anda? [TF]
Matius 6:24a
“Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain.”
22 Desember 2016 diubah oleh ZEGA376
-
22 Desember 2016
Kamis, 22 Desember 2016
Baca 1 Petrus 3:8-16
Kasih dan damai
(8) Dan akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati,
(9) dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat. Sebab:
(10) "Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu.
(11) Ia harus menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik, ia harus mencari perdamaian dan berusaha mendapatkannya.
(12) Sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada permohonan mereka yang minta tolong, tetapi wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat."
Menderita dengan sabar
(13) Dan siapakah yang akan berbuat jahat terhadap kamu, jika kamu rajin berbuat baik?
(14) Tetapi sekalipun kamu harus menderita juga karena kebenaran, kamu akan berbahagia. Sebab itu janganlah kamu takuti apa yang mereka takuti dan janganlah gentar.
(15) Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat,
(16) dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu.
Ayat Renungan:
Siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu. —1 Petrus 3:15
Hadiah Terindah
Oleh Randy Kilgore
Pada suatu retret musim dingin di wilayah utara New England, Amerika Serikat, seorang pria bertanya kepada para peserta lain, “Hadiah Natal apa yang pernah kau terima dan paling kau sukai?”
Seorang pria yang bertubuh atletis menjawab dengan antusias. “Itu mudah,” jawabnya, sambil melirik ke teman yang duduk di sampingnya. “Beberapa tahun lalu, setelah menyelesaikan kuliah, saya pikir saya pasti akan menjadi pemain football profesional. Saya pun marah ketika harapan itu kandas. Hati saya penuh dengan kepahitan, dan saya melampiaskan kepahitan itu kepada siapa pun yang berusaha menolong saya.”
“Pada Natal di tahun kedua saya gagal bermain football, saya pergi menonton drama Natal di gerejanya,” katanya, sambil menunjuk ke teman di sampingnya. “Bukan karena saya ingin mencari Yesus, tetapi karena ingin melihat keponakan saya yang bermain di drama itu. Susah untuk menjelaskannya dengan kata-kata, tetapi di tengah-tengah pertunjukan tersebut, saya merasa begitu rindu untuk ikut dengan para gembala dan malaikat menemui Yesus. Setelah jemaat menyanyikan lagu 'Malam Kudus', saya cuma bisa terduduk dan menangis tersedu-sedu.”
“Saya mendapatkan hadiah Natal saya yang terindah pada malam itu,” katanya, sambil kembali menunjuk teman di sampingnya, “saat ia meminta keluarganya pulang terlebih dahulu demi menolong saya untuk dapat mengenal dan menerima Yesus.”
Temannya kemudian menyambung perkataannya, “Nah, itu juga hadiah Natal saya yang terindah.”
Pada Natal kali ini, kiranya kisah sederhana tentang kelahiran Yesus yang membawa sukacita itu menjadi kisah yang kita teruskan kepada orang lain.
Yesus membawa damai dan pengampunan bagi kita dan sesama. Itulah hadiah Natal yang terindah.
Wawasan
Pernahkah Anda merasa kesulitan menemukan kata-kata yang tepat untuk menyampaikan Kabar Baik kepada seseorang yang belum percaya? Jika ya, Rasul Petrus menawarkan cara yang menarik untuk membagikan iman kita. Ia mendorong kita siap sedia menjawab ketika orang bertanya tentang pengharapan yang kita miliki dalam Kristus (3:15). Dengan kata lain, hidup kita perlu menarik orang untuk bertanya tentang iman kita. Jika kita menghormati Kristus sebagai Tuhan dalam hati kita, cara hidup kita pasti akan berbeda dari cara hidup dunia, dan perbedaan itu akan menarik orang untuk bertanya, karena mereka juga ingin hidup seperti kita. Gambaran yang diberikan Rasul Petrus tentang cara hidup yang baru ini sangat indah. Orang-orang yang telah diubahkan oleh Kristus akan saling mengasihi dan bersikap rendah hati (ay.8). Mereka tidak membalas kejahatan dengan kejahatan atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya mereka senang memberkati sesama (ay.9). Ketika kita hidup dengan cara yang demikian, orang lain akan lebih mudah membuka diri untuk menerima anugerah terbaik yang telah disediakan Allah bagi mereka. —Mart DeHaan
Bacaan Alkitab setahun: Mikha 6–7 ; Wahyu 13
Anda dapat memberi dampak yang berarti
22 Desember 2016 diubah oleh ZEGA376
-
23 Desember 2016
Jumat, 23 Desember 2016
YES MAN!
