Dating site Kristen pertama dan terbesar di Indonesia

Daftar sekarang secara gratis

Pendalaman Alkitab Online

ForumAlkitab

451 – 475 dari 1493    Ke halaman:  Sebelumnya  1 ... 18  19  20 ... 60  Selanjutnya Kirim tanggapan

  • ZEGA376

    27 Desember 2016

    Selasa, 27 Desember 2016

    Baca: 2 Petrus 1:12-21

    1:12 Karena itu aku senantiasa bermaksud mengingatkan kamu akan semuanya itu, sekalipun kamu telah mengetahuinya dan telah teguh dalam kebenaran yang telah kamu terima.

    1:13 Aku menganggap sebagai kewajibanku untuk tetap mengingatkan kamu akan semuanya itu selama aku belum menanggalkan kemah tubuhku ini.

    1:14 Sebab aku tahu, bahwa aku akan segera menanggalkan kemah tubuhku ini, sebagaimana yang telah diberitahukan kepadaku oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.

    1:15 Tetapi aku akan berusaha, supaya juga sesudah kepergianku itu kamu selalu mengingat semuanya itu.

    1:16 Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaran-Nya.

    1:17 Kami menyaksikan, bagaimana Ia menerima kehormatan dan kemuliaan dari Allah Bapa, ketika datang kepada-Nya suara dari Yang Mahamulia, yang mengatakan: “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.”

    1:18 Suara itu kami dengar datang dari sorga, ketika kami bersama-sama dengan Dia di atas gunung yang kudus.

    1:19 Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi. Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu.

    1:20 Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri,

    1:21 sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.

    Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974

    Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaran-Nya. —2 Petrus 1:16

    Kesaksian Sederhana

    Oleh Randy Kilgore

    Tawa keras tiba-tiba keluar dari kamar rumah sakit tempat ayah saya dirawat. Di kamar itu berkumpul dua pengemudi truk berusia lanjut, seorang mantan penyanyi lagu country, seorang perajin, dua wanita dari peternakan, dan saya sendiri.

    “ . . . lalu orang itu bangun dan memukul kepalaku dengan botol,” kata sang perajin saat mengakhiri ceritanya tentang perkelahian yang dialaminya di sebuah bar.

    Kami semua tertawa terbahak-bahak mendengar kisah pedih yang sekarang terdengar lucu itu. Ayah pun ikut tertawa, meski ia sulit bernapas dengan baik karena kanker yang menggerogoti paru-parunya. Sambil terengah-engah, ia mengingatkan setiap orang di situ bahwa saya adalah seorang pengkhotbah, sehingga mereka harus berhati-hati dalam berbicara. Kami semua sempat terdiam, sebelum kembali tertawa lepas karena cerita lucu tadi.

    Tiba-tiba saja, kira-kira 40 menit sejak kedatangan mereka, perajin teman Ayah itu mengucapkan sesuatu dengan serius sambil memandang ayah saya. “Howard, sekarang aku tak lagi minum-minum dan berkelahi di bar. Itu adalah kisah masa lalu. Sekarang aku mempunyai tujuan lain dalam hidupku. Aku ingin menceritakan padamu tentang Juruselamatku.”

    Ia pun menceritakan kesaksiannya, walau sempat diprotes oleh ayah. Saya belum pernah mendengar penyampaian berita Injil seindah dan selembut itu. Ayah menyimak dan memperhatikan kesaksian temannya itu. Beberapa tahun kemudian, ayah saya mau menyerahkan hidupnya dan percaya kepada Tuhan Yesus.

    Suatu kesaksian sederhana dari seorang teman lama yang hidup dengan sederhana itu kembali mengingatkan saya bahwa sederhana tidak berarti bodoh atau lugu, melainkan lugas dan apa adanya.

    Sama seperti Tuhan Yesus dan keselamatan dari-Nya.

    Pergilah dan jadikanlah semua bangsa murid-Ku. Matius 28:19

    Wawasan

    Kesaksian yang paling menyentuh hati adalah kesaksian sederhana yang tidak dibuat-buat tentang bagaimana Kristus mengubah hidup kita. Orang buta dalam Yohanes 9:25 tanpa ragu berkata, “Satu hal aku tahu, yaitu bahwa aku tadinya buta, dan sekarang dapat melihat.” Ia benar-benar sudah sembuh, dan fakta itu tidak bisa disangkal. Kesaksian yang apa adanya dan tidak dibuat-buat adalah kesaksian yang sangat kuat. —Jim Townsend

    Bacaan Alkitab setahun: Zakaria 1–4 ; Wahyu 18

    Anda dapat memberi dampak yang berarti

    27 Desember 2016 diubah oleh ZEGA376

  • ZEGA376

    27 Desember 2016

    Selasa, 27 Desember 2016

    Bacaan Alkitab hari ini:

    Efesus 3:

    Rahasia panggilan orang-orang bukan Yahudi

    (1) Itulah sebabnya aku ini, Paulus, orang yang dipenjarakan karena Kristus Yesus untuk kamu orang-orang yang tidak mengenal Allah

    (2) memang kamu telah mendengar tentang tugas penyelenggaraan kasih karunia Allah, yang dipercayakan kepadaku karena kamu,

    (3) yaitu bagaimana rahasianya dinyatakan kepadaku dengan wahyu, seperti yang telah kutulis di atas dengan singkat.

    (4) Apabila kamu membacanya, kamu dapat mengetahui dari padanya pengertianku akan rahasia Kristus,

    (5) yang pada zaman angkatan-angkatan dahulu tidak diberitakan kepada anak-anak manusia, tetapi yang sekarang dinyatakan di dalam Roh kepada rasul-rasul dan nabi-nabi-Nya yang kudus,

    (6) yaitu bahwa orang-orang bukan Yahudi, karena Berita Injil, turut menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus.

    (7) Dari Injil itu aku telah menjadi pelayannya menurut pemberian kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku sesuai dengan pengerjaan kuasa-Nya.

    (8) Kepadaku, yang paling hina di antara segala orang kudus, telah dianugerahkan kasih karunia ini, untuk memberitakan kepada orang-orang bukan Yahudi kekayaan Kristus, yang tidak terduga itu,

    (9) dan untuk menyatakan apa isinya tugas penyelenggaraan rahasia yang telah berabad-abad tersembunyi dalam Allah, yang menciptakan segala sesuatu,

    (10) supaya sekarang oleh jemaat diberitahukan pelbagai ragam hikmat Allah kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa di sorga,

    (11) sesuai dengan maksud abadi, yang telah dilaksanakan-Nya dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.

    (12) Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada-Nya.

    (13) Sebab itu aku minta kepadamu, supaya kamu jangan tawar hati melihat kesesakanku karena kamu, karena kesesakanku itu adalah kemuliaanmu.

    Doa Paulus

    (14) Itulah sebabnya aku sujud kepada Bapa,

    (15) yang dari pada-Nya semua turunan yang di dalam sorga dan di atas bumi menerima namanya.

    (16) Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu,

    (17) sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih.

    (18) Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus,

    (19) dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah.

    (20) Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita,

    (21) bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat dan di dalam Kristus Yesus turun-temurun sampai selama-lamanya. Amin.

    Efesus 3

    Rahasia Kristus: Kabar Baik bagi Setiap Orang

    Walaupun Allah memilih bangsa Israel menjadi umat pilihan-Nya, tidak berarti bahwa Allah hanya mengasihi bangsa Israel. Perintah Allah kepada Abraham bukan hanya mengandung janji bahwa Allah akan memberkati Abraham, tetapi juga bahwa Abraham akan menjadi berkat bagi semua kaum di muka bumi (Kejadian 12:1-3). Hal ini berarti bahwa sasaran berkat Allah adalah semua suku bangsa di muka bumi ini. Akan tetapi, hal tersebut sulit dipahami oleh bangsa Israel. Bahkan, seorang nabi dalam Perjanjian Lama, yaitu Nabi Yunus, menentang saat Allah hendak memberkati bangsa Babel yang merupakan musuh bangsa Israel. Pada zaman Perjanjian Baru, walaupun bangsa Yahudi dijajah oleh bangsa Romawi, bangsa Yahudi tetap menganggap diri mereka istimewa dan lebih tinggi derajatnya daripada bangsa-bangsa lain. Walaupun jelas bagi pembaca keempat kitab Injil bahwa Allah mengasihi semua bangsa, namun Rasul Pauluslah yang membicarakan secara terbuka bahwa berkat Allah di dalam Kristus itu tersedia bagi semua suku bangsa. Berkat (kabar baik) bagi semua bangsa itu disebut oleh Rasul Paulus sebagai rahasia Kristus (Efesus 3:4).

    Sejarah misi memperlihatkan bahwa bukan hanya bangsa Israel yang sulit memahami bahwa kabar baik (Injil keselamatan) itu bagi semua bangsa. Orang Kristen pada zaman ini pun masih banyak yang sulit untuk memahami bahwa kabar baik di dalam Kristus itu harus diberitakan kepada semua orang dari semua suku bangsa. Apakah doa yang sering Anda panjatkan, baik secara pribadi maupun sebagai suatu kebersamaan umat Allah dalam gereja lokal telah mencakup doa syafaat bagi suku-suku bangsa yang belum terjangkau berita Injil? [P]

    Efesus 3:18-19a

    “Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan.”

    27 Desember 2016 diubah oleh ZEGA376

  • ZEGA376

    28 Desember 2016

    Rabu, 28 Desember 2016

    PENYESALAN DATANG BELAKANGAN

    [[Dan pada akhirnya engkau akan mengeluh, kalau daging dan tubuhmu habis binasa, lalu engkau akan berkata: “Ah, mengapa aku benci kepada didikan, dan hatiku menolak teguran.”]] (Amsal 5:11-12)

    “Penyesalan selalu datang belakangan. Kalau datang di awal itu namanya pendaftaran,” demikan seorang rekan membuka percakapannya. Walaupun ada nada canda dalam perkataan itu, tetapi sesungguhnya pesannya tepat. Penyesalan selalu menyusul belakangan, tak pernah datang di awal. Penyesalan terjadi ketika kita menyadari bahwa ada hal-hal yang tidak kita lakukan atau malah kita lakukan dan ternyata itu membawa dampak yang buruk.

    “Dan pada akhirnya engkau akan mengeluh, kalau daging dan tubuhmu habis binasa, lalu engkau akan berkata: ‘Ah, mengapa aku benci kepada didikan, dan hatiku menolak teguran’” (Amsal 5:11-12). Amsal ini menggambarkan penyesalan seseorang di masa akhir kehidupannya. Apa yang disesalinya? Kebenciannya sendiri terhadap didikan dan teguran di masa mudanya. Penolakannya terhadap teguran dan didikan telah membuat kehidupannya penuh dengan penyesalan.

    Tentu saja menerima didikan dan teguran bukanlah hal yang menyenangkan dalam jangka pendek, tetapi tentu saja bermanfaat untuk jangka panjang. Seperti ketika kita harus menelan obat yang pahit, hal itu tidak menyenangkan. Namun, obat itu kita butuhkan untuk pemulihan diri dalam jangka panjang.

    Sebelum penyesalan datang di kemudian hari, marilah kita menata sikap agar mampu menerima dengan bijaksana segala teguran yang kita dapatkan.

    Meskipun tidak menggembirakan, kita membutuhkan teguran dan didikan untuk pengembangan diri.

