Dunia asmara, kebahagiaan, penderitaan dan realita
-
20 Juni 2018
Bener bgtt ini,,realita yg byk dijumpai sebenarnya yg seperti ini
YUDISAJA095 tulis:
Dalam dunia asmara apakah menurut anda yang paling pantas pria bahagiakan adalah wanita yang menerima ada adanya si pria?
....Seperti itu apakah menurut anda itu adalah penderitaan? Apakah bersikap seperti itu ia akan mendapat kebahagiaannya?
21 Juni 2018 diubah oleh JODOHKRISTEN
-
20 Juni 2018
Kalo menurut saya. Kalau cinta pasti memberikan yg terbaik dan berkorban. Efeknya melihat orang yg dicinta bahagia,jd ikut bahagia.
-
20 Juni 2018
Hahahaha iya nih, dari kemarin mo komen, ni thread kok ky ucapannya Cu pat kay yah.. "Inilah cinta, deritanya tiada akhir.." 😅😂
Ya mungkin ada benarnya. Karena cinta itu butuh pengorbanan. Apalagi untuk pasangan seumur hidup. Coz life is about take and give.
Bagi yg terus berjuang demi pasangan yg tidak sepenuhnya untuknya, itulah bagian dari pengorbanan. Karena apa yang telah dipersatukan Tuhan, tidak dapat dipisahkan oleh manusia (seharusnya).
Lain hal apabila yang berjuang itu masih dalam tahap pengenalan (pacaran). Itu namanya pembodohan 😁 sorry to say
BUCEK671 tulis:
Berat bro bahasan nya.. 😅
Gw cm mau komen :
" Sejak dahulu begini lah cinta , penderitaan nya tiada pernah berakhir "
#sungokongpergikebaratmengambilkitabsuci 😄
-
20 Juni 2018
YUDISAJA095 tulis:
Terima kasih atas jawaban-jawabannya.....................
....Di situlah kita akan menemukan esensi dari cinta itu sendiri, yaitu tentang memberi.....
Bagaimana menurut anda?
Saat menderita, kita sdr yg merasakan.
Saat bahagia, kita sdr juga yg rasa.
Kesimpulan yg kudu di reset diri sendiri. 😊🙏🏻
Emosi bahagia, senang, sedih, sengsara, marah, dll sumbernya adalah pikiran diri sendiri.
Respon dari baca tanggapan di JK, respon dari dengar pendapat lisan orang lain, semua respon adl tanggung jawab pribadi. Refleksi diri.😊
Bila pribadi kita punya kontrol atas respon3 external, maka kita bisa menentukan untuk selalu bahagia dan merespon kpd org lain positif.
Selama masih menggantungkan kebahagiaan diri sendiri pada seseorang/ lembaga(pernikahan)/ keadaan/ uang/ dll, kebahagiaan yg diraih tidak kekal.
Senyum dan kebahagiaan itu menular. 😊😊
21 Juni 2018 diubah oleh JODOHKRISTEN
-
20 Juni 2018
Seyogyanya, dalam segala relationship kita kudu menerapkan Kasih seperti Yesus ajarkan, apalagi kalau sudah masuk dalam ikatan pernikahan kudus (Satu Daging)...Prinsip mencintai istri dan keluarga/anak harus mengikuti Rumus : Kasihilah mereka seperti engkau mengasihi dirimu...ini syarat buat mereka yang mau langgeng dan bahagia dalam kehidupan perkawinan.
Salam Damai...
Tuhan memberkati...
-
20 Juni 2018
Sist...menurut saya justru berjuang/berkorban sama" dalam masa pengenalan (pacaran) itu lebih "Pure" lho...itu salah satu bukti keseriusan pasangan untuk mau sama" belajar menapaki langkah ke jenjang perkawinan dengan tujuan untuk hidup langgeng dan bahagia (biar nanti pas nikah ga kaget lagi karena sudah saling tahu kartu as dan selalu ingat akan perjuangan bersama waktu pacaran).
Berakit rakit ke hulu...berenang renang ke tepian...
Salam Damai Sist...
Tuhan memberkati...
