Siap Jadi Tulang Punggung Keluarga
-
17 April 2017
Membangun sebuah keluarga yang bahagia, mapan & harmonis merupakan dambaan setiap orang. Dalam menjalani hidup pernikahan, peran suami selain sebagai pemimpin keluarga juga sebagai tulang punggung untuk menafkahi seluruh anggota keluarganya, sedangkan peran istri adalah melayani kebutuhan seluruh anggota keluarga di rumah. Namun realitasnya untuk membina sebuah keluarga yang ideal itu tidaklah mudah, banyak kendala & masalah yang harus dihadapi terutama peran & tanggung jawab si pencari nafkah. Karena pada umumnya pencari nafkah utama adalah suami, adakalanya suami harus dihadapkan pada situasi & kondisi (berhenti bekerja) seperti :
1. Kondisi fisik suami menurun dikarenakan sakit yang berkepanjangan sehingga tidak memungkinkannya untuk bisa bekerja lagi.
2. Kecelakaan yang mengakibatkan cacat fisik sehingga perusahaan tidak lagi bisa menerimanya bekerja
3. Pemutusan hubungan kerja (PHK) di usia 35 tahun keatas sehingga membuat suami sulit bersaing untuk mendapatkan pekerjaan lagi
4. Batas maksimal bekerja / pensiun di usia 55 tahunTentunya dengan berhentinya suami dari bekerja maka secara otomatis roda perekonomian hidup keluarga juga akan mengalami dampaknya. Menghadapi situasi & kondisi seperti ini dibutuhkan rencana yang matang serta komunikasi yang baik di antara anggota keluarga. Suami yang tidak bisa lagi bekerja dikarenakan situasi & kondisi diatas maka selayaknya peran istri sebagai penolong bisa membantu / mengambil alih tanggung jawab suami dalam mencari nafkah. Pengalihan peran & tanggung jawab mencari nafkah bukan berarti suami tidak melakukan hal apa pun, suami jika memungkinkan bisa membantu melakukan pekerjaan sesuai dengan kemampuan & fisiknya.
Nantinya diharapkan ketidak-mampuan suami untuk mencari nafkah akan bisa dibantu / digantikan oleh istri & ketidak-mampuan istri untuk mencari nafkah pada akhirnya nanti akan dibantu / digantikan oleh anak2 mereka. Siapa pun orangnya setiap anggota keluarga yang mampu mencari nafkah turut bertanggung-jawab membantu perekonomian keluarga. Dengan saling memahami bahwa uang yang didapat (suami / istri / anak) baik besar / kecil nantinya akan digunakan untuk kepentingan bersama & bukan hanya milik perorangan, sehingga tidak akan ada lagi saling tuding siapa yang paling utama bertanggung-jawab dalam mencari nafkah. Disinilah peran teamwork dibutuhkan untuk menjaga keselarasan & kelangsungan hidup bersama dalam sebuah keluarga.
Suami & istri seharusnya bisa menjadi pasangan teamwork yang kompak sampai maut memisahkan; dengan sedikit perbedaan tapi memiliki banyak persamaan tujuan. Masing2 peran & tanggung jawab suami & istri menjadi tujuan bersama untuk menentukan visi & misi keluarga. Jadi jika tidak kompak apa artinya hidup berkeluarga.
Berdasarkan uraian diatas bagaimana respon jika anda (khususnya wanita) ada dalam situasi tersebut, bagaimana menyikapi masalah2 rumah tangga anda nanti berkenaan dengan peran & tanggung-jawab dalam mencari nafkah ini :
1. Apakah anda BERSEDIA atau TIDAK menjadi tulang punggung keluarga ?
2. Jika BERSEDIA rencana apa yg akan anda lakukan; sebaliknya jika TIDAK BERSEDIA alasan apa yg membuat anda merasa keberatan menjadi tulang punggung keluarga ?
3. Jika BERSEDIA sampai kapan anda akan menjadi tulang punggung keluarga; sebaliknya jika KEBERATAN akankah anda berusaha menikah lagi untuk mencari pengganti ?