    Amsal Hari Ini -- ( 28 Desember 2016 )

    (C) Pdt. Wahyu 'wepe' Pramudya

    ( www.wahyupramudya.com )

    Dapatkan Aplikasi Renungan Harian "Amsal Hari Ini" di Google Play dan App Store. Gratis!

  • SANTOS706

    28 Desember 2016

    Nyimax,,,

  • ZEGA376

    28 Desember 2016

    Rabu, 28 Des 2016

    Baca: Roma 8:31-39

    8:31 Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?

    8:32 Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?

    8:33 Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka?

    8:34 Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?

    8:35 Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?

    8:36 Seperti ada tertulis: “Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan.”

    8:37 Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.

    8:38 Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang,

    8:39 atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.

    Baca Roma 8:31-39

    Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974

    Haleluya! Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. — —Mazmur 106:1

    Diikat dalam Kasih

    Oleh Cindy Hess Kasper

    Pada bulan Juni 2015, pemerintah kota Paris membuang gembok-gembok seberat 45 ton dari terali jembatan pejalan kaki Pont des Arts. Para pasangan kekasih yang mengikat cinta di sana menuliskan huruf awal nama mereka pada sebuah gembok, mengaitkan gembok itu pada terali jembatan, menguncinya, lalu melemparkan kuncinya ke sungai Seine.

    Setelah ribuan pasangan melakukan hal tersebut, jembatan itu tidak dapat lagi menahan beban “cinta” yang begitu berat. Karena khawatir jembatan itu akan runtuh, akhirnya pemerintah kota Paris memutuskan untuk membuang “gembok-gembok cinta” tersebut.

    Gembok-gembok tersebut dimaksudkan untuk melambangkan cinta yang abadi, tetapi cinta manusia tidak selalu bisa bertahan lama. Kawan yang paling akrab sekalipun bisa saling menyinggung perasaan dan tidak dapat menyelesaikan perbedaan mereka. Sesama anggota keluarga bisa berselisih paham dan menolak untuk saling memaafkan. Hati suami-istri bisa terpisah begitu jauh, sampai-sampai mereka tidak ingat lagi alasan mereka menikah. Cinta manusia memang bisa berubah-ubah.

    Namun demikian, ada satu kasih yang tetap dan bertahan selamanya, yaitu kasih Allah. “Haleluya! Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya”, seperti diungkapkan oleh Mazmur 106:1. Janji-janji tentang kasih Allah yang abadi dan tak berkesudahan itu terdapat di seluruh Kitab Suci. Dan bukti terbesar dari kasih itu adalah kematian Anak-Nya, sehingga mereka yang beriman kepada-Nya akan hidup selama-lamanya. Tiada yang dapat memisahkan kita dari kasih-Nya (Rm. 8:38-39).

    Sebagai saudara-saudari seiman, kita diikat dalam kasih Allah untuk selama-lamanya.

    Doa:

    Ya Bapa, aku bersyukur atas kasih-Mu yang tidak berkesudahan. Aku diikat selamanya dalam kasih-Mu oleh Roh Kudus yang hidup di dalamku.

    Kematian dan kebangkitan Kristus adalah bukti kasih Allah kepada saya.

    Wawasan

    Karya Kristus di atas salib untuk menjamin keselamatan kita sudah digenapi. Dengan penuh kemenangan, Yesus berkata, “Sudah selesai” (Yoh. 19:30). Empat puluh hari setelah kebangkitan-Nya, Yesus kembali kepada Bapa. Kristus yang dimuliakan dan sekarang duduk di sebelah kanan Allah terus melanjutkan karya-Nya sebagai Imam Besar Agung untuk membarui dan menguduskan kita (Ibr. 4:14-16). Kristus adalah pengantara kita kepada Bapa (1Yoh. 2:1; 1Tim. 2:5). Dia selalu membela dan bersyafaat bagi kita (Ibr. 7:24-25; 9:24). Paulus dengan yakin menulis, “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus” (Rm. 8:1). Tidak ada yang dapat menghukum orang-orang yang sudah berada di dalam Kristus (ay.33-34). —Sim Kay Tee

    Bacaan Alkitab setahun: Zakharia 5–8 ; Wahyu 19

    Anda dapat memberi dampak yang berarti

    28 Desember 2016 diubah oleh ZEGA376

  • ZEGA376

    28 Desember 2016

    Rabu, 28 Desember 2016

    Bacaan Alkitab hari ini:

    Kesatuan jemaat dan karunia yang berbeda-beda

    (1) Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu.

    (2) Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu.

    (3) Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera:

    (4) satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu,

    (5) satu Tuhan, satu iman, satu baptisan,

    (6) satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua.

    (7) Tetapi kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus.

    (8) Itulah sebabnya kata nas: "Tatkala Ia naik ke tempat tinggi, Ia membawa tawanan-tawanan; Ia memberikan pemberian-pemberian kepada manusia."

    (9) Bukankah "Ia telah naik" berarti, bahwa Ia juga telah turun ke bagian bumi yang paling bawah?

    (10) Ia yang telah turun, Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi dari pada semua langit, untuk memenuhkan segala sesuatu.

    (11) Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar,

    (12) untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus,

    (13) sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus,

    (14) sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan,

    (15) tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.

    (16) Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, yang rapih tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih.

    Manusia baru

    (17) Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia

    (18) dan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka.

    (19) Perasaan mereka telah tumpul, sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran.

    (20) Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus.

    (21) Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus,

    (22) yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan,

    (23) supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu,

    (24) dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.

    (25) Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota.

    (26) Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu

    (27) dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis.

    (28) Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan.

    (29) Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.

    (30) Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan.

    (31) Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan.

    (32) Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.

    Efesus 4

    Renungan:

    Melaksanakan Panggilan Allah: Melayani Orang Lain

    Apakah panggilan Allah bagi orang percaya? Panggilan Allah bagi orang percaya sama dengan panggilan Allah kepada Abraham, yaitu menjadi berkat bagi semua suku bangsa (Kejadian 12:2-3). Tuhan Yesus menyebut panggilan Allah ini sebagai panggilan untuk menjadi penjala manusia (Matius 4:19) dan panggilan untuk memuridkan semua bangsa (Matius 28:19-20). Dalam bacaan Alkitab hari ini, Rasul Paulus menyebut panggilan tersebut sebagai panggilan untuk melayani atau panggilan untuk membangun tubuh Kristus (Efesus 4:12). Untuk melaksanakan panggilan tersebut di atas, kita harus hidup secara rendah hati, lemah lembut, sabar, menerapkan kasih (termasuk membantu sesama yang memerlukan bantuan), memelihara kesatuan Roh (4:2-3).

    Di gereja lokal, para pemimpin (rasul, nabi, pemberita Injil, gembala & pengajar) bertanggung jawab untuk memperlengkapi orang-orang percaya agar sanggup menjalankan panggilan masing-masing untuk melayani. Saat menjalankan panggilan kita (yang wujudnya pada umumnya berbeda-beda bagi setiap orang), kita bukan hanya menjadi berkat bagi orang lain, tetapi kita juga memperoleh berkat bagi diri kita sendiri, yaitu kita bertumbuh menjadi semakin serupa dengan Kristus saat kita melayani orang lain (4:11-16). Apakah Anda aktif menjalankan panggilan Allah terhadap diri Anda, atau sebaliknya, Anda hanya memikirkan kepentingan diri Anda sendiri? Menjauhi panggilan (tidak bersedia melayani) dan hidup semau diri Anda sendiri merupakan suatu kebodohan. Bila Anda tidak menjalankan panggilan Anda, pertumbuhan rohani Anda akan berhenti dan Anda akan kehilangan kedekatan dengan Allah. [P]

    Efesus 4:1

    “Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu.”

    28 Desember 2016 diubah oleh ZEGA376

  • ZEGA376

    29 Desember 2016

    Kamis, 29 Desember 2016

    HOAX

    [[Orang yang tak berpengalaman percaya kepada setiap perkataan, tetapi orang yang bijak memperhatikan langkahnya.]] (Amsal 14:15)

    Beberapa waktu yang lalu saya menerima broadcast message dari seorang rekan. Bunyinya kurang lebih demikian: “Hati-hati dengan penjual rujak X yang sudah menderita AIDS. Penjual rujak ini secara sengaja meneteskan darahnya ke buah-buahan jualannya. Akibat memakan rujak dari penjual X, seorang telah terinfeksi HIV.” Apakah Anda pernah menerima pesan seperti ini?

    Pesan seperti ini diteruskan begitu saja dari satu orang ke orang yang lain tanpa lebih dahulu mengecek kebenarannya. Seorang rekan bahkan ngotot bahwa berita ini benar karena ada di internet. Tentu saja kita tahu bahwa keberadaan suatu berita di internet sama sekali tidak menjamin kebenarannya. Padahal apabila rekan itu sedikit mau bersusah payah melakukan pencarian di internet, maka ia akan tahu bahwa kabar tentang orang yang terinfeksi HIV/AIDS melalui rujak itu adalah hoax alias kebohongan belaka. Virus HIV/AIDS tidak dapat menular melalui makan atau minuman.

    “Orang yang tak berpengalaman percaya kepada setiap perkataan” (Amsal 14:15a). Amsal menyebut orang yang percaya begitu saja pada setiap kabar yang ia baca dan dengar sebagai orang yang tidak berpengalaman. Tidak berpengalaman berarti kurang wawasan. Akibatnya, ia mudah tertipu dan bahkan akhirnya menjadi penyebar kebohongan itu.

    “Tetapi orang yang bijak memperhatikan langkahnya” (Amsal 14:15b). Orang menjadi bijaksana seiring dengan pertambahan pengalaman dan wawasan kehidupan. Orang menjadi bijaksana karena mencermati segala sesuatu dan terus berupaya untuk mengumpulkan sebanyak mungkin pengetahuan. Hasilnya tentu saja adalah langkah hidup yang cermat.

    Bersikaplah bijaksana dalam menerima dan meneruskan informasi. Tidak setiap informasi layak dipercaya, apalagi dibagikan.

    Amsal Hari Ini -- ( 29 Desember 2016 )

    (C) Pdt. Wahyu 'wepe' Pramudya

    ( www.wahyupramudya.com )

    Dapatkan Aplikasi Renungan Harian "Amsal Hari Ini" di Google Play dan App Store. Gratis!

    30 Desember 2016 diubah oleh ZEGA376

  • ZEGA376

    29 Desember 2016

    Cincin Meterai

    Kamis, 29 Desember 2016

    Baca: Hagai 2:16-24

    2: 16 “Maka sekarang, perhatikanlah mulai dari hari ini dan selanjutnya! Sebelum ditaruh orang batu demi batu untuk pembangunan bait TUHAN,

    2:17 bagaimana keadaanmu? Ketika orang pergi melihat suatu timbunan gandum yang seharusnya sebanyak dua puluh gantang, hanya ada sepuluh; dan ketika orang pergi ke tempat pemerasan anggur untuk mencedok lima puluh takar, hanya ada dua puluh.

    2:18 Aku telah memukul kamu dengan hama dan penyakit gandum dan segala yang dibuat tanganmu dengan hujan batu; namun kamu tidak berbalik kepada-Ku, demikianlah firman TUHAN.

    2:19 Perhatikanlah mulai dari hari ini dan selanjutnya–mulai dari hari yang kedua puluh empat bulan kesembilan. Mulai dari hari diletakkannya dasar bait TUHAN perhatikanlah

    2:20 apakah benih masih tinggal tersimpan dalam lumbung, dan apakah pohon anggur dan pohon ara, pohon delima dan pohon zaitun belum berbuah? Mulai dari hari ini Aku akan memberi berkat!”

