Dating site Kristen pertama dan terbesar di Indonesia

Daftar sekarang secara gratis

Pendalaman Alkitab Online

ForumAlkitab

801 – 825 dari 1493    Ke halaman:  Sebelumnya  1 ... 32  33  34 ... 60  Selanjutnya Kirim tanggapan

  • ZEGA376

    25 April 2018

    MENYEMBAH DAN MENAATI

    Bacaan: Mazmur 95

    NATS: Marilah kita bersorak-sorai untuk Tuhan, ... janganlah keraskan hatimu seperti di Meriba (Mazmur 95:1,8)

    Jutaan orang kristiani berkumpul setiap hari Minggu untuk menyembah Allah sebagai Pencipta dan Penebus mereka. Kebaktian gereja merupakan saat untuk memberitakan kebajikan Allah dan untuk memuji Dia, baik secara resmi dan liturgis ataupun tak resmi dan spontan. Akan tetapi, selama berabad-abad sejarah gereja mengungkapkan betapa cepatnya penyembahan dapat berubah menjadi ritual yang hampa. Hal ini terjadi ketika orang-orang pilihan Allah mengeraskan hati mereka dan tidak mematuhi firman-Nya.

    Pemazmur mengetahui kebenaran ini melalui pengalaman bangsa Israel. Di bawah kepemimpinan Musa, mereka telah dibebaskan dari perbudakan di Mesir secara ajaib dan telah memuji Tuhan dengan penuh semangat (Keluaran 12-15). Akan tetapi, hampir seketika itu juga mereka mulai meragukan kebaikan dan kebajikan Allah. Mereka bersungut-sungut dan mencari-cari kesalahan Tuhan serta Musa, hamba-Nya. Mereka mengabaikan perintah-Nya, dan penyembahan mereka pun menjadi hampa. Hal ini rupanya membangkitkan murka Allah, sehingga akibatnya mereka harus berkelana selama empat puluh tahun di padang gurun yang sebenarnya dapat mereka seberangi dalam waktu singkat. Sebagian besar dari mereka tidak diperkenankan untuk masuk ke Tanah Perjanjian.

    Ya Tuhan, penuhilah diri kami dengan kekaguman dan ucapan syukur atas keselamatan-Mu yang ajaib. Tolonglah kami untuk menghaturkan pujian yang layak Engkau terima, dan juga mampukanlah kami untuk setia di dalam kasih dan ketaatan kepada-Mu —HVL

    PENYEMBAHAN KITA BENAR

    JIKA KITA MEMILIKI HUBUNGAN YANG BENAR DENGAN ALLAH

  • ZEGA376

    7 Mei 2018

    *🅂*   *🄶🄰🄼🄱🄰🅁 *

    *🄰*   *🄱🄴🅁🄽🄸🄻🄰🄸*

    *🅃*   *🅁🄸🄱🅄🄰🄽*

    *🅄*   *🄺🄰🅃🄰*

    .                    🙏🏻📖🙏🏻

    .       *ⓇⒺⓃⓊⓃⒼⒶⓃ ⓅⒶⒼⒾ*

     *P O T R E T   K A S I H   A L L A H*

    .         Oleh: Richard W. Coffen

    0⃣6⃣💛0⃣5⃣💛2⃣0⃣1⃣8⃣

    ```MAZMUR GEMBALA```

    (The Sheperd's Psalm)

    🔎 *Ayat Inti: Mazmur 23:1*

    *_“TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku”. Message_*

    ❉------------->>>✿🏵✿<<<------------❉

    👍🏼 Tidak ada ayat Alkitab yang lebih populer ketimbang *Mazmur pasal 23,* kecuali barangkali *Yohanes 3:16.* Namun tidak diragukan lagi, mazmur gembala memang lebih menonjol dalam hal memberikan penghiburan. Sebagai pengembangan dari sebuah perumpamaan, bahasanya yang hidup bahkan memikat imajinasi pembaca masa kini---meskipun pada umumnya orang Barat tidak tahu apa-apa soal domba dan menggembalakan domba. Selain itu, memang sulit membayangkan ada mazmur lain yang lebih memancarkan perasaan yakin dan percaya dibandingkan yang satu ini. Itulah mengapa kita membacakan ayat-ayat ini saat seseorang menjelang ajal dan pada pemakamannya. Kata-kata _“mazmur gembala"_ yang telah akrab di telinga kita sungguh membuat nyaman syarat yang kusut dan perasaan yang remuk-redam. Mazmur 23 adalah contoh terbaik dari bahasa afektif!

    🙏🏻 Gambaran Allah sebagai seorang gembala bukanlah konsep tentang makhluk asing seperti di masyarakat Timur Dekat kuno. Istilah gembala digunakan di beberapa orang raja di Timur Dekat kuno. Para firaun bangsa Hyksos di Mesir dikenal sebagai _“raja-raja penggembala"_ Mereka terkenal sebagai pemrakarsa kereta yang ditarik kuda dan busur panah tradisional di tanah Mesir. Di Mesopotamia para raja biasa menyebut diri mereka _“gembalaf"_ Gilgamesh dikenal sebagai gembala dari Uruk. Juga di Sumeria, dewa Tammuz dan dewa Dumuzi juga masing-masing dikenal dengan nama gembala dari Uruk. Orang Yunani di kemudian hari melihat fungsi kepemimpinan yang baik dalam sosok seorang gembala. Namun selama masa para rabi, sosok gembala secara umum tidak lagi dihormati. Bahkan para rabi memandang mereka dengan curiga karena dianggap jorok dan susah diatur.

    🆗 Tetapi tidak mengherankan bagi orang Yahudi kuno untuk memandang TUHAN dengan sebutan gembala, istilah yang ditujukan pada sosok yang lemah lembut dan sabar dalam menghadapi kesalahan orang. Allah menyediakan istirahat bagi kawanan domba-Nya. IA memberi mereka air dan makanan. Penulis syair ini merasa tidak kekurangan suatu apa pun karena pemeliharaan yang sungguh dari TUHAN Gembala.