4. Menurut anda sampai USIA BERAPAkah suami harus menafkahi keluarganya ?Baca juga :
- Polling Kemapanan : www.jodohkristen.com/topic/1186/
- Apakah wanita bisa hidup susah : www.jodohkristen.com/topic/654/
- Faktor ekonomi Vs love : www.jodohkristen.com/topic/162/
- Bicara soal duit / harta : www.jodohkristen.com/topic/1456/
- Perjanjian pisah harta / harta gono gini : www.jodohkristen.com/topic/2741/ -
17 April 2017
ini thread/ judul ditujukan untuk siapa? Pria/ wanita yang menjawabnya ?
-
17 April 2017
Sebenarnya apapun keadaan kita... tergantung dari diri kita sendiri tetap mau berusaha atau menyerah dgn keadaan...?
-
17 April 2017
Bagaimana respon jika anda (khususnya wanita) ada dalam situasi tersebut, bagaimana menyikapi masalah2 rumah tangga anda nanti berkenaan dengan peran & tanggung-jawab dalam mencari nafkah ini :
1. Apakah anda BERSEDIA atau TIDAK menjadi tulang punggung keluarga ?
2. Jika BERSEDIA rencana apa yg akan anda lakukan; sebaliknya jika TIDAK BERSEDIA alasan apa yg membuat anda merasa keberatan menjadi tulang punggung keluarga ?
3. Jika BERSEDIA sampai kapan anda akan menjadi tulang punggung keluarga; sebaliknya jika KEBERATAN akankah anda berusaha menikah lagi untuk mencari pengganti ?
4. Menurut anda sampai USIA BERAPAkah suami harus menafkahi keluarganya ? -
17 April 2017
Alangkah lbh baik selagi kita masih bisa cari uang. Bekerja.
Coba investasikan dana anda di dana pensiun.
Setidaknya cukup meringankan pasangan kita dalam mencari nafkah.
Saya bersedia selama pasangan saya sy ga neko. Kita bangun rmh tangga tujuannya apa harus jelas. Jadi masalah ekonomi kek siap atau bersedia tdk menggantikan posisi suami jika suami tdk mampu bekerja lagi.
Bukan siap atau tdk siap. Bersedia atau tdk.Tapi tau bahwa hal sprti ini mgkn bisa dikatakan kewajiban bersama.
Maaf kalau pendapat sy klr dari jalurnya. Soalnya otak saya lbh ke makanan saat ini hahahaha
maaf juga kalau sok tua sok pinter
TJAHJADIA118 tulis:
Membangun sebuah keluarga yang bahagia, mapan & harmonis merupakan dambaan setiap orang.
....
4. Menurut anda sampai USIA BERAPAkah suami harus menafkahi keluarganya ?
Baca juga :
- Polling Kemapanan : www.jodohkristen.com/topic/1186/
- Apakah wanita bisa hidup susah : www.jodohkristen.com/topic/654/
- Faktor ekonomi Vs love : www.jodohkristen.com/topic/162/
- Bicara soal duit / harta : www.jodohkristen.com/topic/1456/
- Perjanjian pisah harta / harta gono gini : www.jodohkristen.com/topic/2741/
17 April 2017 diubah oleh JODOHKRISTEN
-
17 April 2017
MARIAAGE004 tulis:
Alangkah lbh baik selagi kita masih bisa cari uang. Bekerja.
Dalam kondisi normal idealnya pria akan bekerja menjadi tulang punggung keluarga, tapi uraian diatas suami berada dalam kondisi yg tidak memungkinkan untuk bisa bekerja
Coba investasikan dana anda di dana pensiun. Setidaknya cukup meringankan pasangan kita dalam mencari nafkah.
Jika anda & suami (berusia 35 thn keatas) juga tidak bekerja, pastinya dana pensiun anda akan terhenti di tengah jalan karena tidak bisa membayar preminya lagi
Bukan siap atau tdk siap. Bersedia atau tdk.Tapi tau bahwa hal sprti ini mgkn bisa dikatakan kewajiban bersama.
Saya setuju dalam situasi & kondisi normal hal ini menjadi kewajiban bersama untuk sama2 mencari nafkah.
-
17 April 2017
Bersedia krna sayapun bkrja..