    2:21 Maka datanglah firman TUHAN untuk kedua kalinya kepada Hagai pada tanggal dua puluh empat bulan itu, bunyinya:

    2:22 “Katakanlah kepada Zerubabel, bupati Yehuda, begini: Aku akan menggoncangkan langit dan bumi

    2:23 dan akan menunggangbalikkan takhta raja-raja; Aku akan memunahkan kekuasaan kerajaan bangsa-bangsa dan akan menjungkirbalikkan kereta dan pengendaranya; kuda dan pengendaranya akan mati rebah, masing-masing oleh pedang temannya.

    2:24 Pada waktu itu, demikianlah firman TUHAN semesta alam, Aku akan mengambil engkau, hai Zerubabel bin Sealtiel, hamba-Ku–demikianlah firman TUHAN–dan akan menjadikan engkau seperti cincin meterai; sebab engkaulah yang Kupilih, demikianlah firman TUHAN semesta alam.”

    Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974

    Aku . . . akan menjadikan engkau seperti cincin meterai; sebab engkaulah yang Kupilih, demikianlah firman Tuhan. —Hagai 2:24

    Renungan:

    Cincin Meterai

    Oleh Amy Boucher Pye

    Ketika pertama kalinya berkenalan dengan seorang teman dari luar negeri, saya tertarik pada logatnya yang sangat bagus dan sebuah cincin yang terdapat pada jari kelingkingnya. Belakangan saya mengetahui bahwa cincin itu bukan sekadar perhiasan. Sebuah lambang yang terukir pada cincin itu menunjukkan tempatnya dalam silsilah keluarganya.

    Cincin teman saya itu mirip dengan cincin meterai—bisa jadi seperti yang disebutkan dalam kitab Hagai. Dalam kitab Perjanjian Lama yang singkat itu, Nabi Hagai menyerukan kepada umat Allah untuk membangun kembali bait Allah. Mereka pernah dibuang dan sekarang sudah kembali ke tanah air mereka, tetapi ketika mereka mulai membangun kembali, pertentangan dari para musuh membuat proyek itu terhenti. Pesan dari Hagai meliputi janji Allah kepada Zerubabel, bupati Yehuda, yang menyatakan bahwa ia telah dipilih dan dijadikan seperti cincin meterai.

    Pada zaman kuno, cincin meterai digunakan sebagai pengenal identitas seseorang. Untuk menandai sesuatu, mereka tidak membubuhkan nama sebagai tanda tangan, tetapi mencetak cincin mereka yang telah dibubuhkan ke lilin panas atau tanah liat yang lembek. Sebagai anak-anak Allah, kita juga menandai kehadiran kita di dunia ini dengan menyebarkan Injil, membagikan anugerah-Nya kepada sesama, dan bekerja meringankan beban orang lain.

    Setiap dari kita memiliki cap tersendiri yang memperlihatkan bahwa kita diciptakan menurut gambar Allah dan menunjukkan paduan unik dari karunia, kegemaran, dan hikmat yang kita miliki.

    Kita menerima panggilan dan hak istimewa untuk berperan sebagai cincin meterai Allah di tengah dunia ini. —Amy Boucher Pye

    Ya Allah Bapaku, hari ini, tolonglah aku mengenali identitasku yang sejati sebagai ahli waris-Mu. (Lihat Lukas 15).

    Kita adalah ahli waris dan duta Allah yang dipanggil untuk membagikan kasih-Nya kepada dunia.

    Wawasan

    Sama seperti Zerubabel yang dijadikan seperti cincin meterai, setiap orang Kristen telah dipilih dan diterima oleh Allah di dalam Kristus (Ef. 1:4-5,11). Kita dikenal sebagai orang Kristen, para pengikut Kristus (Kis. 11:26; 1Ptr. 4:14-16), dan diberi mandat menjadi duta yang membawa pesan terpenting di dunia (Mat. 28:18-20). Bagaimana kita dapat memberitakan kebenaran tentang Kristus dengan lebih efektif sepanjang minggu ini? Resolusi apa yang dapat kita buat untuk tahun yang baru, agar kita menjadi duta kerajaan Allah yang lebih baik? —Jim Townsend

    Bacaan Alkitab setahun: Zakharia 9–12 ; Wahyu 20

    30 Desember 2016 diubah oleh ZEGA376

  • ZEGA376

    29 Desember 2016

    Hidup dalam Panggilan Allah: Mewujudkan Manusia Baru

    Kamis, 29 Desember 2016

    Bacaan Alkitab hari ini:

    Hidup sebagai anak-anak terang

    (1) Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih

    (2) dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah.

    (3) Tetapi percabulan dan rupa-rupa kecemaran atau keserakahan disebut sajapun jangan di antara kamu, sebagaimana sepatutnya bagi orang-orang kudus.

    (4) Demikian juga perkataan yang kotor, yang kosong atau yang sembrono karena hal-hal ini tidak pantas tetapi sebaliknya ucapkanlah syukur.

    (5) Karena ingatlah ini baik-baik: tidak ada orang sundal, orang cemar atau orang serakah, artinya penyembah berhala, yang mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan Allah.

    (6) Janganlah kamu disesatkan orang dengan kata-kata yang hampa, karena hal-hal yang demikian mendatangkan murka Allah atas orang-orang durhaka.

    (7) Sebab itu janganlah kamu berkawan dengan mereka.

    (8) Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang,

    (9) karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran,

    (10) dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan.

    (11) Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu.

    (12) Sebab menyebutkan sajapun apa yang dibuat oleh mereka di tempat-tempat yang tersembunyi telah memalukan.

    (13) Tetapi segala sesuatu yang sudah ditelanjangi oleh terang itu menjadi nampak, sebab semua yang nampak adalah terang.

    (14) Itulah sebabnya dikatakan: "Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu."

    (15) Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif,

    (16) dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.

    (17) Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.

    (18) Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh,

    (19) dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati.

    (20) Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita

    (21) dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus.

    Kasih Kristus adalah dasar hidup suami isteri

    (22) Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan,

    (23) karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh.

    (24) Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu.

    (25) Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya

    (26) untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman,

    (27) supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.

    (28) Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri.

    (29) Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat,

    (30) karena kita adalah anggota tubuh-Nya.

    (31) Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.

    (32) Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat.

    (33) Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya.

    Efesus 5

    Renungan:

    Hidup dalam Panggilan Allah: Mewujudkan Manusia Baru

    Menjalankan panggilan Allah untuk melayani itu seharusnya bukan hanya sekedar proyek atau kegiatan, melainkan gaya hidup. Bila “melayani” adalah gaya hidup kita, maka kita pasti mengalami perubahan hidup berupa pertumbuhan secara rohani, sehingga kita menjadi manusia baru di dalam Kristus (4:16-24; 5:8). Perubahan hidup ini meliputi seluruh aspek kehidupan kita, termasuk cara berpikir (4:23), perkataan (4:25; 5:4, 19-20), emosi (4:26-27), etos (semangat) kerja (4:28), relasi dengan sesama (4:31-32; 5:2, 21), kekudusan hidup (5:3), keberanian menyatakan identitas diri (4:17; 5:8-17), relasi suami-isteri (5:22-33), relasi anak dan orang tua (6:1-4), serta relasi hamba dan majikan (6:5-9).

    Mana yang harus terwujud lebih dulu dalam hidup kita: melayani atau mengalami perubahan hidup? Kedua hal itu tidak perlu dipertentangkan. Bila kita menjalankan panggilan untuk melayani orang lain, hidup kita akan mengalami perubahan, karena hati nurani kita akan menuduh kita bila apa yang kita katakan dan apa yang kita lakukan tidak sesuai dengan keadaan diri kita yang sebenarnya. Bila kita bersedia dibentuk oleh Roh Kudus, pembentukan itu terjadi saat kita rela melaksanakan kehendak Allah. Sebaliknya, bila kita menjauhkan diri dari orang lain, kita tidak mau melayani orang lain, maka pertumbuhan rohani kita pasti akan terhambat.

    Pelayanan apa yang sedang Anda kerjakan? Perubahan hidup dalam wujud apa yang sedang terjadi di dalam hidup Anda? Perhatikanlah nasihat Rasul Paulus, “Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada.” (5:15-16a). [P]

    Efesus 4:23-24

    “supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.”

    30 Desember 2016 diubah oleh ZEGA376

  • ZEGA376

    30 Desember 2016

    Jumat, 30 Desember 2016

    MENIMBUN BARA API

    [[Jikalau seterumu lapar, berilah dia makan roti, dan jikalau ia dahaga, berilah dia minum air. Karena engkau akan menimbun bara api di atas kepalanya, dan TUHAN akan membalas itu kepadamu.]] (Amsal 25:21-22)

    The Bible tell us to love our neighbors, and also to love our enemies; probably because generally they are the same people (G.K. Chesterton). Terjemahannya: Alkitab mengajarkan kepada kita untuk mengasihi tetangga kita, dan juga mengasihi musuh-musuh kita, mungkin karena mereka pada umumnya adalah orang-orang yang sama. Kalimat bijak dari G.K. Chesterton ini menunjukkan kepada kita bahwa relasi antarmanusia tidak selalu berjalan mulus. Kadang kala ada pertikaian yang menyebabkan kawan berubah menjadi lawan. Nah, bagaimana pada umumnya kita memperlakukan lawan kita?

    “Jikalau seterumu lapar, berilah dia makan roti, dan jikalau ia dahaga, berilah dia minum air. Karena engkau akan menimbun bara api di atas kepalanya, dan TUHAN akan membalas itu kepadamu” (Amsal 25:21-22). Amsal ini memberikan petunjuk bagi kita bagaimana seharusnya memperlakukan lawan. Yang mengejutkan, Amsal ini mengajak kita untuk tetap memperlakukan lawan dengan penuh kasih: Jikalau seterumu lapar, berilah dia makan … dan jikalau ia dahaga, berilah dia minum ….

    Tindakan kasih ini mempunyai tujuan yang jelas, yakni menimbun bara api di atas kepalanya. Menimbun bara api di atas kepala bukan upaya untuk menyakiti, tetapi kalimat bermakna kiasan ini mempunyai arti menggugah kesadaran orang yang memusuhi kita lewat tindakan kebaikan.

    Jadi ubahkanlah lawan kita dengan menjadikannya kawan melalui tindakan kasih.

    Amsal Hari Ini -- ( 30 Desember 2016 )

    (C) Pdt. Wahyu 'wepe' Pramudya

    ( www.wahyupramudya.com )

    Dapatkan Aplikasi Renungan Harian "Amsal Hari Ini" di Google Play dan App Store. Gratis!

    30 Desember 2016 diubah oleh ZEGA376

  • ZEGA376

    30 Desember 2016

    Waktu Pribadi Bersama Allah

    Jumat, 30 Desember 2016

    Baca: Matius 14:13-23

    14:13 Setelah Yesus mendengar berita itu menyingkirlah Ia dari situ, dan hendak mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. Tetapi orang banyak mendengarnya dan mengikuti Dia dengan mengambil jalan darat dari kota-kota mereka.

    14:14 Ketika Yesus mendarat, Ia melihat orang banyak yang besar jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit.

    14:15 Menjelang malam, murid-murid-Nya datang kepada-Nya dan berkata: “Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah orang banyak itu pergi supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa.”

    14:16 Tetapi Yesus berkata kepada mereka: “Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan.”

    14:17 Jawab mereka: “Yang ada pada kami di sini hanya lima roti dan dua ikan.”

