Pendalaman Alkitab Online
-
18 Februari 2019
*EMBUN ROHANI PAGI dari Kota AMBON MANISE*
Senin, 18 Februari 2019
Bac. I, Kej 4 : 15 - 25
Injil, Mrk 8 : 11 - 13
Manusia Memerlukan Tanda, Tapi Allah Memerlukan Imanmu.
Orang bijak berkata, "Bagi orang yang tidak percaya, sejuta tanda dan bukti pun tidak akan membuatnya percaya. Akan tetapi, bagi orang percaya, satu saja bahkan tidak ada tanda dan bukti pun, mereka tetap percaya."
Orang yang tidak percaya selalu menuntut sesuatu yang bisa dilihat, disentuh dan didengar, tapi orang yang saling percaya selalu mendengarkan getaran jiwa yang berbicara tanpa kata dan suara.
Injil hari ini mengisahkan tentang tuntutan orang Farisi yang menginginkan tandan dan bukti bahwa Yesus adalah Tuhan dan Putra Allah. Namun, bagi Yesus, Diri-Nya, kata-kata dan perbuatan baik yang diperbuat-Nyalah yang menjelaskan kepada orang lain tentang siapakah Diri-Nya.
Karena itu, ada beberapa butir iman yang hendaknya kita renungkan dan lakukan adalah:
1) Jadikanlah dirimu, kata-kata dan perbuatanmu menjadi tanda kasih Allah kepada dunia bahwa Allah itu sungguh ada dan tetap berkarya di sepanjang hidup manusia.
2) Tuhan tidak perlu membutikan bahwa Dia ada. Sebaliknya, kitalah yang harus membuktikan bahwa kita adalah putra-putri-Nya yang setia. Adanya kita membuktikan bahwa Tuhan sungguh ada.
3) Tuhan tidak ada lagi di dunia ini secara fisik: Tangan-Nya yang menolong dan memberkati sudah tiada; mulut-Nya untuk berbicara dan menasehati pun sudah tidak ada; bahkan hati-Nya yang selalu tergerak oleh belas kasih pun sudah tidak ada. Maka apa yang Tuhan minta darimu adalah berilah tangan, mulut dan hatimu untuk menggantikan tangan, mulut dan hati Yesus, sehingga banyak orang akan merasakan kehadiran dan pernyertaan Tuhan bagi mereka.
Betapa indah dan bahagianya hati bila kita dipakai oleh Tuhan untuk membagi berkat bagi banyak orang.
Selamat beraktivitas di hari baru untuk para sahabat
Salam dan doa dari seorang sahabat untuk para sahabatnya.
*(Romo Inno Ngutra - Rinnong)*
-
19 Februari 2019
CINTA DAN PENGORBANAN
Matius 19:16-26
----------------------------
Salah satu cara untuk mengetahui apakah seseorang benar-benar mencintai pasangannya adalah dengan melihat pengorbanannya. Namanya pengorbanan, hal itu tentu bukan sesuatu yang mudah! Pengorbanan mungkin mengusik zona nyaman kehidupan kita. Namun, melalui pengorbanan, ketulusan cinta benar-benar dapat dibuktikan.
Seorang pemuda bertanya kepada Yesus: "Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" (ay. 16). Ia merasa sudah melakukan semua perintah Allah. Tersirat kesombongan sewaktu ia berkata, "Apa lagi yang masih kurang?" (ay. 18-20). Menariknya, Yesus tahu benar kalau masih ada bagian dalam hidupnya yang belum dipersembahkan kepada Allah! Bagian itu adalah kecintaannya pada harta dan kekayaan. Yesus pun menantang pemuda itu untuk menjual segala miliknya, memberikannya kepada orang miskin, lalu datang mengikuti-Nya. Mendengar perkataan Yesus, ia pun pergi dengan sedihnya. Mengapa? Karena ia tidak siap mengorbankan sesuatu yang erat digenggamnya demi Kerajaan Allah!
Yesus mengetahui bagian-bagian dalam kehidupan seseorang yang, jika Allah memintanya, belum siap ia persembahkan kepada-Nya. Seperti pemuda itu, kita mungkin tidak menyadarinya sampai Allah mengungkapkannya. Meniru Daud, kita perlu memohon kepada Tuhan, agar senantiasa menguji dan menyelidiki hati kita (lih. Mzm. 26:2). Jika kita mencintai Allah, melakukan segala perintah-Nya bukanlah suatu pengorbanan, melainkan kesenangan.
JIKA TUHAN MENGUJI PENGORBANAN KITA,
UJUNG DARI UJIAN PENGORBANAN ITU PASTILAH BERKAT!
-
19 Februari 2019
*Bahagia Di Dunia Dan Di Sorga*
Matius 6:33; Kolose 3:2
Pikirkan untuk apa kita hidup? Mari simak skenario berikut ini dan andaikan itu hidup kita.
Mulai dari sebuah sekolah yang menanamkan ilmu, etika, dan budi pekerti. Waktu bermain yang mulai banyak tersita untuk belajar, seiring tumbuh kembang kita. Hingga akhirnya mendapatkan gelar sarjana. Kemudian lanjut dengan berada pada antrean pencari kerja. Mengirim lamaran, mengikuti sejumlah tes, hingga akhirnya berhasil masuk dalam daftar karyawan di sebuah perusahaan. Kita merintis karier dengan masuk dalam dunia kerja yang menuntut profesionalisme. Terbenam dalam segudang pekerjaan yang membuat kita jadi gila kerja, dan tidak jarang membuat kita stres. Namun ada hasil yang didapatkan dari kerja keras itu, kita populer, berkuasa, berjaya, dan kaya. Kemudian seiring berjalannya waktu, ada hal lain yang menjadi target baru kita. Kita bertemu pasangan hidup, menikah, memiliki anak dan mengurus anak, sehingga kegiatan kita menjadi bertambah. Khta pun terus mendaki ke tempat yang lebih tinggi demi kesejahteraan keluarga baru kita. Kita memanfaatkan waktu sebaik mungkin dengan menata karier yang lebih mapan dan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Kita pun menjadi gilang-gemilang. Di mana pun kita berada banyak orang menyukai keberadaan kita. Namun sepertinya, waktunya terlalu singkat untuk memenangkan pertandingan secara sempurna, karena hidup kita masih berlanjut. Setelahnya, akan ada yang merasa kecewa pada kita, pekerjaan kita menemui banyak kendala, kita jatuh ke dalam pencobaan, anak kita sakit parah, istri atau suami kita terjebak dalam perselingkuhan, uang tabungan habis, hutang di mana-mana, dlsb. Pikiran kita menjadi kacau, hidup kita pun serasa hancur. Apa yang kita bangun, runtuh secara perlahan. Satu per satu orang di sekitar pergi meninggalkan kita. Hidup tidak lagi berarti. Dan waktu menjadi terasa sangat lama berputar. Semua nampak suram dan gelap. Satu-satunya keinginan adalah menunggu waktu Tuhan memanggil.