LIEZT708 tulis:
Hahahaha iya nih, dari kemarin mo komen, ni thread kok ky ucapannya Cu pat kay yah.. "Inilah cinta, deritanya tiada akhir.." 😅😂
Ya mungkin ada benarnya. Karena cinta itu butuh pengorbanan. Apalagi untuk pasangan seumur hidup. Coz life is about take and give.
Bagi yg terus berjuang demi pasangan yg tidak sepenuhnya untuknya, itulah bagian dari pengorbanan. Karena apa yang telah dipersatukan Tuhan, tidak dapat dipisahkan oleh manusia (seharusnya).
Lain hal apabila yang berjuang itu masih dalam tahap pengenalan (pacaran). Itu namanya pembodohan 😁 sorry to say
-
20 Juni 2018
Bener nih..kan sbnrnya udh sy jelaskan cm di tdk paham maunya pemahaman serta persepktif dirinya sndiri dan justru dia yg jaka sembung serta seperti Menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri serta bro jgn kebanyakan buku filosifi bro sdh bobo blm dulu siapa tahu lelah..haha..😁😁
MAYA509 tulis:
Saat menderita, kita sdr yg merasakan.
Saat bahagia, kita sdr juga yg rasa.
Kesimpulan yg kudu di reset diri sendiri. 😊🙏🏻
Emosi bahagia, senang, sedih, sengsara, marah, dll sumbernya adalah pikiran diri sendiri.
Respon dari baca tanggapan di JK, respon dari dengar pendapat lisan orang lain, semua respon adl tanggung jawab pribadi. Refleksi diri.😊
Bila pribadi kita punya kontrol atas respon3 external, maka kita bisa menentukan untuk selalu bahagia dan merespon kpd org lain positif.
Selama masih menggantungkan kebahagiaan diri sendiri pada seseorang/ lembaga(pernikahan)/ keadaan/ uang/ dll, kebahagiaan yg diraih tidak kekal.
Senyum dan kebahagiaan itu menular. 😊😊
-
20 Juni 2018
Menurut saya Threadnya bagus kok. Penulis ingin menyampaikan bahwa sebaiknya tiap pasangan yang ingin menikah sudah mengerti dahulu apa arti Cinta Kasih sejati (saling memberi) dan Kebahagiaan yang sejati. Cinta Kasih yang palsu adalah hanya bersifat kedagingan/egois/nafsu semata, kebahagiaan semu bersifat kondisional/bersyarat. Dua"nya yang semu itu adalah fana/tidak kekal. Bagaimana jika kedua sifat yang "Fana" itu diterapkan dalam suatu kehidupan Perkawinan yang pastinya akan bersifat dinamis (ekonomi pasang surut, usia bisa tua dan nanti ga cantik/ganteng lagi).
Kalau mereka sudah bisa memahami arti Cinta Kasih yang Sejati dan Kebahagiaan yang sejati, maka secara mental mereka sudah siap untuk mencoba mengikatkan diri dalam suatu Perkawinan yang sakral.
BTW...bagi yang masih penasaran baca aja Filsafat Kho Ping Ho...banyak kok ajaran filsafatnya yang mengena banget...sekilas emang aneh filsafat"nya, tapi setelah direnungkan ternyata benar....
Salam Damai...
Tuhan memberkati...
-
21 Juni 2018
Santai bro, rilekssssss, ya elah mas mas, msh juga dibahas, masih belum bisa menerima ya, sampai bawa-bawa buku filosofi segala, kalau belum terima ya... ya sudah saya minta maaf kalau menyakiti perasaan anda, saya tidak bermaksud begitu.
JOHANNES459 tulis:
Bener nih..kan sbnrnya udh sy jelaskan cm di tdk paham maunya pemahaman serta persepktif dirinya sndiri dan justru dia yg jaka sembung serta seperti Menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri serta bro jgn kebanyakan buku filosifi bro sdh bobo blm dulu siapa tahu lelah..haha..😁😁
-
21 Juni 2018
Saya jg minta maaf ya bro, krn km bersama pendekar jaka sembung menghadapi sy sebagai org biasa..😂😂
YUDISAJA095 tulis:
Santai bro, rilekssssss, ya elah mas mas, msh juga dibahas, masih belum bisa menerima ya, sampai bawa-bawa buku filosofi segala, kalau belum terima ya... ya sudah saya minta maaf kalau menyakiti perasaan anda, saya tidak bermaksud begitu.