    ✅ Kita berasumsi bahwa pemazmur menulis tentang hidup saat ini dan di sini, artinya syair tersebut bercerita tentang pemeliharaan Allah bagi umat-Nya saat ini. Tetapi almarhum Mitchell Dahood yang menulis komentar Anchor Bible tentang kitab Mazmur sebanyak tiga jilid, mengusulkan untuk menerjemahkan kata kerja dalam mazmur gembala dengan future tense. Ia berpendapat bahwa terminologi di dalam *Mazmur 23* berbicara tentang sukacita dunia yang akan datang dan syairnya menggambarkan bagaimana _“TUHAN... akan membimbing kita melalui kejamnya dunia ini menuju sukacita abadi di Firdaus"_ (Psalms I. hlm. 145).

    🛐 *_DOA Kita Hari Ini_* 🎧

    *TUHAN  MEMBERKATI*

    🐑🐑🐑🐑🐑

  • MAYA509

    7 Mei 2018

    ZEGA376 tulis:

    MENYEMBAH DAN MENAATI

    PENYEMBAHAN KITA BENAR

    JIKA KITA MEMILIKI HUBUNGAN YANG BENAR DENGAN ALLAH

    Setiap manusia bisa menyembah Allah Bapa dengan segala cara.

    Tapi mentaati Allah Bapa dalam segala perbuatan dan perkataaan hanya butuh Kuasa Roh Kudus dlm pribadi lepas pribadi.🙏🏻

  • ZEGA376

    21 Mei 2018

    Santapan Harian

    Senin, 5/21/2018

    www.sabda.org/publikasi/e-sh/print/?edisi=20180521

    Penggenapan Nubuat

    Kisah Para Rasul 2:14-40

    Jika kata "Alkitab" dipahami dari sisi bahasa Arab, maka Alkitab dapat dimaknai sebagai Kitab di atas segala kitab (Al = di atas, Katob = Kitab). Tentu saja pengertian tersebut tidaklah berlebihan. Sebab kita memercayainya sebagai firman Allah. Artinya, Allah adalah penulis tunggal Alkitab. Bahkan Yohanes pun mengakuinya (lih. Why 22:18-19).

    Selain itu, Alkitab juga memiliki keunikan, yaitu ditulis lebih kurang empat puluh orang dengan latar belakang profesi yang berbeda-beda. Namun, tulisan mereka memiliki keterkaitan dan kesinambungan isi antara satu kitab dan kitab lainnya. Kebenaran ini dinyatakan oleh Petrus dengan terus-terang kepada orang-orang Yahudi.

    Di hadapan orang banyak, Petrus dengan keras mengatakan dirinya tidak mabuk (14-15). Ia menjelaskan bahwa semuanya itu terjadi sebagai penggenapan janji Allah melalui nubuat Nabi Yoel tentang Mesias dan pencurahan Roh Allah (Bdk.Yl 2:28-32; Kis 2:17-21; 2-4). Demikian juga dengan peristiwa kelahiran, penderitaan, kematian, dan kebangkitan Yesus adalah penggenapan janji Allah bagi Daud (Kis 2:29).

    Petrus berani berbicara seperti itu karena kuasa Roh Kudus. Roh Kudus memakai Petrus untuk menyadarkan orang Yahudi bahwa mereka telah menyalibkan Yesus yang adalah Mesias. Reaksi para pendengar sungguh di luar dugaan. Mereka bertobat, meminta pengampunan Allah, dan memberikan diri untuk dibaptis (36-40).

    Peristiwa ini memberi kita kepastian iman, antara lain: Pertama, Allah kita adalah konsekuen dan konsisten dengan janji-Nya. Ia selalu menepati janji-Nya. Janji-Nya tidak lekang oleh waktu. Berpeganglah pada janji Allah. Kedua, sekeras apa pun hati manusia, Roh Kudus mampu mencairkannya. Karena itu, teruslah memberitakan Injil. Jangan takut, apa lagi menyerah!

    Penggenapan kedatangan Mesias yang pertama telah tergenapi. Sekarang tinggal penggenapan kedatangan-Nya yang kedua sebagai Hakim. Karena itu, kerjakanlah keselamatan Allah dalam takut dan gentar. [OYNS]

  • ZEGA376

    13 Juni 2018

    Santapan Harian

    Bertumbuh Dewasa dalam Iman

    Kejadian 19:30-38

    Ada pepatah Jawa: "Aja cedhak kebo gupak", yang artinya jangan dekat-dekat dengan kerbau yang sedang mandi di lumpur karena kita bisa terkena lumpur. Sikap hati-hati dan waspada menjadi rambu bagi kita dalam menyikapi kehidupan ini agar tidak tersesat.

    Kisah kehancuran dan kebinasaan penduduk Sodom dan Gomora sudah sangat menyedihkan. Namun, perilaku dan moralitas kedua anak perempuan Lot semakin memperparah keadaan. Sebab kedua anak perempuan Lot bersepakat untuk berhubungan badan dengan orangtuanya agar mereka dapat menyambung garis keturunan (31-32). Jikalau persoalannya adalah untuk menyambung keturunan, semestinya mereka bisa mencari kaum keluarganya.

    Mengapa mereka melakukan perbuatan terlarang itu? Tampaknya perilaku tersebut sudah lumrah dilakukan oleh penduduk Sodom dan Gomora. Apa yang dilakukan anak-anak perempuan Lot adalah dampak negatif yang merusak dari cara berpikir dan berbudaya orang-orang Sodom. Perbuatan seperti itu dilarang keras dan dikutuk oleh Alkitab (Im 18:6-18; 20:11, 12, 17, 19-21; Ul 22:30, 27:20-23; Yeh.22:11; 1Kor 5:1). Kemungkinan besar karena dosa tersebut, timbullah permusuhan antara Israel dan keturunan Moab (anak perempuan pertama Lot) dan Israel dengan keturunan Ben-Ami, yaitu Amon (anak perempuan kedua Lot).

