"ANTARA KEBUTUHAN & KEINGINAN DALAM JODOH KRISTEN"
Forum • Persahabatan dan hubungan
-
2 Agustus 2017
Kebutuhan manusia betul tak terbatas tapi bukan berarti membuat Anda menjadi lupa membedakan antara kebutuhan dan keinginan dalam konteks mencari pasangan hidup melalui Jodoh Kristen (JK). Sekarang saya ingin bertanya menurut Anda apakah mencari pasangan hidup adalah sesuatu yang sekadar keinginan ataukah memang kebutuhan?
Terima kasih,
Gbu all
-
2 Agustus 2017
sebuah harapan
-
2 Agustus 2017
Postingannya menarik mas bro cuma mungkin masih kurang mendetail penjelasannya... Sekilas agak susah dibedakan antara motivasi kebutuhan dan keinginan karena keinginan timbul dari kebutuhan, right? Hehe...
Mungkin menurut mas bro nya seperti ini:
Mencari pasangan karena kebutuhan, misalnya "Aku saat ini kesepian, jadi aku membutuhkan pasangan untuk mengusir rasa kesepianku" atau bisa juga "Aku saat ini belum mapan, jadi aku membutuhkan pasangan yg mapan untuk menjamin hidupku"
Mencari pasangan karena keinginan, misalnya "Aku orang yg religius, makanya aku ingin pasangan yg religius" atau "Aku orang yg mapan, makanya aku mencari pasangan yg mapan juga"
Jadi mencari pasangan karena keinginan itu seperti mencari pasangan yg sama/selevel/sederajat/seimbang dengan dirinya.
Betulkah seperti itu bro maksudnya? Koreksi yah kalau salah ^^
-
2 Agustus 2017
Sebenernya krn ada kebutuhan utk menghabiskan sisa hidup bersama seseorang yg dicintai, jadi timbul jg keinginan.
-
2 Agustus 2017
YESAYAS880 tulis:
Kebutuhan manusia betul tak terbatas tapi bukan berarti membuat Anda menjadi lupa membedakan antara kebutuhan dan keinginan dalam konteks mencari pasangan ....... apakah mencari pasangan hidup adalah sesuatu yang sekadar keinginan ataukah memang kebutuhan?
Pertama, saya tidak setuju istilah "Kebutuhan manusia tidak terbatas"
Kita bisa lihat di sekitar kita, banyak "orang sederhana". Misalnya, suku Badui, atau masyarakat yg tinggal di pedesaan. Bahkan di kota pun, banyak orang yg "sederhana" dalam bentuk "kerja/penghasilan" secukupnya saja. Tidak ada lagi mau terobosan. Mimpinya alangkah enaknya kalau punya kontrakan/ kost2an. Tiap hari ongkang2 kaki, lihat langit, lalu akhir bulan tinggal terima duit.
Jadi, sebenarnya, apapun di dunia ini ada batasnya, termasuk keinginan manusia. Bedanya cuma besar atau kerdil.
Kembali ke topik, kawin itu kebutuhan atau keinginan?
Jawabannya bisa dua2nya, bisa pula yg lain.
1. Kalau yg ditanya itu orang alim yg tidak punya pemikiran sendiri sehingga hanya didikte oleh ayat2 untuk jadi pedoman hidup, maka dibilang "kawin itu ibadah", karena Tuhan sudah suruh "berkembang biak", beranak cucu.
2. Kalau orang yg tidak bisa kontrol diri, mungkin hormonnya berlebihan, sehingga takut lupa diri dan kebablasan, maka kawin itu kebutuhan.
3. Kalau orang itu sadar secara lahir batin, bisa berpikir, dan berhasil menemukan yg dirasanya soulmate, maka kawin itu jadi keinginan.
-
2 Agustus 2017
Saat ini keinginan...
-
2 Agustus 2017
keinginan untuk memenuhi kebutuhan... atau apa ya, belum menemukan kata kata yg tepat utk menggambarkan rasa ini.
-
2 Agustus 2017
Kehendak Tuhan :)
-
2 Agustus 2017
No comment karna yg bertanya juga belum memberikan jawaban
-
2 Agustus 2017
kalau kebutuhan sifatnya harusnya kekal abadi. kalau keinginan biasanya hanya sesaat/ sementara/ fana.
-
2 Agustus 2017
Keinginanku memiliki pasangan hidup cuma 25%,sebab aku g terlalu membutuhkan,jika Tuhan ijinkan aku memiliki pasangan hidup ya puji Tuhan,kalo g ada pasangan hiduppun g masalah,karna Tuhan Yesus segalanya bagiku.
