belajar kesehatan mental, mengenal Depresi terselubung

Hmm Bro Ian...Kebetulan saya kalau memberi advis, ga suka pakai timbang2an(terutama advis rohani)...Kalau menurut saya advis itu baik untuknya...saya ga takut ia mau marah atau tersinggung...Contoh konkrit nyata aja ya : Saya ga segan2 kok menghimbau kakak saya (yang terpaut jauh umurnya) yang jarang ke Gereja (Karena saya lihat dalam hidupnya kurang Damai sejahtera). Saya udah siap kok untuk dia tersinggung atau apalah...biasanya sih di depan saya pura2 tersinggung dan nolak...trus lama2 mikir dan akhirnya mengikuti juga...hahahaha

Salam Damai...

Tuhan memberkati...

IAN754 tulis:

Hahahaa.. Amin bang.. Thanks perhatiannya..

Tapi ini ada sedikit info tentang perbedaan antara Judging dan Understanding menurut pandangan Rasional (bukan versi Alkitab nya..Mohon maaf) dari para ahli Tata Bahasa.. Mungkin bisa bermanfaat buat bang Ronny..

Understanding itu berasal dari seseorang yang ingin kita nilai kepada kita sebagai penilainya.. Dengan mempertimbangkan segala kemungkinan dari tindak-tanduk orang yang ingin kita nilai itu.. (Seperti pernyataan kak Ayu Sari yang berusaha melihat masalah orang lain sebisa mungkin dari sudut pandang orang tersebut..)

Judging itu berasal dari kita sebagai penilainya kepada seseorang yang ingin kita nilai.. Tanpa mempertimbangkan banyak kemungkinannya.. Walau itu kemungkinan terkecil sekalipun yang bisa saja Ada dan benar terjadi.. Bisa saja Judging / Penilaian kita itu Benar, tetapi bisa juga Salah... (Apalagi kita belum mengenal seseorang itu secara dekat & langsung)

Oke bang Ronny.. Itu saja.. Semoga bermanfaat..

Thank n GBU

Mantapp bang Rony..

Selama advice kita itu baik untuk seseorang, saya juga tidak ada rasa takut sama sekali dalam menyampaikannya.. Saya tidak takut orang yang ingin saya arahkan itu marah / tersinggung.. Tapi memang di Forum terbuka seperti ini pasti ada saja yang tidak berkenan dengan advice kita itu.. Jarang sekali ada yang Fair untuk mengungkapkannya.. Kalau saya Pribadi sih, jika sudah membaca situasi seperti itu..Lebih baik saya "mengendurkan" intensitas advice saya.. Dengan pertimbangan intensitas Versi saya juga tentunya..

Nahh kalo pernyataan bang Ronny yang ini "biasanya sih di depan saya pura2 tersinggung dan nolak...trus lama2 mikir dan akhirnya mengikuti juga..."

Terus terang, kadang saya juga menerapkan persis seperti yang bang Ronny nyatakan itu sihhh.. Wkwkwkkwkk..

Okelah bang Ronny.. Thank buat tukar pikirannya.. Sehat-Sukses selalu buat bang Ronny disana.. Salam Damai.. God Bless..

RONNY542 tulis:

Hmm Bro Ian...Kebetulan saya kalau memberi advis, ga suka pakai timbang2an(terutama advis rohani)...Kalau menurut saya advis itu baik untuknya...saya ga takut ia mau marah atau tersinggung...Contoh konkrit nyata aja ya : Saya ga segan2 kok menghimbau kakak saya (yang terpaut jauh umurnya) yang jarang ke Gereja (Karena saya lihat dalam hidupnya kurang Damai sejahtera). Saya udah siap kok untuk dia tersinggung atau apalah...biasanya sih di depan saya pura2 tersinggung dan nolak...trus lama2 mikir dan akhirnya mengikuti juga...hahahaha

Salam Damai...

Tuhan memberkati...

Bro Ian...sorry ya kalau saya ga tanggapi tentang istilah2 yang disampaikan bro tadi...Entah kenapa bro...akhir2 ini saya ga gitu concern lagi sama ilmu2 dunia...sepertinya ada dari dalam yang mendorong saya untuk memfokuskan untuk hanya mempelajari pengertian Ajaran-Nya aja. Khan bro juga tahu pengertian dari "Atas" dan bawah terkadang susah nyambungnya khan...Saya banyak dapat pengertian dari-Nya secara Intuisi aja mengenai apa yang Berkenan atau tidak berkenan di hati-Nya, bukan yang benar atau salah (Ini khan ilmu2 dunia dan itu menurut saya sekedar istilah, jadi bisa relatiflah untuk tiap orang). Dorongan untuk memberikan advis tadi sering muncul begitu aja tanpa dapat ditahan dan ga peduli lg dengan resiko2nya...Ada rasa Damai yang ga bisa digambarkan jika orang lain juga mendapat Berkat dari-Nya melalui perantaraan advis itu (Karena saya juga dapatnya gratis, masa saya harus pelit sih..hehehe).