    Kalau segala sesuatu perilaku buruk sudah menjadi kebiasaan, maka perbuatan itu akan diulangi terus-menerus. Lebih parahnya kebiasaan tersebut diyakini sebagai kebenaran dan bukan kesalahan. Karena itu, marilah kita berhati-hati dalam menyikapi segala sesuatu. Fokuslah pada firman Allah agar kita tidak jatuh dalan anggapan bahwa berbuat dosa merupakan kewajaran.

    Marilah kita bertekad untuk hidup sesuai kehendak-Nya dan menjadikan firman-Nya sebagai makanan rohani kita.

    Baca Gali Alkitab adalah langkah tepat bagi siapa pun yang rindu bertumbuh dewasa dalam iman, menjadi pribadi yang diperkenan Tuhan, dan dapat memberikan sumbangsih positif bagi pelayanan kita. [NSP]

  • ZEGA376

    2 Juli 2018

    Santapan Harian

    Bukalah Topeng Kita

    Kejadian 31:22-42

    Kalau benci sudah meraja, maka kita akan mati rasa. Setiap kebaikan akan kita nilai sebagai keburukan. Kedengkian itu membutakan, sehingga mata hati tidak bisa melihat kebajikan.

    Niat hati orang seperti ini hanyalah mencari-cari cacat orang lain. Dia suka mengorek kesalahan. Tentu ini sebuah perangai yang buruk.

    Jelas saja, tak ada orang mau terlihat seperti ini. Untuk menutupinya, topeng dijadikan sebagai tameng.

    Coba kita perhatikan sikap Laban. Kemarahannya memuncak saat mendengar Yakub meninggalkannya. Ia, bersama sanak saudaranya, langsung segera mengejar (23).

    Setelah bertemu dengan Yakub, putri, dan cucu-cucunya, ia berpura-pura bijaksana agar terlihat sebagai orang tua yang baik. Laban menyatakan ketulusannya. Ia tidak mau melakukan hal yang jahat kepadam menantunya (29). Niatnya, sebagai orangtua, ingin mengantar kepergian Yakub dengan sukacita dan mencium anak cucunya (27-28).

    Sayang, semua itu hanya ucapan di bibir berbalut topeng kemunafikan. Tujuan Laban mengejar Yakub sebenarnya hanya ingin meluapkan kemarahan. Lalu, ia berpura-pura kehilangan anak perempuan dan cucunya. Sesungguhnya, ia lebih merasa kehilangan harta dan dewanya (patung 'terafim') yang dicuri Rahel (34). Itulah yang membangkitkan amarahnya. Dia merasa tertipu.

    Pendeknya, Laban menuding Yakub sebagai menantu yang tidak tahu diri. Tuduhan itu mengakibatkan kebaikan Yakub bertahun-tahun serasa sirna tak berguna. Panas setahun dihapus hujan sehari.

    Kadang, kita juga bersikap munafik. Kita seolah bermurah hati, padahal maunya ingin dipuji. Kita mencoba menutupi watak asli hanya untuk kehormatan diri. Kepura-puraan seperti ini, pastilah dibenci Tuhan. Di sinilah kita diajak hidup dalam kejujuran, tanpa kemunafikan.

    Bukalah topeng kita. Perlihatkan wajah kejujuran, kebaikan, kekudusan, sukacita, dan kasih yang sejati. Karena inilah yang dikehendaki-Nya.

    Doa: Tuhan ajarilah kami untuk tidak munafik. [SP]

  • ZEGA376

    2 Juli 2018

    Renungan Pagi

    Senin, 2 Juli 2018

    Ya, karena Dia hati kita bersukacita. [Mazmur 33:21]

    Berbahagialah fakta bahwa orang-orang Kristen dapat bersukacita, bahkan di dalam penderitaan yang terdalam; meskipun masalah mengelilingi mereka, mereka tetap bermazmur; dan seperti burung-burung, mereka berkicau sebaik mungkin di dalam sangkarnya. Ombak mungkin menggulingkan mereka, tetapi jiwa-jiwa mereka segera bangkit ke permukaan dan melihat cahaya terang dari wajah Allah; mereka memiliki daya apung yang menjaga kepala mereka tetap di atas air, dan menolong mereka untuk bernyanyi di tengah badai “Allah selalu menyertaiku”. Kepada siapa kemuliaan diberikan? Oh! Kepada Yesus – semuanya hanya karena Yesus. Masalah tidak selalu membawa penghiburan kepada orang percaya, tetapi kehadiran Anak Allah dalam api pembakaran bersama orang percaya, itulah yang mengisi hati orang percaya dengan sukacita. Dia sakit dan menderita, tetapi Yesus mengunjunginya dan merapikan ranjangnya. Dia sekarat, air dingin dari Sungai Yordan menenggelamkannya sampai ke leher, tetapi Yesus menaruh tangan-Nya di sekelilingnya dan berkata “Jangan takut anak-Ku; mati adalah kebahagiaan; air kematian memiliki kepala air mancur di Surga; mereka tidak pahit, mereka semanis nektar, karena mereka mengalir dari takhta Allah. Seperti orang kudus berangkat menyeberangi aliran sungai, dan ombak berkumpul di sekitarnya, kedagingan berusaha menggagalkannya, suara yang sama terdengar di telinga, “janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu;” [Yesaya 41:10]. Saat orang kudus mendekati perbatasan yang tidak diketahui batasnya, dan hampir gemetar ketakutan memasuki dunia bayangan, Yesus berkata, “Jangan takut, karena Bapamu telah berkenan memberikan kamu kerajaan itu” [Lukas 12:32]. Demikian dihibur dan dikuatkan, orang percaya tidak takut mati; tidak, dia bahkan mau beranjak pergi, sebab dia telah melihat Yesus sebagai bintang fajar, dia rindu memandang kepada-Nya seperti matahari di dalam kekuatannya. Sungguh, kehadiran Yesus adalah semua surga yang kita inginkan. Dia sekaligus:

        “Kemuliaan dari hari-hari kita yang tercerah;

        Penghiburan untuk malam-malam kita”.