Kita tentu tidak mau memiliki kehidupan seperti skenario di atas bukan? Yang mengawali secara sempurna, namun mengakhiri pertandingan kehidupan secara menyedihkan. Untuk itu kita harus memiliki orientasi hidup yang benar. Hidup kita tidak hanya di dunia, tetapi kita juga akan hidup di alam baka, entah itu di Sorga atau Neraka. Karenanya, kita jangan hanya terus memikirkan bagaimana kita hidup dengan baik di dunia ini, tetapi lebih daripada itu mari pikirkan bagaimana cara agar kita bisa hidup dengan baik nantinya setelah perjalanan kita di dunia ini selesai. Sebagai orang percaya, Kristus harus menjadi orientasi hidup kita, Kerajaan Sorga harus menjadi tujuan hidup (Mat 6:33), dan perkara-perkara sorgawi harus menjadi bagian dari kehidupan kita. Dengan itu maka hidup kita selama di dunia akan baik, bahagia, dan berguna bagi siapa saja. Dan akhirnya kita pun bisa menikmati kehidupan kekal di Sorga kelak, yang Tuhan janjikan kepada kita yang setia hingga akhir.
DOA
Bapa, ampuni aku karena selama ini tidak memprioritaskanMu. Mulai hari ini, aku ingin belajar menempatkanmu di atas segalanya. Dalam nama Tuhan Yesus aku berdoa. Amin.
-
19 Februari 2019
HARYATIE307 tulis:
CINTA DAN PENGORBANAN
Matius 19:16-26
----------------------------
....
Seorang pemuda bertanya kepada Yesus: "Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" (ay. 16). Ia merasa sudah melakukan semua perintah Allah. Tersirat kesombongan sewaktu ia berkata, "Apa lagi yang masih kurang?" (ay. 18-20). Menariknya, Yesus tahu benar kalau masih ada bagian dalam hidupnya yang belum dipersembahkan kepada Allah! Bagian itu adalah kecintaannya pada harta dan kekayaan. Yesus pun menantang pemuda itu untuk menjual segala miliknya, memberikannya kepada orang miskin, lalu datang mengikuti-Nya. Mendengar perkataan Yesus, ia pun pergi dengan sedihnya. Mengapa? Karena ia tidak siap mengorbankan sesuatu yang erat digenggamnya demi Kerajaan Allah!
....
JIKA TUHAN MENGUJI PENGORBANAN KITA,
UJUNG DARI UJIAN PENGORBANAN ITU PASTILAH BERKAT!
Puji Tuhan
-
19 Februari 2019
SIRAMAN ROHANI
Bacaan Injil: Mateus, 5:36-48
Renungan
Mencintai orang yang kita cintai itu biasa. Namun, tetap mencintai orang yang membenci kita itu yang luar biasa. Membalas dendam kepada orang yang membenci dan menyakiti itu perbuatan manusiawi. Namun, bisa mencintai dan mendoakan musuh-musuh kita, ini perbuatan ilahi. Yesus mengajak kita menjadi orang yang luar biasa, bukan biasa-biasa saja, bukan normal-normal saja, melainkan manusia "ilahi". Ia meminta kita menjadi manusia sempurna sebagaimana Bapa di surga sempurna adanya. Bagaimana caranya? Caranya dengan menyisihkan hukum balas dendam dan menggantinya dengan hukum cinta kasih. Kita tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, sebaliknya dengan mengasihi dan menndoakan. Hidup kita saat ini bisa dikelilingi oleh orang2 yang mencintai dan membenci kita. Kecenderungan untuk mencintai dan membenci mereka peluangnya sama. Mau menjadi manusia seperti apakah kita? Manusia yang normal2 saja atau manusia "ilahi" yang sesuai dengan permintaan Yesus.? Sebagai pengikut Kristus, kita berkewajiban untuk memperbesar peluang mencintai atau mengasihi siapa pun dan memperkecil bahkan meniadakan kebencian. Yesus, Tuhan kita, telah menunjukkan teladan kasih itu. Marilah kita meneladani Dia.
Ya Yesus, Engkau adalah sumber cinta. Jadikanlah aku sempurna karena Kau mampukan aku untuk mencintai tanpa syarat saudara-saudariku. Amin.
Teriring Salam & Doa
Dari Angola-Afrika🙏🙏
Rm. Yoakim Leu, SVD
-
19 Februari 2019
Amin.
Saya dulu bergumul mendoakan orang yg pernah menyakiti saya dan mendoakan teman yg telah memfitnah saya. Dan saya tidak pernah membalas sedikitpun atas apa yg telah mereka perbuat.
Yang menjadi tuntunan saya adalah Roma 12:17 "Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, lakukanlah apa yg baik bagi semua orang"
Gbus.
ZEGA376 tulis:
SIRAMAN ROHANI
Bacaan Injil: Mateus, 5:36-48
Renungan
Mencintai orang yang kita cintai itu biasa. Namun, tetap mencintai orang yang membenci kita itu yang luar biasa. Membalas dendam kepada orang yang membenci dan menyakiti itu perbuatan manusiawi. Namun, bisa mencintai dan mendoakan musuh-musuh kita, ini perbuatan ilahi. Yesus mengajak kita menjadi orang yang luar biasa, bukan biasa-biasa saja, bukan normal-normal saja, melainkan manusia "ilahi". Ia meminta kita menjadi manusia sempurna sebagaimana Bapa di surga sempurna adanya. Bagaimana caranya? Caranya dengan menyisihkan hukum balas dendam dan menggantinya dengan hukum cinta kasih. Kita tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, sebaliknya dengan mengasihi dan menndoakan. Hidup kita saat ini bisa dikelilingi oleh orang2 yang mencintai dan membenci kita. Kecenderungan untuk mencintai dan membenci mereka peluangnya sama. Mau menjadi manusia seperti apakah kita? Manusia yang normal2 saja atau manusia "ilahi" yang sesuai dengan permintaan Yesus.? Sebagai pengikut Kristus, kita berkewajiban untuk memperbesar peluang mencintai atau mengasihi siapa pun dan memperkecil bahkan meniadakan kebencian. Yesus, Tuhan kita, telah menunjukkan teladan kasih itu. Marilah kita meneladani Dia.
Ya Yesus, Engkau adalah sumber cinta. Jadikanlah aku sempurna karena Kau mampukan aku untuk mencintai tanpa syarat saudara-saudariku. Amin.
Teriring Salam & Doa
Dari Angola-Afrika🙏🙏
Rm. Yoakim Leu, SVD
-
19 Februari 2019
IMELDA799 tulis:
Amin.
Saya dulu bergumul mendoakan orang yg pernah menyakiti saya dan mendoakan teman yg telah memfitnah saya. Dan saya tidak pernah membalas sedikitpun atas apa yg telah mereka perbuat.
Yang menjadi tuntunan saya adalah Roma 12:17 "Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, lakukanlah apa yg baik bagi semua orang"
Gbus.
kerem
-
19 Februari 2019
Tuhan Yesus yang Keren! Kalo bukan krn kekuatan Tuhan mana bisa saya lewati sakit dan hancurnya hati ini hehehehe..
Terima kasih renungannya Masbro Zega. Gbu.