Mudah2an bro ga kapok tuk share sama saya lagi...

Salam Damai...

Tuhan memberkati...

IAN754 tulis:

Mantapp bang Rony..

Selama advice kita itu baik untuk seseorang, saya juga tidak ada rasa takut sama sekali dalam menyampaikannya.. Saya tidak takut orang yang ingin saya arahkan itu marah / tersinggung.. Tapi memang di Forum terbuka seperti ini pasti ada saja yang tidak berkenan dengan advice kita itu.. Jarang sekali ada yang Fair untuk mengungkapkannya.. Kalau saya Pribadi sih, jika sudah membaca situasi seperti itu..Lebih baik saya "mengendurkan" intensitas advice saya.. Dengan pertimbangan intensitas Versi saya juga tentunya..

Nahh kalo pernyataan bang Ronny yang ini "biasanya sih di depan saya pura2 tersinggung dan nolak...trus lama2 mikir dan akhirnya mengikuti juga..."

Terus terang, kadang saya juga menerapkan persis seperti yang bang Ronny nyatakan itu sihhh.. Wkwkwkkwkk..

Okelah bang Ronny.. Thank buat tukar pikirannya.. Sehat-Sukses selalu buat bang Ronny disana.. Salam Damai.. God Bless..

Then it goes with you bangg.. Then it goes with youu...

So good luck with that..

Kalau untuk Kapok sih tidak yah bang... Tapi kalau Understanding mah sudah wajib itu..

Salam Damai bang Ronny..

GBU..

RONNY542 tulis:

Bro Ian...sorry ya kalau saya ga tanggapi tentang istilah2 yang disampaikan bro tadi...Entah kenapa bro...akhir2 ini saya ga gitu concern lagi sama ilmu2 dunia...sepertinya ada dari dalam yang mendorong saya untuk memfokuskan untuk hanya mempelajari pengertian Ajaran-Nya aja. Khan bro juga tahu pengertian dari "Atas" dan bawah terkadang susah nyambungnya khan...Saya banyak dapat pengertian dari-Nya secara Intuisi aja mengenai apa yang Berkenan atau tidak berkenan di hati-Nya, bukan yang benar atau salah (Ini khan ilmu2 dunia dan itu menurut saya sekedar istilah, jadi bisa relatiflah untuk tiap orang). Dorongan untuk memberikan advis tadi sering muncul begitu aja tanpa dapat ditahan dan ga peduli lg dengan resiko2nya...Ada rasa Damai yang ga bisa digambarkan jika orang lain juga mendapat Berkat dari-Nya melalui perantaraan advis itu (Karena saya juga dapatnya gratis, masa saya harus pelit sih..hehehe).

Mudah2an bro ga kapok tuk share sama saya lagi...

Salam Damai...

Tuhan memberkati...

iya memang sulit tau batasan memahami (understanding) karena Tuhan memberikan kemampuan memahami sesuatu hal berbeda-beda, sesimpel pemahaman mas Ronny dan saya atau dek Ian sedikit berbeda tentang judging (menghakimi) yang jika dilihat dari sudut pandang pribadi (benar), bagi orang lain (benar/ sedikit benar/ salah), hehe maklum ya mas manusiawi sekali, tapi saya kurang setuju dengan judging kelewat batas dan hanya memegang ajaran agama tanpa peduli hal2 lain, ini kadang yang menjadi asal mula konflik di masa kini, landasan agama dipakai sebagai pembenaran untuk semua tindakannya (ini ngobrolin semua agama ya)....karena kita memiliki prinsip kasih itulah yang menjadikan kita  berbeza (kata mpok siti nurhaliza) gojeg mas-mas guyon, ojo sepaneng =bercanda, jangan terlalu serius ngobrolnya :)

Semoga prinsip kasih dalam hati kita masing2 yang akan menuntun kita untuk menjadi manusia yg lebih baik, dan menjadikan dunia ini lebih damai sejahtera

RONNY542 tulis:

Agak sulit juga menentukan batasan Understanding dan Judging, menurut saya dalam hal hal tertentu (kelewat batas), boleh kok judging dengan hanya pakai standard ajaran-Nya. Sebaiknya setelah itu, disertai juga memberikan solusi dengan tujuan untuk mewartakan Ajaran-Nya dan hal ini juga harus dilandasi dengan motivasi Kasih tok...