2 Agustus 2017 diubah oleh ELISA859
-
2 Agustus 2017
mungkin saya jadi penyimak aja kali ya ..hehehehe ,karena bagi saya setiap orang pasti punya keinginan,namanya juga manusia kan, keinginan punya pasangan,keinginan punya turunan dll, tapi bukan sesuatu keharusan (kebutuhan inti) krna jika disebut kebutuhan artinya kan keharusan,kewajiban seperti hukum aturan saudara kita.... contohnya juga seperti kita butuh makan,ya kebutuhan dan keharusan kalau gak bisa sakit .bagi saya ini suatu keinginan yang bukan suatu kebutuhan mutlak,karena kata kebutuhan itu artinya keharusan, nah kan gak ada aturan mutlak "harus" menikah... kalau gak dapet dapet gimana hayoo hehehe bisa gila kan kl dijadikan suatu kebutuhan .... nah kan saya jadi bingung. :D
2 Agustus 2017 diubah oleh EFRON969
-
2 Agustus 2017
Klo kebutuhan gk dipenuhi, serasa ada yg kurang, krn kebutuhan sifatnya 'penting' untuk dipenuhi.
Sedangkan keinginan lebih mengarah ke harapan, pengennya apa, klo gak dipenuhi gpp. Keinginan biasanya muncul setelah kebutuhan terpenuhi.
Ibaratnya:
kebutuhan = uang
Keinginan = uang yg banyak
Skrg ini, Kebutuhannya yaitu perasaan mencintai dan dicintai.
Ketemu dan bs menikah dgn pria yg kita sayang itu keinginan.
Klo Tuhan mempertemukan dan mempersatukan dgn pria yg mrpkn jodohku, puji Tuhan, keinginan bs terwujud.
Tp seandainya belum ketemu jodoh pun, gpp, dunia tdk akan berakhir bukan?! kebutuhan mencintai dan dicintai bs dari mana sj, dari keluarga, sahabat, teman, dsb.
-
2 Agustus 2017
CHRISTIAN701, Efron, Terehaloho
kalau kebutuhan sifatnya harusnya kekal abadi. kalau keinginan biasanya hanya sesaat/ sementara/ fana.
Iya, memang merit itu keinginan (sesaat ini).
Kalau cwe sudah sampai waktunya menapouse, atau cwo sudah karatan, keinginan merit juga sedikit sekali. Selain karena hormon sudah berubah, stamina juga berkurang... apalagi selagi muda tidak hidup sehat (olahraga, makanan berimbang, kelola stres, dsb).
Banyak di sekitar kita, single seumur hidup. Mungkin dulunya sibuk meniti karir, atau hal2 yg lebih buruk. hahahaa .. Sampai waktunya saat badan uda ngga mood, hitungan logis ngga ada banyak yg bisa diwariskan, uda rajin dan banyak temen di gereja sehingga kalau mati ada yg kuburin, dsb maka juga mengiklaskan diri memberi kesempatan kepada yg lain untuk berkembangbiak.
-
2 Agustus 2017
JEFFRY504 tulis:
Kehendak Tuhan :)
Iya, selagi saya lebih muda, saya berpandangan "Jodoh itu kehendak Tuhan" alias "Jodoh di tangan Tuhan".
Saat ini, saya rajin berdoa kalau2 Tuhan lupa, supaya Tuhan "Turun tangan"
Saya khawatir Tuhan "Cuci tangan", atau "Lepas tangan".
Yang saya paling takutkan adalah kalau Tuhan pun sampai "Angkat tangan"
2 Agustus 2017 diubah oleh MUWARDY036
-
2 Agustus 2017
Sudah pasti sebuah kebutuhan
-
3 Agustus 2017
Sebagai seorang Kristen, menurutku itu sebuah kewajiban ataupun keharusan, karna Tuhan berkehendak agar kita beranak cucu dan bertambah banyak.
Kalo gak nikah, gimana mau beranak cucu.
Kejadian 1:28
Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranak cuculah dan bertambah banyak ; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."
-
3 Agustus 2017
Kurang setuju, waktu di SMP (SLTP), di buku ekonomi, sudah dipelajari bahwa kelangkaan ekonomi adalah sumber daya alam terbatas tapi kebutuhan manusia itu tidak terbatas. Kita sebagai manusia yang lahir entah di kampung atau kota, pasti wajib minum air, kalau dibatasi, ya jadi bisa menimbulkan dehidrasi bahkan bisa menyebabkan kematian karena kekeringan. Begitu pula dengan makan.
Bagi masyarakat kota, keinginan pun semakin bertambah kompleks. Yang awalnya udah punya motor, igin punya mobil, yang tadinya kontrak ingin punya rumah sendiri, dst. Tidak akan habis kebutuhan manusia itu.