    14:18 Yesus berkata: “Bawalah ke mari kepada-Ku.”

    14:19 Lalu disuruh-Nya orang banyak itu duduk di rumput. Dan setelah diambil-Nya lima roti dan dua ikan itu, Yesus menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya membagi-bagikannya kepada orang banyak.

    14:20 Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, dua belas bakul penuh.

    14:21 Yang ikut makan kira-kira lima ribu laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak.

    14:22 Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan mendahului-Nya ke seberang, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang.

    14:23 Dan setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ.

    Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974

    Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. —Matius 14:23

    Pagi itu suasana di kelas sekolah Minggu tempat saya melayani sangat ramai. Sekitar 12 anak kecil terus berceloteh dan bermain di ruangan. Karena banyaknya kegiatan yang berlangsung, ruangan kami menjadi panas. Saya pun membuka pintu ruangan dan mengganjalnya. Seorang anak laki-laki melihat itu sebagai kesempatan untuk kabur. Ia pun berjingkat keluar dari ruangan, mengira tidak ada yang memperhatikannya. Setelah membuntutinya, saya pun tidak heran menemukan bahwa ia mencari ayahnya dan langsung memeluknya.

    Anak kecil tersebut melakukan apa yang perlu kita lakukan ketika hidup menjadi begitu sibuk dan membuat kita kewalahan—ia menyelip keluar agar bisa bersama ayahnya. Tuhan Yesus mencari kesempatan agar bisa menghabiskan waktu bersama Bapa Surgawi-Nya di dalam doa. Ada yang berpendapat bahwa mungkin itulah cara-Nya mengatasi berbagai tuntutan yang telah menguras tenaga-Nya sebagai manusia. Menurut Injil Matius, Yesus sedang pergi ke suatu tempat terpencil ketika orang banyak mengikuti Dia. Melihat kebutuhan mereka, Yesus melakukan mukjizat dengan menyembuhkan mereka dan memberi mereka makan. Namun setelah itu Dia “naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri” (Mat. 14:23).

    Tuhan Yesus berulang-ulang menolong banyak orang, tetapi Dia tidak membiarkan diri-Nya menjadi kepayahan dan tergopoh-gopoh. Dia selalu memupuk hubungan-Nya dengan Allah melalui doa. Bagaimana denganmu? Apakah kamu akan menyediakan waktu pribadi bersama Allah untuk mengalami kekuatan dan kepuasan sejati dari-Nya? —Jennifer Benson Schuldt

    Dari mana kamu menemukan kepuasan yang lebih besar—dari usaha kamu memenuhi segala tuntutan hidup ini atau dari hubungan kamu dengan Sang Pencipta?

    Ketika kita mendekat kepada Allah, pikiran kita disegarkan dan kekuatan kita diperbarui!

    Bacaan Alkitab Setahun: Zakharia 13-14; Wahyu 21

    Wawasan

    Tema “perhentian” sangat penting dalam kepercayaan orang Yahudi. Salah satu contohnya adalah praktik hari Sabat atau hari perhentian. Namun, para pemimpin Yahudi di abad pertama menambahkan berbagai aturan agamawi yang begitu membebani, sehingga Yesus secara terbuka menegur mereka karena penyesatan yang mereka ajarkan kepada umat (lihat Matius 23:2-4). Berbagai aturan agamawi yang memberatkan telah merampas istirahat atau perhentian yang dimaksudkan Allah untuk menyegarkan hubungan manusia dengan-Nya. Mungkin itulah sebabnya Yesus menyampaikan undangan yang sangat menyejukkan hati kepada semua orang yang mendengar-Nya: “Marilah kepada-ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu”(11:28). —Bill Crowder

    30 Desember 2016 diubah oleh ZEGA376

  • ZEGA376

    30 Desember 2016

    Mempertahankan Panggilan Allah: Melawan Tipu Muslihat Iblis

    Jumat, 30 Desember 2016

    Bacaan Alkitab hari ini:

    Taat dan kasih

    (1) Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian.

    (2) Hormatilah ayahmu dan ibumu ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini:

    (3) supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi.

    (4) Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.

    (5) Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia dengan takut dan gentar, dan dengan tulus hati, sama seperti kamu taat kepada Kristus,

    (6) jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah,

    (7) dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia.

    (8) Kamu tahu, bahwa setiap orang, baik hamba, maupun orang merdeka, kalau ia telah berbuat sesuatu yang baik, ia akan menerima balasannya dari Tuhan.

    (9) Dan kamu tuan-tuan, perbuatlah demikian juga terhadap mereka dan jauhkanlah ancaman. Ingatlah, bahwa Tuhan mereka dan Tuhan kamu ada di sorga dan Ia tidak memandang muka.

    Perlengkapan rohani

    (10) Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya.

    (11) Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis;

    (12) karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.

    (13) Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu.

    (14) Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan,

    (15) kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera;

    (16) dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat,

    (17) dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah,

    (18) dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus,

    (19) juga untuk aku, supaya kepadaku, jika aku membuka mulutku, dikaruniakan perkataan yang benar, agar dengan keberanian aku memberitakan rahasia Injil,

    (20) yang kulayani sebagai utusan yang dipenjarakan. Berdoalah supaya dengan keberanian aku menyatakannya, sebagaimana seharusnya aku berbicara.

    Pemberitahuan - Salam

    (21) Supaya kamu juga mengetahui keadaan dan hal ihwalku, maka Tikhikus, saudara kita yang kekasih dan pelayan yang setia di dalam Tuhan, akan memberitahukan semuanya kepada kamu.

    (22) Dengan maksud inilah ia kusuruh kepadamu, yaitu supaya kamu tahu hal ihwal kami dan supaya ia menghibur hatimu.

    (23) Damai sejahtera dan kasih dengan iman dari Allah, Bapa dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai sekalian saudara.

    (24) Kasih karunia menyertai semua orang, yang mengasihi Tuhan kita Yesus Kristus dengan kasih yang tidak binasa.

    Efesus 6

    Melaksanakan panggilan Allah tidaklah mudah karena kita menghadapi tiga penghalang, yaitu kecenderungan melakukan kebiasaan lama, lingkungan yang berdosa, dan usaha (tipu muslihat) Iblis untuk membuat kita gagal melaksanakan panggilan Allah. Rasul Paulus berkeyakinan bahwa orang percaya itu seperti prajurit yang harus berperang secara rohani melawan Iblis dan seluruh pengikutnya yang disebut sebagai “pemerintah-pemerintah, penguasa-penguasa, penghulu-penghulu dunia yang gelap, roh-roh jahat di udara” (6:11-12). Untuk bisa menggagalkan tipu muslihat Iblis, kita harus memakai seluruh perlengkapan senjata Allah, yaitu (ikat pinggang) kebenaran, (baju zirah) keadilan, (kasut) kerelaan memberitakan Injil, (perisai) iman, (ketopong) keselamatan, (pedang Roh) firman Allah, serta doa (6:13-20). Ikat pinggang, baju zirah, kasut, perisai, ketopong, dan pedang adalah aneka perlengkapan yang dipakai oleh para prajurit. Yang menarik, “doa” tidak memiliki padanan dengan senjata yang dipakai oleh para prajurit, dan doa merupakan satu-satunya senjata yang disertai penjelasan (6:18-20). Doa adalah satu-satunya senjata untuk membela diri dan untuk menyerang yang tidak dibatasi oleh ruang (kita bisa berdoa untuk seseorang yang berada di tempat jauh) dan oleh waktu (kita bisa berdoa untuk masa depan).

    Apakah Anda menyadari bahwa Anda sedang berada dalam situasi perang secara rohani? Apakah Anda telah memakai semua perlengkapan senjata rohani yang disediakan Allah? Bila Anda mengabaikan salah satu saja perlengkapan senjata rohani yang disediakan Allah, Anda seperti menyediakan diri untuk dikalahkan oleh Iblis! [P]

    Efesus 6:11

    “Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis.”

    30 Desember 2016 diubah oleh ZEGA376

  • ZEGA376

    31 Desember 2016

    DUA SISI KEHIDUPAN

    [[Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya. Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam; … ada waktu untuk mengasihi, ada waktu untuk membenci; ada waktu untuk perang, ada waktu untuk damai.]] (Pengkhotbah 3:1-8)

    Bagaimana  kabar Anda dalam tahun ini? Apakah banyak harapan yang menjadi kenyataan? Atau, justru ada banyak hal yang tak diharapkan namun terjadi? Apa pun yang terjadi dalam sepanjang tahun ini adalah kenyataan yang harus kita terima.

    Pengkhotbah mengungkapkan dua sisi dari kehidupan ini. Ada kelahiran, ada kematian. Ada waktu untuk merombak, ada waktu untuk membangun. Ada waktu untuk memeluk, ada waktu untuk menahan diri dari memeluk. Ada waktu untuk mencari, ada waktu untuk membiarkan rugi. Inilah sisi menyenangkan dan menyedihkan dalam hidup. Ya, hidup tak pernah lepas dari dua sisi ini.

    Di tengah hidup yang terdiri dari dua sisi, yakni menyedihkan dan menggembirakan, kita tidak pernah sendiri. Ada tangan Tuhan yang bekerja dalam dua sisi itu untuk menjadikan segala sesuatu indah pada waktunya.

    Jadi, apa pun yang terjadi di sepanjang tahun ini, yakinlah bahwa ada tangan Tuhan yang bekerja dalam pelbagai peristiwa untuk membuat segala sesuatu indah pada waktu-Nya. Percayalah!

    Amsal Hari Ini -- ( 31 Desember 2016 )

    (C) Pdt. Wahyu 'wepe' Pramudya

    ( www.wahyupramudya.com )

    Dapatkan Aplikasi Renungan Harian "Amsal Hari Ini" di Google Play dan App Store. Gratis!

  • ZEGA376

    31 Desember 2016

    31 Des 2016.

    (18) Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami.

    (19) Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami.

    (20) Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah.

    (21) Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.

    Paulus dalam pelayanannya

    (1) Sebagai teman-teman sekerja, kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima.

    (2) Sebab Allah berfirman: "Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau, dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau." Sesungguhnya, waktu ini adalah waktu perkenanan itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari penyelamatan itu.

    Baca 2 Korintus 5:18–6:2

    Sesungguhnya, waktu ini adalah waktu perkenanan itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari penyelamatan itu. —2 Korintus 6:2

    Sekaranglah Harinya

    Oleh Dave Branon

    Maggie, cucu kami yang berusia prasekolah, dan Katie, saudaranya yang sudah TK, menarik beberapa lembar selimut ke halaman belakang untuk membangun tenda yang akan menjadi tempat mereka bermain. Setelah mereka bermain di luar beberapa waktu lamanya, tiba-tiba Maggie memanggil ibu mereka.

    “Ma, cepat ke sini!” teriak Maggie. “Aku ingin menerima Yesus dalam hatiku dan aku butuh bantuan Mama!” Rupanya pada saat itu, ia sangat menyadari kebutuhannya akan Tuhan Yesus dan siap untuk beriman kepada-Nya.

    Desakan Maggie yang meminta bantuan untuk mempercayai Yesus mengingatkan kita pada kata-kata Paulus dalam 2 Korintus 6 tentang keselamatan. Ia sedang membicarakan kenyataan bahwa kedatangan Yesus Kristus—termasuk kematian dan kebangkitan-Nya—telah memulai suatu zaman yang ia sebut sebagai “waktu perkenanan [Allah].” Kita juga hidup dalam waktu dan masa tersebut, dan keselamatan tersedia bagi semua orang sekarang juga. Rasul Paulus berkata, “Sesungguhnya, waktu ini adalah waktu perkenanan itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari penyelamatan itu” (ay.2). Bagi semua orang yang belum mempercayai Yesus untuk menerima pengampunan atas dosa-dosa mereka, sekaranglah waktu untuk melakukannya. Ini sungguh mendesak.