21 Juni 2018 diubah oleh JOHANNES459
-
21 Juni 2018
Jika bicara kesimpulan hakekatnya kita semua ya harus menggantungkan diri kepada Tuhan..
Tapi tidak dipungkiri juga, mengandalkan diri sendiri, orang lain, atau apa memang kadang sering dilakukan
Sebenarnya thread ini lebih ke bentuk refleksi diri saja, bahwa dalam asmara itu tidak harus memiliki, tapi bisa untuk saling memberi, tanpa hubungan lebih jauh, intinya sebenarnya di situ, jadi lebih ke mekanisme bagaimana membangun hubungan dari awal untuk saling memberi yang terbaik atau semampunya, bukan berangkat dari keinginan memiliki dan memberi berharap kembali. Lebih ke arah situ.MAYA509 tulis:
Saat menderita, kita sdr yg merasakan.
Saat bahagia, kita sdr juga yg rasa.
Kesimpulan yg kudu di reset diri sendiri. 😊🙏🏻
Emosi bahagia, senang, sedih, sengsara, marah, dll sumbernya adalah pikiran diri sendiri.
Respon dari baca tanggapan di JK, respon dari dengar pendapat lisan orang lain, semua respon adl tanggung jawab pribadi. Refleksi diri.😊
Bila pribadi kita punya kontrol atas respon3 external, maka kita bisa menentukan untuk selalu bahagia dan merespon kpd org lain positif.
Selama masih menggantungkan kebahagiaan diri sendiri pada seseorang/ lembaga(pernikahan)/ keadaan/ uang/ dll, kebahagiaan yg diraih tidak kekal.
Senyum dan kebahagiaan itu menular. 😊😊
-
21 Juni 2018
Anda luar biasa, dari pagi kemarin sampai sekarang mantengin terus JK, saya salut.
JOHANNES459 tulis:
Saya jg minta maaf ya bro, krn km bersama pendekar jaka sembung menghadapi sy sebagai org biasa..😂😂
-
21 Juni 2018
Saya pakai joki..😂😂
YUDISAJA095 tulis:
Anda luar biasa, dari pagi kemarin sampai sekarang mantengin terus JK, saya salut.
-
21 Juni 2018
Iya saya setuju dengan anda, hanya saja bahasannya dalam bentuk relasi awal, belum masuk pernikahan, bahkan belum masuk dalam pacaran, tapi masih tahap dalam pendekatan.
Jika dalam pernikahan, itu sudah jelas sangat berbeda, mau tidak mau, status pernikahan harus diperjuangkan, apapun masalahnya, karena pernikahan hanya satu kali/sampai maut memisahkan.RONNY542 tulis:
Seyogyanya, dalam segala relationship kita kudu menerapkan Kasih seperti Yesus ajarkan, apalagi kalau sudah masuk dalam ikatan pernikahan kudus (Satu Daging)...Prinsip mencintai istri dan keluarga/anak harus mengikuti Rumus : Kasihilah mereka seperti engkau mengasihi dirimu...ini syarat buat mereka yang mau langgeng dan bahagia dalam kehidupan perkawinan.
Salam Damai...
Tuhan memberkati...
-
21 Juni 2018
Intinya apa ya sbnrnya? Yg kutangkap TS bermaksud bertanya 1) kenapa kita bersusah payah membahagiakan kekasih/gebetan namun disia2kan oleh org yg dicintainya itu. Mungkin ditinggalkan, atau sekedar dicuekin. 2) Lalu haruskah kita tetap berjuang membahagiakan dirinya?
1. Matthew Hussey (penasehat kencan) di youtube pernah bicara ttg membahagiakan org yg kita cintai (lawan jenis). Katanya, jika org itu kurang mencintai kita ya dia akan menyia2kan pengorbanan kita. Semua yg kita lakukan (memberikan wkt kita buat dia sampe kita batalin janji sm temen2) ga dihargainya. Malah dicuekin. Tau2 dia batalin janji dng kita dng santainya.