ZEGA376 tulis:
kerem
-
19 Februari 2019
*Selasa, 19 February 2019*
_*Shalom..*_
*TUHAN MENGHITUNG DAN MEMBAYAR UPAHMU DENGAN TEPAT*
_Keluaran 12:36, 41 Dan TUHAN membuat orang Mesir bermurah hati terhadap bangsa itu, sehingga memenuhi permintaan mereka. Demikianlah mereka merampasi orang Mesir itu. Sesudah lewat empat ratus tiga puluh tahun, tepat pada hari itu juga, keluarlah segala pasukan TUHAN dari tanah Mesir._
*Selama 430 tahun Israel diperbudak Di Mesir. Mereka bukan tidak dibayar, hanya semua upah mereka TUHAN suruh ditabung Orang Mesir sampai jumlah mereka cukup untuk mendirikan satu bangsa. Dan semua emas dan harta Mesir dibawa Israel keluar Saat bebas.*
Setelah Perang Yom Kippur 6 Hari pada tahun 1976, Antara Israel dan Mesir, mereka buat Perjanjian damai dalam sebuah Camp yang di disebut Camp David. *Israel meminta Gunung Sinai diserahkan Mesir, dan Mesir menyanggupi dengan syarat kembalikan semua Emas dan uang yang Nenek Moyang kelian bawa dari Mesir.*
Perjanjian Damai selesai dengan hasil Gunung Sinai tetap Milik Mesir sampai Saat ini. Karena emas dan uang Mesir tidak dikembalikan Israel.
*Mari bekerja dengan benar dihadapan TUHAN. Karena TUHAN akan membayar upah kita dengan tepat.* _Mau?_
_*Blessings*_
-
19 Februari 2019
IMELDA799 tulis:
Tuhan Yesus yang Keren! Kalo bukan krn kekuatan Tuhan mana bisa saya lewati sakit dan hancurnya hati ini hehehehe..
Terima kasih renungannya Masbro Zega. Gbu.
Puji Tuhan
-
19 Februari 2019
*SHALOM
*Renungan Harian*
Jagalah Harta Rohanimu !
Yesaya 45:1-8; Efesus 13
”Aku akan memberikan kepadamu harta benda yang terpendam dan harta kekayaan yang tersembunyi, supaya engkau tahu, bahwa Akulah TUHAN, Allah Israel, yang memanggil engkau dengan namamu.”
(Yesaya 45:3)
Mungkin Anda di rumah punya lemari besi. Anda te barang berharga di dalamnya. Untuk urusan ini Anda tidak pernah lalai menjaga harta duniawi Anda, tetapi banyak orang Kristen melalaikan menjaga harta rohani mereka. Saya percaya bahwa harta yang paling indah yang Tuhan berikan kepada kita adalah harta rohani. Apa saja harta rohani kita yang perlu dijaga?
Pertama, keselamatan. Kita tidak perlu memperdebatkan apakah keselamatan itu bisa hilang, yang pasti Yesus memberikan keselamatan kepada kita dengan harga yang sangat mahal. Paulus berkata, "Hai saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah KERJAKAN KESELAMATANMU DENGAN TAKUT DAN GENTAR, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir" (Filipi 2:12). Inilah yang harus kita jaga: keselamatan kita.
Kedua, damai sejahtera. Tuhan memberikan damai supaya kita bisa menikmatinya, meskipun di tengah badai. Jadi kalau ada orang berkata bahwa uang adalah jaminan untuk mendapatkan damai sejahtera, maka itu adalah salah besar. Damai sejahtera tidak tergantung pada harta. Damai sejahtera tidak tergantung dari perkara duniawi. Damai sejahtera sejati datangnya dari Tuhan Yesus. Kalau itu telah dimiliki, jangan hilang.
Ketiga, kasih. Kita memang suka berbicara tentang kasih, tetapi mempraktekkannya tidak semudah berbicara. Kita seringkali menjadi orang Kristen yang pandai berteori, namun untuk mempraktekkannya jadi masalah besar. Tetapi kalau Anda telah memiliki kasih, janganlah hilang. Sebab kasih itu yang terbesar. Segalanya akan ada akhirnya, namun kasih tidak akan pernah berkesudahan.
Keempat, iman. Iman itu seperti tali yang menghubungkan kita dengan Allah. Sebab Alkitab berkata, "Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia" (lbrani 11:6). Musuh iman yang terbesar adalah keraguan. Karena itu tetaplah senantiasa dalam persekutuan dengan Allah supaya keraguan tidak menyelinap dalam hidup Anda.
Renungan :
Marilah kita menjaga harta yang Allah berikan kepada kita. Kalau kita begitu giat menjaga harta duniawi bukankah menjaga harta rohani lebih penting lagi ?
Banyak orang Kristen melalaikan menjaga harta rohani mereka, padahal itulah yang terpenting.
*🙋♂Salam 💖Kasih✝ KRISTUS 🤝🥂*
-
19 Februari 2019
✳▪▪▪❇▪▪▪✳
*Kalender Liturgi 19 Feb 2019*
Selasa Pekan Biasa VI
✳🔹🔹🔹📜🔹🔹🔹✳
*Bacaan I*
Kej 6:5-8;7:1-5.10
_*Aku akan menghapuskan manusia yang Kuciptakan dari muka bumi.*_
Pembacaan dari Kitab Kejadian:
Tuhan melihat bahwa kejahatan manusia di bumi semakina besar, dan kecenderungan hati mereka selalu membuahkan kejahatan semata-mata.
Maka menyesallah Tuhan, bahwa Ia menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya. Bersabdalah Tuhan, *"Aku akan menghapuskan manusia yang Kuciptakan dari muka bumi, baik manusia maupun hewan, dan binatang-binatang melata maupun burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka."* Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di hadapan Tuhan.
Maka bersabdalah Tuhan kepada Nuh, *"Masuklah ke dalam bahtera, engkau dan seisi rumahmu, sebab engkaulah yang Kulihat benar di hadapan-Ku di antara orang zaman ini. Dari segala binatang yang tidak haram haruslah kauambil tujuh pasang, jantan dan betina. tetapi dari binatang yang haram satu pasang, jantan dan betinanya; Juga dari burung-burung di udara tujuh pasang, jantan dan betina, supaya terpeliharalah hidup keturunannya di seluruh bumi. Sebab tujuh hari lagi Aku akan menurunkan hujan ke atas bumi empat puluh hari empat puluh malam lamanya. Dan Aku akan menghapuskan dari muka bumi segala yang ada, yang Kujadikan itu."*
Lalu Nuh melakukan segala yang diperintahkan Tuhan kepadanya. Setelah tujuh hari datanglah air bah meliputi bumi.
Demikianlah sabda Tuhan.
✳🎼🎼🎼🎹🎼🎼🎼✳
*Mazmur Tanggapan*
Mzm 29:1a.2.3ac-4.3b.9b-10
_*Tuhan memberkati umat-Nya dengan damai sejahtera.*_
*Sampaikanlah kepada Tuhan, hai penghuni surga, sampaikanlah kepada Tuhan kemuliaan nama-Nya, sujudlah kepada Tuhan dengan berhiaskan kekudusan!
*Suara Tuhan terdengar di atas air, suara Tuhan mengguruh di atas air yang besar. Suara Tuhan penuh kekuatan, suara Tuhan penuh semarak.
*Allah yang mulia mengguntur, di dalam bait-Nya setiap orang berseru, "Hormat!"
