Pendalaman Alkitab Online
-
18 Oktober 2016
KENDALIKAN KEINGINAN
[[Lalu sepanjang hari dan sepanjang malam itu dan sepanjang hari esoknya bangkitlah bangsa itu mengumpulkan burung-burung puyuh itu—setiap orang sedikit-dikitnya mengumpulkan sepuluh homer— kemudian mereka menyebarkannya lebar-lebar sekeliling tempat perkemahan. ]] (Bilangan 11:32)
Pernahkah Anda membaca legenda Midas? Midas mendapatkan tawaran dari Bacchus bahwa apa saja yang menjadi keinginannya akan menjadi kenyataan. Silau oleh keinginan untuk mendapatkan kekayaan sebesar-besarnya dan secepat-cepatnya, Midas meminta agar apa pun yang disentuhnya menjadi emas. Ia pun bersukacita oleh kemampuan ajaibnya itu sampai tiba saatnya ia harus makan. Midas kebingungan karena ia tidak dapat makan apa-apa. Makanan apa pun yang disentuhnya berubah menjadi emas.
Keinginan bisa membutakan mata dan menyebabkan orang berpikiran pendek. Inilah yang menimpa orang Israel ketika mereka sangat ingin makan daging. Ketika Allah mengirimkan burung puyuh, berapa banyak burung puyuh yang ditangkap oleh setiap orang Israel? Bukan satu atau dua ekor, tetapi setiap orang menggumpulkan sedikit-dikitnya sepuluh homer. Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari menerjemahkan sepuluh homer sebagai seribu kilogram. Bayangkan, apakah satu orang bisa memakan sebanyak itu? Tentu tidak mungkin. Tidak mungkin juga disimpan karena mereka dalam perjalanan di padang gurun. Keinginan makan daging itu telah membutakan hati dan pikiran mereka.
Waspadalah terhadap keinginan kita. Apakah keinginan kita masih dalam takaran yang wajar? Keinginan itu masih berada dalam takaran yang wajar jika belum membutakan hati dan pikiran kita, yakni jika kita masih sanggup meninjau ulang mengapa kita menginginkannya dan berapa banyak jumlah yang memadai, jika kita masih bisa dan bersedia mendengarkan masukan dari orang di sekitar kita.
Amsal Hari Ini -- ( 18 Oktober 2016 )
(C) Pdt. Wahyu 'wepe' Pramudya
Dapatkan Aplikasi Renungan Harian "Amsal Hari Ini" di Google Play dan App Store. Gratis!
-
18 Oktober 2016
Dari Lubuk Hati
Selasa, 18 Oktober 2016
Baca: Yoel 2:12-17
2:12 “Tetapi sekarang juga,” demikianlah firman TUHAN, “berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh.”
2:13 Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada TUHAN, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukuman-Nya.
2:14 Siapa tahu, mungkin Ia mau berbalik dan menyesal, dan ditinggalkan-Nya berkat, menjadi korban sajian dan korban curahan bagi TUHAN, Allahmu.
2:15 Tiuplah sangkakala di Sion, adakanlah puasa yang kudus, maklumkanlah perkumpulan raya;
2:16 kumpulkanlah bangsa ini, kuduskanlah jemaah, himpunkanlah orang-orang yang tua, kumpulkanlah anak-anak, bahkan anak-anak yang menyusu; baiklah penganten laki-laki keluar dari kamarnya, dan penganten perempuan dari kamar tidurnya;
2:17 baiklah para imam, pelayan-pelayan TUHAN, menangis di antara balai depan dan mezbah, dan berkata: “Sayangilah, ya TUHAN, umat-Mu, dan janganlah biarkan milik-Mu sendiri menjadi cela, sehingga bangsa-bangsa menyindir kepada mereka. Mengapa orang berkata di antara bangsa: Di mana Allah mereka?”
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada Tuhan, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang. —Yoel 2:13
Di banyak budaya, menangis dengan suara kencang, meratap, dan mengoyakkan pakaian adalah cara-cara yang lazim digunakan untuk mengungkapkan rasa duka pribadi atau kesedihan atas bencana besar yang dialami suatu bangsa. Bangsa Israel semasa Perjanjian Lama juga bersikap serupa dalam mengungkapkan dukacita mereka yang mendalam dan pertobatan atas pemberontakan mereka kepada Tuhan.
Pertobatan yang diungkapkan secara terbuka itu bisa berdampak dahsyat jika memang keluar dari lubuk hati kita. Namun tanpa pertobatan yang tulus di dalam hati kepada Allah, bisa saja kita sekadar berbasa-basi, meskipun kita melakukannya bersama-sama dengan saudara-saudara seiman yang lain.
Setelah wabah belalang merusakkan tanah Yehuda, Allah melalui Nabi Yoel memanggil umat-Nya untuk sungguh-sungguh bertobat agar mereka terhindar dari penghukuman-Nya. “‘Sekarang juga,’ demikianlah firman Tuhan, ‘berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh’” (Yoel 2:12).
Lalu Nabi Yoel menyerukan kepada bangsa itu untuk menanggapi panggilan Allah dari lubuk hati mereka: “Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada Tuhan, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukuman-Nya” (ay.13). Pertobatan sejati berasal dari dalam hati.
Tuhan rindu kita rela mengakui dosa-dosa kita kepada-Nya dan menerima pengampunan-Nya, agar kemudian kita dapat mengasihi dan melayani-Nya dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan kita.
Apa pun yang perlu kamu ungkapkan kepada Tuhan hari ini, nyatakanlah kepada-Nya dengan ketulusan hati. —David McCasland
Tuhan, berilah aku hati yang rela bertobat agar melihat diriku seperti Engkau melihatku. Anugerahkan kepadaku ketaatan pada seruan-Mu untuk berubah.
Allah rindu mendengar isi hati kita.
Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 53-55; 2 Tesalonika 1
Artikel Terkait:
Haruskah Kita Mengikuti Kata Hati?
Banyak orang menasihati Kezia untuk mengikuti kata hati agar bahagia. Ia pun melakukannya. Namun, kenyataannya, kata hati justru membawanya menuju jurang kehancuran. Ia mulai bertanya, benarkah kata hati dapat dipercaya? Baca kisah Kezia di dalam artikel ini.
-
18 Oktober 2016
Dalam Segala Sesuatu, Bersyukurlah!
1 Tesalonika 5:16-18 Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 110; 1 Petrus 2; Yehezkiel 25; Yehezkiel 29
Beberapa minggu yang lalu, saya melakukan perjalanan ke New Mexico untuk mengajar di sebuah konferensi penulis Kristen. Seperti yang sering terjadi, saya bertemu dengan beberapa orang yang menarik di sepanjang jalan. Beberapa cerewet; beberapa lainnya tidak. Pada salah satu penerbangan, saya berbicara dengan salah seorang teman, berbagi sedikit tentang tantangan yang keluarga kami hadapi tahun lalu dan saya masih bersyukur dalam keadaan tersebut. Dia berputar ke arah saya dan berkata, "Tunggu sebentar. Ibu dan ibu mertuamu meninggal, dan anak kamu memiliki cedera parah dan dua operasi besar. Bagaimana kamu bisa bersyukur untuk semua itu?"
Bersyukur dalam banyak waktu sering dianggap tidak masuk akal oleh mereka yang tidak terbiasa membinanya. Berdasarkan cerita dari sepuluh penderita sakit kusta yang tercatat pada Lukas 17, kita bisa berasumsi mungkin hanya sepersepuluh dari kita yang mau berupaya untuk mengekspresikan terima kasih, mengingat di kejadian itu hanya satu orang yang disembuhkan dari kusta yang kembali dan mengucapkan terima kasih kepada Yesus. Jadi, apakah masuk akal mengucap syukur di saat segala sesuatu sulit? Pada permukaannya, tidak, tetapi saya percaya kita dapat melatih diri kita untuk bersyukur bahkan ketika gelombang kesulitan dan tantangan menghantam kita.
