belajar kesehatan mental, mengenal Depresi terselubung
-
7 Januari 2018
Buat yang pada sakit Depresi, Frustasi, Resesi dan si..si...lainnya....
Kalau mau cepat "Sembuh" datang aja ke DIA yang punya kemampuan yang sudah terbukti mumpuni sejak tahun 0...Gratis dan ga perlu ongkos transport lagi, Praktek 24 jam lagi, lok. praktek dimana saja, selalu siap melayani tanpa ada alasan apapun...Syaratnya gampang kok : Cuma Percaya dan mau berserah pada-Nya...
Salam Damai...
Tuhan memberkati...
-
7 Januari 2018
Betul :)
RONNY542 tulis:
Buat yang pada sakit Depresi, Frustasi, Resesi dan si..si...lainnya....
Kalau mau cepat "Sembuh" datang aja ke DIA yang punya kemampuan yang sudah terbukti mumpuni sejak tahun 0...Gratis dan ga perlu ongkos transport lagi, Praktek 24 jam lagi, lok. praktek dimana saja, selalu siap melayani tanpa ada alasan apapun...Syaratnya gampang kok : Cuma Percaya dan mau berserah pada-Nya...
Salam Damai...
Tuhan memberkati...
-
7 Januari 2018
AYUSARI311 tulis:
Jangan gitu lah bang Jhon ini, semoga masuk JK bisa juga jadi pengobatan depresinya (dan semua anggota JK yaa) obatnya (jodoh) baru diantar hehehe, akan segera ditemui tahun ini (amiiin, doaku yg terbaik buat bang Jhon )
Amiiiinnnnn.....
-
7 Januari 2018
@katharina
masalah mempercayai seseorang bukan saya yang menilai. tapi saya tipe yang tidak suka dengan gosip, saya juga tidak menghakimi dia. dia tau saya orang yang bisa di ajak duduk bersama dan diskusi.
yang saya sayangkan, mendeklarasikan diri di sosmed sebagai asexsual. cibiran itu pasti, tapi kembali ke hakekat sebagai manusia yang hidup berpasangan menjadi sulit.
@ayusari
saya setuju, yang namanya "manusia" tidak ada jaminan seorang ahli tidak terkena depresi. seperti mematahkan opini bahwa profesi menentukan prilaku.
seorang dokter belum tentu bisa menjaga kesehatan, seorang accounting belum tentu bijak mengatur keuangan diri, bahkan ahli hukum pun bisa melakukan pelanggaran hukum
@ian
wahh,,,, sudah sering membahas tentang kesehatan mental yah. boleh lah sekedar sharing secara rasional.
ada kasus yang pernah saya alami, ini real story
1. pernah berkunjung ke rumah teman, karena sulit mencari alamat rumahnya sampai muter2 beberapa kali. ketika bertemu saya berkata "duh,, kakak, gila bener susah banget cari nih rumah!!" (saya tidak tau jika nama yang saya kenal dengan nama di rumah berbeda). dan saya menggunakan kata"gila" lebih dari 2x. tiba-tiba kakaknya (usia di atas si kakak teman saya) berteriak marah marah dari dalam kamarnya. saya tidak tau jika kata "gila" sangat sensitif di rumah itu. sejak saat itu saya jadi memilih kata kata yang baik jika berkomunikasi.
2. apakah depresi itu dapat menurun pada generasi selanjutnya?? seorang ibu yang mengalami depresi dengan kondisi sedang hamil (bisa di bilang depresi akut tidak bisa mengenali diri sendiri apa lagi orang lain). jika di lihat dari sisi rohani, ini bisa saja di bilang akar kepaitan turunan,
-
7 Januari 2018
Maksud tulisan saya, dia yg mempercayai Sist Sky, itu rahasia besar loh. Berbagi hal seperti itu pasti kepada orang2 yg sudah dia percayai. Begitu kira2, Sist Sky... Tetapi bila dia sudah berbagi di medsos berarti dia sudah siap dengan konsekuensinya. Itu sudah menjadi pilihan dia.
SKY790 tulis:
@katharina
masalah mempercayai seseorang bukan saya yang menilai. tapi saya tipe yang tidak suka dengan gosip, saya juga tidak menghakimi dia. dia tau saya orang yang bisa di ajak duduk bersama dan diskusi.
yang saya sayangkan, mendeklarasikan diri di sosmed sebagai asexsual. cibiran itu pasti, tapi kembali ke hakekat sebagai manusia yang hidup berpasangan menjadi sulit.