[[Siapa menegur orang akan kemudian lebih disayangi daripada orang yang menjilat.]] (Amsal 28:23)
“Ah, kalau orang itu sih tipe Yes Man, Pak,” demikianlah jawaban yang saya terima ketika menanyakan perilaku orang tertentu. Apakah Anda mengerti apa yang dimaksud dengan Yes Man? Yes Man, demikian juga dengan Yes Woman adalah istilah yang dikenakan pada mereka yang selalu patuh dan menurut pada perintah atasan. Biasanya Yes Man atau Yes Woman mengambil sikap selalu patuh karena mau menyenangkan atasannya sehingga ia tidak akan berisiko kehilangan pekerjaan. Tak jarang Yes Man/Yes Woman ini bahkan memberikan laporan yang palsu.
Apakah sebagai seorang atasan, Anda senang mempunyai anak buah Yes Man/Yes Woman? Apakah Anda senang ketika anak buah sekadar setuju dengan apa pun yang Anda rencanakan tanpa memberikan catatan kritis? Apalagi dengan Yes Man/Yes Woman yang menyajikan laporan palsu? Tentu saja tidak, bukan? Anda tentu lebih senang dengan anak buah yang menunjukkan sikap hormat. Sebagai bagian nyata dari sikap hormat itu, anak buah Anda tidak akan segan-segan menunjukkan analisis kritisnya untuk rencana dan pemikiran Anda. Hasilnya, rencana Anda akan menjadi lebih matang sehingga terhindar dari masalah di sana sini.
“Siapa menegur orang akan kemudian lebih disayangi daripada orang yang menjilat” (Amsal 28:23). Ingatlah Amsal ini saat berelasi dengan atasan Anda. Ingatlah Amsal ini juga dalam berelasi dengan siapa saja. Kepedulian yang sejati tidak akan menghasilkan sikap Yes Man/Yes Woman. Adakalanya kepedulian sejati melahirkan keberanian untuk berkata “tidak”.
Amsal Hari Ini -- ( 23 Desember 2016 )
(C) Pdt. Wahyu 'wepe' Pramudya
Dapatkan Aplikasi Renungan Harian "Amsal Hari Ini" di Google Play dan App Store. Gratis!
23 Desember 2016 diubah oleh ZEGA376
-
23 Desember 2016
Jumat, 23 Desember 2016
Pujilah TUHAN, hai jiwaku!
(1) Dari Daud.
Pujilah TUHAN, hai jiwaku!
Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku!
(2) Pujilah TUHAN, hai jiwaku,
dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya!
(3) Dia yang mengampuni segala kesalahanmu,
yang menyembuhkan segala penyakitmu,
(4) Dia yang menebus hidupmu dari lobang kubur,
yang memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat,
(5) Dia yang memuaskan hasratmu dengan kebaikan,
sehingga masa mudamu menjadi baru seperti pada burung rajawali.
(6) TUHAN menjalankan keadilan
dan hukum bagi segala orang yang diperas.
(7) Ia telah memperkenalkan jalan-jalan-Nya kepada Musa,
perbuatan-perbuatan-kepada orang Israel.
(8) TUHAN adalah penyayang dan pengasih,
panjang sabar dan berlimpah kasih setia.
(9) Tidak selalu Ia menuntut,
dan tidak untuk selama-lamanya Ia mendendam.
(10) Tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita,
dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita,
(11) tetapi setinggi langit di atas bumi,
demikian besarnya kasih setia-Nya atas orang-orang yang takut akan Dia;
(12) sejauh timur dari barat,
demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita.