Meskipun tahun lalu adalah salah satu tahun yang bersejarah dalam kehidupan saya, sekarang setelah melewati badai yang begitu cepat datangnya, saya lebih mudah memahami alasan untuk memuji Tuhan bahkan di saat menantang. Alkitab mengatakan kepada kita untuk bersyukur dalam segala situasi, tidak hanya ketika semuanya berjalan lancar. Berikut adalah beberapa alasan yang bisa kita lakukan bahwa:
Allah adalah harapan kita - Ayub mengalami sakit hati, kesulitan, sakit fisik akut dan penderitaan mental, tetapi meskipun semua yang dialaminya ia masih bisa berkata,
“Jika Allah hendak membunuh aku, aku berserah saja” (Ayub 13:15, BIS)
Memercayai Allah adalah mungkin salah satu tantangan terbesar dari perjalanan Kristen kita. Kita membodohi diri sendiri dengan meyakini bahwa kitalah memiliki kendali atas kehidupan kita. Padahal, stres kita terhadap persoalan berkurang saat kita mau melepaskan usaha kita dan mengakui bahwa Allah yang mengendalikan.
Kita memiliki kepastian kasih dan keselamatan Allah - Roma 8:39 mengingatkan kita bahwa tidak peduli apa yang kita lalui, tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah. Jika kita sudah percaya kepada Kristus sebagai Juruselamat, keselamatan dan kekekalan kita aman. Janji ini adalah balsem untuk jiwa ketika keraguan dan ketakutan membanjiri.
Kesulitan hanya berlangsung selama satu musim - Ketika kita melalui sesuatu yang sangat sulit, pada saat itu, berat rasanya membayangkan hal-hal yang pernah membaik. Setan kemudian menganggap musim ini waktu yang tepat untuk membisikkan kebohongan seperti "Allah yang penuh kasih tidak mungkin membiarkan ini dalam hidupmu" atau "Tuhan tidak peduli tentang kamu karena dia tidak datang untuk menyelamatkanmu." Jangan percaya kebohongan setan. Tuhan peduli. Dia melihat. Dia tahu. Dan musim dalam hidup Anda ini akan berakhir. "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya." (Pengkhotbah 3:1).
Menjadi seorang Kristen tidak membebaskan kita dari tantangan. Bahkan, Yesus mengatakan bahwa kita akan mengalami kesulitan di dunia ini. Meski pun begitu, ingatlah bahwa kita telah memiliki kemenangan tertinggi karena pengorbanan Yesus di kayu salib. Alasan ini adalah cukup bagi kita untuk dapat bersyukur setiap hari, setiap saat. Candy Arrington
Mengucap Syukur Setiap Saat Tidaklah Mudah, Tetapi itu adalah Keputusan Paling Tepat yang Tidak Akan Mengecewakan.
-
19 Oktober 2016
KEMENANGAN PADA WAKTUNYA
[[Orang jahat akan jatuh dan binasa tanpa bekas; tapi orang baik akan tetap teguh turun-temurun. ]] (Amsal 12:7—BIS)
Malala Yousafza adalah seorang gadis Pakistan beranjak remaja yang menjadi salah satu korban penembakan kelompok berhaluan keras Taliban. Peristiwa itu terjadi pada saat Malala berusia 14 tahun. Mengapa anggota Taliban menembaknya? Malala memperjuangkan haknya dan gadis-gadis remaja lain untuk memperoleh pendidikan. Setelah mengalami kesembuhan akibat peristiwa penemnbakan itu, Malala terus berkarya. Perjuangan Malala untuk mengupayakan pendidikan berbuah manis: ia adalah salah satu orang termuda yang meraih Nobel Perdamaian. Karya kemanusiaan Malala pun bertambah pesat. Dalam ulang tahun ke-18, Malala membuka sekolah perempuan di Lmebah Bekaa, Lebanon, dekat perbatasan Suriah.
“Orang jahat akan jatuh dan binasa tanpa bekas; tapi orang baik akan tetap teguh turun-temurun” (Amsal 12:7—BIS). Kejahatan bisa jadi tampak perkasa, tetapi tidak untuk selama-lamanya. Orang baik bisa jadi tampak teraniaya, tetapi tetap bertahan dan meraih kemenangan pada saatnya.
Amsal Hari Ini -- ( 19 Oktober 2016 )
(C) Pdt. Wahyu 'wepe' Pramudya
Dapatkan Aplikasi Renungan Harian "Amsal Hari Ini" di Google Play dan App Store. Gratis!
-
19 Oktober 2016
Desert Solitaire
Rabu, 19 Oktober 2016
Baca: Mazmur 136:1-9
136:1 Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
136:2 Bersyukurlah kepada Allah segala allah! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
136:3 Bersyukurlah kepada Tuhan segala tuhan! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
136:4 Kepada Dia yang seorang diri melakukan keajaiban-keajaiban besar! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
136:5 Kepada Dia yang menjadikan langit dengan kebijaksanaan! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
136:6 Kepada Dia yang menghamparkan bumi di atas air! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
136:7 Kepada Dia yang menjadikan benda-benda penerang yang besar; bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
136:8 Matahari untuk menguasai siang; bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
136:9 Bulan dan bintang-bintang untuk menguasai malam! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
Allah melihat bahwa semuanya itu baik. —Kejadian 1:12
Desert Solitaire (Gurun Sunyi) adalah buku karya Edward Abbey yang menceritakan pengalamannya selama bertugas sebagai polisi taman yang menjaga Taman Nasional Arches di Utah. Buku tersebut layak dibaca karena gaya cerita Abbey yang cerdas dan penggambarannya yang hidup tentang wilayah Barat Daya Amerika. Namun Abbey adalah seorang ateis yang tidak bisa melihat lebih jauh daripada keindahan yang dikaguminya di permukaan. Sungguh menyedihkan! Ia menjalani seluruh hidupnya dengan mengagumi keindahan karya ciptaan yang dilihatnya, tetapi kehilangan makna sejati dari itu semua.
Kebanyakan bangsa kuno memiliki teori asal-usul yang dikemas dalam legenda, mitos, atau lagu. Namun kisah penciptaan yang dimiliki Israel sungguh unik: Kisah itu bercerita tentang Allah yang menciptakan keindahan untuk dinikmati dan disukai manusia. Allah merancang alam semesta, lalu menciptakannya dengan firman-Nya, dan menyebut hasil ciptaan-Nya itu “indah”. (Bahasa Ibrani untuk kata baik juga berarti indah). Kemudian, setelah menciptakan alam yang indah itu, di dalam kasih-Nya, Allah berfirman menciptakan manusia, menempatkannya di Taman Eden, dan berkata kepada mereka, “Nikmatilah!”
Sejumlah orang melihat dan menikmati keindahan dari segala karya Sang Pencipta yang baik di sekitar mereka, tetapi mereka “tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap” (Rm. 1:21).
Sementara yang lain melihat keindahan karya ciptaan Allah, lalu berkata “Terima kasih, Tuhan,” dan hati mereka pun diterangi untuk semakin mengenal-Nya. —David Roper
Bapa yang penuh kasih, kami memuji-Mu sebab Engkau baik. Terima kasih karena ciptaan-Mu begitu indah dan bermanfaat, dan karena Engkau menempatkan kami di bumi ini agar kami menikmatinya dengan mengenal-Mu. Kasih setia-Mu kekal selama-lamanya!
Seluruh karya ciptaan mencerminkan keindahan Allah.
Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 56-58; 2 Tesalonika 2
Artikel Terkait:
Bukan di Mulut Saja
Berbicara tentang peduli lingkungan jauh lebih mudah daripada melakukannya. Semua orang tentu menginginkan lingkungan yang bersih dan sehat, tapi tak banyak yang sungguh-sungguh mengusahakannya terwujud. Sebagai anak muda Kristen, inisiatif apa yang bisa kita ambil di tengah komunitas kita?
-
19 Oktober 2016
Perlombaan Iman
1 Korintus 9 : 24
Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya!
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 111; 1 Petrus 3; Yehezkiel 26-27
Ada beberapa hal yang lebih saya sukai dibanding sekadar berlari di ruang terbuka, tiupan angin yang mengenai wajah, udara segar, dan kebahagiaan saat berlari dengan cara terbaik. Kadang kala saya juga memanfaatkan olahraga lari untuk menikmati momen sendiri, berpikir dan merefleksikan masalah hidup. Ada ketenangan yang luar biasa ketika Anda sedang sendiri, Anda hanya bisa mendengar detak jantung dan hembusan nafas dari paru-paru.
Setiap tahun saya selalu ikut dalam perlombaan lari yang diadakan oleh Rumah Sakit Anak di King’s Dominion. Saya berlari bersama ratusan pelari lainnya. Beberapa diantaranya menikmati lomba lari itu untuk sekadar menikmati saja, tapi sebagian lain menjadikannya persaingan. Saat Anda mengikuti perlombaan, apakah Anda juga menjadikannya sebagai ajang untuk meraih kemenangan? Atau hanya sekadar menjadi momen kebersamaan dengan teman-teman atau orang-orang di sekitar Anda?