-
7 Januari 2018
Syalom ka Ayu Sari..
Oke ka, menyambung diskusi kita yang kemarin.. Sebagian pemikiran kaka sudah mewakili pandangan saya tentang tentang topik ini.. Tidak ada yang salah sama sekali dalam garis besarnya..
Saya hanya ingin menambahkan sedikit saja.. :
1. Setiap orang mempunyai Bearing Capacity (Kemampuan menanggung beban) yang berbeda-beda.. Ada golongan orang yang bisa menanggung masalah seberat apapun dengan baik dan dapat melewatinya serta terus berpikir positif kedepan, tetapi juga Ada golongan orang yang bisa menanggung masalah dan melewatinya, tapi ia tidak sepenuhnya berada dalam kondisi Pulih, dan masih menyimpan luka lama / akar pahit pada masalahnya di masa lampau itu..
2.Tidak menjadi Jaminan juga bahwa seorang yang Depresi yang telah membuka dirinya untuk orang lain (Orang yang Bijaksana / BerHikmat) dapat sembuh total dari penyakitnya itu.. Dia yang merasakan, Dia yang menimbang, Dan dia yang memutuskan......
3. Kita hidup di dunia yang penuh dengan hal tak terduga.. Dalam artian, Tidak selamanya kita hidup Enak atau Beruntung terus kan?? Pasti ada saja masa-masa Sial / Tidak beruntung kita sebagai Manusia.. So, Peluang manusia untuk Kesehatan Mental nya terganggu (Depresi) itu jelas Ada & Nyata..4. Ada sebuah Idiom (Ungkapan) yang mengatakan"We Cannot Walk In Someone Else's Shoes" Yang artinya, "Kita tidak akan pernah bisa benar-benar tau apa yang telah dialami dan dirasakan seseorang selama perjalanan hidupnya.. Hanya si orang yang bersangkutan saja yang tau.. Karna dia yang punya Timeline (Masa Naik-Turun) hidupnya sendiri..."
5. Saya setuju dengan kak Ayu Sari pada keseluruhannya.. Kita harus tetap memperhatikan orang-orang disekitar kita yang Letih, Lesu dan Berbeban berat.. Kita harus membantu sebisa/semampu kita.. Lebih menerapkan Metode Understanding (Memahami) daripada Metode Judging (Menghakimi) di dalam Misi kita membantu mereka.. Karena kembali lagi pada Prinsip, setiap orang itu memiliki Bearing Capacity (Kemampuan menanggung beban) yang berbeda-beda.. Ada yang Tangguh tapi juga Kuat, tapi ada juga yang Tangguh tapi juga Rapuh.. Semuanya hanya perlu Pemahaman khusus terhadap masing-masing orang.. Pemahaman & Pendekatan dengan Kasih menurutku adalah cara yang paling ampuh..Okelah kak.. Segitu aja tambahan dariku, kurang-lebihnya silahkan ditambahkan lagi..
Selamat hari Minggu n God Bless..AYUSARI311 tulis:
2 kasus yg berbeda, yg satu usia 37 tahun, satu lagi usia 75 tahun... keduanya ahli di bidangnya, tapi memilih mengakhiri hidupnya, wasted, hidupnya sayang terbuang percuma, padahal mereka bisa membantu banyak orang ya. (Tapi ingat kita tidak bisa menilai mereka hanya dari sepotong berita juga lho...)
......wah panjanggg banget, cukup itu dulu saja deh, semoga mewakili pemikiran saya, kalau ada yg belom lengkap silahkan ditambahi, siapa tau saya salah, terimakasih
7 Januari 2018 diubah oleh JODOHKRISTEN
-
7 Januari 2018
bener kak katharina, saya pun sedang memahami arti kata "rahasia" cerita ini lebih 2 taon yang lalu dan saya juga sudah lupa. paling tidak rahasianya bukan saya yang "membocorkan". jika sudah go public menjadi rahasia umum menurut saya.