Tdak ada kata prceraian smpai maut memisahkan...(bgtulah didikn ortu saya)
-
17 April 2017
belum menikah saya sudah biasa bekerja dan mandiri, jd no problemo. Masak suami yg sakit atau mendapat kemalangan sehingga dia tidak mampu bekerja atau manafkahi keluarga langsung di 'buang'. tega...nya...tega...nya
-
17 April 2017
Klo mmg kita sdh menikah siap ndak siap yha harus siap dan mau jadi tulang punggung... itulah kenapa di janji nikah ad sehidup semati... dalam senang ataupun susah...
TJAHJADIA118 tulis:
Bagaimana respon jika anda (khususnya wanita) ada dalam situasi tersebut, bagaimana menyikapi masalah2 rumah tangga anda nanti berkenaan dengan peran & tanggung-jawab dalam mencari nafkah ini :
1. Apakah anda BERSEDIA atau TIDAK menjadi tulang punggung keluarga ?
2. Jika BERSEDIA rencana apa yg akan anda lakukan; sebaliknya jika TIDAK BERSEDIA alasan apa yg membuat anda merasa keberatan menjadi tulang punggung keluarga ?
3. Jika BERSEDIA sampai kapan anda akan menjadi tulang punggung keluarga; sebaliknya jika KEBERATAN akankah anda berusaha menikah lagi untuk mencari pengganti ?
4. Menurut anda sampai USIA BERAPAkah suami harus menafkahi keluarganya ?
-
17 April 2017
Saya sih pasti terus kerja kok.. sampai saat ini blm ada cita2 full jadi IRT.. bukan karena jd IRT tidak mulia, tp pekerjaan ini adalah impian saya, cara saya melayani orang lain..
Saya setuju tuh pertanyaan di atas.. ini buat wanita atau pria? Kalau bagi pria, saat wanita jd tulang punggung, apa akan terjadi mental breakdown seperti merasa tidak berharga? Kan masalah ga cuma selesai karena istrinya mau bekerja.. yang namanya suami istri menurut saya harus saling membantu, bukan masalah ego masing2 lagi.. bagi saya ga ada opsi cerai..
-
17 April 2017
NITA804 tulis:
Sebenarnya apapun keadaan kita... tergantung dari diri kita sendiri tetap mau berusaha atau menyerah dgn keadaan...?
shalom kak, kak saya setuju dengan pendapat dari kak
-
17 April 2017
Jempol deh...BTW rambut baru.
TEREHALOHO803 tulis:
Bersedia krna sayapun bkrja..
Tdak ada kata prceraian smpai maut memisahkan...(bgtulah didikn ortu saya)
17 April 2017 diubah oleh EKO789
-
17 April 2017
TJAHJADIA118 tulis:
Bagaimana respon jika anda (khususnya wanita) ada dalam situasi tersebut, bagaimana menyikapi masalah2 rumah tangga anda nanti berkenaan dengan peran & tanggung-jawab dalam mencari nafkah ini :
1. Apakah anda BERSEDIA atau TIDAK menjadi tulang punggung keluarga ?
Saya Rasa bukan jawaban Bersedia atau tidak.. keadaan yg mas kemukakan itu pastinya bukan yg direncanakan,, tp itu suatu cobaan yg Mau gak Mau hrs dihadapin. Cobaan yg diberikan pastinya tdk melebihi kekuatan kita. Aku ambil contoh dr kluarga aku sndiri. Waktu bapa aku kena pnyakit yg mnyebabkan dy tdk bs krja,, mama saya hrs turun tangan mnjadi pencari nafkah,, apakah itu direncanakan sejak awal?? Tidak. Malah di awal pernikahan mama saya bilang gak mau bkrja biar jaga anak2,dan ayah saya mnyanggupinya.. tapi apa daya keadaan memaksa mama saya melakukannya, bukan hanya untuk bapa saya,,tp yg dilihat kami anak2'a.. mama sy bekrja apapun untuk memenuhi kebutuhan dan pendidikan kami. Dan dy lakukan bukan tanpa prnh mngeluh,tp dg turut campur tangan Tuhan.. kami bs melaluinya.
TJAHJADIA118 tulis:
2. Jika BERSEDIA rencana apa yg akan anda lakukan; sebaliknya jika TIDAK BERSEDIA alasan apa yg membuat anda merasa keberatan menjadi tulang punggung keluarga ?