Alkitab menyinggung sebuah ilustrasi tentang perlombaab lari degan kehidupan iman. Semua dipanggil untuk menjalankan perlombaan iman, namun dengan suatu tujuan yang lebih besar tentunya. Sebagai seorang pelari dalam perlombaan iman, Alkitab mengingatkan kita untuk mengikuti contoh dari pemimpin dan Raja kita. “…..dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. (Ibrani 12: 2)”
Perlombaan iman selalu menatap ke depan, dengan mata yang tertuju kepada Yesus. Kecepatan adalah strategi yang digunakan para pelari untuk melewati pelari yang ada di depannya. Dalam cara yang sama, kita harus melihat Yesus sebagai garis finish kehidupan kita. Menang dalam perlombaan iman jauh lebih berarti dari piala perunggu, perak atau emas. Karena imbalan dari kemenangan itu adalah kekekalan (baca 1 Korintus 9: 24-25).
Ketika kita berlari dengan mata yang tertuju kepada Yesus, kita akan mendapatkan kepastian bahwa suatu hari nanti kita akan mendapatkan hadiah yang tidak akan pernah memudar. Kita akan mengalami sukacita-Nya dan mendapat kekuatan untuk menyelesaikan perlombaan itu dengan baik (Nehemia 8: 10; Yesaya 40: 31). Kita juga akan mencicipi kemenangan sepanjang kehidupan kita di dunia. Mari berlari sedemikian rupa dalam pimpinan Tuhan untuk memperoleh mahkota kehidupan yang akan kita terima kelak. – Paul J Palma
Sama seperti pelombaan olahraga, mahkota juara akan disediakan Tuhan bagi setiap orang yang dapat menyelesaikan perlombaan dengan baik.
-
19 Oktober 2016
Memberi dengan Sukacita
Rabu, 19 Oktober 2016
Bacaan Alkitab hari ini:
2 Korintus 9
Di pasal ini, Paulus melanjutkan dorongannya kepada jemaat Korintus untuk menuntaskan pengumpulan dana bantuan bagi je-maat di Yerusalem, yang sudah dimulai setahun sebelumnya, namun terhenti karena memburuknya relasi mereka dengannya. Di sini, Paulus menerapkan dua strategi. Pertama, melalui pendekatan emosional sebagai sesama pelayan. Paulus memuji jemaat Korintus dengan mengatakan bahwa ia sama sekali tidak meragukan kerelaan mereka dalam memberi, bahkan ia memakai kerelaan tersebut sebagai teladan bagi gereja-gereja di daerah lain untuk melakukan hal yang sama (9:1-2). Namun, Paulus mengingatkan bahwa pujian tersebut bisa menjadi bumerang yang mempermalukan mereka jika mereka gagal menyelesaikan proyek itu dengan baik (9:3-5). Kedua, melalui pendekatan otoritatif sebagai seorang rasul. Dengan mengutip Kitab Suci, Paulus menegaskan bahwa Allah berkuasa secara berkelimpahan memberkati siapa pun sesuai dengan kehendak-Nya yang berimplikasi bahwa Ia juga berkuasa mencabut berkat-Nya dari siapa pun juga (9:7-11). Karena itu, jemaat Korintus harus memberi dengan sukacita dan sukarela sebagai wujud pengakuan akan kedaulatan Allah dalam memberkati umat-Nya (9:6-7). Selain itu, pemberian mereka juga akan melahirkan ucapan syukur bagi pemberi dan penerima serta kemuliaan bagi nama Allah (9:12-15).
Kita dapat memetik dua pelajaran dari pasal ini: Pertama, setialah menuntaskan pelayanan yang Allah berikan. Meskipun terdapat banyak tantangan, kesulitan, kritikan, bahkan konflik dalam pelayanan, namun dengan bersandar kepada Allah, kita pasti dapat menuntaskan pelayanan kita. Kedua, sensitiflah kepada kebutuhan saudara seiman di sekitar kita. Jika titipan Allah kepada kita melampaui kebutuhan kita, berarti kita ditugaskan untuk menyalurkan sebagian berkat dari-Nya kepada orang-orang di sekitar kita. [TF]
2 Korintus 9:8
“Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.”
-
19 Oktober 2016
ZEGA376 tulis:
Memberi dengan Sukacita
Rabu, 19 Oktober 2016
Bacaan Alkitab hari ini:
2 Korintus 9
2 Korintus 9:8
“Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.”
Pengumpulan uang untuk Yerusalem
(1) Tentang pelayanan kepada orang-orang kudus tidak perlu lagi aku menuliskannya kepada kamu. (2) Aku telah tahu kerelaan hatimu tentang mana aku megahkan kamu kepada orang-orang Makedonia. Kataku: "Akhaya sudah siap sedia sejak tahun yang lampau." Dan kegiatanmu telah menjadi perangsang bagi banyak orang. (3) Aku mengutus saudara-saudara itu, agar kemegahan kami dalam hal ini atas kamu jangan ternyata menjadi sia-sia, tetapi supaya kamu benar-benar siap sedia seperti yang telah kukatakan, (4) supaya, apabila orang-orang Makedonia datang bersama-sama dengan aku, jangan mereka mendapati kamu belum siap sedia, sehingga kami untuk tidak mengatakan kamu merasa malu atas keyakinan kami itu. (5) Sebab itu aku merasa perlu mendorong saudara-saudara itu untuk berangkat mendahului aku, supaya mereka lebih dahulu mengurus pemberian yang telah kamu janjikan sebelumnya, agar nanti tersedia sebagai bukti kemurahan hati kamu dan bukan sebagai pemberian yang dipaksakan.
Memberi dengan sukacita membawa berkat
(6) Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga. (7) Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. (8) Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan. (9) Seperti ada tertulis: "Ia membagi-bagikan, Ia memberikan kepada orang miskin, kebenaran-Nya tetap untuk selamanya." (10) Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu; (11) kamu akan diperkaya dalam segala macam kemurahan hati, yang membangkitkan syukur kepada Allah oleh karena kami. (12) Sebab pelayanan kasih yang berisi pemberian ini bukan hanya mencukupkan keperluan-keperluan orang-orang kudus, tetapi juga melimpahkan ucapan syukur kepada Allah. (13) Dan oleh sebab kamu telah tahan uji dalam pelayanan itu, mereka memuliakan Allah karena ketaatan kamu dalam pengakuan akan Injil Kristus dan karena kemurahan hatimu dalam membagikan segala sesuatu dengan mereka dan dengan semua orang, (14) sedangkan di dalam doa mereka, mereka juga merindukan kamu oleh karena kasih karunia Allah yang melimpah di atas kamu. (15) Syukur kepada Allah karena karunia-Nya yang tak terkatakan itu!
-
19 Oktober 2016
Bro Zega...
apakah kamu pernah membaca Alkitab dari awal sampai akhir sambil melakukan doa puasa?
Puasanya cukup makan siang saja...jadi saat orang-orang makan siang, kamu malah makan makanan rohani yaitu membaca alkitab dari awal sampai akhir...dan baru berhenti berpuasa saat sudah selesai membaca Alkitab sampai Kitab Wahyu...
Kalau belum, silahkan mencoba, itu akan merubah hati dan pikiran menjadi rendah hati dan lemah lembut...tapi ada efek samping...setelah selesai doa puasa dan baca Alkitab, kamu akan beruahn menjadi orang yang serius dan peka sekali...
seperti Yesus dapat mengetahui isi hati orang-orang Farisi saat mencobai Dirinya...
-
19 Oktober 2016
tapi saat teduh tetap jalan..jadi saat teduh pagi dilakukan untuk meminta perkenanan Allah agar dikuatkan untuk melakukan doa puasa hari ini. kemudian saat makan siang baca alkitab dari Kejadian sampai Wahyu, berurutan dan kontinu, tidak putus-putus, setiap hari bisa satu pasal saja, atau kalau 1 pasal isinya terlalu panjang, 1 perikop...kemudian saat makan malam , saat teduh kembali dan mengucap syukur karena Allah sudah memampukan diri kita untuk bertahan dalam doa puasa ini...
-
19 Oktober 2016
saat membaca mazmur sambil doa puasa, hati mu akan terasa dikoyak-koyak kan...dan kamu akan berkabung teringat semua dosa-dosa mu, setelah itu pasti akan melakukan doa pertobatan pribadi dan berkomitmen untuk melakukan kehendak Tuhan dengan bersungguh-sungguh...