Salam Damai...

Tuhan memberkati...

Saya juga senang tau hasil akhirnya, kakak bang Ronny jadi aktif kembali ke gereja, tapi mungkin  hal ini bisa dilakukan oleh bang Ronny karena lebih mengenal kakak dan perangainya, kalau saya yg melakukan teguran/ nasehat/advise ke beliau bisa berbeda hasilnya karena banyak faktor : 1. Beliau tidak kenal saya, sebaliknya

        2. Beliau tidak paham cara saya berbicara, sebaliknya juga

        3. Mungkin latar belakang/adat yang berbeda (saya Jawa, kami punya kebiasaan sangat menghargai orang lain yang lebih tua, walaupun bukan keluarga (apalagi keluarga), bahkan jika kami ingin bicara pun ada tingkatan kesopanan bahasa, jika saya yang melakukan hal tersebut bisa jadi saya yang malah "kurang ajar" hehehe) kalaupun saya menegur, dengan tata krama Jawa

        4. Saya sadar saya masih "bocah" maksudnya belom paham banyak hal di dunia ini, belom berani menegur orang lain, disini keberanian bang Roni saya acungi jempol , harus ada orang2 seperti anda di dunia, begitu pula harus ada orang seperti saya

Salam damai sejahtera juga bang, berkah dalem

RONNY542 tulis:

Hmm Bro Ian...Kebetulan saya kalau memberi advis, ga suka pakai timbang2an(terutama advis rohani)...Kalau menurut saya advis itu baik untuknya...saya ga takut ia mau marah atau tersinggung...Contoh konkrit nyata aja ya : Saya ga segan2 kok menghimbau kakak saya (yang terpaut jauh umurnya) yang jarang ke Gereja (Karena saya lihat dalam hidupnya kurang Damai sejahtera). Saya udah siap kok untuk dia tersinggung atau apalah...biasanya sih di depan saya pura2 tersinggung dan nolak...trus lama2 mikir dan akhirnya mengikuti juga...hahahaha

Salam Damai...

Tuhan memberkati...

Yup Sist...Kasih yang benar melampaui semua sekat2 itu (SARA)...Saya heran aja...kenapa kita manusia ga mau mengikuti cara pandang Yesus ? Kita ikuti aja cara pandang dan perbuatan-Nya secara plek (saya heran, Plagiat lain bisa, kok susah banget untuk yang satu ini ya...hehehe), toh dengan begitu nanti dengan sendirinya khan akan mendapatkan Damai Sejahtera...

Menurut saya sist, salah satu penghambat untuk bisa mengikuti teladan-Nya secara plek itu...ya akibat pohon pengetahuan itu sendiri...udah makan...ya jadi merasa bisa...tinggal kita sekarang mau ga berusaha tuk membuang "Buah" yang terlanjur kita makan (Warisan?) itu ga, dan hanya mau mengikuti Kehendak-Nya saja...Terserah pilihan masing2...

Salam Damai...

Tuhan memberkati...

AYUSARI311 tulis:

iya memang sulit tau batasan memahami (understanding) karena Tuhan memberikan kemampuan memahami sesuatu hal berbeda-beda, sesimpel pemahaman mas Ronny dan saya atau dek Ian sedikit berbeda tentang judging (menghakimi) yang jika dilihat dari sudut pandang pribadi (benar), bagi orang lain (benar/ sedikit benar/ salah), hehe maklum ya mas manusiawi sekali, tapi saya kurang setuju dengan judging kelewat batas dan hanya memegang ajaran agama tanpa peduli hal2 lain, ini kadang yang menjadi asal mula konflik di masa kini, landasan agama dipakai sebagai pembenaran untuk semua tindakannya (ini ngobrolin semua agama ya)....karena kita memiliki prinsip kasih itulah yang menjadikan kita  berbeza (kata mpok siti nurhaliza) gojeg mas-mas guyon, ojo sepaneng =bercanda, jangan terlalu serius ngobrolnya :)