Bersedia tp biarkan nanti jk bener2 trjadi.. gak mau mikir yg negatif2 dlu.. klo udah dihadapi prmasalahan tsb n kita brdoa pasti dibukakan jalannya. Toh sy jga masih pnya keahlian,, klo pun keahlian sy gak bs dpakai krn umur jg diperusahaan,, ada bnyak cara,,Tuhan yg beri berkat,,jd prcayakan saja padaNya.
TJAHJADIA118 tulis:
3. Jika BERSEDIA sampai kapan anda akan menjadi tulang punggung keluarga; sebaliknya jika KEBERATAN akankah anda berusaha menikah lagi untuk mencari pengganti ?
Sampai waktuNya tiba.. yg pasti klo saya tdk ada kata bercerai,, tp klo sang pendamping hidup macem2 (brjudi/mabuk/selingkuh) mnding sy tinggalkan dan bwa anak2 dan tdak akan pernah menikah lagi. Saya mending brjuang demi anak2,,agar mreka memperoleh kebutuhan dan pendidikan.
#tapi amit2 lah jgn ampe trjadi kya gitu
TJAHJADIA118 tulis:
4. Menurut anda sampai USIA BERAPAkah suami harus menafkahi keluarganya ?
Semampunya dia,, aku rasa suami khan tau tanggung jawabnya.. klo dy bener2 syang sama kluarganya,dy akan brfikir gmn kedepannya. Apa sanggup bkerja dgn orng lain, klo gak snggup apa lbh baik usaha sndiri, atau investasi sejak dini.. aku rasa soal sprti itu, dy akan memikirkannya,, kami wanita hanya bs mndoakan,membantu brfikir smampunya dan mnyemangati.. tp jk sy bs bantu,,pasti dibantu..
Mat 6:34
Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."
Jd gak usah trlalu parno lah untuk kedepannya gmn,, jalani apa yg bs dijalani,, doakan,lakukan dan sisanya serahkan pada Tuhan, agar dy mampukan dan sempurnakan
-
17 April 2017
Sipp... sebagai contoh Almarhum Artis pepeng yg sdh tdk bs apa2 hanya berbaring di tempat tdr pun ttp berusaha jd tulang punggung keluarganya...
YAN527 tulis:
shalom kak, kak saya setuju dengan pendapat dari kak
-
17 April 2017
saya setuju, cara berpikir kita sama ka, mantap Tuhan Yesus memberkati
NITA804 tulis:
Sebenarnya apapun keadaan kita... tergantung dari diri kita sendiri tetap mau berusaha atau menyerah dgn keadaan...?
-
17 April 2017
NITA804 tulis:
Sebenarnya apapun keadaan kita... tergantung dari diri kita sendiri tetap mau berusaha atau menyerah dgn keadaan...?
Maaf, jawaban ini menggantung / mengambang, tidak menjelaskan masalah & tidak sesuai dengan pertanyaan di atas.
17 April 2017 diubah oleh TJAHJADIA118
-
17 April 2017
EKO789 tulis:
Jempol deh...BTW rambut baru.
hooh rambut bru mas eko..:)
Dan buat bro tjahjadi...masih bnyak kok cwek yg tdak slalu mlihat harta n pkrjaan, yg mau stia smpai maut memisahkan
Dlu alm papa saya lama tdk bkrja n mama sya trpksa bkrja smampunya utk jd tulang punggung smpai papa bisa krja lagi..tp papa juga tdak malu bntu mama saya mngrjkan pkrjaan rumah tangga...intinya sih cinta
17 April 2017 diubah oleh TEREHALOHO803
-
17 April 2017
Sdh saya jawab di koment berikutnya...
TJAHJADIA118 tulis:
Maaf, jawaban ini menggantung / mengambang, tidak menjelaskan masalah & tidak sesuai dengan pertanyaan di atas.
17 April 2017 diubah oleh NITA804
-
17 April 2017
TJAHJADIA118 tulis:
Bagaimana respon jika anda (khususnya wanita) ada dalam situasi tersebut, bagaimana menyikapi masalah2 rumah tangga anda nanti berkenaan dengan peran & tanggung-jawab dalam mencari nafkah ini :
1. Apakah anda BERSEDIA atau TIDAK menjadi tulang punggung keluarga ?
2. Jika BERSEDIA rencana apa yg akan anda lakukan; sebaliknya jika TIDAK BERSEDIA alasan apa yg membuat anda merasa keberatan menjadi tulang punggung keluarga ?