Tuhan bersemayam di atas air bah, Tuhan bersemayam sebagai Raja untuk selama-lamanya.
✳🌾🌾🌾⛪🌾🌾🌾✳
*Bait Pengantar Injil*
Yoh 14:23
_*Alleluia..*_
_Jika seorang mengasihi Aku, ia akan mentaati sabda-Ku. Bapa-Ku akan mengasihi dia, dan Kami akan datang kepadanya._
_*Alleluia..*_
✳🔸🔸🔸📖🔸🔸🔸✳
*Bacaan Injil*
Mrk 8:14-21
_*Awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes*_
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:
Pada suatu hari
murid-murid Yesus lupa membawa roti. Hanya sebuah saja yang ada pada mereka dalam perahu. Lalu Yesus memperingatkan mereka, kata-Nya, *"Berjaga-jagalah dan awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes."*
Maka mereka berpikir-pikir, dan seorang berkata kepada yang lain, _*"Itu dikatakan-Nya karena kita tidak mempunyai roti."*_
Ketika Yesus tahu, apa yang mereka perbincangkan, Ia berkata, *"Mengapa kamu memperbincangkan soal tidak ada roti? Belum jugakah kalian memahami dan mengerti? Telah degilkah hatimu? Kalian mempunyai mata, tidakkah kalian melihat? Dan Kalian mempunyai telinga, tidakkah kalian mendengar?*
*Sudah lupakah kalian waktu Aku memecah-mecahkan lima roti untuk lima ribu orang itu, berapa bakul penuh potongan-potongan roti kamu kumpulkan?"* Jawab mereka, _*"Dua belas bakul."*_
*"Dan pada waktu tujuh roti untuk empat ribu orang itu, berapa bakul penuh potongan-potongan roti kamu kumpulkan?"* Jawab mereka, _*"Tujuh bakul."*_
Lalu kata Yesus kepada mereka, *"Masihkah kalian belum mengerti?"*
Demikianlah Injil Tuhan.
*Terpujilah Kristus*✝
-
20 Februari 2019
*Selasa, 19 Pebruari 2019*
*Pekan Biasa VI*
¤ Kej. 6:5-8,7:1-5,10
¤ Mzm. 29:1a,2,3ac-4,3b,9b-10
¤ Mrk. 8:14-21
*"Fermentum"*
- _Ragi_ -
Di dalam pembuatan roti, ragi dipakai untuk membuat adonan roti agar dapat mengembang. Karenanya, Yesus menggunakan perumpamaan 'ragi' agar lebih mudah dipahami para muridNya untuk menunjukkan kekuatan tentang ajaran-Nya.
Mengacu pada bacaan Injil hari ini, Yesus menggunakan kata 'ragi' untuk menunjukkan sikap buruk, munafik dan kepura-puraan orang-orang Farisi yang meminta tanda dari Yesus, dan juga raja Herodes dengan kejahatan-kejahatannya terhadap bangsa Israel saat itu. Orang-orang Farisi dan raja Herodes yang memancarkan dan mempunyai ambisi pribadi dan sikap yang jahat laksana ragi untuk menghancurkan dan membusukkan serta meracuni 'adonan' bangsa Israel dari dalam ke luar yang kemudian merusakkannya. Yesus mengetahui gelagat mereka sehingga Ia memperingati para murid untuk _waspada_ karena hal ini sangat berbahaya bagi hidup mereka: _“Berjaga-jagalah dan awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes.”_ (Mrk 8:15).
Adapun _dua nilai_ dari perumpamaan 'ragi' yang perlu kita maknai, antara lain:
1. *Bijaksana*
Yesus menggunakan perumpamaan 'ragi' untuk membuat mereka _mengerti dengan bijak_ bahwa kalau mereka ingin memahami ajaran-Nya, dibutuhkan hati yang murni, sederhana dan bijaksana. Dialah yang memberi kekuatan Roh Kudus kepada para muridNya untuk _mengerti dengan bijak_ segala rahasiaNya. Kelak mereka juga harus _meneruskan_ iman mereka turun temurun sebagai pilar-pilar penyangga Gereja.
Di sinilah kita diajak untuk menyadari panggilan-Nya dengan berusaha _mengerti_ dan _mengolah_ kehendakNya dengan baik agar kita mampu meneruskan iman dengan bijaksana kepada kaum muda yang belum mengerti banyak hal.
2. *Waspada*
Yesus menggunakan kata ‘ragi’ dalam perumpamaan dari prinsip kerusakan moral yakni kepura-puraan orang Farisi. Mereka secara berlebihan memperhatikan hal- hal lahiriah dalam agama tetapi mengabaikan hal- hal rohani yang mendasar yang lebih penting. Sedangkan ragi Herodes adalah semangat keduniawian, yang dikuasai dengan kesenangan dan ambisi politik.
Di sinilah kita diajak untuk selalu _waspada_ terhadap ragi orang-orang Farisi dan ragi Herodes agar kita tetap bertumbuh dalam kasih akan Tuhan dan ketaatan kepada Sabda-Nya. Pertumbuhan ini akan menyebabkan jiwa kita berbuah dalam hal kekudusan dan daya guna yang adikodrati.
Saudaraku, marilah kita selalu berusaha bersikap bijaksana dalam menjawab panggilanNya serta tetap _waspada_ terhadap 'ragi' yang meracuni panggilan kita demi perkembangan Gereja.
Salam Kasih dan Damai Sejahtera Kristus bersama Bunda Maria senantiasa menyertai kita sekeluarga yang berjuang menjadi muridNya yang percaya dan setia. Amin.
-
20 Februari 2019
Setia Sampai Akhir Hayat
~ Santapan Harian ~
*Posted on February 19, 2019
Yosua 23:1-16
Apa yang kita lakukan jika sedang gelisah? Ini merupakan suasana hati yang kalut, takut, disertai bimbang. Namun saat menjelang akhir hayatnya, Yosua tidak mau dikuasai kegelisahan. Dia tetap mengingat janji dan peringatan Allah.
Yosua sudah tua dan lanjut umurnya. Pada momen itu, dia memanggil para pemimpin Israel. Mereka adalah tua-tua, hakim, dan pengatur pasukan (2). Di senja usianya, dia ingin memberikan petuah penuh makna. Yosua mengingatkan kebesaran kuasa-Nya dalam kehidupan Israel (3). Allah melakukan perkara besar demi kebaikan mereka. Misalnya, Dia telah memberikan Israel negeri yang menjadi milik pusaka mereka (4-5).
Atas semua kebaikan itu, Yosua mendorong umat Israel agar hidup sesuai kehendak-Nya (6-8, 11). Yosua ingin agar mereka taat melakukan hukum dan ketetapan Tuhan. Umat Israel dilarang bergaul dengan bangsa penyembah berhala. Dengan begitu, mereka akan tetap setia menyembah Allah saja. Mereka harus terpaut kepada Allah dan mengasihi-Nya.
Jika Israel dapat hidup seperti itu, maka Allah menjanjikan kemenangan besar bagi mereka. Tuhan akan menghalau semua musuh Israel (9-10). Namun, jika mereka menyimpang dari kehendak-Nya, kehancuran besar akan menanti (12-16).