    ____________________

    Renungan Pagi (diterjemahkan dari Morning and Evening: Daily Readings, Charles H. Spurgeon).

    Isi renungan ini bebas untuk disalin dan disebarluaskan.

  • ZEGA376

    8 Juli 2018

    Santapan Harian

    Pemimpin yang Baik

    Kejadian 35:1-15

    Memimpin diri sendiri bukanlah hal yang mudah. Karenanya, kita dapat belajar dari teladan kepemimpinan yang baik dari Yakub.

    Peristiwa yang dialami Yakub bersama seisi rumahnya membuat ia harus meninggalkan Sikhem (Kej 34). Kemudian Allah menyuruh Yakub pergi ke Betel dan mendirikan mezbah di sana bagi-Nya (1).

    Perlu dicatat, ada maksud dari perintah Allah kepada Yakub untuk pergi ke Betel. Allah ingin, supaya kelak, Yakub kembali ke sana dan hidup semakin taat kepada-Nya.

    Untungnya, Yakub sadar akan rencana tersebut. Dia memerintahkan semua orang dan seisi rumahnya untuk membuang dewa-dewa asing dan menahirkan diri. Mereka mendengar dan melakukan apa yang dikatakan oleh Yakub (2-4). Ketaatan membuat Allah menyelamatkan Yakub serta seisi rumahnya. Tidak hanya itu saja, Allah juga berjanji memberkati Yakub bersama dengan keturunan-keturunannya kelak (5-12).

    Di sini Yakub berhasil menjadi pemimpin yang baik bagi keluarga serta orang-orang terdekatnya. Itu ditunjukkan lewat ketaatannya kepada Allah. Jika ia melawan, maka Allah bisa menghukumnya dengan membiarkan ia dan seisi rumahnya tertangkap oleh bangsa-bangsa sekeliling mereka.

    Dalam keseharian, kita mungkin masih belum mampu menjadi Yakub masa kini. Sebab kita sendiri pun terkadang masih sulit untuk memimpin diri sendiri, apalagi orang lain. Kita agaknya masih sering tersesat dan hilang pengharapan karena terlalu mengutamakan kekuatan sendiri. Ditambah lagi, kita pun masih gemar melakukan apa yang Tuhan tidak kehendaki.

    Oleh sebab itu, marilah kita terus mengarahkan diri agar tetap hidup sesuai kehendak-Nya. Kita memohon agar Tuhan menuntun, sehingga kita bisa jadi pemimpin yang baik. Baik bagi diri sendiri, keluarga, gereja, dan masyarakat.

    Doa: Tuhan, tolonglah kami menjadi pemimpin yang baik, bagi diri sendiri, maupun untuk orang-orang di sekitar kami; agar terang-Mu nyata bagi dunia yang penuh dosa ini. [SL]

     

  • ZEGA376

    20 Juli 2018

    Masih Irikah?

    – Santapan Harian Scripture Union Indonesia. www.su-indonesia.org  –

    Baca: Kejadian 43

    Tekanan dan kesempatan sering kali membuat kita jatuh ke dalam kesalahan yang sama. Bahkan tanpa disadari, kalau kita tidak sungguh-sungguh meninggalkannya, itu bisa berubah menjadi kebiasaan.

    Yakub meminta anak-anaknya kembali ke Mesir untuk membeli bahan makanan (1-3). Tetapi, di pasal sebelumnya kita tahu, Yusuf tidak mengizinkan mereka kembali kecuali membawa Benyamin. Dalam hal ini, Yakub merasa berat hati mengizinkan mereka membawa Si Bungsu (6). Dia sepertinya tidak mau mengulang tragedi kehilangan anak lagi (14b)

    Tetapi, Yehuda menjadikan dirinya sebagai jaminan (9). Dia meyakinkan Yakub akan membawa Benyamin pulang kembali. Akhirnya, Yakub menyerah dan mengizinkan mereka membawa Benyamin ditambah persembahan dan upeti untuk memohonkan belas kasihan pemimpin Mesir itu.

    Saudara-saudaranya membenci Yusuf karena iri. Mereka cemburu dengan segala keistimewaan yang didapatkannya. Sekian lama waktu berselang, Yusuf ingin melihat apakah iri hati itu masih ada dalam saudara-saudaranya?

    Ketika tiba di Mesir, mereka dibawa ke rumah Yusuf untuk ikut perjamuan makan bersama. Dalam perjamuan, ia sengaja memberikan porsi lima kali lebih banyak kepada Benyamin (34). Yusuf ingin mengetahui apakah saudara-saudaranya akan menjadi iri dan membenci Benyamin, sama seperti mereka dahulu membencinya karena berbagai hak spesial yang diperolehnya. Dan saudara-saudara Yusuf sepertinya sudah berubah.

    Allah menginginkan perubahan yang sejati. Dia tak mau pertobatan yang naik-turun mengikuti situasi dan kondisi. Untuk sampai pada level itu, kita butuh disiplin, khususnya untuk melawan keinginan-keinginan daging. Tentu saja, ini tidak mudah. Maka itu, kita membutuhkan bimbingan Roh Kudus. Dialah yang memampukan dan memberikan perubahan sejati. Dia sumber kekuatan untuk melawan segala dosa dan kebiasaan lama.