2.Sementara stop dulu membahagiakan dia. Lihat dulu, apakah dia menghargaimu. Klo kado yg kamu kasih cuma dilihat dng cemberut, diajak makan enak ga berterimakasih, diajak jalan malah banyak cancel sebaiknya di stop dulu aja. Tunggu smpe dia respek ke kamu (ga cancel2, kalo diajak makan apapun berterimakasih) barulah dia layak dibahagiakan.Ini jg teori Matthew Hussey.
-
21 Juni 2018
Sebenarnya berjuang dan berkorban dalam dunia asmara, tidak selalu lebih "pure" karena dalam berjuang, orang bisa menjadi orang lain, tidak menjadi dirinya
Orang bisa berjuang atau berkorban, tapi tidak merasa melakukan itu, itu yang seharusnya terjadi, jadi dia melakukannya ya memang dia mau, dia ingin, karena saya cinta dia, tidak berharap untuk kembali, ini jauh lebih "pure".
Mengapa begitu?
Ketika saat pdkt atau pacaran, orang sudah jadi dirinya sendiri, tidak ada yang ditutupi, dan pasangan bisa menerima apa adanya, bukan ada apanya, maka akibat dari ini adalah hubungan menjadi mengalir lebih alami, dan jika memang mereka cocok, mereka akan jalan terus.
Ketika sudah menikah, pasangan sudah tahu, orang ini seperti apa, karena dari pdkt hingga pacaran dia sudah jadi dirinya sendiri, berjuang bukan untuk mempertahankan hubungan, tapi karena itu wujud cinta.
Dalam pernikahan akhirnya tidak semata tentang status, tapi juga tentang bagaimana mewujudkan cinta itu dalam bentuk komitmen dan janji. Menjadikan Tuhan sebagai yang utama dan pusat.
Di situlah hubungan akan langgeng dan bahagia.RONNY542 tulis:
Sist...menurut saya justru berjuang/berkorban sama" dalam masa pengenalan (pacaran) itu lebih "Pure" lho...itu salah satu bukti keseriusan pasangan untuk mau sama" belajar menapaki langkah ke jenjang perkawinan dengan tujuan untuk hidup langgeng dan bahagia (biar nanti pas nikah ga kaget lagi karena sudah saling tahu kartu as dan selalu ingat akan perjuangan bersama waktu pacaran).
Berakit rakit ke hulu...berenang renang ke tepian...
Salam Damai Sist...
Tuhan memberkati...
-
21 Juni 2018
Sebenarnya jika ingin membahagiakan seseorang pada momen-momen tertentu cukup bagaimana orang itu bisa tertawa lepas dan merasa senang, bisa dalam bentuk candaan, tebakan-tebakan seru dan sebagainya.
Orang yang melakukan seperti itu juga perlu lepas untuk lebih ingin memiliki, tapi lebih memberi, umumnya, jika orang yang diberi itu tahu, pasangannya tulus, memberi tidak berharap kembali, ia akan nyaman dengan sendiri, masalah tentang nanti ia cinta atau tidak, tidak ada yang tahu, tapi setidaknya ia tahu bahwa ada orang yang benar-benar ingin memberi untuk dia.
Jadi intinya jika kita ingin memberi ya beri, jika tidak ya tidak, yang banyak bermain buka ekspektasi atau logika tapi intuisi dan spontanitas.ANITA089 tulis:
Intinya apa ya sbnrnya? Yg kutangkap TS bermaksud bertanya 1) kenapa kita bersusah payah membahagiakan kekasih/gebetan namun disia2kan oleh org yg dicintainya itu. Mungkin ditinggalkan, atau sekedar dicuekin. 2) Lalu haruskah kita tetap berjuang membahagiakan dirinya?
....