Semoga prinsip kasih dalam hati kita masing2 yang akan menuntun kita untuk menjadi manusia yg lebih baik, dan menjadikan dunia ini lebih damai sejahtera

pendapat dek Ian juga tidak salah, saat kita "mendho" (bhs jawa artinya, mengendur tapi tidak mundur) kita belom tentu kalah, menjaga tutur kata di forum tanda kita menghargai lawan bicara kita juga , terimakasih nih saya merasa "precious" hahahaha (bayanginnya cuplikan film the lord of the ring)

intinya niatan kita semua baik koq, saya, bang Roni dan dek Ian berusaha melakukan yg terbaik dengan style/gaya kita sendiri (anugerahnya Tuhan), ya jalani saja, landasi kasih dan berusaha yang terbaik, untuk dunia yg lebih damai sejahtera

oya menerima koreksi lho kalau ada penjelasan2 saya yg salah, dan mohon maaf kalau bahasa/penyampaiannya salah

terimakasih

IAN754 tulis:

Mantapp bang Rony..

Selama advice kita itu baik untuk seseorang, saya juga tidak ada rasa takut sama sekali dalam menyampaikannya.. Saya tidak takut orang yang ingin saya arahkan itu marah / tersinggung.. Tapi memang di Forum terbuka seperti ini pasti ada saja yang tidak berkenan dengan advice kita itu.. Jarang sekali ada yang Fair untuk mengungkapkannya.. Kalau saya Pribadi sih, jika sudah membaca situasi seperti itu..Lebih baik saya "mengendurkan" intensitas advice saya.. Dengan pertimbangan intensitas Versi saya juga tentunya..

Nahh kalo pernyataan bang Ronny yang ini "biasanya sih di depan saya pura2 tersinggung dan nolak...trus lama2 mikir dan akhirnya mengikuti juga..."

Terus terang, kadang saya juga menerapkan persis seperti yang bang Ronny nyatakan itu sihhh.. Wkwkwkkwkk..

Okelah bang Ronny.. Thank buat tukar pikirannya.. Sehat-Sukses selalu buat bang Ronny disana.. Salam Damai.. God Bless..

Sist...saya mohon jangan bicara tentang saya (Keberanian?). Puji Tuhan, DIA telah mengabulkan doa saya untuk bisa dimampukan membagi Berkat Rohani kepada sesama. Jadi saya hanya merasa dimampukan oleh-Nya lho...Syukur kalau diterima oleh sesama, dan karena itu saya juga turut berbahagia...

Salam Damai...

Tuhan memberkati...

AYUSARI311 tulis:

Saya juga senang tau hasil akhirnya, kakak bang Ronny jadi aktif kembali ke gereja, tapi mungkin  hal ini bisa dilakukan oleh bang Ronny karena lebih mengenal kakak dan perangainya, kalau saya yg melakukan teguran/ nasehat/advise ke beliau bisa berbeda hasilnya karena banyak faktor : 1. Beliau tidak kenal saya, sebaliknya

       2. Beliau tidak paham cara saya berbicara, sebaliknya juga

       3. Mungkin latar belakang/adat yang berbeda (saya Jawa, kami punya kebiasaan sangat menghargai orang lain yang lebih tua, walaupun bukan keluarga (apalagi keluarga), bahkan jika kami ingin bicara pun ada tingkatan kesopanan bahasa, jika saya yang melakukan hal tersebut bisa jadi saya yang malah "kurang ajar" hehehe) kalaupun saya menegur, dengan tata krama Jawa

       4. Saya sadar saya masih "bocah" maksudnya belom paham banyak hal di dunia ini, belom berani menegur orang lain, disini keberanian bang Roni saya acungi jempol , harus ada orang2 seperti anda di dunia, begitu pula harus ada orang seperti saya

Salam damai sejahtera juga bang, berkah dalem

lah ini bang, kenapa manusia ga mau mengikuti ya, enak padahal hehehe, tapi nih kalau semua sedunia seragam seiya sekata, dunia ini bagai surga mungkin, nanti ngga ada tantangannya lagi, bang Roni ngga bisa mewartakan berita kebahagiaan dan hidub baru lho.... jadi dari pada mempertanyakan kenapa manusia begini dan begitu, pahami saja sisi manusiawi dari manusia yang banyak kelemahannya, itu realita yg harus kita terima, dan kita cuma bisa berusaha sebaik-baiknya dengan talenta kita masing - masing bang

terima koreksian koq saya, kalau ada salah kata mohon maaf :)

God bless you too

RONNY542 tulis:

Yup Sist...Kasih yang benar melampaui semua sekat2 itu (SARA)...Saya heran aja...kenapa kita manusia ga mau mengikuti cara pandang Yesus ? Kita ikuti aja cara pandang dan perbuatan-Nya secara plek (saya heran, Plagiat lain bisa, kok susah banget untuk yang satu ini ya...hehehe), toh dengan begitu nanti dengan sendirinya khan akan mendapatkan Damai Sejahtera...