Yosua telah setia mengabdi sebagai hamba Allah. Karya kasih-Nya kepada dirinya dan Israel selalu sempurna. Ini memperlihatkan bahwa Allah selalu setia kepada umat-Nya. Jadi, setiap umat juga harus hidup setia dengan melakukan kehendak-Nya sebagai bukti loyalitas kepada-Nya.
Marilah kita menjalani kehidupan dengan sukacita. Allah selalu menjamin kebaikan, asal kita patuh kepada-Nya. Kehendak-Nya akan selalu membawa kita pada hidup berkemenangan. Jangan lamban untuk mengucap syukur dalam segala keadaan! Kuatkan langkah kita untuk mengikuti kehendak-Nya. Hingga sampai akhir hayat, kita tetap setia menjadi umat-Nya.
Doa: Tuhan, teguhkan langkah kami untuk tetap setia kepada-Mu. [JS]
Have a Good Rest 😴
Jesus Love's You ❣️
-
20 Februari 2019
BERUBAH SETIA
2 Tawarikh 26:1-16
Seorang teman saya bukan hanya penggemar bola tetapi juga pendukung setia sebuah tim bola. Selayaknya "fan sejati, ia menunjukkan kesetiaannya itu dengan memakai atribut dan jersey tim kebanggaannya dalam kesehariannya. Ia rajin mengikuti pertandingan yang dijalani timnya, sibuk berkomentar di media sosial, dan tidak berhenti membahas berbagai prestasi yang diraih tim-nya bersama para fan lainnya. Para fan sejati biasanya mati-matian membela tim kesayangannya itu dan tidak berubah setia walau timnya sedang terpuruk.
Apakah kesetiaan seperti ini juga terwujud dalam hubungan kita dengan Tuhan? Nyatanya setia mengikuti Tuhan itu tidak mudah. Kita gampang berubah setia, terutama saat situasi berubah. Mari belajar dari raja Uzia. Uzia memulai perjalanan hidupnya dengan kesetiaan luar biasa. Ia hidup benar sejak muda dan mencari Allah selama Zakharia ada di sampingnya. Buah kesetiaannya pun berbuahkan berkat-berkat Tuhan dalam segala aspek kehidupannya. Sayang, keadaan itu justru membuatnya berubah setia sampai-sampai melakukan hal yang merusak. Kebenaran pun dilanggarnya.
Di awal-awal perjalanan hidup kita, mungkin kita mampu menunjukkan kesetiaan luar biasa kepada Tuhan. Kita tidak bisa berhenti untuk membicarakan-Nya, tidak pernah lupa bersekutu dengan-Nya, bahkan mengorbankan banyak hal untuk-Nya. Tetapi apakah kesetiaan itu masih bertahan bahkan semakin meluap-luap saat hidup kita "semakin kuat"?
PENGIKUT SEJATI ITU TIDAK AKAN PERNAH
BERUBAH SETIA MESKI SITUASINYA BERUBAH.
Selamat pagi,,selamat beraktifitas...Gbu
20 Februari 2019 diubah oleh HARYATIE307
-
20 Februari 2019
*Rabu 20 Februari 2019*
*Bacaan Setahun:*
Im. 4-5
2 Kor. 8
*DIUBAH MENJADI SERUPA DENGAN-NYA*
*_“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah”*_ *Yohanes 12:24*
Yesus adalah biji gandum itu. Kematian-Nya di kayu salib akan menghasilkan banyak buah. Siapakah buah yang dihasilkan itu? Gereja-Nya. Jemaat-Nya. Anda dan saya. Yesus telah memberikan rahasia hidup berkemenangan. Mencapai hidup semakin sempurna adalah cita-cita semua orang. Terbukti dengan usaha beberapa orang yang hendak mencapai hidup yang lebih tinggi, ada yang dengan cara “menyatu dengan alam” atau “mengosongkan diri” atau “melatih sukma”, dan sebagainya. Tetapi inti dari semua itu adalah keinginan untuk menjadi sama dengan Sang Pencipta atau setidak-tidaknya mencapai tingkatan hidup yang lebih tinggi.Dalam dunia kekristenan pun kita diwajibkan untuk mencapai tingkatan rohani yang semakin tinggi. Alkitab berkata, “Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita DIUBAH menjadi SERUPA dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar”(2 Korintus 3:18). Setiap hari Roh Kudus akan membentuk kita menjadi serupa dengan Kristus. Bagaimana kita dapat dibentuk menjadi sama dengan Yesus? Mungkinkah hal itu terjadi? Saya yakin bahwa kunci untuk mencapai semuanya itu adalah dengan jalan menyangkal diri dan mengosongkan diri supaya Roh Kudus berdiam dan memerintah secara mutlak dalam hidup kita. Bukan berarti kita menjadi robot. Maksud mengosongkan diri di sini adalah mematikan semua keinginan-keinginan duniawi yang masih bercokol dalam diri kita (Kolose 3:5). Apabila kita suka nama kita disanjung dan ditulis besar-besar, berarti “keakuan” ini masih menonjol. Kita belum mati. Kalau mati, mungkin kita tidak perlu mudah tersinggung dengan ucapan-ucapan pedas. Tapi kita kan masih manusia yang mempunyai perasaan? Bagaimana mungkin kita hidup tanpa perasaan? Anda tidak perlu mematikan perasaan. Yang penting adalah hidup yang dikuasai oleh Roh Kudus dan hidup tunduk di bawah pimpinan Tuhan. Ini bukan sekedar teori para pengkotbah. Ini adalah nilai hidup yang diwariskan oleh gaya hidup Tuhan Yesus. Sebagai murid-murid-Nya, hendaklah kehidupan kita bercermin kepada Alkitab sebagai buku panduan hidup kepada kesempurnaan. Dengan demikian hidup kita akan berproses terus untuk menjadi sempurna seperti Dia. (DH)
*Questions:*
1. Apakah memungkinkan hidup kita menjadi serupa dengan-Nya? Diskusikan!
2. Mengapa Alkitab harus menjadi buku panduan hidup kita?
*Values:*
Bagi warga Kerajaan yang terpenting adalah hidup dikuasai Roh Kudus dan tunduk dalam pimpinan Tuhan.
*Kadang bentukan Allah sungguh menyakitkan, tetapi hasilnya sungguh luar biasa.*
-
20 Februari 2019
*Kamu Tidak Pernah Berjalan Sendiri*
Mazmur 37:23; 63:8-9
Zaman sekarang, tidak jarang kita menemukan orang yang merasa kehidupannya hampa dan merasa bahwa tidak ada orang lain yang peduli terhadap dirinya. Hal tersebut membuktikan bahwa setiap orang memang sangat membutuhkan kehadiran orang lain di sekitarnya. Itu karena manusia merupakan makhluk sosial, yang berarti tidak bisa hidup seorang diri. Orang yang satu sangat membutuhkan orang yang lain, dan sebaliknya, sekalipun tidak memiliki hubungan yang dekat.