(13) Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya,
demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia.
(14) Sebab Dia sendiri tahu apa kita,
Dia ingat, bahwa kita ini debu.
(15) Adapun manusia, hari-harinya seperti rumput,
seperti bunga di padang demikianlah ia berbunga;
(16) apabila angin melintasinya, maka tidak ada lagi ia,
dan tempatnya tidak mengenalnya lagi.
(17) Tetapi kasih setia TUHAN
dari selama-lamanya sampai selama-lamanya atas orang-orang yang takut akan Dia,
dan keadilan-Nya bagi anak cucu,
(18) bagi orang-orang yang berpegang pada perjanjian-Nya
dan yang ingat untuk melakukan titah-Nya.
(19) TUHAN sudah menegakkan takhta-Nya di sorga
dan kerajaan-Nya berkuasa atas segala sesuatu.
(20) Pujilah TUHAN, hai malaikat-malaikat-Nya,
hai pahlawan-pahlawan perkasa yang melaksanakan firman-Nya dengan mendengarkan suara firman-Nya.
(21) Pujilah TUHAN, hai segala tentara-Nya,
hai pejabat-pejabat-Nya yang melakukan kehendak-Nya.
(22) Pujilah TUHAN, hai segala buatan-Nya,
di segala tempat kekuasaan-Nya! Pujilah TUHAN, hai jiwaku!
Baca Mazmur 103:1-18
Pujilah Tuhan, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya! —Mazmur 103:2
Apa yang Kuberikan bagi-Nya?
Oleh Marion Stroud
Suatu tahun di sebuah gereja, panitia yang bertanggung jawab atas dekorasi Natal memutuskan untuk menggunakan tema “Daftar Permohonan Natal”. Mereka tidak memakai dekorasi dengan hiasan-hiasan berkilauan emas dan perak seperti yang lazim digunakan, tetapi memberi setiap jemaat selembar label berwarna merah atau hijau. Setiap orang diminta menuliskan pada satu sisi dari label itu daftar hadiah yang ingin mereka terima dari Tuhan. Di sisi lainnya, mereka menuliskan daftar hadiah yang akan mereka berikan kepada Dia, Yesus Kristus, yang kelahiran-Nya mereka rayakan.
Jika Anda diminta untuk menuliskan hal yang sama, hadiah apakah yang akan Anda minta dan yang akan Anda berikan? Alkitab memberi kita banyak sekali ide. Allah berjanji untuk menyediakan semua kebutuhan kita, maka kita bisa meminta supaya diberi pekerjaan baru, bantuan untuk masalah keuangan, kesembuhan fisik untuk diri sendiri atau orang lain, atau pemulihan hubungan. Kita mungkin bertanya-tanya karunia rohani apa yang bisa kita gunakan untuk melayani Allah. Banyak dari karunia rohani tersebut tertulis dalam Roma 12 dan 1 Korintus 12. Atau mungkin kita rindu menunjukkan buah Roh dalam kadar yang lebih besar: lebih mengasihi, bersukacita, membawa damai sejahtera, sabar, murah dan baik hati, setia, lemah lembut, dan menguasai diri (Gal. 5:22-23).
Anugerah terbesar yang dapat kita terima dari Allah adalah Anak-Nya, Juruselamat kita, dan Dia membawa pengampunan, pemulihan, dan janji kehidupan rohani yang kita nikmati dari saat ini sampai kekal selama-lamanya. Bagaimana dengan kita? Hadiah terbaik yang dapat kita berikan kepada Tuhan Yesus adalah hati kita.
Engkau telah melimpahiku dengan anugerah-Mu, Tuhan. Sebagai balasannya, aku ingin memberi-Mu hadiah terbaik yang bisa kuberikan. Nyatakanlah kepadaku apa yang paling Engkau ingini dari diriku.