MUWARDY036 tulis:
Pertama, saya tidak setuju istilah "Kebutuhan manusia tidak terbatas"
Kita bisa lihat di sekitar kita, banyak "orang sederhana". Misalnya, suku Badui, atau masyarakat yg tinggal di pedesaan. Bahkan di kota pun, banyak orang yg "sederhana" dalam bentuk "kerja/penghasilan" secukupnya saja. Tidak ada lagi mau terobosan. Mimpinya alangkah enaknya kalau punya kontrakan/ kost2an. Tiap hari ongkang2 kaki, lihat langit, lalu akhir bulan tinggal terima duit.
Jadi, sebenarnya, apapun di dunia ini ada batasnya, termasuk keinginan manusia. Bedanya cuma besar atau kerdil.
Kembali ke topik, kawin itu kebutuhan atau keinginan?
Jawabannya bisa dua2nya, bisa pula yg lain.
1. Kalau yg ditanya itu orang alim yg tidak punya pemikiran sendiri sehingga hanya didikte oleh ayat2 untuk jadi pedoman hidup, maka dibilang "kawin itu ibadah", karena Tuhan sudah suruh "berkembang biak", beranak cucu.
2. Kalau orang yg tidak bisa kontrol diri, mungkin hormonnya berlebihan, sehingga takut lupa diri dan kebablasan, maka kawin itu kebutuhan.
3. Kalau orang itu sadar secara lahir batin, bisa berpikir, dan berhasil menemukan yg dirasanya soulmate, maka kawin itu jadi keinginan.
3 Agustus 2017 diubah oleh NIKI150
-
3 Agustus 2017
Menurut saya sudah jadi kebutuhan tiap manusia. Manusia diciptakan berpasangan. Yang susahnya adalah menemukan calon yang mau hidup bersama dalam suka dan duka. Kalau keinginan menurut saya nggak akan ada habisnya, misal mau yang cantik, mau yang ganteng. Menikah itu kan sekali seumur hidup.
-
3 Agustus 2017
NIKI150 tulis:
Kurang setuju, waktu di SMP (SLTP), di buku ekonomi, sudah dipelajari bahwa kelangkaan ekonomi adalah sumber daya alam terbatas tapi kebutuhan manusia itu tidak terbatas.
:)
Apa yg sudah pernah kita pelajari, itu belum tentu benar semuanya. Apalagi ilmu2 itu adalah ilmu buatan manusia, bukan ilmu pasti, sehingga akan ada kelemahannya. Bahkan, yg disebut ilmu pasti pun bisa berkesimpulan "Satu hal yg pasti di alam ini adalah ketidakpastian/perubahan". Kita bisa panjang lebar karena ini bisa keluar dari topik.
Contoh yg anda sebut, kebutuhan pokok (sandang, pangan, papan) ya mesti tercukupi supaya bisa hidup. Nah kebutuhan2 sekunder dan tertier lainnya, itu hanya terbatas dari lingkungan/ orang2 di sekitarnya, dan terakhir pola pikirnya. Kita tentu setuju kalau kemampuan berpikir manusia itu terbatas. Karena berpikir saja ada keterbatasan, maka pikiran maunya apa pun tentu ada batasnya.
Kita sudah lihat banyak di sekitar kita, atau di berita, saat seorang seperti Bill Gates atau lainnya. Harta sudah ukuran terkaya di dunia. Apa yg dilakukannya? Menolong orang lain, buat yayasan amal. Cara Hidupnya? Bisa dibilang "sederhana".
Yang suka jajan, plesiran, itu hanya orang kaya baru, atau kaya dari warisan/ undian rejeki nomplok dari langit. Ya, namanya manusia ada macam3. Salah satunya beberapa orang yg menjadi "tamak", gga cukup2. Tapi beberapa orang spt itu jangan membuat semua umat manusia menjadi "sama tamaknya"
-
3 Agustus 2017
Tuhan sudah banyak menyatakan diri-Nya, baik dalam ciptaan2-Nya, bahkan sampai tertulis dalam berbagai kitab dari berbagai bangsa.
Tapi setelah semua itu, tetap saja dibilang "Cari dulu kerajaan Allah dan segala kebenarannya..." So, ada apa yg salah sehingga harus cari di mana kebenarannya?