Menurut saya sist, salah satu penghambat untuk bisa mengikuti teladan-Nya secara plek itu...ya akibat pohon pengetahuan itu sendiri...udah makan...ya jadi merasa bisa...tinggal kita sekarang mau ga berusaha tuk membuang "Buah" yang terlanjur kita makan (Warisan?) itu ga, dan hanya mau mengikuti Kehendak-Nya saja...Terserah pilihan masing2...

Salam Damai...

Tuhan memberkati...

Gandum ilalang dibiarkan tumbuh bersama...hidup ini bagai 2 sisi mata coin...

Benar juga apa kata sist,,,ngapain sih terlalu dipikirin hal itu, biarkan itu hanya menjadi Misteri-Nya saja...

Sorry sist, karena saya khan manusia juga, kadang2 mau bergaya bak filusuf, tapi sering mentok sendiri...hahaha...

BTW Thx sist...atas responnya...

Salam Damai...

Tuhan memberkati....

AYUSARI311 tulis:

lah ini bang, kenapa manusia ga mau mengikuti ya, enak padahal hehehe, tapi nih kalau semua sedunia seragam seiya sekata, dunia ini bagai surga mungkin, nanti ngga ada tantangannya lagi, bang Roni ngga bisa mewartakan berita kebahagiaan dan hidub baru lho.... jadi dari pada mempertanyakan kenapa manusia begini dan begitu, pahami saja sisi manusiawi dari manusia yang banyak kelemahannya, itu realita yg harus kita terima, dan kita cuma bisa berusaha sebaik-baiknya dengan talenta kita masing - masing bang

terima koreksian koq saya, kalau ada salah kata mohon maaf :)

God bless you too

Kembali kasih bang hehe, sama-sama belajar kita di sini, maklum saya juga banyak salahnya karena masih manusia jadi manusiawi, terima kasih obrolannya

RONNY542 tulis:

Gandum ilalang dibiarkan tumbuh bersama...hidup ini bagai 2 sisi mata coin...

Benar juga apa kata sist,,,ngapain sih terlalu dipikirin hal itu, biarkan itu hanya menjadi Misteri-Nya saja...

Sorry sist, karena saya khan manusia juga, kadang2 mau bergaya bak filusuf, tapi sering mentok sendiri...hahaha...

BTW Thx sist...atas responnya...

Salam Damai...

Tuhan memberkati....

Sama-sama kak Ayu Sari...

Setuju kak.. Senjata / Landasan utamanya tetap Kasih..

Btw, aku suka dengan Istilah kak Ayu yang tentang Gojeg2 itu.. Ojo sepaneng = Bercanda.. Jangan terlalu serius ngobrolnya...

Menurutku, Obrolan santai yang berbobot lebih gampang di cerna dalam Alam Pikiran kita.. Ketimbang obrolan yang serius terus dari awal sampai habis.. Yang ada cuma Cari pembenaran Oriented & Bikin kepala pening 7 keliling.. Wkwkwkwkk..  

Thank you kakk..

AYUSARI311 tulis:

pendapat dek Ian juga tidak salah, saat kita "mendho" (bhs jawa artinya, mengendur tapi tidak mundur) kita belom tentu kalah, menjaga tutur kata di forum tanda kita menghargai lawan bicara kita juga , terimakasih nih saya merasa "precious" hahahaha (bayanginnya cuplikan film the lord of the ring)

intinya niatan kita semua baik koq, saya, bang Roni dan dek Ian berusaha melakukan yg terbaik dengan style/gaya kita sendiri (anugerahnya Tuhan), ya jalani saja, landasi kasih dan berusaha yang terbaik, untuk dunia yg lebih damai sejahtera

oya menerima koreksi lho kalau ada penjelasan2 saya yg salah, dan mohon maaf kalau bahasa/penyampaiannya salah

terimakasih

AYUSARI311 tulis:

Apa itu depresi terselubung?

hellosehat.com/hidup-sehat/psi ... si-terselubung/

Depresi terselubung adalah gejala perasaan tertekan dalam diri orang-orang yang secara keseluruhan tergolong normal, akan tetapi, terkadang menunjukkan perilaku yang bersifat depresif. Gejala depresinya tidak terlalu kentara, melainkan terselubung atau tersembunyi dalam keseluruhan perilaku normalnya di kehidupan sehari-hari.