Andai aku orang Majus, akan kulakukan yang kubisa. Namun apa yang bisa kuberi bagi-Nya? Kuberikan Dia hatiku seluruhnya. —Christina G. Rossetti
Wawasan
Dalam Mazmur 103, Daud memuji Tuhan atas rahmat dan kasih sayang-Nya yang besar (ay.4,8,11,17). Daud tidak ingin melupakan semua berkat yang sudah Allah berikan kepadanya (ay.2)—Allah mengampuni dan menyembuhkannya (ay.3), menebusnya (ay.4), memelihara dan membarui hidupnya (ay.5), serta terus melindunginya (ay.6). Mazmur ini mengingatkan kita tentang siapa Allah (ay.7-9,13,19), apa yang sudah dilakukan-Nya atas dosa-dosa kita (ay.10-12), dan siapa diri kita (ay.14-16). Kita pun memuji Tuhan karena semua yang telah dinyatakan-Nya itu (ay.20-22). —Sim Kay Tee
Bacaan Alkitab setahun: Nahum 1–3 ; Wahyu 14
Anda dapat memberi dampak yang berarti
23 Desember 2016 diubah oleh ZEGA376
-
23 Desember 2016
Jumat, 23 Desember 2016
Bacaan Alkitab hari ini:
Lukas 2:21-40
Yesus disunat dan diserahkan kepada Tuhan — Simeon dan Hana
(21) Dan ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya.
(22) Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan,
(23) seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: "Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah",
(24) dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati.
(25) Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya,
(26) dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan.
(27) Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat,
(28) ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya:
(29) "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu,
(30) sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu,
(31) yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa,
(32) yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel."
(33) Dan bapa serta ibu-Nya amat heran akan segala apa yang dikatakan tentang Dia.
(34) Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu: "Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan
(35) dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri ,supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang."
(36) Lagipula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya,
(37) dan sekarang ia janda dan berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa.
(38) Dan pada ketika itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem.
(39) Dan setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka ke kota kediamannya, yaitu kota Nazaret di Galilea.
(40) Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya.
-------------
Renungan:
Hana & Simeon: Orang Dahaga yang Menemukan Kepuasan (Menjelang Natal)
Alkitab memperkenalkan Hana dan Simeon sebagai orang benar dan saleh yang sangat merindukan kedatangan Mesias yang membawa keselamatan dan penghiburan bagi bangsa Israel. Kerinduan yang besar tersebut menciptakan rasa dahaga rohani yang besar, yang setiap hari mendorong mereka mendekatkan diri kepada Allah dengan cara beribadah, berpuasa, dan berdoa di Bait Allah (2:25-27, 38).
Allah menghargai rasa dahaga tersebut dengan mengaruniakan dua hal istimewa kepada mereka: Pertama, Allah memuaskan dahaga rohani tersebut dengan mempertemukan mereka dengan bayi Yesus di Bait Allah (2:28, 38). Pertemuan tersebut membawa kepuasan yang tak ternilai, sehingga Simeon menyatakan sudah siap mati dalam kepuasan dan kedamaian karena sudah bertemu dengan Yesus. Kedua, Allah memakai mereka untuk mewartakan identitas Yesus dan karya yang akan digenapi-Nya kelak. Mereka memperkenalkan Yesus sebagai keselamatan yang berasal dari Allah, terang bagi bangsa-bangsa, dan pembawa kelepasan bagi umat Allah. Secara khusus, Simeon menubuatkan bahwa pelayanan Yesus selain mendatangkan kebangkitan rohani bagi Israel, juga mendapat perlawanan yang menghancurkan hati ibu-Nya, yakni kematian di kayu salib (2:34-35).
Rasa dahaga rohani Hana dan Simeon telah mendorong mereka untuk terus mendekatkan diri kepada Allah, sehingga mereka bertemu bayi Yesus dan mendapat kepuasan sejati. Bagaimana dengan kita? Masihkah kita memiliki rasa dahaga rohani yang mendorong kita mencari Yesus, baik lewat saat teduh pribadi maupun lewat ibadah setiap Minggu, sehingga kita menemukan kepuasan rohani sejati dan dipakai bagi kemuliaan nama-Nya? [TF]
Yesaya 26:9a
“Dengan segenap jiwa aku merindukan Engkau pada waktu malam, juga dengan sepenuh hati aku mencari Engkau pada waktu pagi.”