    Mungkin Roh Kudus telah mengingatkan Anda bahwa Anda sungguh perlu mempercayai Tuhan Yesus. Seperti Maggie, jangan tunda lagi. Datanglah segera kepada Yesus. Sekaranglah harinya!

    Doa:

    Bapa Surgawi, sekarang aku menyadari perlunya memperoleh pengampunan atas dosaku. Aku juga menyadari hanya Yesus—karena pengorbanan-Nya di kayu salib—yang dapat mengampuni dosaku. Aku mau beriman dan percaya kepada Yesus hari ini. Ampunilah aku dan jadilah Tuhan dalam hidupku.

    Prinsip:

    Tiada hari yang lebih baik daripada hari ini untuk masuk ke dalam keluarga Allah.

    Wawasan

    Gambaran yang diberikan 2 Korintus 5:20 tentang peran kita sebagai orang percaya di dunia ini sangat luar biasa. Kita disebut sebagai utusan atau duta Kristus. Duta adalah orang yang diutus untuk mewakili negaranya ke sebuah negara asing. Ketika kita membagikan kabar baik tentang Kristus yang telah membayar hukuman dosa, kita sedang melakukan tugas sebagai duta Allah. Karya penebusan Yesus Kristus melalui kematian dan kebangkitan-Nya telah membuka jalan bagi manusia yang tadinya terpisah dari Allah untuk kembali memiliki hubungan dengan Pencipta-Nya. Sebagai duta Allah, kita memberitakan janji Allah yang akan memberikan kewarganegaraan baru di surga bagi setiap orang yang mau bertobat dan percaya pada berita Injil. —Dennis Fisher

    Bacaan Alkitab setahun: Maleakhi 1–4 ; Wahyu 22

    Anda dapat memberi dampak yang berarti

    31 Desember 2016 diubah oleh ZEGA376

  • ZEGA376

    31 Desember 2016

    Akhir Tahun: Masa Refleksi dan Mengucap Syukur (Akhir Tahun)

    Sabtu, 31 Desember 2016

    Bacaan Alkitab hari ini:

    Efesus 5:20

    “Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita.”

    Akhir tahun adalah masa yang baik untuk melakukan refleksi atas hidup kita sepanjang tahun: apa yang telah atau belum berhasil serta apa yang perlu ditingkatkan. Apa pun hasil reflek-si kita, tutuplah tahun ini dengan bersyukur kepada Allah sebagai bukti dari dua butir pengakuan iman kita di hadapan-Nya: Pertama, bersyukur berarti mengakui kebaikan Allah. Sama se-perti ucapan terima kasih merupakan pengakuan atas kebaikan seseorang, demikian pula ucapan syukur adalah pengakuan bahwa segala sesuatu dalam kehidupan terjadi karena kebaikan Allah. Sebaliknya, tidak mengucap syukur mengungkapkan penyangkalan atau ketidakpedulian atas kebaikan Allah. Kedua, bersyukur berarti mengakui kedaulatan Allah dalam hidup kita. Kata “senantiasa” dalam bacaan Alkitab hari ini merujuk kepada waktu dan kondisi, yakni setiap saat dalam segala kondisi. Kata “segala sesuatu” merujuk kepada segala peristiwa yang terjadi dalam hidup kita. Jadi, bersyukurlah baik saat keadaan lancar dan aman maupun saat muncul banyak masalah karena kita yakin bahwa segala sesuatu terjadi di bawah kedaulatan Allah atau atas izin-Nya. Percayalah bahwa segala sesuatu akhirnya akan mendatangkan kebaikan dan keindahan bagi orang yang dikasihi-Nya (Roma 8:28).

    Tutuplah tahun ini dengan mengucap syukur kepada Allah. Ucapan syukur apakah yang Anda persembahkan kepada Allah atas kebaikan dan kedaulatan-Nya dalam kehidupan Anda tahun ini? Dengan bersyukur, kita mengakui bahwa kita dapat melewati tahun ini hanya karena kasih karunia Allah, bukan karena kekuatan atau kehebatan kita. Dengan bersyukur, kita mengekspresikan iman bahwa dalam memasuki tahun depan, kita meyakini pimpinan Allah dalam kasih karunia-Nya. [TF]

    Efesus 5:20

    “Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita.”

  • ZEGA376

    31 Desember 2016

    Akhir Tahun: Masa Refleksi dan Mengucap Syukur (Akhir Tahun)

    Sabtu, 31 Desember 2016

    Bacaan Alkitab hari ini:

    Efesus 5:20

    “Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita.”

    Akhir tahun adalah masa yang baik untuk melakukan refleksi atas hidup kita sepanjang tahun: apa yang telah atau belum berhasil serta apa yang perlu ditingkatkan. Apa pun hasil reflek-si kita, tutuplah tahun ini dengan bersyukur kepada Allah sebagai bukti dari dua butir pengakuan iman kita di hadapan-Nya: Pertama, bersyukur berarti mengakui kebaikan Allah. Sama se-perti ucapan terima kasih merupakan pengakuan atas kebaikan seseorang, demikian pula ucapan syukur adalah pengakuan bahwa segala sesuatu dalam kehidupan terjadi karena kebaikan Allah. Sebaliknya, tidak mengucap syukur mengungkapkan penyangkalan atau ketidakpedulian atas kebaikan Allah. Kedua, bersyukur berarti mengakui kedaulatan Allah dalam hidup kita. Kata “senantiasa” dalam bacaan Alkitab hari ini merujuk kepada waktu dan kondisi, yakni setiap saat dalam segala kondisi. Kata “segala sesuatu” merujuk kepada segala peristiwa yang terjadi dalam hidup kita. Jadi, bersyukurlah baik saat keadaan lancar dan aman maupun saat muncul banyak masalah karena kita yakin bahwa segala sesuatu terjadi di bawah kedaulatan Allah atau atas izin-Nya. Percayalah bahwa segala sesuatu akhirnya akan mendatangkan kebaikan dan keindahan bagi orang yang dikasihi-Nya (Roma 8:28).

    Tutuplah tahun ini dengan mengucap syukur kepada Allah. Ucapan syukur apakah yang Anda persembahkan kepada Allah atas kebaikan dan kedaulatan-Nya dalam kehidupan Anda tahun ini? Dengan bersyukur, kita mengakui bahwa kita dapat melewati tahun ini hanya karena kasih karunia Allah, bukan karena kekuatan atau kehebatan kita. Dengan bersyukur, kita mengekspresikan iman bahwa dalam memasuki tahun depan, kita meyakini pimpinan Allah dalam kasih karunia-Nya. [TF]

    Efesus 5:20

    “Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita.”

  • ZEGA376

    2 Januari 2017

    Minggu, 1 Januari 2017

    OOSUJI

    [[Aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku. ]] (Filipi 3:13b)

    Oosuji—artinya kerja bakti—adalah tradisi turun-temurun masyarakat Jepang yang dilakukan untuk menyambut pergantian tahun. Saat itu semua anggota keluarga bersama-sama membersihkan seluruh rumah mulai dari teras hingga kamar mandi. Maknanya sederhana: mereka hendak memasuki tahun baru dengan jiwa dan hati yang bersih, dengan hidup yang tertata baru kembali.

    Tahun Baru memang kerap dijadikan momen awal melakukan sesuatu, baik refleksi maupun resolusi. Tentu tidak salah, walaupun sebenarnya tidak harus dilakukan pada Tahun Baru saja. Momen refleksi, tentang apa yang telah terjadi di dalam kehidupan kita—keluarga, teman, pekerjaan, pendidikan, suka dan duka. Momen resolusi, tentang apa yang ingin kita capai kelak; niat yang disertai ketetapan hati untuk mewujudkannya.

    Apa yang terjadi pada tahun lama—suka, duka, tawa, tangis—semuanya menjadi pelajaran berharga. Seperti tekad Rasul Paulus, kita perlu melupakan apa yang telah di belakang dan mengarahkan diri pada apa yang ada di hadapan kita. Artinya, kita tidak perlu tenggelam dan terpaku pada masa lalu sebab hal itu hanya akan memberati langkah kita. Sebaliknya, kita berfokus pada apa yang ada di hadapan kita. Berusaha melakukan yang terbaik pada setiap kesempatan—mulai saat ini. Maka, pada momen Tahun Baru ini, mari kita bersama melakukan “Oosuji”: membersihkan diri, hati, dan jiwa dari segala beban dan duka dari tahun yang lalu, dan berketetapan hati untuk menjalani hari-hari pada tahun yang baru ini dengan lebih baik. Tahun baru, tekad baru, semangat baru.

    (Ayub Yahya)

    Amsal Hari Ini -- ( 1 Januari 2017 )

    (C) Pdt. Wahyu 'wepe' Pramudya

    ( www.wahyupramudya.com )

    Dapatkan Aplikasi Renungan Harian "Amsal Hari Ini" di Google Play dan App Store. Gratis!

  • ZEGA376

    2 Januari 2017

    Hidup Bersyukur

    Minggu, 1 Januari 2017

    Baca: Mazmur 23

    23:1 Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.

    23:2 Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang;

    23:3 Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.

    23:4 Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.

    23:5 Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah.

    23:6 Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.

    Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974

    Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku. —Mazmur 23:6

    Renungan:

    Hidup Bersyukur.

    Oleh Anne Cetas

    Karena ingin bertumbuh semakin matang dalam kehidupan rohani dan semakin giat mengucap syukur, Sue membuat stoples yang diberinya label Hidup Bersyukur. Setiap malam ia menuliskan satu hal yang disyukurinya dari Allah pada secarik kertas kecil dan memasukkannya ke dalam stoples itu. Adakalanya dalam satu hari ia dapat menuliskan banyak ucapan syukur, tetapi di hari-hari yang berat, ia bergumul untuk menemukan satu hal yang membuatnya bersyukur. Pada akhir tahun, ia mengeluarkan semua kertas dari dalam stoples tersebut dan membaca lagi semua tulisannya. Ia pun kembali bersyukur kepada Allah atas segala sesuatu yang telah dilakukan-Nya. Allah telah memberinya hal-hal sederhana seperti indahnya matahari saat terbenam atau senja yang sejuk untuk berjalan-jalan di taman, dan di saat-saat lain Dia telah memberikan kekuatan untuk menangani situasi yang sulit atau telah menjawab doanya.

    Penemuan Sue mengingatkan saya pada apa yang dikatakan pemazmur Daud tentang pengalamannya (Mzm. 23). Allah menyegarkannya dengan “padang yang berumput hijau” dan “air yang tenang” (ay.2-3). Dia memberikan tuntunan, perlindungan, dan penghiburan (ay.3-4). Daud menyimpulkan: “Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku” (ay.6).

    Tahun ini, saya akan membuat stoples Hidup Bersyukur. Mungkin kamu juga ingin membuatnya. Menurut saya, kita akan melihat begitu banyak alasan bagi kita untuk bersyukur kepada Allah—antara lain sahabat dan keluarga yang dikaruniakan-Nya kepada kita serta segala kebutuhan jiwa raga dan rohani kita yang dipenuhi-Nya. Kita akan melihat bahwa kebaikan dan kemurahan Allah mengikuti kita seumur hidup kita. —Anne Cetas

    Doa:

    Tuhanku, Engkau telah memberkatiku begitu banyak dan tak terhingga. Terima kasih, ya Tuhan, untuk kasih-Mu kepadaku.