    Doa: Bapa, tolonglah aku taat pada pimpinan Roh-Mu, agar bisa memutus kebiasaan dosa dalam diriku. [RD]

  • ZEGA376

    27 Juli 2018

    *CARA HIDUP YANG BETUL*

    Baca: Amsal 22:1-16

    _*Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu. (Amsal 22:6)*_

    Sejak anak saya lancar berbicara, saya meluangkan waktu khusus untuk bercakap-cakap dengannya. Orang kerap menyebutnya men's talk—percakapan para pria. Kami ngobrol tentang apa pun. Terkadang sulit mesti menyesuaikan pola pikir dan penyampaian—mengutarakan nilai dan prinsip kebenaran—kepada anak balita. Namun, manfaatnya saya rasakan sekarang dan tampak dalam tutur, sikap, dan karakternya. 

    Penulis Amsal berpesan dengan sangat gamblang, "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu." Pertanyaannya, didikan seperti apa yang diberikan sehingga jalannya tidak bengkok; agar buah didikan itu matang dan jadi berkat buat sesama hingga masa tua. Saya mendapati Alkitab versi Today's Malay Version (TMV) menerjemahkan dengan begitu indah dan menjadi penegas bagi siapa pun yang berperan mendidik anak-anak: "Ajarilah anak cara hidup yang betul, maka sampai tua pun dia akan hidup demikian." Adalah keharusan kita untuk menanamkan dan menegakkan cara hidup yang betul, kualitas karakter sejati, serta prinsip yang benar sesuai dengan standar firman Tuhan. 

    Kepada kita dipercayakan anak, murid Sekolah Minggu, generasi muda. Sedia dan setialah mencurahkan waktu bagi mereka, menyampaikan nilai dan cara hidup yang benar di dalam Kristus dan meneladankan kualitas karakter dalam keseharian. Di dalam anugerah-Nya, kiranya mereka tidak menyimpang dari jalan kebenaran hingga usia tua; memuliakan Allah sepanjang hayat.

    *DIDIKAN ORANGTUA ADALAH ASUPAN GIZI ROHANI BAGI ORANG MUDA, BERBUAH KUALITAS KARAKTER YANG TANGGUH DAN SALURAN BERKAT PADA MASA TUA*

  • ZEGA376

    27 Juli 2018

    Santapan Harian

    Jumat, 7/27/2018

    www.sabda.org/publikasi/e-sh/print/?edisi=20180727

    Diutamakan karena Anugerah

    Kejadian 48

    Ketika mendapatkan rezeki, kita mungkin kerap lupa melihat anugerah yang bekerja dibaliknya. Karena itu, Tuhan, dengan sengaja, acap kali memilih anak, yang bukan sulung, untuk mendapatkan berkat. Supaya, kita lebih sadar dan mengerti bahwa semua hanya karena anugerah.

    Menjelang akhir hidupnya, Yakub menyatakan Efraim dan Manasye sebagai miliknya (5). Ini berarti mereka akan mendapatkan tanah, seperti anak Yakub yang lainnya. Sehingga, Yusuf diberi kehormatan untuk mendapatkan hak kesulungan berupa porsi ganda (lih. 1Taw 5:1).

    Ketika Yakub memberkati Efraim dan Manasye, Yakub sengaja menyilangkan kedua tangannya (13-14). Sehingga, tangan kanan diletakkan di atas Efraim (bungsu), sementara tangan kiri di atas Manasye (sulung). Ini berarti Sang Adik, Efraim, akan menjadi bangsa yang lebih besar dari Manasye (19).

    Yakub pun lebih dahulu menyebut nama Efraim daripada Manasye. "Allah kiranya membuat engkau seperti Efraim dan Manasye, " kata Yakub. Dalam seluruh pasal, hampir selalu nama Efraim disebut lebih dahulu dibanding Manasye (5, 13, 14, 20). Fakta ini semakin menegaskan bahwa Efraim akan diberkati melebihi Manasye.

    Biasanya, dalam tradisi Israel, anak sulung yang lebih berkuasa dan diberkati. Namun, cerita Alkitab menuturkan sebaliknya. Efraim didahulukan daripada Manasye. Ini pertanda bahwa Efraim diutamakan semata-mata karena anugerah Tuhan.

    Melalui ini, Tuhan mau mengajari sesuatu. Jika kita mendapat berkat, itu semata-mata karena Tuhan beranugerah. Oleh karena itu, marilah kita menghargai segala berkat yang telah Tuhan titipkan. Kuantitas bukan persoalan karena semua berkat itu, sebenarnya, tidak layak kita dapatkan. Kita memperoleh itu semua semata-mata karena anugerah-Nya.

    Doa: Tuhan, ajarkan aku untuk menghargai segala sesuatu yang Engkau berikan kepadaku. Karena semuanya itu adalah milik-Mu dan semata-mata ada padaku karena anugerah-Mu. [IT]

     

  • JANGAN506

    1 Agustus 2018

    Renungan Harian Air Hidup

    Saduran dari buku Renungan Harian Air Hidup

    Wednesday, August 1, 2018

    SERUAN DI LEMBAH BAYANG MAUT

    Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Agustus 2018

    Baca:  Yunus 2:1-10

    "Ketika itulah Engkau naikkan nyawaku dari dalam liang kubur, ya TUHAN, Allahku."  Yunus 2:6b

    Perjalanan hidup Yunus adalah kisah yang sangat dramatis dan juga sebagai pembuktian kasih dan kuasa Tuhan yang dinyatakan atas diri Yunus.  Selain itu kisah Yunus di dalam perut ikan tiga hari tiga malam ini juga merupakan tipologi dari kisah Kristus.  "Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam."  (Matius 12:40).