23 Desember 2016 diubah oleh ZEGA376
-
24 Desember 2016
Jumat, 24 Desember 2016
EKONOMI ATAU PATAS?
[[Siapa mengandalkan harta akan jatuh seperti daun tua; orang yang saleh akan berkembang seperti tunas muda.]] (Amsal 11:28—BIS)
Apakah Anda pernah naik bus ekonomi dan patas? Tentu Anda merasakan perbedaan keduanya, bukan? Demikian pula dengan kereta api kelas ekonomi dan kelas bisnis tentu saja memiliki perbedaan fasilitas. Terbang dengan pesawat di kelas ekonomi dan di kelas bisnis juga memiliki perbedaan kenyamanan. Ada harga, ada rupa, begitu kata orang. Uang memang dapat membeli kemudahan dan kenyamanan. Tak heran bila orang jungkir balik bekerja keras mengumpulkan harta.
Mengumpulkan harta tentu saja bukan hal yang salah apabila dilaksanakan dengan cara-cara yang legal. Yang menjadi masalah adalah apabila hati kita memiliki kecintaan yang melekat pada harta dan kita cenderung mengandalkan harta dalam semua urusan kehidupan. Uang memang dapat membeli beberapa hal, tetapi tentu saja tidak dapat membeli segala hal.
“Siapa mengandalkan harta akan jatuh seperti daun tua; orang yang saleh akan berkembang seperti tunas muda” (Amsal 11:28—BIS). Amsal ini memberikan gambaran yang indah bagi mereka yang mengandalkan harta, yakni jatuh seperti daun tua alias jatuh pada waktunya. Gambaran ini adalah peringatan yang keras: orang-orang yang mengandalkan harta memang akan tampak perkasa, tetapi bukan untuk seterusnya. Berbeda dengan orang yang saleh atau orang yang mengandalkan Tuhan. Orang yang mengandalkan Tuhan akan berkembang seperti tunas muda perlahan namun pasti. Tidak ada yang dapat membendung.
Kita membutuhkan uang untuk hidup, namun hidup bukan untuk uang.
Amsal Hari Ini -- ( 24 Desember 2016 )
(C) Pdt. Wahyu 'wepe' Pramudya
Dapatkan Aplikasi Renungan Harian "Amsal Hari Ini" di Google Play dan App Store. Gratis!
-
24 Desember 2016
Jumat, 24 Desember 2016
(1) (8-23) Tetapi tidak selamanya akan ada kesuraman untuk negeri yang terimpit itu. Kalau dahulu TUHAN merendahkan tanah Zebulon dan tanah Naftali, maka di kemudian hari Ia akan memuliakan jalan ke laut, daerah seberang sungai Yordan, wilayah bangsa-bangsa lain.
(2) (9-1) Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar.
(3) (9-2) Engkau telah menimbulkan banyak sorak-sorak, dan sukacita yang besar; mereka telah bersukacita di hadapan-Mu, seperti sukacita di waktu panen, seperti orang bersorak-sorak di waktu membagi-bagi jarahan.
(4) (9-3) Sebab kuk yang menekannya dan gandar yang di atas bahunya serta tongkat si penindas telah Kaupatahkan seperti pada hari kekalahan Midian.
(5) (9-4) Sebab setiap sepatu tentara yang berderap-derap dan setiap jubah yang berlumuran darah akan menjadi umpan api.
(6) (9-5) Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.
Murka TUHAN terhadap Efraim
(7) (9-6) Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya. Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini.
Baca Yesaya 8:23—9:6
Mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar. —Yesaya 9:1
Natal dalam Penjara
Oleh David McCasland
Martin Niemoller, seorang pendeta terkemuka asal Jerman, melewatkan hampir delapan tahun masa hidupnya di kamp-kamp konsentrasi Nazi karena ia menentang Hitler secara terang-terangan. Pada malam Natal tahun 1944, kepada sesama penghuni penjara di Dachau, Niemoller mengucapkan kata-kata yang penuh pengharapan berikut ini: “Teman-teman terkasih, pada Natal kali ini . . . marilah kita mencari, dalam diri Sang Bayi Bethlehem, Dia yang telah datang kepada kita demi menanggung bersama kita segala sesuatu yang sangat membebani kita . . . Allah sendiri telah menjembatani diri-Nya dengan kita! Surya pagi dari tempat yang tinggi telah melawat kita!”