    Prinsip:

    Ketika kamu memikirkan segala sesuatu yang baik, bersyukurlah kepada Allah.

    Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 1-3; Matius 1

    Wawasan:

    Mazmur 23 sangat dikenal dan disukai banyak orang. Orang percaya pada masa kini mungkin sulit menghubungkan sosok gembala dengan penguasa. Namun, pada zaman Alkitab, orang memang menganggap raja sebagai gembala. Lihatlah di Mazmur 78:71-72; 2 Samuel 5:2; Yesaya 44:28; dan Yeremia 3:15. (Yang mengagumkan, di Wahyu 7:17 Sang Anak Domba justru menggembalakan umat-Nya!) Apa yang sebenarnya dilakukan oleh seorang gembala? Ia memelihara, mengatur, memerintah, melindungi, dan sebagainya. Bukankah itu juga yang dilakukan oleh para raja yang baik? Dengan kata lain, tugas raja dan gembala tidak jauh berbeda.

    Sebagai gembala, Allah telah memberi begitu banyak kepada kita, dan itu semua membuat kita patut mengucap syukur. Ucapan syukur itu kita wujudkan dengan menjalani hidup yang bersyukur. Marilah mengingat kembali apa saja yang telah Allah berikan kepada Anda seminggu terakhir ini. Bagaimana cara Anda mengucap syukur kepada Allah lewat hidup Anda? —Jim Townsend

    2 Januari 2017 diubah oleh ZEGA376

  • ZEGA376

    2 Januari 2017

    Senin, 2 Januari 2017

    PERCAYALAH KEPADA TUHAN

    [[Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.]] (Amsal 3:5)

    Suatu kali seorang pria bertanya kepada kekasihnya, “Sayang, aku sudah belajar mengemudikan mobil. Apakah kamu percaya aku bisa mengendarai mobil sampai ke luar kota dengan baik?” Gadis itu pun menjawab mantap, “Ya, aku yakin kamu sudah belajar dengan baik. Aku yakin kamu bisa mengendarai mobil sampai ke luar kota dengan aman dan nyaman.”

    Sang pria pun tersenyum sambil berkata, “Baiklah, kalau kamu percaya aku bisa mengendarai mobil dengan baik, besok hari Sabtu kita pergi berdua ya ke Batu.” Gadis itu terkejut, dan sambil tersenyum ia menggelengkan kepala perlahan. Apakah menurut Anda gadis itu sungguh-sungguh percaya bahwa kekasihnya mampu mengendarai mobil dengan baik? Tentu tidak!

    Kepercayaan itu selalu terbukti melalui penyerahan diri pada apa yang dipercayai. Kepercayaan tanpa penyerahan diri adalah omong kosong. Itulah sebabnya penulis Amsal menyatakan, “Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri” (Amsal 3:5). Penulis Amsal hendak menegaskan bahwa kepercayaan kepada Tuhan itu harus utuh, yakni dengan segenap hati. Kepercayaan yang utuh tadi tidak menyisakan ruang untuk bersandar pada diri sendiri betapapun hebatnya diri kita.

    Apakah kita sungguh-sungguh memercayai Tuhan? Tentu sangat mudah bagi kita untuk berkata, “Ya!” Namun, bukti nyata kepercayaan kepada Tuhan bukanlah perkataan, tetapi kehidupan yang seturut dan mewujudkan kehendak-Nya.

    (Wahyu Pramudya)

    Amsal Hari Ini -- ( 2 Januari 2017 )

    (C) Pdt. Wahyu 'wepe' Pramudya

    ( www.wahyupramudya.com )

    Dapatkan Aplikasi Renungan Harian "Amsal Hari Ini" di Google Play dan App Store. Gratis!

  • ZEGA376

    2 Januari 2017

    Senin, 2 Januari 2017

    Baca: Roma 11:33-12:2

    11:33 O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!

    11:34 Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya?

    11:35 Atau siapakah yang pernah memberikan sesuatu kepada-Nya, sehingga Ia harus menggantikannya?

    11:36 Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!

    12:1 Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.

    12:2 Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.

    Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974

    [Persembahkan] tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. —Roma 12:1

    Renungan:

    Hadiah Terbaik

    Oleh: David McCasland

    Minggu-minggu setelah Natal merupakan waktu-waktu paling sibuk di Amerika Serikat bagi bagian pengembalian barang. Itulah saatnya orang menukarkan hadiah yang tidak mereka inginkan dengan barang yang benar-benar mereka inginkan. Namun kamu mungkin mengenal beberapa orang yang tampaknya selalu memberikan hadiah yang terbaik. Bagaimana caranya mereka tahu persis apa yang tepat dan memang diinginkan orang lain? Kuncinya tidak terletak pada nilai uang yang dikeluarkan, tetapi pada sikap yang mau mendengarkan orang lain dan memperhatikan sungguh-sungguh apa yang mereka sukai dan hargai.

    Prinsip itu berlaku untuk keluarga dan teman, tetapi bagaimana dengan Allah? Adakah sesuatu yang berarti atau berharga yang dapat kita berikan kepada Allah? Adakah yang tidak Dia miliki?

    Nyanyian pujian kepada Allah tentang keagungan hikmat, pengetahuan, dan kemuliaan-Nya dalam Roma 11:33-36 dilanjutkan dengan panggilan untuk menyerahkan diri kita kepada-Nya. “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati” (12:1). Alih-alih dibentuk menjadi serupa dengan dunia ini, kita harus berubah “oleh pembaharuan budi [kita]” (ay.2).

    Hadiah terbaik apakah yang dapat kita berikan kepada Allah hari ini? Dengan rasa syukur, kerendahan hati, dan kasih, kita dapat mempersembahkan diri kita kepada Allah—segenap hati, pikiran, dan kehendak kita. Itulah yang Tuhan rindu terima dari setiap orang. —David McCasland

    Doa:

    Tuhanku, aku ini milikmu. Aku ingin mempersembahkan diriku kepada-Mu— hati, pikiran, dan kehendakku—untuk melayani-Mu dengan rela dan bersyukur atas semua yang telah Engkau lakukan bagiku.

    Prinsip:

    Hadiah terbaik yang dapat kita berikan kepada Allah adalah diri kita sendiri.

    Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 4-6; Matius 2

    Wawasan:

    Saat membahas tentang hidup baru yang bisa kita peroleh karena karya Yesus (Rm. 12–16), Rasul Paulus menuntut kita untuk menjalani hidup yang radikal dengan mempersembahkan tubuh kita dan mengalami perubahan dalam pikiran kita (12:1-2). Allah tidak menuntut kita untuk mati bagi-Nya. Dia justru menghendaki kita untuk hidup bagi-Nya—“mempersembahkan [tubuh kita] sebagai persembahan yang hidup” (ay.1).

    Di Perjanjian Lama, ada dua jenis persembahan: korban pendamaian dan korban syukur. Korban pendamaian atau penghapus dosa wajib dipersembahkan untuk menebus dosa dan untuk memulihkan persekutuan seseorang dengan Allah. Yesus, Anak Domba Allah (Yoh. 1:29), adalah korban pendamaian yang sempurna dan final. Paulus menekankan bahwa “Kristus yang menjadi sebagai domba Paskah kita, sudah dikurbankan” (1Kor. 5:7 BIS). Korban syukur dipersembahkan secara sukarela kepada Allah untuk menyatakan rasa syukur, kasih, dan penyembahan yang penuh sukacita atas berkat ilahi atau rahmat dan karunia-Nya (Im. 7:11-15; 22:29; Mzm. 50:14,23; 107:22).

    Kita takkan pernah bisa mempersembahkan diri sebagai korban pendamaian (tak seorang pun manusia yang bisa) karena hanya “[Yesus] Anak domba Allah, yang [dapat] menghapus dosa dunia” (Yoh. 1:29). Namun, kita semua dapat menjadi persembahan syukur, dengan menjadi “persembahan yang hidup”. —Sim Kay Tee

    2 Januari 2017 diubah oleh ZEGA376

  • ZEGA376

    2 Januari 2017

    Penglihatan yang Membangkitkan Pengharapan

    Minggu, 2 Agustus 2015

    Bacaan Alkitab hari ini:

    Yehezkiel 40-42

    Penglihatan Nabi Yehezkiel tentang kota Yerusalem dengan Bait Suci di dalamnya amat sulit untuk ditafsirkan. Apabila penglihatan ini ditafsirkan secara harfiah, yang menjadi masalah adalah bahwa penglihatan ini tidak sama dengan satu Bait Suci pun yang pernah ada dalam sejarah, baik dengan Bait Suci yang didirikan oleh Raja Salomo, dengan Bait Suci sesudah pembuangan yang didirikan oleh Zerubabel pada zaman Imam Ezra, maupun dengan Bait Suci yang telah dipugar oleh Raja Herodes. Apabila penglihatan ini ditafsirkan secara simbolis, menjadi tanda tanya mengapa ada penjelasan-penjelasan yang amat terperinci (yang tidak diperlukan bila penglihatan itu bersifat simbolis) tentang Bait Suci tersebut?

    Terlepas dari apakah penglihatan Nabi Yehezkiel itu harus ditafsirkan secara harfiah atau secara simbolik, jelas bahwa penglihatan itu penting karena membangkitkan pengharapan bagi umat Israel. Runtuhnya kota Yerusalem dan Bait Suci di dalamnya merupakan pertanda dari berakhirnya kehadiran Allah di antara umat-Nya. Sebaliknya, dibangunnya kembali kota Yerusalem dan Bait Suci di dalamnya merupakan pertanda bagi pulihnya kembali hubungan antara Allah dan umatNya. Di samping itu, adanya berbagai detil ukuran dalam penglihatan ini (misalnya, dalam 40:5 terdapat tiga macam ukuran, yaitu 1 hasta = 45 cm, setapak tangan = sekitar 7,5 cm, dan 1 tongkat = 3,15 m) menunjukkan bahwa Allah memperhatikan hal-hal kecil dalam kehidupan kita. Kita bisa membicarakan setiap masalah (sampai masalah yang terkecil) dengan Allah tanpa perlu takut ditertawakan. [P]

    Yehezkiel 40:4b

    “Hai anak manusia, lihatlah dengan teliti dan dengarlah dengan sungguh-sungguh dan perhatikanlah baik-baik segala sesuatu yang akan kuperlihatkan kepadamu; sebab untuk itulah engkau dibawa ke mari, supaya aku memperlihatkan semuanya itu kepadamu. Beritahukanlah segala sesuatu yang kaulihat kepada kaum Israel.”

  • ZEGA376

    2 Januari 2017

    Yehezkiel

    Pasal 40

    Pintu-pintu gerbang dan pelataran-pelataran Bait Suci yang baru

    (1) Dalam tahun kedua puluh lima sesudah pembuangan kami, yaitu pada permulaan tahun, pada tanggal sepuluh bulan itu, dalam tahun keempat belas sesudah kota itu ditaklukkan, pada hari itu juga kekuasaan TUHAN meliputi aku dan dibawa-Nya aku

    (2) dalam penglihatan-penglihatan ilahi ke tanah Israel dan menempatkan aku di atas sebuah gunung yang tinggi sekali. Di atas itu di hadapanku ada yang menyerupai bentuk kota.