        Berada di dalam perut ikan ibarat berada di lembah bayang-bayang maut, suatu tempat yang gelap, kelam nan tiada harapan.  Namun keberadaan Yunus di dalam perut ikan ini sesungguhnya merupakan tindakan penyelamatan dari Tuhan.  "Maka atas penentuan TUHAN datanglah seekor ikan besar yang menelan Yunus; dan Yunus tinggal di dalam perut ikan itu tiga hari tiga malam lamanya."  (Yunus 1:17).  Jika tidak ada ikan besar itu tamatlah riwayat hidup Yunus, ia pasti mati tenggelam tertelan amukan gelombang laut yang menggelora.  Saat berada di dalam perut ikan ini Yunus mengalami titik balik dalam hidupnya, mata hatinya terbuka melihat kebesaran kasih Tuhan.  Berdoalah Yunus:  "Dalam kesusahanku aku berseru kepada TUHAN, dan Ia menjawab aku, dari tengah-tengah dunia orang mati aku berteriak, dan Kaudengarkan suaraku. Telah Kaulemparkan aku ke tempat yang dalam, ke pusat lautan, lalu aku terangkum oleh arus air; segala gelora dan gelombang-Mu melingkupi aku."  (Yunus 2:2-3).

        Timbul penyesalan dalam diri Yunus atas pemberontakannya:  "...teringatlah aku kepada TUHAN, dan sampailah doaku kepada-Mu, ke dalam bait-Mu yang kudus. Mereka yang berpegang teguh pada berhala kesia-siaan, merekalah yang meninggalkan Dia, yang mengasihi mereka dengan setia."  (Yunus 2:7-8).  Ia sadar benar bahwa hidup menjauh dari Tuhan hanya berakibat kepada kehancuran.  Dalam keadaan seperti itu Yunus menyesal dan kembali kepada Tuhan.  Yunus pun memperbaharui komitmennya kepada Tuhan dan bertekad,  "...akan kupersembahkan korban kepada-Mu; apa yang kunazarkan akan kubayar. Keselamatan adalah dari TUHAN!"  (Yunus 2:9).

    Bukan perkara mudah untuk percaya kepada Tuhan ketika orang berada di lembah kekelaman atau bayang-bayang maut.

    Air Hidup

    1 Agustus 2018 diubah oleh JANGAN506

  • WETTY665

    1 Agustus 2018

    Shalom...

    Saya sedikit melenceng dari topik grup, bisa kah saudara yg ada disini berbagi info seputar agenda persiapan natal? Mohon tanggapannya

  • ZEGA376

    2 Agustus 2018

    Iman dan Pergumulan

    Mazmur 22:1-23

    Pergumulan hidup senantiasa terjadi dan dialami orang percaya. Sebab Yesus pernah mengatakan bahwa tekanan dan pergumulan iman akan dialami oleh para murid-Nya (lih. misalnya Mrk 4:17). Bagaimana sikap hati dan hidup orang percaya saat menghadapi pergumulan iman?

    Mazmur 22 adalah buah perenungan Daud saat ia menghadapi pergumulan iman. Di satu sisi, ia mengakui bahwa Allahnya Mahakuasa. Namun, pada saat itu Allah terkesan "berdiam diri" (2). Mazmur ini menyingkapkan dengan jelas bagaimana seorang percaya berseru kepada Tuhan dalam pergumulannya: ia berseru, tetapi tetap menyadari bahwa Allah berkuasa dan akan menyelamatkannya (4, 9, 11, 22).

    Keadaan seperti itu dapat menggoda orang percaya jatuh ke dalam jurang keputusasaan. Namun, Daud mengajarkan untuk menengadahkan iman ke surga dan melihat bagaimana Allah yang tidak pernah meninggalkan umat-Nya pada masa lampau-bagaimana mungkin Ia akan meninggalkan kita saat ini? (4-6).

    Untuk sementara imannya dikuatkan, namun perasaan dapat menggoyahkan iman (7-9). Maka pemazmur mengajak kita melihat pada fakta, bukan kepada fenomena. Allah adalah Penolong umat-Nya sejak saat mereka masih tidak berdaya sebagai anak. Jadi, bagaimana mungkin Ia akan meninggalkan umat-Nya (10-12)? Di sinilah pemazmur mendapatkan kekuatannya kembali bahwa Allah akan menolongnya demi kesetiaan-Nya (21). Tugas kita adalah percaya dan bersandar kepada-Nya.

    Masalah utama yang sering kali kita hadapi adalah ketidaksabaran menantikan waktu Allah. Kita mungkin sudah sangat lama mendoakan satu pokok pergumulan, dan kita tidak mendapatkan jawabannya. Sebagaimana pemazmur, kita bisa mengatasi kegalauan pergumulan kalau kita berani bersandar kepada Allah. Renungkan karya Allah pada masa lalu dan berpeganglah kepada janji penyertaan-Nya.

    Doa: Ya Tuhan, tolong aku menyadari begitu banyak karya-Mu yang sudah Kau berikan dalam hidupku sehingga aku dapat makin berserah kepada-Mu. [IBS]

     

  • JANGAN506

    2 Agustus 2018

    ZEGA376 tulis:

    Iman dan Pergumulan

    Mazmur 22:1-23

    ....

    Doa: Ya Tuhan, tolong aku menyadari begitu banyak karya-Mu yang sudah Kau berikan dalam hidupku sehingga aku dapat makin berserah kepada-Mu. [IBS]

     

    terimakasih bro

    *sedikit kalau boleh berucap

    terkadang manusia tidak paham dengan arti berserah,sehingga menimbulkan pemaksaan kehendak kepada Tuhan.

    2 Agustus 2018 diubah oleh JODOHKRISTEN

  • ELISA859

    2 Agustus 2018

    Berserah itu seperti kita naik kapal laut,😃😃😃

    JANGAN506 tulis:

    terimakasih bro

    *sedikit kalau boleh berucap

    terkadang manusia tidak paham dengan arti berserah,sehingga menimbulkan pemaksaan kehendak kepada Tuhan.