Seperti yang dialami oleh Tarek El Moussa, seorang pembawa acara dalam sebuah program di salah satu televisi swasta. Ketika ia tampil dalam program acaranya tersebut, ada seorang penonton yang berprofesi sebagai perawat, sedang menyaksikan penampilannya melalui layar televisi. Perawat tersebut melihat ada sesuatu yang aneh di salah satu bagian anggota tubuh Tarek, yaitu di bagian lehernya. Ia melihat ada sebuah benjolan yang menurutnya tidak lazim. Dan ia memastikan bahwa benjolan tersebut sangat membahayakan Tarek. Saat itu juga, perawat tersebut segera menghubungi pihak stasiun televisi tersebut untuk memberitahu Tarek agar ia segera melakukan tindakan melalui pihak medis. Karena, menurut pengalaman yang pernah dialami oleh beberapa pasien yang pernah dihadapi perawat tersebut, benjolan tersebut merupakan tumor yang tumbuh dari dalam tubuh. Singkat cerita, ketika hal tersebut sudah diketahui Tarek, Tarek pun segera memeriksakannya ke dokter di sebuah rumah sakit. Dan menurut hasil pemeriksaan dokter, ternyata benar apa yang dikatakan si perawat tadi, yang telah menontonnya dari layar kaca, bahwa benjolan itu adalah tumor yang ganas. Tidak menunggu lama, dokter segera memberikan penanganan selama kurang lebih empat jam operasi, hingga akhirnya penanganan pun selesai dan Tarek akhirnya masuk dalam masa pemulihan.
Dari hal tersebut kita bisa menyaksikan bahwa Tuhan bisa memakai siapa saja untuk menolong kita, sekalipun mereka tidak kita kenal sama sekali sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa ada banyak cara penyertaan Tuhan dalam kehidupan kita. Karena itu, jangan pernah sekalipun kita merasa bahwa sudah tidak ada lagi orang yang peduli dengan kita, sampai kita merasa bahwa kita sendirian hidup di dunia ini, sekalipun mungkin orang tua dan keluarga kita telah meninggalkan kita.
Tetaplah jalani hidup ini sebagaimana mestinya. Jangan pernah takut dengan kesendirian hidup yang mungkin harus kita jalani. Kita memang tidak bisa melihat Tuhan secara kasat mata. Tetapi percayalah, bahwa Ia selalu memerhatikan kita secara mendetail dari Sorga. Tuhan selalu mempersiapkan "malaikat-malaikatNya" yang akan Ia pakai untuk memenuhi kebutuhan dan menolong kehidupan kita, asalkan kita tetap menaruh kepercayaan kita seutuhnya kepadaNya.
DOA
Bapa, aku percaya Engkau selalu ada di dalam kehidupanku dan aku akan tetap menaruh kepercayaanku kepadaMu. Dalam nama Tuhan Yesus aku berdoa. Amin.
-
20 Februari 2019
Renungan Harian Katolikvidgram
Selasa, 19 Februari 2019
. .
Kamu mempunyai mata, tidakkah kamu melihat dan kamu mempunyai telinga, tidakkah kamu mendengar? (Markus 8: 18)
.
.
Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan, pernah juga menyakiti perasaan orang lain yang endingnya akan ditegur entah oleh yang lebih dewasa atau oleh orang terdekat kita.
.
.
Pernahkah ketika kita melakukan kesalahan lalu kita tidak ditegur oleh orang lain, melainkan kita ditunjukkan secara tidak langsung hal yang seharusnya kita lakukan?
.
.
Tetapi, apakah kita sadar ketika kita ditegur secara tidak langsung? .
.
Bacaan Injil hari ini mau mengingatkan kepada kita apakah kita sadar ketika kita berbuat salah, lalu Tuhan Yesus menegur kita secara tidak langsung, Ia menasehati kita? Karena sering kali kita melakukan kesalahan (dosa) dan kita tidak merasa bersalah karena Tuhan Yesus tidak menegur kita. Padahal pada setiap perbuatan salah yang kita lakukan Ia selalu menegur dan menasehati, walaupun tidak secara langsung.
.
.
Bayangkan jika Tuhan menegur kita secara langsung, Ia bisa sangat marah dengan kita. Tetapi karena kebaikan hatiNya Ia menegur kita dengan lembut, Ia menegur kita secara tidak langsung. Sering kali Ia menegur kita melalui perbuatan benar yang dilakukan oleh orang terdekat kita, pada kondisi yang sama. Tujuannya agar kita semakin sadar dengan perbuatan-perbuatan kita yang salah dan mau memperbaikinya.
.
.
Yuk sama-sama kita buka mata, buka telinga kita untuk melihat dan mendengar kebaikan hati dari Tuhan agar hidup kita menjadi lebih baik dan berkenan di hadapan Allah. (A)
-
20 Februari 2019
❇▪▪▪✳▪▪▪❇
*Kalender Liturgi 20 Feb 2019*
Rabu Pekan Biasa VI
❇🔹🔹🔹📜🔹🔹🔹❇
*Bacaan I*
Kej 8:6-13.20-22
_*Nuh melihat-lihat; ternyata muka bumi sudah mulai kering.*_
Pembacaan dari Kitab Kejadian:
Pada waktu itu air bah sudah mulai surut. Sesudah lewat empat puluh hari, maka Nuh membuka tingkap yang dibuatnya pada bahtera itu. Lalu ia melepaskan seekor burung gagak. Dan burung itu terbang pulang pergi, sampai air menjadi kering di atas bumi.
Kemudian dilepaskannya seekor burung merpati untuk melihat, apakah air telah berkurang dari muka bumi. Tetapi burung merpati itu tidak mendapat tumpuan kaki dan pulanglah ia kembali mendapatkan Nuh ke dalam bahtera, karena di seluruh bumi masih ada air. Lalu Nuh mengulurkan tangannya, ditangkapnya burung itu dan dibawanya masuk ke dalam bahtera. Ia menunggu tujuh hari lagi, kemudian dilepaskannya pula burung merpati itu. Menjelang waktu senja pulanglah burung merpati itu mendapatkan Nuh, dan pada paruhnya dibawanya sehelai daun zaitun yang segar. Dari situlah diketahui Nuh, bahwa air itu telah berkurang dari atas bumi. Selanjutnya ditunggunya pula tujuh hari lagi, kemudian dilepaskannya burung merpati itu; tetapi burung itu tidak kembali lagi kepadanya.
Maka dalam tahun keenam ratus satu, dalam bulan pertama, pada tanggal satu bulan itu, sudah keringlah air dari atas bumi. Kemudian Nuh membuka tutup bahtera itu dan melihat-lihat ternyatalah muka bumi sudah mulai kering. Lalu Nuh mendirikan mezbah bagi Tuhan. Dari segala binatang yang tidak haram dan dari segala burung yang tidak haram diambilnyalah beberapa ekor, lalu ia mempersembahkan kurban bakaran di atas mezbah itu. Ketika Tuhan mencium persembahan yang harum itu, bersabdalah Tuhan dalam hati-Nya, *"Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya; Aku takkan membinasakan lagi segala yang hidup seperti yang telah Kulakukan. Selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam."*
Demikianlah sabda Tuhan.
❇🎼🎼🎼🎹🎼🎼🎼❇
*Mazmur Tanggapan*
Mzm 116:12-13.14-15.18-19
_*Aku akan mempersembahkan kurban syukur kepada-Mu, ya Tuhan.*_
*Bagaimana akan kubalas kepada Tuhan segala kabaikan-Nya kepadaku?