    (3) Ke sanalah aku dibawa-Nya. Dan lihat, ada seorang yang kelihatan seperti tembaga dan di tangannya ada tali lenan beserta tongkat pengukur; dan ia berdiri di pintu gerbang.

    (4) Orang itu berbicara kepadaku: "Hai anak manusia, lihatlah dengan teliti dan dengarlah dengan sungguh-sungguh dan perhatikanlah baik-baik segala sesuatu yang akan kuperlihatkan kepadamu; sebab untuk itulah engkau dibawa ke mari, supaya aku memperlihatkan semuanya itu kepadamu. Beritahukanlah segala sesuatu yang kaulihat kepada kaum Israel."

    (5) Lihat, di luar bangunan itu ada tembok, seluruh keliling bangunan itu. Dan di tangan orang itu ada tongkat pengukur, yang panjangnya enam hasta. Hasta ini setapak tangan lebih panjang dari hasta biasa .Ia mengukur tembok itu, tebalnya satu tongkat dan tingginya satu tongkat.

    (6) Lalu ia sampai di pintu gerbang yang menghadap ke timur dan menaiki tangganya, ia mengukur ambang dari pintu gerbang itu: satu tongkat lebarnya.

    (7) Kemudian ia mengukur kamar jaga: panjangnya satu tongkat dan lebarnya satu tongkat, dan jarak antara dua kamar jaga adalah lima hasta. Dan ambang pintu gerbang sebelah dalam yang dekat balai gerbang itu adalah satu tongkat.

    (8) Kemudian ia mengukur balai gerbang itu: delapan hasta

    (9) dan tiang temboknya dua hasta dan balai itu ada di sebelah dalam.

    (10) Mengenai kamar-kamar jaga yang di pintu gerbang sebelah timur itu ada tiga kamar pada tiap sisi; ketiga-tiganya sama ukurannya dan kedua tiang tembok pada kedua sisi sama juga ukurannya.

    (11) Lalu ia mengukur lobang pintu gerbang itu: lebarnya sebelah dalam adalah sepuluh hasta, dan lebarnya sebelah luar tiga belas hasta.

    (12) Di bagian muka dari kamar-kamar jaga itu ada sekatan, yang berukuran satu hasta dan demikian juga ukuran sekatan di sebelah yang lain. Dan ukuran kamar jaga itu adalah enam hasta pada kedua belah pihak.

    (13) Lalu ia mengukur pintu gerbang itu dari dinding belakang kamar jaga yang satu sampai dinding belakang kamar jaga yang lain, melalui kedua pintu sekatan itu: lebarnya dua puluh lima hasta.

    (14) Ia mengukur juga balai gerbang itu: dua puluh hasta dan sekeliling balai gerbang itu adalah pelataran.

    (15) Dari muka pintu gerbang luar sampai balai gerbang sebelah dalam: lima puluh hasta.

    (16) Pada sekeliling pintu gerbang itu di bagian dalam ada jendela-jendela dengan bidai, yaitu di kamar-kamar jaga dan pada tiang-tiang tembok dan begitu juga pada balai gerbang. Dan pada tiang-tiang tembok itu terukir gambar pohon-pohon korma.

    (17) Lalu dibawanya aku ke pelataran luar, sungguh, sekeliling pelataran itu ada bilik-bilik, yang jumlahnya tiga puluh. Dan bilik-bilik itu dibangun di atas sebuah lantai batu.

    (18) Dan lantai batu itu ada di samping pintu-pintu gerbang mengikuti panjangnya. Itulah lantai batu bawah.

    (19) Kemudian ia mengukur lebar pelataran itu dari sebelah dalam pintu gerbang bawah sampai sebelah luar pintu gerbang dalam: seratus hasta. Lalu ia berjalan di depanku menuju ke utara

    (20) dan sungguh, ada pintu gerbang yang menghadap ke utara, yang termasuk pelataran luar. Ia mengukur panjang dan lebarnya.

    (21) Kamar jaganya, tiga sebelah-menyebelah, tiang-tiang tembok dan balai gerbangnya adalah seukuran dengan pintu gerbang pertama: lima puluh hasta panjangnya dan lebarnya dua puluh lima hasta.

    (22) Jendela-jendelanya, balai gerbangnya dan gambar-gambar pohon kormanya seukuran juga dengan pintu gerbang yang menghadap ke timur. Orang dapat naik ke situ melalui tangga yang tujuh tingkat dan balai gerbangnya ada sebelah dalam.

    (23) Di pelataran dalam ada sebuah pintu gerbang yang berhadapan dengan pintu gerbang utara sama seperti halnya dengan pintu gerbang timur; ia mengukur dari pintu gerbang sampai pintu gerbang: seratus hasta.

    (24) Kemudian ia membawa aku menuju selatan, sungguh, ada sebuah pintu gerbang yang menghadap ke selatan; ia mengukur kamar-kamar jaganya, tiang-tiang temboknya dan balai gerbangnya, ukurannya sama saja dengan yang lain-lain.

    (25) Sekeliling pintu gerbang itu dan balai gerbangnya ada jendela-jendela, yang sama dengan yang lain-lain; panjang pintu gerbang itu lima puluh hasta dan lebarnya dua puluh lima hasta.

    (26) Tangga ke situ adalah tujuh tingkat, dan balai gerbangnya ada sebelah dalam. Pada pintu gerbang itu juga, di tiang-tiang temboknya, terukir gambar pohon-pohon korma, satu batang di sebelah sini dan satu batang di sebelah sana.

    (27) Di bagian selatan pelataran dalam ada juga pintu gerbang; ia mengukur dari pintu gerbang sampai pintu gerbang di bagian selatan: seratus hasta.

    (28) Lalu dibawanya aku ke pelataran dalam melalui pintu gerbang selatan dan ia mengukur pintu gerbang itu, ukurannya sama saja dengan yang lain-lain.

    (29) Kamar-kamar jaganya, tiang-tiang temboknya dan balai gerbangnya, ukurannya sama saja dengan yang lain-lain. Sekeliling pintu gerbang itu dan balai gerbangnya ada jendela-jendela; panjang pintu gerbang itu lima puluh hasta dan lebarnya dua puluh lima hasta.

    (30) Sekelilingnya ada balai-balai gerbang, panjangnya dua puluh lima hasta dan lebarnya lima hasta.

    (31) Balai gerbangnya adalah sebelah pelataran luar dan pada tiang-tiang temboknya terukir gambar pohon-pohon korma dan tangganya ke atas ada delapan tingkat.

    (32) Lalu dibawanya aku ke sebelah timur pelataran dalam dan ia mengukur pintu gerbang yang di situ, dan ukurannya sama saja dengan yang lain-lain.

    (33) Kamar-kamar jaganya, tiang-tiang temboknya dan balai gerbangnya, ukurannya sama saja dengan yang lain-lain. Sekeliling pintu gerbang itu dan balai gerbangnya ada jendela-jendela; panjang pintu gerbang itu lima puluh hasta dan lebarnya dua puluh lima hasta.

    (34) Balai gerbangnya adalah sebelah pelataran luar dan pada tiang-tiang temboknya terukir gambar pohon-pohon korma, sebelah sini dan sebelah sana, dan tangganya ke atas ada delapan tingkat.

    (35) Kemudian dibawanya aku ke pintu gerbang utara dan ia mengukurnya, dan ukurannya sama saja dengan yang lain-lain.

    (36) Kamar-kamar jaganya, tiang-tiang temboknya dan balai gerbangnya, ukurannya sama saja dengan yang lain-lain, dan sekelilingnya ada jendela-jendela; panjang pintu gerbang itu lima puluh hasta dan lebarnya dua puluh lima hasta.

    (37) Balai gerbangnya adalah sebelah pelataran luar, dan pada tiang-tiang temboknya terukir gambar pohon-pohon korma, sebelah sini dan sebelah sana, dan tangganya ke atas ada delapan tingkat.

    (38) Ada juga sebuah bilik, yang pintunya di balai gerbang dan di sana orang membasuh korban bakaran.

    (39) Dalam balai gerbang itu ada dua meja sebelah sini dan dua meja sebelah sana, tempat menyembelih korban bakaran, korban penghapus dosa dan korban penebus salah.

    (40) Di samping kiri balai gerbang, di sebelah luar, ada dua meja, dan di samping kanan balai gerbang itu juga dua meja.

    (41) Jadi di pintu gerbang itu ada empat meja sebelah sini dan empat meja sebelah sana; semuanya delapan meja di situ untuk tempat menyembelih korban.

    (42) Ada juga empat meja lagi untuk korban bakaran, yang diperbuat dari batu pahat. Panjangnya satu setengah hasta, lebarnya satu setengah hasta dan tingginya satu hasta. Di sana diletakkan perkakas-perkakas untuk menyembelih korban bakaran dan korban sembelihan.

    (43) Sekeliling ruangan itu dipakukan gantungan-gantungan yang panjangnya setapak tangan, dan di atas meja-meja itu diletakkan daging korban.

    (44) Lalu dibawanya aku ke pelataran dalam, sungguh, di sana ada dua bilik, yaitu satu di samping pintu gerbang utara dan mukanya menghadap ke selatan, satu lagi di samping pintu gerbang selatan dan mukanya menghadap ke utara.

    (45) Ia berkata kepadaku: "Bilik ini, yang mukanya menghadap ke selatan, adalah bagi imam-imam yang bertugas di Bait Suci,

    (46) dan bilik yang mukanya menghadap ke utara, adalah bagi imam-imam yang bertugas di mezbah; mereka ini adalah bani Zadok dan hanya golongan inilah dari bani Lewi yang boleh mendekat kepada TUHAN untuk menyelenggarakan kebaktian."

    (47) Lalu ia mengukur pelataran dalam: itu suatu empat persegi, yang panjangnya seratus hasta dan lebarnya seratus hasta; mezbah ada di hadapan Bait Suci.

    Bait Suci yang baru

    (48) Lalu dibawanya aku ke balai Bait Suci dan ia mengukur tiang-tiang temboknya: tebalnya lima hasta yang sebelah sini dan lima hasta yang sebelah sana; lebar pintu itu empat belas hasta dan dinding sampingnya masing-masing tiga hasta.

    (49) Panjang balai Bait Suci itu adalah dua puluh hasta dan lebarnya dua belas hasta. Orang dapat naik ke situ melalui tangga yang sepuluh tingkat dan dekat kedua tiang tembok itu ada dua tiang, satu sebelah sini dan satu sebelah sana.

  • ZEGA376

    2 Januari 2017

    Yehezkiel 41

    (1) Kemudian dibawanya aku ke dalam ruang besar Bait Suci dan ia mengukur tiang temboknya: yang sebelah sini enam hasta tebalnya dan yang sebelah sana enam hasta juga.

    (2) Lebar pintu itu adalah sepuluh hasta dan lebar dinding sampingnya adalah lima hasta sebelah sini dan lima hasta sebelah sana. Panjang ruang besar diukur juga: empat puluh hasta dan lebarnya dua puluh hasta.

    (3) Lalu ia sampai ke ruang dalam. Ia mengukur tiang temboknya: tebalnya dua hasta, dan lebar pintu sendiri: enam hasta dan lebar dinding sampingnya tujuh hasta sebelah sini dan tujuh hasta sebelah sana.

    (4) Ia mengukur panjang ruang dalam itu: dua puluh hasta, dan lebarnya: dua puluh hasta sesuai dengan lebar ruang besar. Lalu ia berkata kepadaku: "Inilah tempat maha kudus."