Pada hari Natal, kita menerima kabar sukacita bahwa Allah, di dalam Kristus, telah datang kepada kita di mana pun kita berada dan telah menjembatani kesenjangan yang ada di antara kita dengan Dia. Dengan terang-Nya, Dia telah menembus kegelapan yang membelenggu kita dan mengenyahkan segala duka, kesalahan, atau kesepian yang selama ini membebani kita.
Pada malam Natal yang suram di dalam penjara itu, Niemoller memberitakan kabar sukacita: “Dari kegemilangan yang mengelilingi para gembala, secercah sinar yang terang akan menembus kegelapan kita.” Kata-kata Niemoller mengingatkan kita pada nubuat Nabi Yesaya, “Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar” (Yes. 9:1).
Apa pun yang kita alami hari ini, Yesus Kristus telah menembus dunia kita yang kelam dengan sukacita dan terang-Nya!
Tuhan Yesus, kami menemukan pengharapan dan kekuatan dengan menyadari bahwa terang-Mu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.
Yesus Kristuslah sukacita Natal.
Wawasan
Sebuah lagu lama berkata, “Dunia terhilang dalam gelap dosa; T’rang bagi dunia itu Yesus.” Bagaimana kita dapat membagikan terang Yesus? Mungkin kita akan kedatangan tamu di hari Natal ini. Berdoalah agar setiap sikap kita akan mencerminkan kasih dan kepedulian Kristus. Mungkin sebagian dari kita tergerak untuk mengundang seseorang yang mungkin merasa kesepian atau terabaikan oleh lingkungannya. Sebagian lainnya mungkin ingin terlibat dalam misi sosial, misalnya dengan membagikan makanan dan menghibur orang-orang yang mengalami luka-luka batin. “Hendaknya terangmu bercahaya . . . supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” Perbuatan baik kita akan membawa sukacita bagi Allah, bagi orang lain, dan bagi diri kita sendiri. —Jim Townsend
Bacaan Alkitab setahun: Habakuk 1–3 ; Wahyu 15
Anda dapat memberi dampak yang berarti
24 Desember 2016 diubah oleh ZEGA376
-
24 Desember 2016
Sabtu, 24 Desember 2016
Bacaan Alkitab hari ini:
Matius 2:1-3, 7-12
Matius 2:
Orang-orang majus dari Timur
(1) Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem
(2) dan bertanya-tanya: "Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia."
(3) Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem.
(1) Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem
(2) dan bertanya-tanya: "Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia."
(3) Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem.
(4) Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan.
(5) Mereka berkata kepadanya: "Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi:
(6) Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel."
(7) Lalu dengan diam-diam Herodes memanggil orang-orang majus itu dan dengan teliti bertanya kepada mereka, bilamana bintang itu nampak.
(8) Kemudian ia menyuruh mereka ke Betlehem, katanya: "Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku supaya akupun datang menyembah Dia."
(9) Setelah mendengar kata-kata raja itu, berangkatlah mereka. Dan lihatlah, bintang yang mereka lihat di Timur itu mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat, di mana Anak itu berada.
(10) Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka.
(11) Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur.
(12) Dan karena diperingatkan dalam mimpi, supaya jangan kembali kepada Herodes, maka pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain.
------------------
Renungan :
Orang Majus: Penguasa yang Menemukan Raja Sejati (Menjelang Natal)
Orang Majus adalah cendekiawan dan hartawan yang memiliki kedudukan penting di negeri asal mereka. Perjalanan mereka menuju Betlehem untuk mencari Yesus sangat berbahaya. Mereka harus mengarungi padang gurun yang luas selama berbulan-bulan, karena ketika sampai di Betlehem, Yesus sudah berusia sekitar dua tahun. Hal ini dihitung berdasarkan perintah raja Herodes membunuh anak berusia dua tahun ke bawah di seluruh Betlehem dan sekitarnya setelah ia sadar telah diperdaya oleh para Majus (2:16-18).