  • JANGAN506

    2 Agustus 2018

    ELISA859 tulis:

    Berserah itu seperti kita naik kapal laut,😃😃😃

    terkadang kita juga kalau menaiki kapal laut juga menginginkan waktu sandar kapal tepat waktu

    2 Agustus 2018 diubah oleh JODOHKRISTEN

  • JANGAN506

    7 Agustus 2018

    Renungan Harian Air Hidup

    Saduran dari buku Renungan Harian Air Hidup

    Tuesday, August 7, 2018

    MILIKILAH HATI YANG BERSYUKUR (1)

    Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Agustus 2018

    Baca:  Yesaya 38:1-22

    "Sesungguhnya, penderitaan yang pahit menjadi keselamatan bagiku; Engkaulah yang mencegah jiwaku dari lobang kebinasaan. Sebab Engkau telah melemparkan segala dosaku jauh dari hadapan-Mu."  Yesaya 38:17

    Ucapan syukur adalah salah satu kekuatan terbesar dalam hidup orang percaya.  Tapi dalam prakteknya banyak orang Kristen sulit mengucap syukur.  Mereka berdalih:  "Bagaimana bisa bersyukur, kalau rumah tanggaku sedang hancur, juga tokoku sepi, bisnisku sedang pailit, hutangku banyak, sakit-penyakitku belum sembuh, studi anakku juga gagal."  Seringkali kita baru mau bersyukur ketika mengalami mujizat, berkat dan pertolongan dari Tuhan.  Namun, walaupun tidak ada mujizat, walaupun keadaan belum seperti diharapkan, walaupun doa-doa kita belum dijawab, walaupun pertolongan Tuhan belum kita alami, haruslah orang percaya mampu mengucap syukur!

        Hizkia berkata,  "...hanyalah orang yang hidup, dialah yang mengucap syukur kepada-Mu, seperti aku pada hari ini;"  (Yesaya 38:19).  Artinya setiap orang yang hidup wajib mengucap syukur kepada Tuhan.  Dengan kata lain hanya orang mati saja yang berhenti mengucap syukur.  Pemazmur memperingatkan,  "Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN!"  (Mazmur 150:6).  Hizkia mengucap syukur kepada Tuhan bukan semata-mata karena ia telah disembuhkan dari sakitnya, atau karena Tuhan sangat bermurah hati kepadanya dengan memperpanjang umurnya lima belas tahun lagi  (Yesaya 38:5), tapi karena tidak ada alasan baginya untuk tidak mengucap syukur kepada Tuhan.

        Mengapa kita harus mengucap syukur di segala keadaan?  Dengan bersyukur kita tidak akan mudah merasa lelah.  Jika hati dipenuhi ucapan syukur, apa pun yang kita kerjakan, tidak akan membuat kita cepat merasa lelah, dan kita pun akan mengerjakan segala sesuatunya dengan sepenuh hati.  Sebaliknya, kalau segala sesuatu dikerjakan dengan keluh-kesah dan persungutan, seringan apa pun pekerjaan, akan terasa berat dikerjakan.  Dengan bersyukur, seseorang akan memiliki semangat juang yang tinggi, tidak menyerah dan berputus asa, karena ia tahu ada Tuhan yang selalu menyertai dan memberi kekuatan kepadanya.  "Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya."  (Yesaya 40:29).

  • RONNY542

    7 Agustus 2018

    :up:

    Thx atas renungannya Bro...

    JANGAN506 tulis:

    Renungan Harian Air Hidup

    Saduran dari buku Renungan Harian Air Hidup

    ....

    "Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya."  (Yesaya 40:29).

    8 Agustus 2018 diubah oleh JODOHKRISTEN

  • RONNY542

    7 Agustus 2018

    Senantiasa Bersyukur adalah awal dari Hikmat untuk mendapatkan Kebahagiaan Sejati dan Damai Sejahtera...

    Salam Damai...

    Tuhan memberkati...

  • RONNY542

    7 Agustus 2018

    Senantiasa Bersyukur adalah awal dari Hikmat untuk mendapatkan Kebahagiaan Sejati dan Damai Sejahtera...

    Salam Damai...

    Tuhan memberkati...

  • ARI116

    8 Agustus 2018

    Dari pages 1 sampai ke sekian ni inti sarinya apa ya ?

  • JANGAN506

    8 Agustus 2018

    MILIKILAH HATI YANG BERSYUKUR (2)

    Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Agustus 2018

    Baca:  Yesaya 38:1-22

    "TUHAN telah datang menyelamatkan aku! Kami hendak main kecapi, seumur hidup kami di rumah TUHAN."  Yesaya 38:20

    Adalah mudah mengucap syukur kepada Tuhan ketika segala sesuatu berjalan normal dan nampak baik.  Namun, ketika segala sesuatu terjadi tidak seperti yang diharapkan, justru hal-hal yang buruk yang terjadi, apakah kita masih bisa mengucap syukur?  Rasul Paulus menasihati kita agar tetap mengucap syukur dalam segala hal, sebab itulah yang menjadi kehendak Tuhan  (1 Tesalonika 5:18).  Dalam segala hal berarti di segala situasi atau keadaan, suka atau duka, senang atau susah, sehat atau sakit.

        Kita akan mampu bersyukur dalam segala keadaan apabila pandangan kita terarah kepada Tuhan dan janji firman-Nya.  Kalau mata kita terfokus pada situasi atau kenyataan, dapat dipastikan kita akan menjadi lemah.  Jadi, dalam bersyukur, yang kita perlukan adalah iman.  "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat."  (Ibrani 11:1).  Iman membuat kita berkeyakinan penuh bahwa Tuhan adalah Pribadi yang tidak pernah berdusta dan tidak pernah mengecewakan.  Hati yang dipenuhi dengan ucapan syukur memampukan kita bersabar dalam menanti-nantikan pertolongan Tuhan, karena percaya bahwa waktu Tuhan adalah yang terbaik, di mana  "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya,"  (Pengkhotbah 3:11).  Seseorang akan mampu bersyukur di segala keadaan, ketika sadar bahwa ia tidak bergumul sendirian dalam menghadapi persoalan, karena ada Tuhan yang menyertai.  Seseorang yang memiliki kepekeaan rohani akan merasakan kehadiran Tuhan dalam hidupnya, sekalipun mata jasmaninya tak melihat.                              