-
7 Januari 2018
Betul, manusia ya manusiawi, tempatnya salah dan kurang
SKY790 tulis:
@ayusarisaya setuju, yang namanya "manusia" tidak ada jaminan seorang ahli tidak terkena depresi. seperti mematahkan opini bahwa profesi menentukan prilaku.
seorang dokter belum tentu bisa menjaga kesehatan, seorang accounting belum tentu bijak mengatur keuangan diri, bahkan ahli hukum pun bisa melakukan pelanggaran hukum
-
7 Januari 2018
Ini jadi bahasan baru ya, saya kadang memang ketemu dengan pasien depresi (orang yang sedang depresi namun dalam proses pemulihan) kata "gila" memang sensitif bagi mereka, karena mereka tidak mau dicap 'gila', istilah rumah sakit jiwa saja juga sensi, membuat masyarakat merasa kalau yang ke sana pasti orang "gila", padahal tidak.... karena itu sebisa mungkin jaga tutur kata kita, bukan hanya ke pasien/orang yg memang depresi, tapi ke semua orang supaya tidak menyinggung dan meyakiti hati... udah begitu saja
SKY790 tulis:
ada kasus yang pernah saya alami, ini real story
1. pernah berkunjung ke rumah teman, karena sulit mencari alamat rumahnya sampai muter2 beberapa kali. ketika bertemu saya berkata "duh,, kakak, gila bener susah banget cari nih rumah!!" (saya tidak tau jika nama yang saya kenal dengan nama di rumah berbeda). dan saya menggunakan kata"gila" lebih dari 2x. tiba-tiba kakaknya (usia di atas si kakak teman saya) berteriak marah marah dari dalam kamarnya. saya tidak tau jika kata "gila" sangat sensitif di rumah itu. sejak saat itu saya jadi memilih kata kata yang baik jika berkomunikasi.
-
7 Januari 2018
Kalo mengenal jodoh terselubung, gimana ya ?
-
7 Januari 2018
dari segi agama, sky betul, dari sisi medis ibu yg tidak sadar kondisinya secara lahiriah pasti mempengaruhi anak yang dikandung, apalagi setelah lahir, jika anak tersebut dibesarkan dengan kondisi ibu tersebut semakin menguatkan persepsi anak (melihat, mencontoh dan meyakini) bahwa perilaku tertentu dari ibunya adalah lumrah/wajar baginya (padahal tidak bagi masyarakat) soalnya contohnya cuman satu, si ibu... semoga kita diberi kekuatan dan kesabaran untuk menghadapi setiap masalah dalam hidup ya :) jadi adem ayem hatinya hidup damai sejahtera
amiin
SKY790 tulis:
2. apakah depresi itu dapat menurun pada generasi selanjutnya?? seorang ibu yang mengalami depresi dengan kondisi sedang hamil (bisa di bilang depresi akut tidak bisa mengenali diri sendiri apa lagi orang lain). jika di lihat dari sisi rohani, ini bisa saja di bilang akar kepaitan turunan,
-
7 Januari 2018
Itu misteri yang punya kuncinya cuman Gusti/Tuhan dek Damean....kalau terselubung pita jadi hadiah ya hehehe, hadiah yang diharapkan semua member JK di tahun 2018
amiiin
DAMEAN991 tulis:
Kalo mengenal jodoh terselubung, gimana ya ?
-
7 Januari 2018
AYUSARI311 tulis:
Itu misteri yang punya kuncinya cuman Gusti/Tuhan dek Damean....kalau terselubung pita jadi hadiah ya hehehe, hadiah yang diharapkan semua member JK di tahun 2018
amiiin
Amen.
Berarti tanyanya sama Papa Jes ya kak,
Makasih kak ayusari untuk penjelesannya.
God Bless.
-
7 Januari 2018
Betul 5 poin tersebut menunjukkan inti dari topik bahasan ini dek Ian :) itu menjelaskan lebih detil lagi tentang penjelasan saya, bagian yg paling sering muncul dan membuat saya sedih adalah bagian 4 dan 5, kebanyakan orang akan merasa atau berkata "masa begitu saja sedih/marah, masa hal begitu saja tidak bisa?" padahal mungkin memang sulit bagi mereka, tidak melihat manusia sebagai individu yang berbeda (bandingannya dengan kita) dan langsung menghakimi....kan tinggal berdoa saja sama Tuhan, itu sudah ada di Alkitab, ayat ini bilang harusnya kamu begini, soalnya dia begini sih, begitu sih, tanpa tahu kesulitan atau kendala yang dihadapi...... saya pribadi berusaha untuk melihat masalah saya bukan dari sudut pandang orang lain dan sebaliknya, berusaha melihat masalah orang lain sebisa mungkin dari sudut pandang orang tersebut (berusaha sebaik mungkin berempati dan simpati, "eventhough i know for sure i can not walk in some one else's shoes") .... dasar kita memang hebat, prinsip kasih, sederhana namun mewakili segalanya :)
IAN754 tulis:
Syalom ka Ayu Sari..