Gejalanya yang samar dan umumnya terdapat pada orang normal, membuat diagnosis depresi terselubung (masked depresion) menjadi sulit.

Gejala fisik dari depresi terselubung:

*Kehilangan nafsu makan, tanpa alasan yang jelas.

*Berat badan cenderung menurun karena hilangnya nafsu makan.

*Mudah lelah dalam melakukan kegiatan-kegiatan fisik.

*Badan selalu terasa lemah, kurang bergairah, tak bertenaga, dan sebagainya.

*Mengalami gangguan tidur, misalnya sukar tidur, diganggu oleh mimpi-mimpi buruk, dan sebagainya.

*Menstruasi yang tidak teratur (pada wanita).

*Sembelit, yaitu susah buang air besar.

Gejala emosional dari depresi terselubung:

*Suasana batin yang kurang menentu dan tidak tenteram.

*Selalu cemas dalam menghadapi berbagai hal, walaupun hal tersebut sepele untuk sebagian besar orang.

*Diliputi perasaan sedih yang terus menerus tanpa alasan yang jelas.

*Marah-marah yang tidak jelas arah dan alasannya.

*Perasaan berdosa tanpa alasan yang jelas, atas segala perbuatan-perbuatan yang selalu dilakukannya.

Gejala kognitif dari depresi terselubung:

*Konsep diri yang negatif dan memandang diri sendiri tidak berharga.

*Harapan-harapan yang bersifat negatif.

*Mengkritik diri sendiri terus menerus dan cenderung tidak puas terhadap hasil yang sudah diraih sebelumnya

*Cenderung mengutuk diri sendiri.

*Ragu-ragu dalam membuat keputusan Memiliki pandangan yang negatif terhadap dunia luar.

*Tidak berdaya dan putus asa terhadap masa depannya.

*Diliputi oleh keyakinan-keyakinan tertentu yang kurang masuk akal.

Gejala motorik dari depresi terselubung:

*Selalu gelisah dan tidak tahu arah dan tindakan secara jelas.

*Menangis yang kurang jelas alasannya, dan sering dilakukan.

*Ritme tindakan yang lamban dalam kegiatan sehari-hari

*Berusaha menghindar terhadap berbagai rangsangan atau menghindari orang lain, sekali pun keluarga atau sahabat

*Gangguan halusinasi yaitu mengamati (mendengar, melihat, meraba, dan sebagainya) sesuatu tanpa kehadiran objeknya.

Nah, dari sejumlah daftar di atas apakah Anda pernah memilikinya? Jika ya, jangan lupa untuk terus mendekat pada Tuhan. Bila perlu, segeralah meminta bantuan orang lain untuk keluar dari fase tersebut, mulai dari keluarga terdekat, sahabat, atau kerabat untuk berbagi masalah yang membuat diri Anda tertekan. Apabila Anda terus mengalami gejala-gejala tersebut dan kesulitan untuk mengatasi, ada baiknya Anda menghubungi dokter atau psikolog. Selamat merefleksi diri.

Artikel saya culik dari web, sekedar sharing saja, siapa tau membantu bagi yg selalu merasa negatif (bagian yang saya garis bawahi dan cetak miring) sering saya jumpai dari orang-orang yang terkadang ngobrol dengan saya, mungkin dengan membaca, hati dan pikiran terbuka, lebih baik lagi jika mau share/cerita :) mungkin bukan dengan saya....dengan orang terdekat anda. Salam sehat dan bahagia,

Please don,t forget Jesus love you more than you do

Solo 05/01/2018

Ini namanya Kepahitan atau Luka Batin.

Akarnya pasti di Golden Age (saat umur 1-5 th) dan pubertas.

Selamat mencari,,,, :) _/\_

VERMISSEN495 tulis:

Ini namanya Kepahitan atau Luka Batin.

Akarnya pasti di Golden Age (saat umur 1-5 th) dan pubertas.

Selamat mencari,,,, :) _/\_

Kalau usia dini ini pasti yg orang tua jaman sekarang nyebutnya "nanti trauma" menurut saya pribadi alasan depresinya bisa di usia apa saja dan karena alasan apa saja tergantung barier capacity dan alasan-alasan lain yg sudah sedikit disebut di obrolan sebelumnya :) tapi terimakasih masukannya, memperkaya dan menambah pemahaman ttg topik ini :)

IAN754 tulis:

Sama-sama kak Ayu Sari...