-
3 Agustus 2017
MUWARDY036 tulis:
:)
Apa yg sudah pernah kita pelajari, itu belum tentu benar semuanya. Apalagi ilmu2 itu adalah ilmu buatan manusia, bukan ilmu pasti, sehingga akan ada kelemahannya. Bahkan, yg disebut ilmu pasti pun bisa berkesimpulan "Satu hal yg pasti di alam ini adalah ketidakpastian/perubahan". Kita bisa panjang lebar karena ini bisa keluar dari topik.
Contoh yg anda sebut, kebutuhan pokok (sandang, pangan, papan) ya mesti tercukupi supaya bisa hidup. Nah kebutuhan2 sekunder dan tertier lainnya, itu hanya terbatas dari lingkungan/ orang2 di sekitarnya, dan terakhir pola pikirnya. Kita tentu setuju kalau kemampuan berpikir manusia itu terbatas. Karena berpikir saja ada keterbatasan, maka pikiran maunya apa pun tentu ada batasnya.
Kita sudah lihat banyak di sekitar kita, atau di berita, saat seorang seperti Bill Gates atau lainnya. Harta sudah ukuran terkaya di dunia. Apa yg dilakukannya? Menolong orang lain, buat yayasan amal. Cara Hidupnya? Bisa dibilang "sederhana".
Yang suka jajan, plesiran, itu hanya orang kaya baru, atau kaya dari warisan/ undian rejeki nomplok dari langit. Ya, namanya manusia ada macam3. Salah satunya beberapa orang yg menjadi "tamak", gga cukup2. Tapi beberapa orang spt itu jangan membuat semua umat manusia menjadi "sama tamaknya"
Tapi ada benernya juga, semakin tinggi pendidikan seseorang, dia akan semakin menghabiskan uang lebih banyak, itu memang berbanding lurus seperti hukum penawaran. Bisa dilihat dari tetangga, temen atau orang lain di sekitarnya. Sebagian besar orang dengan penghasilan tinggi cenderung mengeluarkan lebih banyak. Itu udah kayak hukum alamnya.
Bill Gates juga menurut saya memang sederhana, tapi dia mengeluarkan banyak sekali uang untuk donasi, untuk bangun yayasan bagi orang sakit. Ini kan berbanding lurus. Semakin tinggi penghasilan seseorang, semakin tinggi pengeluaran orang tsb.
-
3 Agustus 2017
NIKI150 tulis:
Bill Gates juga menurut saya memang sederhana, tapi dia mengeluarkan banyak sekali uang untuk donasi, untuk bangun yayasan bagi orang sakit. Ini kan berbanding lurus. Semakin tinggi penghasilan seseorang, semakin tinggi pengeluaran orang tsb.
Itu haknya mereka yg punya duit. Mau mereka simpan sendiri, mau mereka belanja utk diri sendiri, atau mau mereka donasikan. Dan Bill memilih mendonasikan. Artinya di sini tidak ada KEHARUSAN kalau penghasilannya besar maka mereka harus keluarkan besar.
Paham kan? Misal anda dapat uang/gaji. Itu keputusan anda sendiri, mau ditabung, mau belanja utk apa, mau donasi amal atau ngga, dsb.
Tentu, normalnya keluar tidak lebih besar dari pemasukannya. Tapi bisa ngga begitu? Tentu juga bisa, makanya ada peribahasa "Lebih besar pasak drpd tiang", alias belanjanya lebih gede dari penghasilan.
Artinya, ini semua bukan perbandingan lurus. Bisa macam2, suka2nya orang tersebut. Jangan terpaku dengan bacaan tempo doeloe laaah.
Dan hanya di indonesia, ada yg bisa menggandakan uang. Bisa keluar banyak dari kantong celananya.
-
3 Agustus 2017
menikah itu anugerah Allah dan rencana Allah atas hidup kita yg membuat kia memiliki harapan untuk menikah.
Jika tidak terpenuhi dan sudah berusaha, maka dikembalikan lagi ini bukan rencana Tuhan.
-
3 Agustus 2017
@MUWARDY036
Terserah Anda sih kalau menurut Anda beda, tapi saya berpandangan hukum itu bagaimanapun juga, berbanding lurus tetap akan ada. Konsumen akan beli barang lebih banyak bila harga barang/jasa lebih murah. Bayangkan kalau, Samsung S8 baru garansi resmi bisa diperoleh dengan harga Rp100 ribu, nah orang yg berpenghasilan rendah mungkin beli 1 atau 2 unit, bagaimana dengan mereka yg penghasilannya Rp5 juta sebulan, udah pesan 20 unit mungkin.
Saya tetap pada pendirian saya, bahwa semakin tinggi penghasilan orang cenderung mengeluarkan lebih banyak uang. Seingat saya Mario Teguh juga pernah menulis seperti itu.
3 Agustus 2017 diubah oleh NIKI150