Selamat Mencoba.
Tuhan Memberkati
19 Oktober 2016 diubah oleh EVITA546
-
20 Oktober 2016
Ketika Ditolak -- Kamis, 20 Oktober 2016
Bacaan: Lukas 4:16-30
alkitab.sabda.org/passage.php? ... lukas%204:16-30
alkitab.mobi/tb/passage/lukas+4%3A16-30
Lukas 4:16-30Yesus ditolak di Nazaret
4:16Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab.
4:17Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis:
4:18"Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku
4:19untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang."
4:20Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya.
4:21Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya."
4:22Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya, lalu kata mereka: "Bukankah Ia ini anak Yusuf?"
4:23Maka berkatalah Ia kepada mereka: "Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku: Hai tabib, sembuhkanlah diri-Mu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum!"
4:24Dan kata-Nya lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya.
4:25Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri.
4:26Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon.
4:27Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorangpun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu."
4:28Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu.
4:29Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu.
4:30Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.
Nas: Bukankah Ia ini anak Yusuf? (Lukas 4:22)
Yesus di Galilea disanjung dan dipuji banyak orang. Berbeda halnya ketika Dia datang ke kampung halaman-Nya, Nazaret. Awalnya Dia diterima ketika mengajar di rumah ibadah, tetapi kemudian orang menolak-Nya. Yesus ditolak karena Dia anak seorang tukang kayu. Tak ayal, di kota itu Dia tak dapat berbuat apa-apa. Tetapi, bukan berarti Dia berhenti melakukan sesuatu. Justru karena penolakan itulah, Dia lalu berkeliling ke daerah lain dan melakukan berbagai mukjizat besar di sana. Penolakan tak menghentikan atau mematahkan semangat-Nya untuk tetap berbuat kebaikan. Dia mencari dan mengunjungi mereka yang memerlukan pertolongan-Nya.Bukankah kita juga sering mengalami hal serupa? Kadang-kadang kita ditolak karena latar belakang kita yang dianggap tidak pantas. Kita disingkirkan dan direndahkan karena dianggap tidak baik. Lalu, kita kecewa dan kehilangan harapan. Marah dan enggan untuk melangkah melakukan yang lain. Kita takut dan tak bisa berbuat apa-apa. Atau, tak sedikit pula yang melakukan perlawanan dan melukai mereka yang menolak.
Kita dapat belajar dari sikap Yesus menghadapi penolakan. "Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi" (ay. 30). Pergi bukan untuk menghindari masalah, melainkan untuk mendatangi mereka yang membutuhkan. Pergi dari kemarahan kepada kasih yang membebaskan. Berjalan terus tanpa dendam, memberikan yang terbaik bagi mereka yang menerima-Nya. Penolakan tak mengurangi kualitas kerja-Nya untuk memenuhi panggilan Bapa-Nya. --PRB/Renungan Harian
PENOLAKAN SEMESTINYA TIDAK MENGHENTIKAN LANGKAH KITA
UNTUK BERKARYA DAN BERBUAT BAIK.Setahun: Lukas 1
alkitab.sabda.org/?Lukas+1
alkitab.mobi/?Lukas+1 -
20 Oktober 2016
Roma 4:13-25 -- Kamis, 20 Oktober 2016 (Minggu ke-23 sesudah Pentakosta)
Judul: Iman dan Janji
Bacaan: Roma 4:13-25
alkitab.sabda.org/?Roma+4%3A...
alkitab.mobi/tb/passage/roma+4%3A13-25
Roma 4:13-254:13Sebab bukan karena hukum Taurat telah diberikan janji kepada Abraham dan keturunannya, bahwa ia akan memiliki dunia, tetapi karena kebenaran, berdasarkan iman.
4:14Sebab jika mereka yang mengharapkannya dari hukum Taurat, menerima bagian yang dijanjikan Allah, maka sia-sialah iman dan batallah janji itu.
4:15Karena hukum Taurat membangkitkan murka, tetapi di mana tidak ada hukum Taurat, di situ tidak ada juga pelanggaran.
4:16Karena itulah kebenaran berdasarkan iman supaya merupakan kasih karunia, sehingga janji itu berlaku bagi semua keturunan Abraham, bukan hanya bagi mereka yang hidup dari hukum Taurat, tetapi juga bagi mereka yang hidup dari iman Abraham. Sebab Abraham adalah bapa kita semua, --
4:17seperti ada tertulis: "Engkau telah Kutetapkan menjadi bapa banyak bangsa" --di hadapan Allah yang kepada-Nya ia percaya, yaitu Allah yang menghidupkan orang mati dan yang menjadikan dengan firman-Nya apa yang tidak ada menjadi ada.
4:18Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu."
4:19Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup.
4:20Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah,
4:21dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan.
4:22Karena itu hal ini diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran.
4:23Kata-kata ini, yaitu "hal ini diperhitungkan kepadanya," tidak ditulis untuk Abraham saja,
4:24tetapi ditulis juga untuk kita; sebab kepada kitapun Allah memperhitungkannya, karena kita percaya kepada Dia, yang telah membangkitkan Yesus, Tuhan kita, dari antara orang mati,
4:25yaitu Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita.
Judul: Iman dan Janji
Kita hidup pada zaman di mana manusia sangat mudah melanggar janji, seperti: janji perkawinan, janji persahabatan, perjanjian kerja, dan lainnya. Beda halnya dengan Allah. Ketika Allah berjanji, Ia pasti menepatinya. Dan kepada orang-orang yang percaya kepada-Nya, Allah memberikan janji bukan karena perbuatan mereka, melainkan karena iman mereka (13-14).
Dalam rencana keselamatan Allah, janji-Nya sangat penting. Hal itu ditegaskan Paulus dalam perikop ini hingga lima kali (13-14, 16, 20-21). Lalu apa kaitan antara iman dan janji tersebut?Pertama, orang beriman beroleh janji Allah (13-17). Paulus menegaskan hal ini melalui teladan Abraham ketika imannya diperhitungkan sebagai kebenaran oleh Allah. Selain itu, Allah juga memberikan janji kepada Abraham sebagai bapa dari segala bangsa (16-17).
Kedua, orang beriman memercayai janji Allah (18-22). Paulus memakai contoh Abraham yang meskipun tidak mempunyai dasar untuk percaya dan berharap, namun ia memilih tetap percaya dan berharap kepada Tuhan dan janji-Nya (18-21).
Menariknya, Paulus pun menegaskan pada bagian akhir dari perikop ini bahwa kedua hal tersebut bukan hanya berlaku bagi Abraham, tetapi juga bagi kita yang percaya kepada Yesus (23-25).Allah membenarkan kita melalui karya penebusan Kristus di kayu salib. Bagian yang terbaik telah Ia kerjakan. Karena itu, marilah kita juga melakukan bagian yang dipercayakan Allah kepada kita.
Sebagai orang percaya yang memiliki iman dalam Yesus Kristus, marilah kita senantiasa berpegang dan percaya pada janji Allah, yaitu janji keselamatan dalam Yesus Kristus.
Demikianlahlah ungkapan rasa syukur kita. Karena itu, jangan biarkan kesulitan hidup menggoyahkan iman dan pengharapan kita kepada-Nya. [MFS]20 Oktober 2016 diubah oleh ZEGA376
-
20 Oktober 2016
Fitnah di antara Sesama Pelayan
Kamis, 20 Oktober 2016
Bacaan Alkitab hari ini:
2 Korintus 10
Salah satu strategi utama para guru palsu adalah menebar fitnah di tengah jemaat Korintus. Dalam pasal ini, Paulus menjawab tiga fitnah atas dirinya. Pertama, Paulus diejek sebagai “jago kandang” yang berbicara sangat keras melalui surat saja, namun lemah dan berbicara tidak jelas saat berhadapan muka (10:1, 9-11). Karena itu, jemaat Korintus mengabaikan semua teguran dan pengajaran dalam surat-surat Paulus. Paulus menjawab bahwa ia bisa saja bersikap tegas dan keras saat mereka bertemu, namun ia lebih memilih jalan lemah lembut dan ramah demi Kristus (10:2a, 11). Kedua, Paulus dituduh memiliki kehidupan yang duniawi (10:2b). Kehidupan Paulus dianggap tidak rohani karena tidak menaati hukum Taurat yang mereka ajarkan dan wajibkan sebagai prasyarat bagi keselamatan seseorang. Respons Paulus adalah bahwa pengertian kehidupan rohani para guru palsu sama sekali berbeda dengan pengertiannya, yakni kehidupan yang mengandalkan kuasa Allah untuk menghancurkan kuasa musuh Allah dan menaklukkan segala pikiran kepada Kristus (10:3-8). Ketiga, Paulus difitnah tidak memiliki otoritas atas jemaat Korintus karena gereja itu bukan hasil penginjilannya (10:12-16). Paulus menjawab bahwa ia taat pada batas wilayah pelayanan yang dipatok Allah baginya (10:14-15), sehingga ia tidak bermegah atas gereja yang bukan hasil penginjilannya. Paulus justru menyindir para guru palsu yang bermegah atas jemaat Korintus, padahal mereka sama sekali tidak berjasa atas gereja tersebut (10:12).