Setuju kak.. Senjata / Landasan utamanya tetap Kasih..

Btw, aku suka dengan Istilah kak Ayu yang tentang Gojeg2 itu.. Ojo sepaneng = Bercanda.. Jangan terlalu serius ngobrolnya...

Menurutku, Obrolan santai yang berbobot lebih gampang di cerna dalam Alam Pikiran kita.. Ketimbang obrolan yang serius terus dari awal sampai habis.. Yang ada cuma Cari pembenaran Oriented & Bikin kepala pening 7 keliling.. Wkwkwkwkk..  

Thank you kakk..

Ini sempat terinspirasi dr webtoon, hidup itu bercanda yg serius cuma mati hehe, jadi apa-apa bawa bercanda, serius tp santai Dr pada pusing ~_~v hehehe

Sama-sama y, kembali kasih :)

hai kak ayu,  saya kelewat membacanya,  

iya, jadi keluar topik depresi terselubung , yang ini malah depresi beneran (depresi terbuka)

sepertinya saya juga pernah mengalami di kasus pertama, ketika masih kecil, tapi saya sensitif dengan hal yang berhubungan dengan mama. bentuk ekspresinya berbeda saya bisa sedih, menangis sampai menutup diri. tapi itu dulu sekarang udah gak

di kasus yang kedua, ini terjadi pada 2 orang ibu yang berbeda (saya bukan orang dinas sosial lho,,,)  tapi keduanya memiliki persamaan setelah lahir si anak di pisahkan dari ibunya (menurut saya kejam tapi mungkin buat kebaikan si anak kedepannya) semoga gak berpengaruh secara gen biologis.

jika ada yang berpendapat orang yang depresi itu tidak percaya Tuhan, saya kurang setuju (maaf ini menurut saya) setiap manusia mempunyai "bibit depresi" (koreksi jika saya salah) dan banyak kok faktor penyebabnya. tekanan yang terus menerus bisa jadi gunung meletus.

karena itu jangan lupa ajaran kasih,dan ingat kemampuan diri,  jika lelah yah istirahat, jika ngantuk yah tidur, jika bosan yah refresing.  jangan lupa bahagia karena orang lain tidak bertanggung jawab atas kebahagianan kita.

kebahagiaan itu milik orang orang yang bersyukur

jangan terlalu kejam bang judging-nya, kasihan uda jatuh tertimpa tangga pula jadi makin terpuruk, lebih baik kasih solusi sesuai Ajaran-Nya  biar punya semangat buat bangkit kembali

RONNY542 tulis:

Agak sulit juga menentukan batasan Understanding dan Judging, menurut saya dalam hal hal tertentu (kelewat batas), boleh kok judging dengan hanya pakai standard ajaran-Nya. Sebaiknya setelah itu, disertai juga memberikan solusi dengan tujuan untuk mewartakan Ajaran-Nya dan hal ini juga harus dilandasi dengan motivasi Kasih tok...

Salam Damai...

Tuhan memberkati...

Sist...Depresi itu sendiri merupakan bukti dari ketidak percayaan kepada-Nya...Kalau dia sungguh Percaya dia tidak akan Depresi...Percaya disini dalam arti luas, bukan hanya sekedar di mulut saja, tetapi Imannya(didalam hati dan pikiran) itu juga diekspresikan di dalam perbuatan yang selaras dan harus konsisten. Percaya terhadap Kuasa, Kasih, Pemeliharaan-Nya dan Rancangan-Nya yang tidak terselami dan pasti ada Kasih di dalamnya (bisa dirasakan secara intuisi, tapi susah untuk dideskripsikan pake ilmu dunia).

Menurut saya, ada beberapa faktor penghambat untuk bisa Percaya penuh antara lain, Ego, kesombongan, terlalu mengandalkan pengertian sendiri (duniawi).

Kalau kita mau minta agar dipenuhi Hikmat Roh Kudus, kosongkan dulu "Gelasnya" (Merasa bodoh, tidak bisa dan tidak punya apa2).

Dalam kenyataan, memang susah untuk menyelaraskan Kehendak kita dengan Kehendak-Nya, tapi kalau kita mau dengan rendah hati meminta kekuatan dari-Nya untuk memampukan hal itu, maka pasti bisa.

BTW, kalau dia percaya penuh berarti dia juga Bersyukur, ada Damai Sejahtera, Bahagia ? Depresi ada ga ?