1. Setiap orang mempunyai Bearing Capacity
2.Dia yang merasakan, Dia yang menimbang, Dan dia yang memutuskan......
3. manusia untuk Kesehatan Mental nya terganggu (Depresi) itu jelas Ada & Nyata..4. "We Cannot Walk In Someone Else's Shoes" Karna dia yang punya Timeline (Masa Naik-Turun) hidupnya sendiri..."
5. Kita harus tetap memperhatikan orang-orang disekitar kita yang Letih, Lesu dan Berbeban berat.. Kita harus membantu sebisa/semampu kita.. Lebih menerapkan Metode Understanding (Memahami) daripada Metode Judging (Menghakimi) di dalam Misi kita membantu mereka..Pemahaman & Pendekatan dengan Kasih menurutku adalah cara yang paling ampuh..Okelah kak.. Segitu aja tambahan dariku, kurang-lebihnya silahkan ditambahkan lagi..
Selamat hari Minggu n God Bless.. -
7 Januari 2018
Semoga segera ketemu yang diharapkan ya :)
amiin
(saya juga )
DAMEAN991 tulis:
Amen.
Berarti tanyanya sama Papa Jes ya kak,
Makasih kak ayusari untuk penjelesannya.
God Bless.
-
7 Januari 2018
Sy sehat kog,,cm kurang waras aja si
-
7 Januari 2018
Mas Christian ini gojeg wae lho... tanda sehat malahan itu
CHRISTIAN983 tulis:
Sy sehat kog,,cm kurang waras aja si
-
7 Januari 2018
Hiss,,kliru itu dik.sy ini lg depresi lho,krn telah memenuhi syarat gejala fisik depresi..yaiku..kehilangan pacar tanpa alasan yg jelas...
AYUSARI311 tulis:
Mas Christian ini gojeg wae lho... tanda sehat malahan itu
-
7 Januari 2018
CHRISTIAN983 tulis:
Hiss,,kliru itu dik.sy ini lg depresi lho,krn telah memenuhi syarat gejala fisik depresi..yaiku..kehilangan pacar tanpa alasan yg jelas...
Saya nulisnya nafsu makan, setelah 3 halaman berubah hurufnya ya mas nanti 6 halaman jadi apa ya? Kalau g jelas tanya mas, ojo isin, ingat malu bertanya (bukan sesat di jalan) tapi hilang hehehe
-
8 Januari 2018
Iya kak Ayu Sari..
Saya sendiri juga masih sering melakukan Judging berdasarkan Standar / Nilai pribadi saya..
Karna itu semua tidak lepas dari pengalaman buruk saya di masa lampau..
Dengan Thread yang kak Ayu buat ini, kembali Mengingatkan & Menginspirasi saya Pribadi agar lebih menerapkan Metode Understanding daripada Judging untuk kehidupan Pribadi saya kedepannya..
Thank you so much for these Valuable Insights kak.......
God Bless you...
AYUSARI311 tulis:
Betul 5 poin tersebut menunjukkan inti dari topik bahasan ini dek Ian :) itu menjelaskan lebih detil lagi tentang penjelasan saya, bagian yg paling sering muncul dan membuat saya sedih adalah bagian 4 dan 5, kebanyakan orang akan merasa atau berkata "masa begitu saja sedih/marah, masa hal begitu saja tidak bisa?" padahal mungkin memang sulit bagi mereka, tidak melihat manusia sebagai individu yang berbeda (bandingannya dengan kita) dan langsung menghakimi....kan tinggal berdoa saja sama Tuhan, itu sudah ada di Alkitab, ayat ini bilang harusnya kamu begini, soalnya dia begini sih, begitu sih, tanpa tahu kesulitan atau kendala yang dihadapi...... saya pribadi berusaha untuk melihat masalah saya bukan dari sudut pandang orang lain dan sebaliknya, berusaha melihat masalah orang lain sebisa mungkin dari sudut pandang orang tersebut (berusaha sebaik mungkin berempati dan simpati, "eventhough i know for sure i can not walk in some one else's shoes") .... dasar kita memang hebat, prinsip kasih, sederhana namun mewakili segalanya :)
-
8 Januari 2018
Sama-sama, you're welcome
Gbu too
IAN754 tulis:
Iya kak Ayu Sari..