Aku akan mengangkat piala keselamatan, dan akan menyerukan nama Tuhan.
*Aku akan membayar nazarku kepada Tuhan di depan seluruh umat-Nya.
Sungguh berhargalah di mata Tuhan kematian semua orang yang dikasihi-Nya.
*Aku akan membayar nazarku kepada Tuhan di depan seluruh umat-Nya, di pelataran rumah Tuhan, di tengah-tengahmu, ya Yerusalem.
❇🌾🌾🌾⛪🌾🌾🌾❇
*Bait Pengantar Injil*
Ef 1:17-18
_*Allelyia..*_
_Semoga Bapa Tuhan kita Yesus Kristus menerangi kata hati kita, supaya kita memahami pengharapan yang terkandung dalam panggilan kita._
_*Alleluia..*_
❇🔸🔸🔸📖🔸🔸🔸❇
*Bacaan Injil*
Mrk 8:22-26
_*Si buta itu sembuh, dan dapat melihat segala sesuatu dengan jelas.*_
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:
Pada suatu hari
Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Betsaida. Di situ orang membawa kepada Yesus seorang buta dan mereka memohon supaya Ia menjamah dia. Yesus lalu memegang tangan orang buta itu dan membawa dia ke luar kampung. Lalu Ia meludahi mata si buta, dan meletakkan tangan di atasnya. Ia bertanya, *"Sudahkah kau lihat sesuatu?"* Orang itu memandang ke depan, lalu berkata, _*"Aku melihat orang!Ku lihat mereka berjalan-jalan, tetapi tampaknya seperti pohon-pohon yang berjalan."*_
Yesus kemudian meletakkan tangan-Nya lagi pada mata orang itu. Maka orang itu sungguh-sungguh melihat dan telah sembuh, sehingga ia dapat melihat segala sesuatu dengan jelas.
Sesudah itu Yesus menyuruh dia pulang ke rumahnya dan berkata, *"Jangan masuk ke kampung!"*
Demikianlah Injil Tuhan.
*Terpujilah Kristus*✝
-
20 Februari 2019
Renungan Katolik Bahasa Kasih
🥙🍓🥙🍓🥙🍓🥙🍓
Rabu, 20 Februari 2019
Kej 8:6-13,20-22
Mzm 116:12-15,18-19
Mrk 8:22-26
SAYA SEORANG BUTA
_Yesus meletakkan lagi tangan-Nya pada mata orang itu, maka orang itu sungguh-sungguh melihat dan telah sembuh. -- Mrk 8:25_
Ketika saya membaca Injil hari ini, saya merasa sedih. Karena saya menyadari kalau saya buta secara rohani. Saya tidak mampu membedakan mana yang baik dan yang buruk, sering salah mengambil keputusan, sering menabrak. Saya sering mengkritik pekerjaan orang lain, sementara pekerjaan saya sendiri tidak lebih baik.
Mata saya dapat melihat dengan baik, tetapi mata hati saya tidak. Saya tidak bisa melihat kebutuhan dari orang-orang di sekitar saya dan tidak berusaha menolong mereka. Oleh karena itu, pada hari ini saya memberanikan diri untuk berdoa, *"Tuhan, celikkanlah mata saya."* Agar saya dapat melihat orang lain dengan lebih baik, agar saya dapat melayani Tuhan dengan lebih baik, agar saya dapat melihat betapa rapuh dan kotornya diri saya.
Terkadang, kesombongan, keegoisan, kepercayaan diri yang berlebihan menyebabkan kita menjadi buta. Kita tidak dapat melihat diri kita, karena kecenderungan kita hanya melihat orang lain. Pada akhirnya kita sendiri terjatuh ke dalam lobang.
Doa saya bagi kita semua agar kita disembuhkan, dicelikkan mata hati kita, agar kita dapat melihat keindahan Tuhan dalam diri orang lain yang ada disekitar kita. (An)
Sudahkah mata hati saya terbuka
Salam Damai Kristus
-
21 Februari 2019
#renungan
*TAAT PERINTAH ALLAH*
🍃🍒🍃🍒🍃🍒🍃🍒
Kamis 21 Feb 2019
_`Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia` (Mrk 8:33)_
Perkataan Yesus kepada Petrus saat itu memang sangat keras.
Ia ingin menegaskan bahwa Anak Manusia harus menanggung penderitaan yang merupakan perintah dari Allah sendiri,
dan bahwa menentangnya merupakan pekerjaan iblis.
Padahal, saat ditanya, Petrus dengan yakin menjawab, `Engkau adalah Mesias` (Mrk 8:29).
Memang, Petrus sudah benar bahwa Yesus adalah Mesias yang diutus untuk menyelamatkan manusia,
namun bagaimana Yesus akan menyelamatkan manusia itulah yang masih belum dimengerti oleh Petrus.
Apa yang dipikirkan Petrus adalah pikiran manusiawi manusia pada umumnya.
Bahwa Yesus harus mati dahulu demi menyelamatkan manusia adalah sesuatu yang tidak bisa dipahami Petrus.
Dalam kehidupan kita sehari-hari, seringkali kita dihadapkan pada situasi yang sama.
Apakah kita akan mengikuti perintah Tuhan, walaupun tidak mengenakkan?
Ataukah, kita akan mengikuti keinginan manusiawi kita dengan memilih jalan yang menyenangkan,
walaupun itu bertentangan dengan perintah Tuhan?
Misalnya, dalam pekerjaan, apabila bos memberi perintah untuk melakukan cara-cara yang curang untuk memperoleh proyek tertentu,
apakah kita berani menolaknya dengan resiko kita akan kehilangan pekerjaan kita?
Ataukah, kita memilih patuh pada perintah bos?
Ya Tuhan, bantulah kami untuk mengerti dan menaati perintah-perintah-Mu`
*_Laurensia V._*
Kamis 21 Feb 2019
Pfak S. Petrus Damianus, UskpPujG
Kej 9:1-13;
Mzm 102:16-23.29;
Mrk 8:27-33
Selamat pagi😇
Salam damai🤝🏼
Dan selamat beraktivitas..
-
21 Februari 2019
Bagi orang yang belum Percaya penuh, Kata IMAN adalah sesuatu hal yang biasa...
Bagi mereka yang sudah Percaya penuh, kata IMAN itu adalah bermakna sangat dalam dan sangat Dashyat...
Apakah di lubuk hati yang terdalam kita betul" percaya bahwa dengan Iman sebesar biji sesawi kita bisa memindahkan gunung ?
Jikalau masih ragu dan perlu bukti, baca kisah gunung Mokatam di Mesir...
Salam Damai Temans...
Tuhan Memberkati...
-
21 Februari 2019
Santapan Harian
Kamis. 21.02.2019
*Akhiri Dengan Kemenangan*
Yosua 24:29-33
Akhir dari hidup manusia di dunia adalah kematian. Apakah kematian akan menghilangkan manusia, kemudian dilupakan seolah tidak pernah ada kala ajal menjemputnya? Ternyata tidak! Nama seseorang akan terus dikenang. Tubuhnya telah tiada, namun namanya terus jaya.