Kita mendapat dua pelajaran dari pengalaman Paulus di atas. Pertama, hindari kejatuhan ke dalam dosa menfitnah sesama pelayan seperti yang dilakukan para guru palsu. Kedua, sadarilah bahwa kita juga bisa difitnah dengan berbagai tuduhan palsu--baik yang berkaitan dengan kehidupan maupun pelayanan kita--sehingga kita harus memiliki kehidupan yang benar agar dapat menjawab. [TF]
2 Korintus 10:17-18
“Tetapi barangsiapa bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan.” Sebab bukan orang yang memuji diri yang tahan uji, melainkan orang yang dipuji Tuhan.
-
20 Oktober 2016
Sikap Paulus
(1) Aku, Paulus, seorang yang tidak berani bila berhadapan muka dengan kamu, tetapi berani terhadap kamu bila berjauhan, aku memperingatkan kamu demi Kristus yang lemah lembut dan ramah. (2) Aku meminta kepada kamu: jangan kamu memaksa aku untuk menunjukkan keberanianku dari dekat, sebagaimana aku berniat bertindak keras terhadap orang-orang tertentu yang menyangka, bahwa kami hidup secara duniawi. (3) Memang kami masih hidup di dunia, tetapi kami tidak berjuang secara duniawi, (4) karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng. (5) Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus, (6) dan kami siap sedia juga untuk menghukum setiap kedurhakaan, bila ketaatan kamu telah menjadi sempurna. (7) Tengoklah yang nyata di depan mata kamu! Kalau ada seorang benar-benar yakin, bahwa ia adalah milik Kristus, hendaklah ia berpikir di dalam hatinya, bahwa kami juga adalah milik Kristus sama seperti dia. (8) Bahkan, jikalau aku agak berlebih-lebihan bermegah atas kuasa, yang dikaruniakan Tuhan kepada kami untuk membangun dan bukan untuk meruntuhkan kamu, maka dalam hal itu aku tidak akan mendapat malu. (9) Tetapi aku tidak mau kelihatan seolah-olah aku menakut-nakuti kamu dengan surat-suratku. (10) Sebab, kata orang, surat-suratnya memang tegas dan keras, tetapi bila berhadapan muka sikapnya lemah dan perkataan-perkataannya tidak berarti. (11) Tetapi hendaklah orang-orang yang berkata demikian menginsafi, bahwa tindakan kami, bila berhadapan muka, sama seperti perkataan kami dalam surat-surat kami, bila tidak berhadapan muka.
Pendapat Paulus tentang dirinya
(12) Memang kami tidak berani menggolongkan diri kepada atau membandingkan diri dengan orang-orang tertentu yang memujikan diri sendiri. Mereka mengukur dirinya dengan ukuran mereka sendiri dan membandingkan dirinya dengan diri mereka sendiri. Alangkah bodohnya mereka! (13) Sebaliknya kami tidak mau bermegah melampaui batas, melainkan tetap di dalam batas-batas daerah kerja yang dipatok Allah bagi kami, yang meluas sampai kepada kamu juga. (14) Sebab dalam memberitakan Injil Kristus kami telah sampai kepada kamu, sehingga kami tidak melewati batas daerah kerja kami, seolah-olah kami belum sampai kepada kamu. (15) Kami tidak bermegah atas pekerjaan yang dilakukan oleh orang lain di daerah kerja yang tidak dipatok untuk kami. Tetapi kami berharap, bahwa apabila imanmu makin bertumbuh, kami akan mendapat penghormatan lebih besar lagi di antara kamu, jika dibandingkan dengan daerah kerja yang dipatok untuk kami. (16) Ya, kami hidup, supaya kami dapat memberitakan Injil di daerah-daerah yang lebih jauh dari pada daerah kamu dan tidak bermegah atas hasil-hasil yang dicapai orang lain di daerah kerja yang dipatok untuk mereka. (17) "Tetapi barangsiapa bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan." (18) Sebab bukan orang yang memuji diri yang tahan uji, melainkan orang yang dipuji Tuhan.
-
21 Oktober 2016
Jangan Lupa Bersyukur -- Jumat, 21 Oktober 2016
Bacaan: 1 Tesalonika 5:12-22
alkitab.sabda.org/?1Tesalonika+5%3A12-22
alkitab.mobi/?1Tesalonika+5%3A12-22
1 Tesalonika 5:12-22
Nasihat-nasihat5:12Kami minta kepadamu, saudara-saudara, supaya kamu menghormati mereka yang bekerja keras di antara kamu, yang memimpin kamu dalam Tuhan dan yang menegor kamu;
5:13dan supaya kamu sungguh-sungguh menjunjung mereka dalam kasih karena pekerjaan mereka. Hiduplah selalu dalam damai seorang dengan yang lain.
5:14Kami juga menasihati kamu, saudara-saudara, tegorlah mereka yang hidup dengan tidak tertib, hiburlah mereka yang tawar hati, belalah mereka yang lemah, sabarlah terhadap semua orang.
5:15Perhatikanlah, supaya jangan ada orang yang membalas jahat dengan jahat, tetapi usahakanlah senantiasa yang baik, terhadap kamu masing-masing dan terhadap semua orang.
5:16Bersukacitalah senantiasa.
5:17Tetaplah berdoa.
5:18Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.
5:19Janganlah padamkan Roh,
5:20dan janganlah anggap rendah nubuat-nubuat.
5:21Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.
5:22Jauhkanlah dirimu dari segala jenis kejahatan.
Nas: Ucapkanlah syukur dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. (1 Tesalonika 5:18)
Mungkin kita pernah membaca kalimat "Jangan lupa bahagia" yang dipasang pada gambar tampilan media sosial milik kerabat atau saudara kita. Kerap kali pula kalimat ini kita dengar dari sahabat kita ketika kita tengah menghadapi pergumulan. Kalimat ini mengingatkan kita untuk berbahagia meskipun saya sendiri kurang memahami apa yang menjadi ukuran kebahagiaan yang dimaksudkan dalam kalimat itu.
Acap kali kita menilai kebahagiaan orang lain menurut ukuran kebahagiaan kita. Apakah orang lain bisa berbahagia jika hari ini mereka makan nasi dengan lauk tempe? Atau apakah orang lain bisa berbahagia jika mereka sedang menderita sakit? Dan sebagainya. Ukuran kebahagiaan yang kita miliki lebih condong kepada ukuran kebahagiaan duniawi, bukan kebahagiaan menurut firman Tuhan.
Firman Tuhan menunjukkan jalan menuju kebahagiaan. Bersyukur dalam segala hal, itulah salah satu hal yang membuka pintu menuju bahagia. Kaya atau miskin, sehat atau sakit, siapa pun kita, tidak perlu berusaha mencari kebahagiaan. Kebahagiaan sejati berawal dari rasa syukur atas apa pun yang kita miliki dalam segala situasi dan kondisi. Kita dapat bersyukur dalam segala hal dan keadaan ketika kita menyadari bahwa hidup kita ada dalam kontrol dan penyertaan Tuhan (1 Tes. 5:9-10).
Rasa syukur semacam itu akan membuahkan kebahagiaan. Apa pun yang dimiliki, apa pun yang diterima, segalanya disyukuri sebagai wujud kemurahan Tuhan. Jika Tuhan mengendalikan dan menyertai hidup kita, apa alasan kita untuk tidak berbahagia? --CEL/Renungan Harian
KEBAHAGIAAN TERCIPTA SAAT KITA MAMPU BERSYUKUR
ATAS PENYERTAAN-NYA DALAM SEGALA SITUASI DAN KONDISI.