        Kita dapat bersyukur dalam segala hal bila hati dan pikiran kita selalu diisi dengan hal-hal yang positif.  Sekalipun Tuhan telah melakukan hal-hal yang baik, tetapi jika hati dan pikiran kita dipenuhi dengan hal-hal yang negatif, maka hati dan pikiran kita tidak bisa mengingat kebaikan Tuhan;  seperti bangsa Israel, yang sekalipun melihat dan mengalami mujizat demi mujizat, tetap saja sulit untuk bersyukur.

    "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu."  Filipi 4:8

  • ZEGA376

    9 Agustus 2018

    ARI116 tulis:

    Dari pages 1 sampai ke sekian ni inti sarinya apa ya ?

    Intinya baiklah kita mendalami Alkitab setiap hari dan setiap saat.

  • ZEGA376

    25 Agustus 2018

    Santapan Harian

    Terbukti Benar

    Mazmur 35:17-28

    Kisah cinta Rama dan Sinta dalam Epos Ramayana berakhir tragis. Setelah berjuang merebut Sinta dari Rahwana, Rama meragukan kesucian Sinta yang telah sekian lama tinggal di istana Rahwana. Sinta yang telah setia menjaga cintanya dengan berani mengurbankan dirinya dibakar untuk membuktikan kesuciannya. Karena tak melakukan kesalahan, dia berani menghadapi pengadilan dan terbukti bahwa dia benar.

    Seorang yang bersalah akan takut menghadapi pengadilan. Jika terbukti bersalah, tentu dia akan menerima hukuman. Namun, seorang yang benar tidak pernah takut. Seperti itulah yang mendasari permohonan pemazmur di ayat 24: "Hakimilah aku sesuai dengan keadilan-Mu, ya TUHAN Allahku...." Ketika menghadapi orang-orang yang membencinya tanpa alasan, dia berani dihakimi untuk membuktikan dirinya benar. Dia tidak meminta perlakuan khusus dari Tuhan karena dirinya benar. Dia ingin dilepaskan dari orang-orang yang membencinya melalui jalur yang benar, yaitu pembuktian bahwa dirinya benar.

    Bagaimana dengan hidup kita? Apakah kita dipenuhi ketakutan karena menyembunyikan kesalahan? Atau kita mencari cara untuk menutupi kesalahan kita? Betapa menyedihkan hidup seperti itu. Hidup penuh kepalsuan. Belajar dari pemazmur, kita diajak hidup dengan benar, walaupun tantangan sangat berat. Meskipun demikian, pemazmur memberikan jaminan bahwa hidup kita akan mendapat kelegaan. Kita dapat menjalani hidup dengan bersih.

    Sekalipun didera tuduhan, kita akan terbukti benar. Kita dapat menghadapi kehidupan tanpa dihantui ketakutan karena tidak ada yang perlu disembunyikan, baik terhadap orang lain maupun Tuhan. Menghadapi pemeriksaan mendadak pun tidak perlu takut sebab kita akan ditemukan tidak bercacat cela dalam pekerjaan. Marilah kita hidup bersih dan tidak membuka celah bagi orang lain untuk menjatuhkan kita.

    Doa: Tuhan, ajarilah kami untuk selalu hidup bersih sehingga kami dinyatakan benar di hadapan sesama manusia dan Tuhan. [THIE]

     

    Baca Gali Alkitab 8

    Mazmur 34

    Tuhan itu baik. Pengalaman pemazmur meyakinkan dia akan kebaikan Tuhan. Bahkan saat menghadapi kesulitan hidup, pemazmur melihat dan mengalami sendiri bagaimana Tuhan menolong, menopang, bahkan meluputkan dari kebinasaan. Pemazmur meyakini bahwa bila hidup ini diarahkan kepada Tuhan-dengan menyatukan hati dan kata, serta menyatukan kata dan perbuatan, ke arah yang berkenan kepada Tuhan-semua orang bisa mengalami kebaikan Tuhan terus-menerus.

    Apa saja yang Anda baca?

    1. Apa ajakan pemazmur kepada para pembacanya (2-4)?

    2. Apa alasan yang diberikan pemazmur (5-8)?

    3. Hal-hal apa saja yang akan dialami oleh orang-orang yang mau mengalami dan merasakan kebaikan Tuhan (9-11)?

    4. Bagaimana seharusnya menjalani hidup ini supaya menikmati yang baik (12-15)?

    5. Pemeliharaan Tuhan seperti apa yang akan dialami oleh orang-orang benar (16-23)? Bagaimana dengan orang fasik?

    Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?

    1. Apa janji Tuhan bagi orang-orang yang berharap kepada Dia?

    2. Apa sikap yang harus dikembangkan orang-orang yang mau merasakan kebaikan Tuhan terus menerus?

    3. Bagaimana seharusnya orang-orang benar menyikapi masalah/kesulitan dalam hidup mereka?

    Apa respons Anda?

    1. Adakah syukur yang bisa Anda panjatkan karena kebaikan Tuhan pada masa lampau?

    2. Adakah sikap yang tidak pantas yang harus Anda akui? Mintalah pengampunan-Nya!

    3. Apa tekad Anda dalam menjalani hidup ini agar mengalami kebaikan Tuhan?

    Pokok Doa:

    Agar umat Tuhan hidup konsisten dengan kebenaran Firman.

     

801 – 825 dari 1493    Ke halaman:  Sebelumnya  1 ... 32  33  34 ... 60  Selanjutnya Kirim tanggapan