    (5) Kemudian ia mengukur dinding Bait Suci itu: enam hasta tebalnya dan lebar kamar tambahan yang terdapat di sekeliling Bait Suci itu, empat hasta.

    (6) Kamar-kamar tambahan itu ada tiga tingkat dan pada satu tingkat terdapat tiga puluh kamar. Pada sekeliling dinding Bait Suci ada ceruk-ceruk untuk mengokohkan kamar-kamar tambahan itu, sebab kamar-kamar ini tidak digabungkan pada dinding Bait Suci.

    (7) Dan kamar-kamar tambahan semakin lebih besar dari tingkat pertama sampai tingkat ketiga selaras dengan bertambah besarnya ceruk-ceruk pada tiap tingkat sekeliling Bait Suci itu; ada tangga menuju ke atas dan dengan demikian orang dapat naik dari tingkat bawah ke tingkat atas melalui tingkat tengah.

    (8) Aku melihat bahwa alas Bait Suci itu lebih tinggi dari sekelilingnya. Dasar kamar-kamar tambahan itu berukuran satu tongkat penuh, yaitu tingginya enam hasta.

    (9) Tebal dinding yang sebelah luar kamar tambahan adalah lima hasta; lebar bagian alas Bait Suci yang dibiarkan kosong adalah lima hasta. Di antara alas bangunan itu dan

    (10) bilik-bilik ada jarak dua puluh hasta sekeliling bangunan itu.

    (11) Dan pintu-pintu kamar tambahan ke luar ke bagian yang kosong itu, satu pintu di sebelah utara dan satu pintu di sebelah selatan; dan lebar tempat yang kosong itu adalah lima hasta sekeliling.

    (12) Bangunan yang terdapat di lapangan tertutup yang di sebelah barat lebarnya tujuh puluh hasta, sedang dinding yang mengelilinginya tebalnya lima hasta dan panjangnya sembilan puluh hasta.

    (13) Lalu ia mengukur Bait Suci itu: seratus hasta panjangnya dan lapangan tertutup bersama bangunan dan dindingnya: seratus hasta juga;

    (14) begitu juga lebarnya muka Bait Suci bersama lapangan tertutup sebelah timur: seratus hasta.

    (15) Kemudian ia mengukur panjang bangunan yang terdapat di lapangan tertutup sebelah barat bersama serambi-serambinya di kedua belah: seratus hasta. Ruang besar, ruang dalam dan balai luar

    (16) ditutupi dengan papan dan sekeliling ketiga ruang itu ada jendela-jendela yang berbidai dan serambi-serambi. Di hadapan ambang itu seluruh Bait Suci ditutupi dengan papan, mulai dari lantai sampai ke jendela-jendelanya sedang jendela-jendela ini terlindung

    (17) sampai bagian atas pintu dan ruang dalam dan juga di luar. Dan di seluruh dinding bagian dalam dan bagian luar terukir

    (18) gambar-gambar kerub dan pohon-pohon korma, di antara dua kerub sebatang pohon korma, dan masing-masing kerub itu mempunyai dua muka.

    (19) Dari sebelah yang satu muka manusia dan dari sebelah yang lain muka singa yang menghadap ke pohon korma itu dan begitulah dibuat di seluruh Bait Suci.

    (20) Dari lantai sampai ke atas pintu terukir kerub-kerub dan pohon-pohon korma pada dinding.

    (21) Tiang-tiang pintu dari ruang besar adalah empat persegi. Dan di hadapan tempat maha kudus ada sesuatu yang kelihatan menyerupai

    (22) mezbah dari kayu, tingginya tiga hasta, panjangnya dua hasta dan lebarnya dua hasta; sudut-sudutnya serta alasnya dan dindingnya dari kayu. Ia berkata kepadaku: "Inilah meja yang ada di hadirat TUHAN."

    (23) Ruang besar mempunyai dua daun pintu dan tempat maha kudus

    (24) juga mempunyai dua daun pintu. Pada pintu-pintu itu ada dua daun pintu yang dapat berputar, dua daun pintu pada pintu yang satu dan dua daun pintu pada yang lain.

    (25) Pada pintu-pintu ini juga, yaitu pintu-pintu ruang besar, terukir kerub-kerub dan pohon-pohon korma, seperti pada dinding-dinding. Di muka balai Bait Suci itu, yaitu di luar, ada tangga kayu.

    (26) Pada kedua dinding samping dari balai itu ada jendela-jendela yang berbidai dan ukiran pohon-pohon korma.

  • ZEGA376

    2 Januari 2017

    Yehezkiel 42

    Bilik-bilik untuk imam-imam

    (1) Lalu diiringnya aku ke pelataran luar bagian utara dan dibawanya aku ke bilik-bilik sebelah utara yang berhadapan dengan lapangan tertutup dan berhadapan dengan bangunan yang di ujung barat.

    (2) Panjang bangunan bilik-bilik itu di sebelah utara ialah seratus hasta dan lebarnya lima puluh hasta.

    (3) Berhadapan dengan yang dua puluh hasta dari pelataran dalam dan berhadapan dengan lantai batu yang terdapat di pelataran luar ada serambi yang berhadap-hadapan dan yang bertingkat tiga.

    (4) Di depan bilik-bilik itu ada gang menuju ke dalam yang lebarnya sepuluh hasta dan panjangnya seratus hasta dan pintu-pintu masuknya adalah di sebelah utara.

    (5) Bilik-bilik di tingkat atas adalah lebih kecil dari bilik-bilik di tingkat bawah dan tingkat menengah dari bangunan itu oleh karena serambi-serambi itu memakan lebih banyak tempat dari bilik-bilik itu.

    (6) Sebab bilik-bilik itu bertingkat tiga dan tidak mempunyai tiang-tiang seperti yang ada di pelataran luar. Itulah sebabnya bilik-bilik atas lebih kecil dari bilik-bilik bawah atau tengah.

    (7) Di luar ada tembok yang sejajar dengan barisan bilik-bilik, berdekatan dengan pelataran luar dan terdapat di hadapan bilik-bilik; panjangnya lima puluh hasta.

    (8) Sebab barisan bilik yang berbatasan dengan pelataran luar panjangnya adalah lima puluh hasta, tetapi barisan bilik yang berbatasan dengan Bait Suci panjangnya seratus hasta.

    (9) Di bagian bawah bilik-bilik ini terdapat pintu masuk dari jurusan timur, kalau orang dari pelataran luar ingin masuk ke dalamnya,

    (10) dan pintu itu terdapat pada pangkal tembok luar. Di sebelah selatan di hadapan lapangan tertutup itu dan di hadapan bangunan yang di ujung barat ada juga bilik-bilik

    (11) dan di depannya ada gang. Bilik-bilik ini serupa dengan bilik-bilik yang di sebelah utara, panjangnya dan lebarnya, pintu-pintu keluar dan rancangannya. Seperti pintu-pintu masuk di sebelah utara

    (12) begitulah pintu-pintu masuk bilik-bilik yang di sebelah selatan. Ada juga pintu pada pangkal jalan yang melintang di sisi tembok, yaitu pintu dari jurusan timur, kalau orang ingin masuk ke dalam bilik-bilik.

    (13) Lalu ia berkata kepadaku: "Bilik-bilik yang di utara dan bilik-bilik yang di selatan yang menghadap ke lapangan tertutup, itulah bilik-bilik kudus, di mana imam-imam, yang mendekat kepada TUHAN, memakan persembahan-persembahan maha kudus. Di sana mereka akan menaruh persembahan-persembahan maha kudus, korban sajian, korban penghapus dosa dan korban penebus salah, sebab tempat itu kudus.

    (14) Kalau para imam masuk ke tempat kudus, mereka tidak akan keluar ke pelataran luar, sebelum mereka menanggalkan pakaian mereka di sana, yang dipakainya waktu menyelenggarakan kebaktian, sebab pakaian-pakaian itu adalah kudus. Mereka harus memakai pakaian yang lain, barulah mereka boleh datang ke tempat umat TUHAN."

    Ukuran-ukuran lingkungan Bait Suci

    (15) Sesudah ia selesai dengan mengukur seluruh bangunan dalam itu, ia mengiring aku menuju pintu gerbang yang menghadap ke sebelah timur, lalu mengukur sekeliling lingkungan Bait Suci itu.

    (16) Ia mengukur sisi timur dengan tongkat pengukur: lima ratus hasta menurut tongkat pengukur. Lalu ia berputar

    (17) dan mengukur sisi utara: lima ratus hasta menurut tongkat pengukur. Ia berputar lagi

    (18) ke sisi selatan dan mengukurnya: lima ratus hasta menurut tongkat pengukur.

    (19) Kemudian ia berputar ke sisi barat dan mengukurnya: lima ratus hasta menurut tongkat pengukur.

    (20) Keempat sisinya diukur. Sekeliling lingkungan itu ada tembok: panjangnya lima ratus hasta dan lebarnya lima ratus hasta, untuk memisahkan yang kudus dari yang tidak kudus.

  • ZEGA376

    3 Januari 2017

    Selasa, 3 Januari 2017

    BERKAT DAN DIDIKAN TUHAN

    [[Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan TUHAN, dan janganlah engkau bosan akan peringatan-Nya. Karena TUHAN memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya, seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi.]] (Amsal 3:11-12)

    Saat duduk di bangku kelas 5 SD, saya dan rekan-rekan pernah memutuskan untuk membolos sekolah. Kami sepakat meninggalkan kelas dan menuju ke rumah saya. Kedua orangtua saya sedang bekerja sehingga mulai pagi sampai siang hari itu kami bebas bermain di rumah. Kami tentu saja sangat bergembira sampai akhirnya pintu rumah kami diketuk dengan keras. Ternyata siang itu tiba-tiba ibu saya pulang. Betapa terkejutnya Ibu ketika menemukan enam anak sekolah sedang membolos dan bermain di rumah.  

    Namun, saya heran mengapa dengan tenang seolah tanpa kemarahan Ibu menyuruh teman-teman kembali ke sekolah, sedangkan saya dimarahi habis-habisan. Ketika saya memprotes tindakan ini, Ibu hanya menjawab, “Kamu anakku, itulah sebabnya Ibu memarahi untuk mendidik kamu. Anak-anak yang lain biarlah diurus orangtuanya sendiri.”

    “Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan TUHAN, dan janganlah engkau bosan akan peringatan-Nya. Karena TUHAN memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya, seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi” (Amsal 3:11-12). Amsal ini menegaskan bahwa Tuhan mendidik kita lewat peringatan dan ajaran-Nya seperti seorang ayah mendidik anak-Nya. Jadi, jangan bertanya mengapa Tuhan membiarkan orang lain dalam kesalahan, sedangkan kita ditegur-Nya dengan cara yang keras.

    Jika kita mengaku diri sebagai anak-anak Tuhan, maka biarlah pengakuan itu mewujud nyata dalam kesediaan dan kerelaan bukan sekadar menerima berkat-Nya, melainkan juga menerima didikan-Nya.

    (Wahyu Pramudya)

    Amsal Hari Ini -- ( 3 Januari 2017 )

    (C) Pdt. Wahyu 'wepe' Pramudya

    ( www.wahyupramudya.com )

    Dapatkan Aplikasi Renungan Harian "Amsal Hari Ini" di Google Play dan App Store. Gratis!

    3 Januari 2017 diubah oleh ZEGA376

451 – 475 dari 1493    Ke halaman:  Sebelumnya  1 ... 18  19  20 ... 60  Selanjutnya Kirim tanggapan