Alasan yang membuat para Majus bersusah payah mempertaruhkan nyawa untuk mencari bayi yang baru dilahirkan adalah kesadaran bahwa bayi tersebut lebih dari sekadar seorang raja biasa. Tiga persembahan yang mereka siapkan menjelaskan pengenalan mereka akan bayi yang mereka cari tersebut, yakni: emas sebagai persembahan kepada seorang raja, kemenyan sebagai persembahan kepada yang bersifat Ilahi, dan mur sebagai bahan membalsam mayat. Tidak mengherankan kalau para Majus bersedia menantang bahaya untuk mencari Yesus, karena mereka tahu bahwa bayi tersebut adalah Raja Sorgawi yang datang untuk mati menjadi Juruselamat umat manusia. Segala jerih lelah mereka berubah menjadi sukacita yang besar ketika mereka bertemu Yesus (2:10).
Kisah para Majus mengantar kita kepada dua refleksi iman: Pertama, apakah kita--yang tidak perlu menempuh perjalanan membahayakan nyawa untuk bertemu Yesus--mau mencari dan menyembah Dia setiap hari? Kedua, apakah kita hanya mengenal Yesus sebagai Juruselamat yang menjadi Penolong setia setiap saat atau kita bersedia menerima Dia sebagai Raja dan Tuhan dalam kehidupan kita? [TF]
Matius 2:2
“Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia.”
24 Desember 2016 diubah oleh ZEGA376
-
25 Desember 2016
Selamat Natal.
Minggu, 25 Desember 2016
HADIAH TERBESAR
[[Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.]] (Yohanes 3:16)
Saya rasa semua orang senang menerima hadiah. Saya juga beberapa kali menerima hadiah. Kadang kala saya menerima hadiah yang tidak sesuai dengan kebutuhan, misalnya saya menerima kemeja yang berukuran kekecilan. Saya tentu saja tidak dapat mengenakannya. Hadiah itu pun tidak mendatangkan manfaat yang optimal.
Allah adalah pemberi yang terbesar di dalam sejarah kehidupan manusia. Dalam kemahatahuan-Nya, Allah selalu memberikan yang sesuai dengan kebutuhan manusia. Yohanes 3:16 menegaskan betapa Allah memberikan anak-Nya yang tunggal bagi manusia. Pemberian yang tepat menjawab kebutuhan manusia akan pengampunan dan kasih karunia. Ya, semua orang membutuhkan kepastian pengampunan dan kasih karunia. Kepastian yang hanya didapatkan melalui Yesus Kristus, yang merupakan hadiah Allah bagi seluruh manusia.
Natal adalah saat di mana kita mengingat dan merayakan pemberiaan Allah: Yesus Kristus. Pemberian yang bermula dari hati Allah untuk menjawab kebutuhan hati yang terdalam: keselamatan. Sudahkah Anda menerima hadiah dari Allah ini? Apakah kita tergerak untuk membagikan hadiah itu kepada orang-orang yang lain?
Amsal Hari Ini -- ( 25 Desember 2016 )
(C) Pdt. Wahyu 'wepe' Pramudya
Dapatkan Aplikasi Renungan Harian "Amsal Hari Ini" di Google Play dan App Store. Gratis!
-
26 Desember 2016
Senin, 26 Desember 2016
TERTUSUK DURI
[[Seperti pemabuk mengeluarkan duri dari tangannya, begitulah orang bodoh yang mengucapkan petuah.]] (Amsal 26:9—BIS)
Apakah tangan Anda pernah tertusuk duri yang kecil? Menyakitkan, bukan? Bukan saja menyakitkan, namun seringkali mengeluarkan duri yang menusuk itu bukan hal yang mudah. Butuh ketenangan dan konsentrasi, kadang kala butuh bantuan orang lain juga. Nah, bisakah Anda membayangkan orang yang sedang mabuk mengeluarkan duri dari tangan? Bisa-bisa bukan duri yang keluar dari tangannya, tetapi sebaliknya, ia malah dapat menimbulkan lebih banyak luka di tangannya.