Setahun: Lukas 2-3
alkitab.sabda.org/?Lukas+2-3
alkitab.mobi/?Lukas+2-3 -
21 Oktober 2016
Roma 5:1-11 -- Jumat, 21 Oktober 2016 (Minggu ke-23 sesudah Pentakosta)
Judul: Bermegah dalam Kristus
Bacaan: Roma 5:1-11
alkitab.sabda.org/?Roma+5%3A1-11
alkitab.mobi/?Roma+5%3A1-11
Roma 5:1-11
Hasil pembenaran5:1Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.
5:2Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah.
5:3Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan,
5:4dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan.
5:5Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.
5:6Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah.
5:7Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar--tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati--.
5:8Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.
5:9Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah.
5:10Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!
5:11Dan bukan hanya itu saja! Kita malah bermegah dalam Allah oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, sebab oleh Dia kita telah menerima pendamaian itu.
Judul: Bermegah dalam Kristus
Sesudah penjelasan panjang mengenai pembenaran iman dalam Kristus, kini Paulus membahas hasil dari pembenaran itu, yaitu umat Allah bisa bermegah.
Mungkin kita berpikir hal ini bertentangan dengan apa yang dijelaskan Paulus sebelumnya dalam Roma 3:27. Tetapi, perhatikan lebih teliti ungkapan "tidak boleh bermegah" oleh Paulus. Yang dimaksud Paulus adalah jika kita bermegah dalam perbuatan karena kemegahan itu tidak memiliki alasan yang kuat. Akan tetapi, Paulus menganjurkan kita bermegah dalam iman kepada Yesus Kristus. Memang itulah yang kita alami dalam Tuhan. Dengan demikian, Roma 3:27 dan bacaan hari ini tidak bertentangan. Sebaliknya pada bacaan hari ini, Paulus menjelaskan lebih spesifik apa artinya bermegah dalam Allah melalui Yesus Kristus (1, 11).
Pertama, bermegah dalam Allah berarti bermegah dalam pengharapan (2; rejoice in hope). Pengharapan apakah yang dimaksud? Yaitu pengharapan bahwa kita akan menerima kemuliaan dari Allah saat kita berjumpa muka dengan muka dengan Dia di surga. Ini adalah pengharapan mulia yang kita nantikan sebagai umat tebusan Allah.
Kedua, Paulus juga menunjukkan ada kemegahan lain yang bisa kita peroleh dalam Tuhan, yaitu bermegah dalam kesengsaraan (3; glory in tribulations). Mengapa Paulus menyebutkan kesengsaaran merupakan sarana bagi orang percaya untuk bermegah? Karena kesengsaraan yang kita alami dalam Tuhan akan membawa kebaikan bagi kita dan memberi pengharapan (3-5). Dalam kesengsaraan, hidup kita dijamin oleh Tuhan (6-10) sehingga kita bisa makin bermegah sekalipun kesulitan hidup melanda hidup kita.
Jika karena imanmu, Anda merasa menderita dan sengsara, kiranya firman ini menghibur dan menguatkan hati Anda sehingga Anda bisa mengalami kekuatan Allah dan bermegah di dalam-Nya. Allah yang menjamin keselamatan kekal bagi Anda, Ia juga yang akan memelihara hidup Anda. Percayalah! [MFS] -
21 Oktober 2016
Bermegah dalam Kebodohan
Jumat, 21 Oktober 2016
Bacaan Alkitab hari ini:
2 Korintus 11
Di pasal ini, Paulus banyak memegahkan diri, padahal ia tahu bahwa perbuatan itu merupakan kebodohan (11:1, 16-17, 19-21). Apa pendorong yang membuat ia begitu bersemangat memegahkan diri? Pertama, Paulus menyadari betapa besar bahaya yang sedang dihadapi jemaat Korintus. Para guru palsu itu sangat jahat dan berbahaya. Mereka sebenarnya adalah pelayan Iblis yang menyamar sebagai rasul Kristus (11:13-15) serta mewartakan Yesus yang berbeda (11:4). Yang mencengangkan adalah bahwa jemaat Korintus dengan sabar melayani dan dilayani mereka (11:4), serta menolak Paulus sendiri. Dalam kondisi demikian, mereka mudah disesatkan seperti Hawa disesatkan oleh ular (11:3). Kedua, Paulus sangat mengasihi jemaat Korintus, sehingga ia tidak ingin iman jemaat disesatkan. Ia mengibaratkan dirinya seperti seorang ayah yang akan menikahkan jemaat Korintus sebagai perawan suci kepada Kristus (11:2). Hatinya hancur oleh dukacita jika iman mereka disesatkan para guru palsu itu (11:29). Ketiga, Paulus ingin membuktikan bahwa ia mengungguli para guru palsu dalam tiga hal: keturunan sebagai orang Ibrani asli (11:22), penderitaan fisik dan bahaya yang mengancam nyawa demi Kristus (11:23-26, 32-33), serta semangat dan pengorbanan melayani Kristus (11:27-29). Oleh karena itu, Paulus berseru agar jemaat segera meninggalkan para guru palsu dan berbalik kepada Kristus yang diajarkannya.
Kita dapat belajar dari kasih Paulus kepada jemaat yang membuatnya rela mengorbankan apa pun demi kebaikan umat Allah. Selain itu, kita diingatkan untuk tidak mengulang kesalahan jemaat Korintus yang imannya dangkal sehingga tidak mampu menolak ajaran sesat yang menyusup dan justru menolak Paulus yang sebenarnya adalah rasul sejati. [TF]
2 Korintus 11:17-18
“Apa yang aku katakan, aku mengatakannya bukan sebagai seorang yang berkata menurut firman Tuhan, melainkan sebagai seorang bodoh yang berkeyakinan, bahwa ia boleh bermegah. Karena banyak orang yang bermegah secara duniawi, aku mau bermegah juga.”
-
21 Oktober 2016
2 Korintus 11
(1) Alangkah baiknya, jika kamu sabar terhadap kebodohanku yang kecil itu. Memang kamu sabar terhadap aku! (2) Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus. (3) Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya. (4) Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima. (5) Tetapi menurut pendapatku sedikitpun aku tidak kurang dari pada rasul-rasul yang tak ada taranya itu. (6) Jikalau aku kurang paham dalam hal berkata-kata, tidaklah demikian dalam hal pengetahuan; sebab kami telah menyatakannya kepada kamu pada segala waktu dan di dalam segala hal. (7) Apakah aku berbuat salah, jika aku merendahkan diri untuk meninggikan kamu, karena aku memberitakan Injil Allah kepada kamu dengan cuma-cuma? (8) Jemaat-jemaat lain telah kurampok dengan menerima tunjangan dari mereka, supaya aku dapat melayani kamu! (9) Dan ketika aku dalam kekurangan di tengah-tengah kamu, aku tidak menyusahkan seorangpun, sebab apa yang kurang padaku, dicukupkan oleh saudara-saudara yang datang dari Makedonia. Dalam segala hal aku menjaga diriku, supaya jangan menjadi beban bagi kamu, dan aku akan tetap berbuat demikian. (10) Demi kebenaran Kristus di dalam diriku, aku tegaskan, bahwa kemegahanku itu tidak akan dirintangi oleh siapapun di daerah-daerah Akhaya. (11) Mengapa tidak? Apakah karena aku tidak mengasihi kamu? Allah mengetahuinya. (12) Tetapi apa yang kulakukan, akan tetap kulakukan untuk mencegah mereka yang mencari kesempatan guna menyatakan, bahwa mereka sama dengan kami dalam hal yang dapat dimegahkan. (13) Sebab orang-orang itu adalah rasul-rasul palsu, pekerja-pekerja curang, yang menyamar sebagai rasul-rasul Kristus. (14) Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblispun menyamar sebagai malaikat Terang. (15) Jadi bukanlah suatu hal yang ganjil, jika pelayan-pelayannya menyamar sebagai pelayan-pelayan kebenaran. Kesudahan mereka akan setimpal dengan perbuatan mereka. (16) Kuulangi lagi: jangan hendaknya ada orang yang menganggap aku bodoh. Dan jika kamu juga menganggap demikian, terimalah aku sebagai orang bodoh supaya akupun boleh bermegah sedikit. (17) Apa yang aku katakan, aku mengatakannya bukan sebagai seorang yang berkata menurut firman Tuhan, melainkan sebagai seorang bodoh yang berkeyakinan, bahwa ia boleh bermegah. (18) Karena banyak orang yang bermegah secara duniawi, aku mau bermegah juga. (19) Sebab kamu suka sabar terhadap orang bodoh, karena kamu begitu bijaksana: (20) karena kamu sabar, jika orang memperhambakan kamu, jika orang menghisap kamu, jika orang menguasai kamu, jika orang berlaku angkuh terhadap kamu, jika orang menampar kamu. (21) Dengan sangat malu aku harus mengakui, bahwa dalam hal semacam itu kami terlalu lemah. Tetapi jika orang-orang lain berani membanggakan sesuatu, maka akupun--aku berkata dalam kebodohan--berani juga! (22) Apakah mereka orang Ibrani? Aku juga orang Ibrani! Apakah mereka orang Israel? Aku juga orang Israel. Apakah mereka keturunan Abraham? Aku juga keturunan Abraham! (23) Apakah mereka pelayan Kristus? --aku berkata seperti orang gila--aku lebih lagi! Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut. (24) Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, (25) tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. (26) Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu. (27) Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian, (28) dan, dengan tidak menyebut banyak hal lain lagi, urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua jemaat-jemaat. (29) Jika ada orang merasa lemah, tidakkah aku turut merasa lemah? Jika ada orang tersandung, tidakkah hatiku hancur oleh dukacita? (30) Jika aku harus bermegah, maka aku akan bermegah atas kelemahanku. (31) Allah, yaitu Bapa dari Yesus, Tuhan kita, yang terpuji sampai selama-lamanya, tahu, bahwa aku tidak berdusta. (32) Di Damsyik wali negeri raja Aretas menyuruh mengawal kota orang-orang Damsyik untuk menangkap aku. (33) Tetapi dalam sebuah keranjang aku diturunkan dari sebuah tingkap ke luar tembok kota dan dengan demikian aku terluput dari tangannya.”.