3. Jika BERSEDIA sampai kapan anda akan menjadi tulang punggung keluarga; sebaliknya jika KEBERATAN akankah anda berusaha menikah lagi untuk mencari pengganti ?
4. Menurut anda sampai USIA BERAPAkah suami harus menafkahi keluarganya ?
1. Tidak
2. Krn itu sdh tanggungjawab suami. Suami berani menikahi sy berarti berani menghidupi sy dr segi kebutuhan primer dan skunder bahkan tersier. Kalo suami gabisa kerja krn keempat faktor td, makanya hrs punya usaha pribadi misal buka cafe ato warkop ato usaha kecil apapun itu. Brp pun hasilnya akan sy terima asalkan itu didapat dr kerja dy.
3. Ya ga lah -_- ngapain nikah lg, lebay bgt
4. Sampai akhir hayat. Makanya sewaktu msh sanggup utk bekerja berat, uang gaji dy akan sy kelola dg baik, utamakan perpuluhan dan menabung, kepuasan berdua nti saja mending hdp sederhana utk masa dpn anak2, jd sewaktu suami uda gabisa kerja berat, msh ada pendapatan dr usaha pribadi dan dr tabungan
.
NB: tp sy akan mencari suami yg memperbolehkan sy bekerja. Hukum alam akan ttp terjadi; uang suami adl uang istri, uang istri adl uang istri
-
17 April 2017
TJAHJADIA118 tulis:
1. Apakah anda BERSEDIA atau TIDAK menjadi tulang punggung keluarga ?
2. Jika BERSEDIA rencana apa yg akan anda lakukan; sebaliknya jika TIDAK BERSEDIA alasan apa yg membuat anda merasa keberatan menjadi tulang punggung keluarga ?
3. Jika BERSEDIA sampai kapan anda akan menjadi tulang punggung keluarga; sebaliknya jika KEBERATAN akankah anda berusaha menikah lagi untuk mencari pengganti ?
4. Menurut anda sampai USIA BERAPAkah suami harus menafkahi keluarganya ?1. tidak. paling saya akan minta dikirimi beras, tahu, tempe, sayuran mentah serta bumbu2 aja deh oleh kakak/adik saya.
2. aku engga bersedia krn aku kuatir suami akan meminta duit hasil kerja kerasku utk keperluan di luar keperluan keluarga kami (misalnya utk membantu temannya yg sakit, ponakannya sekolah, kakak/adiknya nyicil kendaraan dll). Makanya utk amannya aku minta dikirimi bahan makanan sj. Aduh...masa istri diperlakukan sekejam itu? jadi amannya sih aku dpt tunjangan beras dll aja krn itu smua ga bisa disalahgunakan tuk keperluan org lain.
3. engga, aku engga akan cari pasangan lagi krn yg pasti aku msh mencintai si suami.
4.susah ya bicara umur. Yg penting selama dia masih hidup dan sehat, dia bertanggungjawab menafkahiku (minimal aku mesti bs makan layak). Menafkahi itu ga hrs kerja. Jika dia ada pensiun dan investasi, dia bisa pakai smua itu utk menghidupi istrinya.
17 April 2017 diubah oleh ANITA089
-
17 April 2017
Makanya kt mamak sy,suami istri jaman skrg harus dua-duanya kerja,krn apa saja bisa terjadi. Klo ga bisa maen saham, nabung deposito aja,walau bunga selalu turun.
-
17 April 2017
"KELUARGA"
Tidak lepas dari sebuah tanggung jawab.ikrar pernikahannya"Bersama dalam SUKA maupun DUKA"
Bila suami tidak lagi bisa bekerja,jadilah sebagai saluran Berkat jangan sebagai batusandungan,seorang suami yg sdh tidak bisa bekerja secara Jasmani minimal bekerja secara Rohani,dengan meningkatkan spritualnya,berdoa buat istrinya,mengurus anak2nya,aktif di persekutuan2,tetaplah jadi panutan di keluarga dengan Modal 'PPK" Perhatian,Pengertian Dan Kasih sayang....