“Seperti pemabuk mengeluarkan duri dari tangannya, begitulah orang bodoh yang mengucapkan petuah” (Amsal 26:9—BIS). Amsal ini dengan cara yang jenaka menggambarkan orang bodoh yang mengucapkan petuah atau nasihat. Itu sama seperti pemabuk yang mengeluarkan duri dari tangannya. Bukannya duri yang keluar, bisa-bisa justru pecahan botol minuman keraslah yang menancap ke tangannya. Tentu saja sulit mengharapkan petuah dari orang yang bodoh. Kalaupun orang bodoh mengucapkan petuah, bisa-bisa petuahnya itu malah menjerumuskan orang lain ke jalan yang salah.
Berbicara itu sama mudahnya seperti orang menekan tuts piano. Namun, tentu saja tidak semua orang dapat menekan tuts piano sedemikian rupa sehingga menghasilkan melodi yang indah terdengar. Berbicara itu mudah, tetapi menyampaikan petuah atau nasihat hanya dapat keluar dari hati dan pikiran yang sehat.
Amsal Hari Ini -- ( 26 Desember 2016 )
(C) Pdt. Wahyu 'wepe' Pramudya
Dapatkan Aplikasi Renungan Harian "Amsal Hari Ini" di Google Play dan App Store. Gratis!
-
27 Desember 2016
Selasa, 27 Desember 2016
DELE DAN TEMPE
[[Janganlah kiranya kasih dan setia meninggalkan engkau! Kalungkanlah itu pada lehermu, tuliskanlah itu pada loh hatimu.]] (Amsal 3:3)
Esuk dele, sore tempe. Demikianlah bunyi peribahasa dalam bahasa Jawa untuk menggambarkan orang yang kerap kali berubah dalam perkataan dan pendirian alias tidak konsisten. Sikap tidak konsisten tentu saja akan mengecewakan orang-orang di sekitarnya. Orang lain sulit “memegang” perkataannya, dan cenderung akan menghindar apabila harus berurusan dengan orang yang tidak konsisten itu.
“Janganlah kiranya kasih dan setia meninggalkan engkau! Kalungkanlah itu pada lehermu, tuliskanlah itu pada loh hatimu” (Amsal 3:3). Amsal ini memberikan penegasan tentang pentingnya kasih (dalam bahasa inggris ditulis “kebaikan”) dan setia melekat di dalam diri manusia. Begitu pentingnya sehingga kasih dan setia itu diibaratkan sebagai kalung yang harus melekat pada leher. Ini adalah sebuah tindakan yang harus terlihat di mata orang lain, sama seperti kalung yang kita kenakan dan terlihat oleh orang lain.
Tentu saja tidak ada tindakan yang tidak keluar dari hati dan pikiran manusia. Itulah sebabnya penulis Amsal mengatakan bahwa kasih dan setia itu harus ditulis di dalam loh hati kita. Sebuah gambaran untuk menjelaskan karakter yang melekat erat di dalam hati alias yang sudah menjadi kebiasaan. Tidak ada kebiasaan yang tidak datang lewat praktik yang berulang-ulang.
Apa yang terjadi dengan orang-orang yang hidup di dalam kasih dan setia? Tentu saja orang-orang seperti ini akan dinanti-nantikan kehadirannya, karena siapa sih yang tidak merindukan kasih dan kesetiaan?
Sikap tidak konsisten membuat orang menjauhi kita. Sebaliknya, sikap konsisten dalam kasih dan kesetiaan akan menjadi magnet yang menarik orang untuk mendekati kita.
Amsal Hari Ini -- ( 27 Desember 2016 )
(C) Pdt. Wahyu 'wepe' Pramudya
Dapatkan Aplikasi Renungan Harian "Amsal Hari Ini" di Google Play dan App Store. Gratis!