Salam Damai Sist...

Tuhan memberkati...

SKY790 tulis:

hai kak ayu,  saya kelewat membacanya,  

iya, jadi keluar topik depresi terselubung , yang ini malah depresi beneran (depresi terbuka)

sepertinya saya juga pernah mengalami di kasus pertama, ketika masih kecil, tapi saya sensitif dengan hal yang berhubungan dengan mama. bentuk ekspresinya berbeda saya bisa sedih, menangis sampai menutup diri. tapi itu dulu sekarang udah gak

di kasus yang kedua, ini terjadi pada 2 orang ibu yang berbeda (saya bukan orang dinas sosial lho,,,)  tapi keduanya memiliki persamaan setelah lahir si anak di pisahkan dari ibunya (menurut saya kejam tapi mungkin buat kebaikan si anak kedepannya) semoga gak berpengaruh secara gen biologis.

jika ada yang berpendapat orang yang depresi itu tidak percaya Tuhan, saya kurang setuju (maaf ini menurut saya) setiap manusia mempunyai "bibit depresi" (koreksi jika saya salah) dan banyak kok faktor penyebabnya. tekanan yang terus menerus bisa jadi gunung meletus.

karena itu jangan lupa ajaran kasih,dan ingat kemampuan diri,  jika lelah yah istirahat, jika ngantuk yah tidur, jika bosan yah refresing.  jangan lupa bahagia karena orang lain tidak bertanggung jawab atas kebahagianan kita.

kebahagiaan itu milik orang orang yang bersyukur

Nice thread, numpang nyimak

saya setuju dengan ini.

memulai kembali sebagai manusia baru, kembali mengandalkan Tuhan merendahkan hati menerima Ajaran-Nya

RONNY542 tulis:

Sist...Depresi itu sendiri merupakan bukti dari ketidak percayaan kepada-Nya...Kalau dia sungguh Percaya dia tidak akan Depresi...Percaya disini dalam arti luas, bukan hanya sekedar di mulut saja, tetapi Imannya(didalam hati dan pikiran) itu juga diekspresikan di dalam perbuatan yang selaras dan harus konsisten. Percaya terhadap Kuasa, Kasih, Pemeliharaan-Nya dan Rancangan-Nya yang tidak terselami dan pasti ada Kasih di dalamnya (bisa dirasakan secara intuisi, tapi susah untuk dideskripsikan pake ilmu dunia).

Menurut saya, ada beberapa faktor penghambat untuk bisa Percaya penuh antara lain, Ego, kesombongan, terlalu mengandalkan pengertian sendiri (duniawi).

Kalau kita mau minta agar dipenuhi Hikmat Roh Kudus, kosongkan dulu "Gelasnya" (Merasa bodoh, tidak bisa dan tidak punya apa2).

Dalam kenyataan, memang susah untuk menyelaraskan Kehendak kita dengan Kehendak-Nya, tapi kalau kita mau dengan rendah hati meminta kekuatan dari-Nya untuk memampukan hal itu, maka pasti bisa.

BTW, kalau dia percaya penuh berarti dia juga Bersyukur, ada Damai Sejahtera, Bahagia ? Depresi ada ga ?

Salam Damai Sist...

Tuhan memberkati...

Webtoon kontennya memang kocak-kocak ka Ayu Sari..

Siapp ka...

AYUSARI311 tulis:

Ini sempat terinspirasi dr webtoon, hidup itu bercanda yg serius cuma mati hehe, jadi apa-apa bawa bercanda, serius tp santai Dr pada pusing ~_~v hehehe

Sama-sama y, kembali kasih :)

SKY790 tulis:

jika ada yang berpendapat orang yang depresi itu tidak percaya Tuhan, saya kurang setuju (maaf ini menurut saya) setiap manusia mempunyai "bibit depresi" (koreksi jika saya salah) dan banyak kok faktor penyebabnya. tekanan yang terus menerus bisa jadi gunung meletus.

karena itu jangan lupa ajaran kasih,dan ingat kemampuan diri,  jika lelah yah istirahat, jika ngantuk yah tidur, jika bosan yah refresing.  jangan lupa bahagia karena orang lain tidak bertanggung jawab atas kebahagianan kita.

kebahagiaan itu milik orang orang yang bersyukur

Setuju sekali dengan ini, siapa saja bisa kena, di usia kapan saja, mari kita memilih untuk berbahagia

RYANTA704 tulis:

Nice thread, numpang nyimak

Ikut bagi pendapat juga boleh lho :)