-
21 Oktober 2016
Kenapa Tidak Ada Hamburger?
Mazmur 119:105
Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.
Bacaan Alkitab Setahun Mazmur 113 ; 1 Petrus 5 ; Yehezkiel 31-32
"Apakah Anda pernah merasa bahwa segala sesuatu di dunia ini salah tempat, kecuali Anda? Saya pernah," demikian Gene Markland bertutur.
Suatu malam Gene memutuskan untuk pergi ke McDonald untuk membeli hamburger. Dia tahu apa yang ia inginkan, jadi begitu masuk drive thru tanpa lihat kiri kanan ia langsung memesan melalui speaker.
"Saya minta hamburger, kentang goreng ukuran kecil dan diet coke kecil," demikian mintanya.
Namun jawaban yang ia terima membuatnya kaget, "Maaf pak, kami tidak punya hamburger."
"Apa? Tidak ada hamburger?"
"Tidak ada pak," jawab pekerja restoran cepan saji itu.
Merasa frustrasi dan kecewa, ia mendekat ke speaker dan bertanya, "Bagaimana bisa kamu tidak punya hamburger?"
Orang itu menjawab dengan santun, "Ini Chick-Fil-A pak!"
Saat itu Gene langsung terhenyak dan menyadari bahwa seluruh dunia salah tempat. Dengan nada yang lebih lembut Gene berkata kepada pegawa itu, "Ya sudah.." Lalu ia cepat-cepat meninggalkan restoran itu dan berkendara ke McDonald yang tepat berada di sebelah restoran itu. Gene nyasar karena ia tidak memperhatikan tanda-tanda yang ada disekitarnya. Bukan dunia ini yang berada di tempat yang salah, dirinyalah yang tidak memperhatikan dengan baik sekelilingnya sehingga salah tempat.
Hari ini kita melihat dunia berubah dengan cepat. Kita menjalani rutinitas dan mencoba meyakinkan diri dimana kita berada dan apa yang kita lakukan. Namun dunia terus berubah. Kita tidak lagi hidup di dunia masa muda kita dan ketika kita tersadar kita telah berada di tempat yang salah mencari sesuatu yang sudah tidak ada lagi.
Jadi apa yang harus kita lakukan agar kita tidak tersesat dalam kehidupan ini? Kita harus memperhatikan sekeliling kita. Tuhan memberikan tanda-tanda dan petunjuk dalam sepanjang perjalanan hidup ini. Dia memberikan kita Firman-Nya yaitu Alkitab sebagai peta yang pasti dan tidak akan salah dan juga Roh Kudus yang ada di dalam kita selalu siap untuk menolong dan menuntun kita.
Oh ya, dan yang paling penting, Yesus, Dia selalu ada untuk kita asalkan kita mau datang dan bertanya kepada-Nya. Dia selalu ada untuk kita sehingga kita tidak pernah sendirian menjalani kehidupan di dunia yang bergerak dengan cepat ini. Dia adalah batu karang yang teguh yang siap menjadi sandaran kehidupan kita sehingga kita tidak akan tergoyahkan oleh badai kehidupan ini.
-
21 Oktober 2016
Kenapa Tidak Ada Hamburger?
Mazmur 119:105
Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.
Bacaan Alkitab Setahun Mazmur 113 ; 1 Petrus 5 ; Yehezkiel 31-32
"Apakah Anda pernah merasa bahwa segala sesuatu di dunia ini salah tempat, kecuali Anda? Saya pernah," demikian Gene Markland bertutur.
Suatu malam Gene memutuskan untuk pergi ke McDonald untuk membeli hamburger. Dia tahu apa yang ia inginkan, jadi begitu masuk drive thru tanpa lihat kiri kanan ia langsung memesan melalui speaker.
"Saya minta hamburger, kentang goreng ukuran kecil dan diet coke kecil," demikian mintanya.
Namun jawaban yang ia terima membuatnya kaget, "Maaf pak, kami tidak punya hamburger."
"Apa? Tidak ada hamburger?"
"Tidak ada pak," jawab pekerja restoran cepan saji itu.
Merasa frustrasi dan kecewa, ia mendekat ke speaker dan bertanya, "Bagaimana bisa kamu tidak punya hamburger?"
Orang itu menjawab dengan santun, "Ini Chick-Fil-A pak!"
Saat itu Gene langsung terhenyak dan menyadari bahwa seluruh dunia salah tempat. Dengan nada yang lebih lembut Gene berkata kepada pegawa itu, "Ya sudah.." Lalu ia cepat-cepat meninggalkan restoran itu dan berkendara ke McDonald yang tepat berada di sebelah restoran itu. Gene nyasar karena ia tidak memperhatikan tanda-tanda yang ada disekitarnya. Bukan dunia ini yang berada di tempat yang salah, dirinyalah yang tidak memperhatikan dengan baik sekelilingnya sehingga salah tempat.
Hari ini kita melihat dunia berubah dengan cepat. Kita menjalani rutinitas dan mencoba meyakinkan diri dimana kita berada dan apa yang kita lakukan. Namun dunia terus berubah. Kita tidak lagi hidup di dunia masa muda kita dan ketika kita tersadar kita telah berada di tempat yang salah mencari sesuatu yang sudah tidak ada lagi.
Jadi apa yang harus kita lakukan agar kita tidak tersesat dalam kehidupan ini? Kita harus memperhatikan sekeliling kita. Tuhan memberikan tanda-tanda dan petunjuk dalam sepanjang perjalanan hidup ini. Dia memberikan kita Firman-Nya yaitu Alkitab sebagai peta yang pasti dan tidak akan salah dan juga Roh Kudus yang ada di dalam kita selalu siap untuk menolong dan menuntun kita.
Oh ya, dan yang paling penting, Yesus, Dia selalu ada untuk kita asalkan kita mau datang dan bertanya kepada-Nya. Dia selalu ada untuk kita sehingga kita tidak pernah sendirian menjalani kehidupan di dunia yang bergerak dengan cepat ini. Dia adalah batu karang yang teguh yang siap menjadi sandaran kehidupan kita sehingga kita tidak akan tergoyahkan oleh badai kehidupan ini.
-
21 Oktober 2016
Kasih Setia
Jumat, 21 Oktober 2016
Baca: Ratapan 3:21-26
3:21 Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap:
3:22 Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya,
3:23 selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!
3:24 “TUHAN adalah bagianku,” kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya.
3:25 TUHAN adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang mencari Dia.
3:26 Adalah baik menanti dengan diam pertolongan TUHAN.
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
Sebab kasih setia-Mu lebih baik dari pada hidup; bibirku akan memegahkan Engkau. —Mazmur 63:4
Baru-baru ini dalam sebuah penerbangan, pesawat kami mengalami pendaratan yang kurang mulus. Pesawat itu mengguncang kami ke kiri dan ke kanan di sepanjang landasan. Sejumlah penumpang terlihat sangat tegang, tetapi ketegangan itu segera mereda ketika dua gadis kecil yang duduk di belakang saya berseru-seru, “Asyik! Lagi dong!”