Akhir kisah Yosua adalah cerita bahagia. Alkitab mencatatkan namanya sebagai bukti perannya yang penting bagi sejarah umat Israel (29). Yosua disebut sebagai hamba TUHAN. Artinya, kehadiran dan jasanya penting dalam perjalanan bangsa Israel. Dia meninggal dalam usia seratus sepuluh tahun. Dengan menyebutkan usianya, maka dia menjadi sejajar bersama nenek moyang Israel, seperti Abraham, Musa, dan Yusuf. Yosua dikuburkan di pegunungan Efraim (30). Kiprahnya membuat umat Israel hidup beribadah kepada Allah (31). Mereka menjadi mengenal perbuatan-Nya yang mempengaruhi masa depan mereka kelak.
Tulang-tulang Yusuf dikuburkan di Sikhem, tanah miliknya (32). Ini membuktikan bahwa Allah mengindahkan kepercayaan Yusuf. Dia yakin bahwa Allah akan memperhatikan umat Israel. Dia percaya tangan Tuhan pasti kembali membawa mereka ke tanah Perjanjian.
Eleazar bin Harun juga diceritakan mati dan mencapai keberhasilannya dalam pelayanan (33).
Kematian hamba Tuhan bukan akhir dari segala sesuatu. Itu masih akan berdampak bagi orang lain. Status hamba Tuhan tidak hanya untuk sosok tertentu. Ini tentang kehidupan seorang yang melakukan kehendak Tuhan dan memuliakan Dia. Yosua dan pelayan Tuhan lainnya telah melaksanakan tugas dengan baik. Akhirnya, namanya selalu dikenang setelah mereka tiada karena memberikan dampak baik bagi komunitasnya.
Kita dikenang bukan hanya pada saat dilahirkan, tetapi pada saat kematian. Saat dilahirkan, kita tidak dapat memilih. Namun, kita dapat memilih menjadi siapa ketika nafas terakhir terhembus. Apakah kita hidup sebagai hamba Tuhan atau hanya manusia sia-sia?
Doa: Tuhan, ajari kami untuk tetap sebagai hamba yang setia. [JS]
-
21 Februari 2019
Thursday, February 21, 2019
TIDAK LAGI SETIA (MENDUA HATI)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Februari 2019
Baca: Hosea 4:1-19
"Dengarlah firman TUHAN, hai orang Israel, sebab TUHAN mempunyai perkara dengan penduduk negeri ini, sebab tidak ada kesetiaan dan tidak ada kasih, dan tidak ada pengenalan akan Allah di negeri ini." Hosea 4:1
Secara garis besar kitab Hosea ini merupakan ungkapan kepedihan hati Tuhan karena umat pilihan-Nya (bangsa Israel) yang begitu Ia kasihi telah meninggalkan Dia dan berpaling kepada ilah lain. Hal ini benar-benar menimbulkan kecemburuan hati Tuhan! "Mereka membangkitkan cemburu-Nya dengan allah asing, mereka menimbulkan sakit hati-Nya" (Ulangan 32:16). Mereka telah berkompromi dengan dosa; Tuhan yang hidup dan benar mereka tinggalkan, lalu berpaling kepada ilah lain. Akibatnya? Terjadi kemerosotan rohani yang luar biasa. "Celakalah mereka, sebab mereka melarikan diri dari pada-Ku! Binasalah mereka, sebab mereka memberontak terhadap Aku! Aku ini mau menebus mereka, tetapi mereka berdusta terhadap Aku." (Hosea 7:13).
Karena dosa yang sangat besar inilah sampai-sampai secara ekstrem Tuhan memberikan perintah kepada Hosea untuk menikahi seorang perempuan sundal untuk menggambarkan tentang bangsa Israel yang tidak lagi setia kepada Tuhan dan telah melakukan perzinahan rohani. "Pergilah, kawinilah seorang perempuan sundal dan peranakkanlah anak-anak sundal, karena negeri ini bersundal hebat dengan membelakangi TUHAN." (Hosea 1:2). Keadaan ini tak jauh berbeda dengan gereja Tuhan di masa-masa sekarang ini. Betapa banyak orang percaya yang tidak lagi mengasihi Tuhan dengan sepenuh hati. Mereka tidak lagi setia kepada Tuhan dan telah mendua hati. Mereka sudah meninggalkan kasih mula-mula kepada Tuhan seperti yang terjadi pada jemaat di Efesus (Wahyu 2:4). Api itu tidak lagi berkobar dan mungkin sudah menjadi padam!
Apa penyebabnya? Kemilau dunia dengan segala kenikmatannya yaitu keinginan daging, keinginan mata, keangkuhan hidup (1 Yohanes 2:16) telah memikat dan menawan hati mereka. Mereka lebih memilih untuk bersahabat dengan dunia, padahal persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Tuhan (Yakobus 4:4). Lupakah kita bahwa Roh yang ditempatkan Tuhan di dalam kita diingini-Nya dengan cemburu (Yakobus 4:5)?
Kristus datang hanya untuk menjemput mempelai-Nya yang setia sampai akhir, sedangkan yang tidak setia akan ditinggalkan-Nya!
-
21 Februari 2019
*_Renungan Malam_*
*MELETAKKAN PADA KUASA YANG BESAR*
*_Efesus 6:10 “Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya.”_*
_Ada sebuah cerita tentang satu sendok garam yang dicampurkan pada jumlah air yang berbeda. Pertama, garam dicampurkan pada segelas air dan menghasilkan air yang sangat asin. Kemudian, garam dicampurkan pada air di danau yang luas dan tentu saja rasa asin tidak terasa sama sekali. Karena rasa asin mampu tertutupi oleh rasa air di danau yang jauh lebih banyak._
_Dari cerita ini kita menyadari bahwa masalah tidak akan ada artinya jika kita letakkan pada kuasa yang jauh lebih besar dari masalah tersebut._
_Dalam hidup ada kalanya kita menghadapi situasi yang sulit dan penuh keterbatasan. Dan saat-saat seperti itu kita perlu diingatkan kembali akan kuasa Tuhan. Bukan berfokus pada masalah yang datang, melainkan pada cara kita menghadapi masalah tersebut._
_Keadaan itu tidak akan mempengaruhi kehidupan dan kebahagiaan kita jika kita membawanya pada Tuhan. Semua yang kita hadapi hari ini akan menjadi sesuatu yang berat atau ringan dan menjadi besar atau kecil, itu semua tergantung di mana kita menempatkannya dan bagaimana cara kita menghadapinya._
_Seperti garam yang dicampurkan pada air satu gelas akan berbeda dengan jika dicampurkan pada air di danau._
*_“Saat kita meletakkan masalah dalam kuasa sendiri, masalah itu akan terlihat semakin berat dan menghimpit kita. Namun sebuah masalah besar dapat menjadi sesuatu yang kecil jika kita meletakkannya pada kuasa Tuhan yang jauh lebih besar.”_*
🙏 *_Selamat Malam, Selamat Beristirahat dan Menikmati Berkat Tuhan, Sahabat Renungan Pagi dan Malam_* 🙏
👉👉📖 *SUDAHKAH ANDA MEMBACA ALKITAB HARI INI?* 📖