Contoh:
Sekarang banyak orang2 kristen istrinya yg kerja suaminya pengangguran,sdh pengangguran nonggkrongnya di Warung,main Judi,Merokok,anak di telantarkan,mabuk2kan...coba lirik deh...area2 kawasan industri di pinggiran kota,Tangerang,Bekasi,Cakung,Cikarang,Karawang...
Bila Suami tidak mampu menapkahi secara jasmani,jadilah sebagai saluran berkat agar apa yang dikerjakan istri(Keluarga) dapat berbuah baik'
KELUARGA berarti sebuah perusahaan,Suami Kepalanya dan Istri Asistennya...Asisten boleh jadi kepala dan Kepala boleh jadi asisten.
-
17 April 2017
Mengenai bersedia mengambil tanggungjawab sbg tulang punggung keluarga ketika kondisi suami tidak memiliki kemampuan lebih, buat aku ga masalah wong kita itu pather, teman sejiwa sepenanggungan dalam membangun keluarga yg takut akan Tuhan , so klu yg satu dalam kondisi tidak mampu masakan kita paksa ya wajib ditolong donk. Pernikahan itu kontrak seumur hidup with all in condition ( bad and good). Dan isi kontrak ga bisa direvisi utk dibuat adendum lagi #bicaranya legal bingit yaa :D . En klu ga salah denger dlm janji nikah ga ada yg menyebutkan klu pria nya jadi tulang punggung keluarga :).
But... ada yg menggelitik dipikiran aku , jika kondisi tersebut terjadi respon pria / suami seperti apa yaa :
1. Apa suami rela , legowo saat istri menjadi tulang punggung en then dia hrs pulang telat kerja karena lembur or mungkin keluar kota krn ada dinas , dapatkah mempercayai nya ? Bersediakah suami mengambil tanggungjawab mengurus anak" dan urusan rumah tangga dan mengajari anak" jg saat istri tdk sanggup utk melakukannya krn kondisi dia sdh bekerja , wkt dll ? Tapi bukan berarti istri yg berkarier lantas ga ngurusin masak dan pekerjaan rumah tangga lainnya ya, pasti masih bisa tapi butuh bantuan suaminya. Dalam hal mengajari anak" ini peran ayah karena emang itu yg firman Tuhan bilang, apalagi pengajaran tentang Firman itu didapat seorang anak dr papanya. (Moyes ya para pria).
Truss apa suami / pria masih bisa tetap bersikap baik dan tdk berpikiran disepelekan ketika berperan dalam urusan pekerjaan rumah yg notebene berpikir itu pekerjaan istri .
2. Apa suami bisa bertahan menghadapi dengan sabar en kuat ketika keluarga dari pihak istri bahkan mungkin org tuanya sendiri yg malu krn anak laki" menjadi pria yg menjadi pengurus rumah tangganya karena jobless ? apakah pria sanggup menjadi pria en papa pengurus rumah tangga ?
Karena kebanyakan wanita yg sdh berkarier waktu gadisnya lantas saat menikah tetap ingin bekerja , kebanyakan wanita mau nya seperti itu spya tetap punya pergaulan dgn dunia luar, walaupun punya keterbatasan " sendiri. Jadi kalau utk bekerja kembali rasanya ga terlalu berat. Asalkan masing" mau hidup prihatin dan saling menerima.
aku mempunyai temen" yg menikah dengan kondisi dimana saat suami joblles en istri bekerja, temen ku yg wanita fine" ajah , yg menjadi bermasalah malah suaminya krn ketika mrk bagi tanggungjawab utk lebih hal urusan rumah tangga apalagi saat ngurusin anak" yg masih kecil #papalovehp en kidslovetivi en gadget# anak ga mau makan gampang beli jajanan ajah , anak maen games melulu fine , ga belajar fine #khan msh kecil # hello jd mo didik anaknya kapan yaak tunggu anak nya remaja trus gontok" an ama anak ketika dikasih tau. Truss ketika acara keluarga ga mau ikut krn entar diomongin sama keluarga . Padahal saat kondisi seperti itu istri pun terbeban malu hati , en kadang ngomong ada lowker ga ke saudara , en sometimes suami malah tersinggung # klu suami kita cacat en ga bs apa" . Berani ga suami / pria melakukan pekerjaan yg sebatas kemampuannya dan mungkin lebih rendah dari istrinya ?