Saya sendiri juga masih sering melakukan Judging berdasarkan Standar / Nilai pribadi saya..
Karna itu semua tidak lepas dari pengalaman buruk saya di masa lampau..
Dengan Thread yang kak Ayu buat ini, kembali Mengingatkan & Menginspirasi saya Pribadi agar lebih menerapkan Metode Understanding daripada Judging untuk kehidupan Pribadi saya kedepannya..
Thank you so much for these Valuable Insights kak.......
God Bless you...
-
8 Januari 2018
Agak sulit juga menentukan batasan Understanding dan Judging, menurut saya dalam hal hal tertentu (kelewat batas), boleh kok judging dengan hanya pakai standard ajaran-Nya. Sebaiknya setelah itu, disertai juga memberikan solusi dengan tujuan untuk mewartakan Ajaran-Nya dan hal ini juga harus dilandasi dengan motivasi Kasih tok...
Salam Damai...
Tuhan memberkati...
-
8 Januari 2018
Jika sudah memiliki standar ajaran-Nya, dimana lagi bagian yang sulitnya bang Ronny??
Apa abang tidak yakin dengan standar ajaran-Nya?? Jangan diambil hati yaa.. Ini hanya bertanya saja lhoo.. Hehee
RONNY542 tulis:
Agak sulit juga menentukan batasan Understanding dan Judging, menurut saya dalam hal hal tertentu (kelewat batas), boleh kok judging dengan hanya pakai standard ajaran-Nya. Sebaiknya setelah itu, disertai juga memberikan solusi dengan tujuan untuk mewartakan Ajaran-Nya dan hal ini juga harus dilandasi dengan motivasi Kasih tok...
Salam Damai...
Tuhan memberkati...
-
8 Januari 2018
Hahaha...Thx Bro Ian...Jangan ragu tuk mewartakan Kasih-Nya kalau kita sudah meyakininya...Sisihkan kekhwatiran untuk mendapatkan cibiran manusia...Mungkin itu yang dimaksudkan harga "Pikul Salib"?....Keep Fokus hanya pada-Nya....
Salam Damai Bro Ian...
Tuhan memberkati...
IAN754 tulis:
Jika sudah memiliki standar ajaran-Nya, dimana lagi bagian yang sulitnya bang Ronny??
Apa abang tidak yakin dengan standar ajaran-Nya?? Jangan diambil hati yaa.. Ini hanya bertanya saja lhoo.. Hehee
-
8 Januari 2018
Hahahaa.. Amin bang.. Thanks perhatiannya..
Tapi ini ada sedikit info tentang perbedaan antara Judging dan Understanding menurut pandangan Rasional (bukan versi Alkitab nya..Mohon maaf) dari para ahli Tata Bahasa.. Mungkin bisa bermanfaat buat bang Ronny..
Understanding itu berasal dari seseorang yang ingin kita nilai kepada kita sebagai penilainya.. Dengan mempertimbangkan segala kemungkinan dari tindak-tanduk orang yang ingin kita nilai itu.. (Seperti pernyataan kak Ayu Sari yang berusaha melihat masalah orang lain sebisa mungkin dari sudut pandang orang tersebut..)
Judging itu berasal dari kita sebagai penilainya kepada seseorang yang ingin kita nilai.. Tanpa mempertimbangkan banyak kemungkinannya.. Walau itu kemungkinan terkecil sekalipun yang bisa saja Ada dan benar terjadi.. Bisa saja Judging / Penilaian kita itu Benar, tetapi bisa juga Salah... (Apalagi kita belum mengenal seseorang itu secara dekat & langsung)
Oke bang Ronny.. Itu saja.. Semoga bermanfaat..
Thank n GBU
RONNY542 tulis:
Hahaha...Thx Bro Ian...Jangan ragu tuk mewartakan Kasih-Nya kalau kita sudah meyakininya...Sisihkan kekhwatiran untuk mendapatkan cibiran manusia...Mungkin itu yang dimaksudkan harga "Pikul Salib"?....Keep Fokus hanya pada-Nya....
Salam Damai Bro Ian...
Tuhan memberkati...