Anak-anak sangat menyukai petualangan baru dan mereka melihat kehidupan ini dengan rasa kagum yang polos dan sederhana. Mungkin itu sebagian dari maksud Yesus ketika berkata bahwa kita harus “menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil” (Mrk. 10:15).
Kehidupan ini penuh dengan tantangan dan kesakitan. Tidak ada yang lebih menyadari kenyataan tersebut daripada Yeremia, seorang nabi yang mendapat sebutan “nabi yang meratap”. Namun di tengah segala masalah yang Yeremia alami, Allah menguatkannya dengan satu kebenaran yang menakjubkan: “Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu” (Rat. 3:22-23).
Rahmat Allah yang selalu baru dapat tercurah ke dalam kehidupan kita kapan saja. Rahmat itu selalu tersedia, dan kita dapat melihatnya apabila kita menjalani hidup dengan penuh pengharapan layaknya seorang anak kecil—yakni melihat dan menanti-nantikan sesuatu yang hanya dapat dilakukan oleh Allah sendiri. Yeremia tahu bahwa kebaikan Allah tidak hanya ditentukan oleh keadaan kita sekarang ini. Ia juga tahu bahwa kasih setia Allah jauh lebih besar daripada segala permasalahan hidup yang kita alami. Nantikanlah rahmat Allah yang baru hari ini. —James Banks
Tuhan, tolonglah aku untuk memiliki iman seperti seorang anak kecil, agar aku hidup dengan penuh pengharapan dan selalu menanti-nantikan apa yang hendak Engkau lakukan selanjutnya.
Allah jauh lebih besar daripada apa pun yang kita alami.
Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 62-64; 1 Timotius 1
Artikel Terkait:
Mengapa Menikah Bukan Satu-Satunya Cara Mengalami Cinta Sejati
Bayangkan jika yang bisa mengalami kasih sejati, kasih tak bersyarat, hanyalah orang-orang yang menikah. Bukankah itu berarti orang-orang yang tidak menikah kurang penting di mata Allah?
-
21 Oktober 2016
ARANG ATAU ABU
[[Tetapi jikalau kamu saling menggigit dan saling menelan, awaslah, supaya jangan kamu saling membinasakan.]] (Galatia 5:15)
Sewaktu masih kanak-kanak, saya dan teman-teman gemar mencari yuyu atau kepiting air tawar. Yuyu yang telah tertangkap, kami taruh di dalam sebuah tabung tanpa tutup. Walaupun tabung itu penuh dengan yuyu, tetapi tidak ada satu pun yang bisa lepas. Mengapa? Tiap kali seekor yuyu berada dalam posisi paling atas, maka yuyu yang lain akan menggigit kaki temannya itu dan menariknya ke bawah. Begitulah yang berulang-ulang terjadi sehingga tidak ada satu pun yuyu yang berhasil lepas.
Tidak mengupayakan persatuan, tetapi malah saling menggigit dan menelan. Itulah gambaran yang terjadi pada jemaat di Galatia. Rasul Paulus sampai harus memberikan peringatan, "Tetapi jikalau kamu saling menggigit dan saling menelan, awaslah, supaya jangan kamu saling membinasakan" (ayat 15). Saling membinasakan akan terjadi ketika anggota-anggota jemaat hanya berpikir tentang kepentingannya sendiri, dan tidak peduli terhadap kepentingan orang lain. Padahal, seharusnya mereka bisa berkomunikasi dan bekerja sama agar kepentingan-kepentingan yang terlihat berbeda dapat menemukan titik temu dan terwujud dengan baik.
Kasih akan memampukan kita mengalahkan sikap mau menang sendiri. Kasih pulalah yang akan memampukan pihak-pihak yang berbeda kepentingan untuk duduk bersama dan mencari kesepakatan. Bukankah mencari kesepakatan bersama lebih baik daripada menang jadi arang atau kalah jadi abu?
Amsal Hari Ini -- ( 21 Oktober 2016 )
(C) Pdt. Wahyu 'wepe' Pramudya
Dapatkan Aplikasi Renungan Harian "Amsal Hari Ini" di Google Play dan App Store. Gratis!
-
22 Oktober 2016
Roma 5:12-21 -- Sabtu, 22 Oktober 2016 (Minggu ke-23 sesudah Pentakosta)
·
Judul: Adam vs KristusBacaan: Roma 5:12-21
alkitab.sabda.org/?Roma+5%3A12-21
alkitab.mobi/?Roma+5%3A12-21Adam dan Kristus
5:12Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.
5:13Sebab sebelum hukum Taurat ada, telah ada dosa di dunia. Tetapi dosa itu tidak diperhitungkan kalau tidak ada hukum Taurat.
5:14Sungguhpun demikian maut telah berkuasa dari zaman Adam sampai kepada zaman Musa juga atas mereka, yang tidak berbuat dosa dengan cara yang sama seperti yang telah dibuat oleh Adam, yang adalah gambaran Dia yang akan datang.
5:15Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus.
5:16Dan kasih karunia tidak berimbangan dengan dosa satu orang. Sebab penghakiman atas satu pelanggaran itu telah mengakibatkan penghukuman, tetapi penganugerahan karunia atas banyak pelanggaran itu mengakibatkan pembenaran.
5:17Sebab, jika oleh dosa satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu, maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus.
5:18Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup.
5:19Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar.
5:20Tetapi hukum Taurat ditambahkan, supaya pelanggaran menjadi semakin banyak; dan di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah,
5:21supaya, sama seperti dosa berkuasa dalam alam maut, demikian kasih karunia akan berkuasa oleh kebenaran untuk hidup yang kekal, oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.
Judul: Adam vs Kristus
Secara geografis, Israel memiliki dua laut yang sangat kontras, yaitu Laut Galilea (di sebelah Utara) dan Laut Mati (di sebelah Selatan). Laut Galilea dipenuhi dengan ikan-ikan, tumbuhan, air yang menyegarkan, dan pemandangan yang indah. Sedangkan Laut Mati dipenuhi dengan air yang mengandung garam dan mineral yang sangat tinggi sehingga tidak ada ikan atau pun tumbuhan yang dapat bertahan hidup di sekitarnya. Airnya pun begitu asin. Tidak heran jika laut ini disebut Laut Mati. Kekontrasan kedua laut ini menjadi gambaran dari bagian firman Tuhan hari ini.Dalam Roma 5:1-11, Paulus menjelaskan tentang hasil dari pembenaran yang kita alami dalam Kristus. Pada perikop ini, Paulus menerangkan bahwa ada hal lain yang jauh lebih besar daripada kemegahan yang disebut pada perikop sebelumnya.
Hal itu adalah perubahan status yang kita alami karena Kristus. Untuk menggambarkan perubahan status tersebut, Paulus memberikan uraian paradoks dengan membandingkan antara Adam dengan Kristus. Jika dahulu kita berdosa "di dalam Adam" (12-14), kini kita percaya "di dalam Kristus" (15-21).
Perubahan status ini dijelaskan oleh Paulus dengan sangat detail. "Di dalam Adam" kita telah berdosa (12-14), melakukan pelanggaran, jatuh ke dalam kuasa maut (15), dan kematian kekal menjadi konsekuensi atas hidup kita (16). Karena dosa yang dilakukan Adam sebagai manusia pertama, kita pun turut menanggungnya sebab kita adalah keturunan Adam (12). Kita bukan hanya menanggung, juga berbuat dosa di hadapan Allah (lih. Rm. 3:23).
Akan tetapi bagi kita yang percaya kepada Kristus, kita berpindah dari "dalam Adam" menjadi "di dalam Kristus." Karena Kristus, kita yang percaya kepada-Nya beroleh kasih karunia Allah yang berlimpah-limpah (15, 17) dan pembenaran-Nya (16, 18, 19).
Pertanyaannya, di manakah hidup Anda saat ini berada? Di dalam Adam atau di dalam Kristus? [MFS]22 Oktober 2016 diubah oleh ZEGA376
-
22 Oktober 2016
Renungan hari ini di ambil dari Matius 25:31-40
Mengasih dan menolong sesama,kita lakukan hanya untuk Tuhan,tanda bahwa kita mengasihi Tuhan Yesus yaitu jika kita mengasihi sesama manusia.