Ada juga aku kenal teman yg suaminya jobless ,namun bisa berperan baik sebagai suami , mengurus anak" , mengajari anak" nya , belanja en sometimes mau masak juga malah masih mau cari kerja sampingan / harian lepas ketika dia ga menemukan pekerjaan yg mapan. Walaupun tetep ajah ada konflik nya but they do the best each others.
En ada temen yg suaminya meninggalkan pekerjaan yg cukup baik lantas nekad mulai usaha, ketika usahanya tidak berjalan baik akhirnya temen sy hrs kerja kembali , syukurnya dia dan suaminya bisa bertahan dengan baik saat ortunya dan mertuanya menyalahkan keputusan suaminya karena nekad keluar dari pekerjaan yg sdh baik, bahkan beberapa teman saja mengganggap itu hal yg bodoh. Tapi karena mrk sepakat untuk suaminya memulai bisnis ketika kesulitan menimpa satu dan yg lainnya saling mengguatkan. Ga mudah bagi istri yg berkarier memiliki suami yg jobless , dia harus menghadapi cemoohan beberapa orang tentang suaminya #becoz he is part of her life#.
Cerita diatas bukan fiksi yaa i knew then .
Utk pertanyaan ke 3 en 4 sampai kapan mau jadi tulang punggung #kok ya agak aneh pertanyaannya, kontrak dalam pernikahan seumur hidup mas bro .
Pada saat menikah kita menyebutkan perjanjian yang isi garis besarnya seperti ini , menerima pasangan kita dalam kondisi baik , buruk , sehat , sakit , pada saat kelimpahan maupun kekurangan sampai maut memisahkan # ini utk pernikahan Kristen ya # kalau kita mengingkari janji ini dengan memutuskan sebelum maut memisahkan , itu artinya kita ingkar janji ke pasanagan dan Tuhan juga donk karena kita bilang dihadapan Tuhan dan Jemaat sampai maut memisahkan . Kalau dalam Legal itu bisa kena wanprestasi , kira" wanprestasi nya Tuhan ke org yg seperti ini apa ya hehheeehee
Nah kecuali pada saat menikah kita sebutin term condition/jangka waktunya maka kita akan tahu sampai kapan kita bertanggung jawab kepada pasangan kita dan Yesus yg kepadanya kita berjanji dihadapanNya .
Gitu ajah deh tanggapan en shaering dari aku. Gbu :)
-
17 April 2017
Setiap kita tidak akan pernah tahu Jalan hidup nantinya ke depan seperti.apa bersama pasangan kita.. ada yang membangunnya bersama dari awal dalam kesulitan tapi akhirnya bahagia.. ada yang sebaliknya dimulai dari awal.dengan.kesuksesan tapi berjalan ke depannya mengalami kesulitan.. kalau tidak tahan salah satu pasangan menyerah bisa saja berakhir dengan perpisahan.
Intinya :
1. Saling memiliki komitmen bersama
2. Saling memilki kerendahan hati, saling percaya satu sama lain
3. Saling melengkapi kelebihan kekurangan satu sama lain.. tidak menganggap pasangan ( suami/istri) yang berhak pegang kendali/otoritas/dominan
4. Memiliki impian dan investasi bersama untuk hari depan
5. Dan mezbah Doa yang dibangun terus menerus menjadi dasar pondasi yang utama.
17 April 2017 diubah oleh LIZ681
-
17 April 2017
Setuju
LIZ681 tulis:
Setiap kita tidak akan pernah tahu Jalan hidup nantinya ke depan seperti.apa bersama pasangan kita.. ada yang membangunnya bersama dari awal dalam kesulitan tapi akhirnya bahagia.. ada yang sebaliknya dimulai dari awal.dengan.kesuksesan tapi berjalan ke depannya mengalami kesulitan.. kalau tidak salah satu pasangan tidak kuat menghadapi bisa saja berakhir perpisahan.
Intinya :
1. Saling memiliki komitmen bersama
2. Saling memilki kerendahan hati, saling kepercayaan satu sama lain
3. Saling melengkapi kelebihan kekurangan satu sama lain.. tidak menganggap pasangan ( suami/istri) yang berhak pegang kendali/otoritas/dominan
4. Memiliki impian dan investasi bersama untuk hari depan
5. Dan Doa menjadi dasar pondasi yang utama.