Tunggu smpe dia respek ke kamu (ga cancel2, kalo diajak makan apapun berterimakasih) barulah dia layak dibahagiakan.Ini jg teori Matthew Hussey.21 Juni 2018 diubah oleh JODOHKRISTEN
-
21 Juni 2018
Ini menurut saya; Memang agak sulit kalo terpaku pada kata memiliki. Menikah-pun sebenarnya tidak membuat seseorang menjadi memiliki (suami atau istri). Bila memiliki lalu apakah bisa dikatakan; suami menjadi pemilik istri atau istri jadi pemilik suami? atau saya memiliki dia dan dia memiliki saya. Milik dan pemilik. Kalau sudah jadi pemilik semoga tidak jadi pemilik yang berkuasa penuh ya.. Menurut saya; cinta entah itu berakhir dengan pernikahan atau tidak memang sebenarnya dan seharusnya tidak menuntut memiliki.
YUDISAJA095 tulis:
Terima kasih atas jawaban-jawabannya.....................
Sebenarnya bukankah yang banyak orang cari adalah kebahagiaan....................
....Di situlah kita akan menemukan esensi dari cinta itu sendiri, yaitu tentang memberi.....
Bagaimana menurut anda?
21 Juni 2018 diubah oleh JODOHKRISTEN
-
21 Juni 2018
Secara over all saya sependapat dengan anda. Reply saya tadi itu hanya untuk menanggapi apa yang dikatakan Sist Liezt (Pengorbanan dalam masa pacaran adalah pembodohan). Menurut saya Cinta Kasih yang murni dalam suatu hubungan adalah "Saling" memberi tanpa mengharapkan imbalan. Bahagia jika pasangan bahagia, jika pasangan menolak pemberian (apapun bentuknya) jangan terlalu dibaper. Memang Cinta yang tulus sulit untuk diterapkan dalam suatu relationship antara seorang pria dan wanita...karena dalam kenyataannya, banyak ego yang bermain disitu (diperlukan pemahaman sifat "Satu Daging" yang mumpuni). Sebaiknya juga di dalam masa pacaran serius sudah mulai belajar untuk saling mencintai secara tulus.
Salam Damai Bro...
Tuhan memberkati...
YUDISAJA095 tulis:
Sebenarnya berjuang dan berkorban dalam dunia asmara, tidak selalu lebih "pure" karena dalam berjuang, orang bisa menjadi orang lain, tidak menjadi dirinya
....
Di situlah hubungan akan langgeng dan bahagia.21 Juni 2018 diubah oleh JODOHKRISTEN
-
21 Juni 2018
YUDISAJA095 tulis:
Sebenarnya jika ingin membahagiakan seseorang pada momen-momen tertentu cukup bagaimana orang itu bisa tertawa lepas dan merasa senang, bisa dalam bentuk candaan, tebakan-tebakan seru dan sebagainya.
Orang yang melakukan seperti itu juga perlu lepas untuk lebih ingin memiliki, tapi lebih memberi, umumnya, jika orang yang diberi itu tahu, pasangannya tulus, memberi tidak berharap kembali, ia akan nyaman dengan sendiri, masalah tentang nanti ia cinta atau tidak, tidak ada yang tahu, tapi setidaknya ia tahu bahwa ada orang yang benar-benar ingin memberi untuk dia.
Jadi intinya jika kita ingin memberi ya beri, jika tidak ya tidak, yang banyak bermain buka ekspektasi atau logika tapi intuisi dan spontanitas.Perlu diingat, semakin kita berbuat baik/berkorban demi seseorang semakin kita berharap disayang/ dihargai olehnya. Hati2, krn org tsb blm tentu jg semakin sayang atau menghargai kita.
Kenyataannya, berdasarkan pengamatanku org lbh menghargai org lain yg santai aja ga berusaha bikin surprise ini itu. Kayaknya kalo kita nunjukkin banget kita sayang seseorang sampe kita bikin surprise, korbanin waktu kita nganterin dia ke mana2 dianya nganggep kita udh desperate suka sama dia. Makanya dia jadi kurang menghargai jasa2 kita. Malah cuek. (Didukung oleh buku "Why Men Love Bit*hes).
21 Juni 2018 diubah oleh ANITA089
-
21 Juni 2018
MEIMEI833 tulis:
Kalo menurut saya. Kalau cinta pasti memberikan yg terbaik dan berkorban. Efeknya melihat orang yg dicinta bahagia,jd ikut bahagia.
Semoga dia pun menghargai pengorbananmu. Banyak org yg justru meremehkan, menyia2kan pengorbanan gebetan/kekasihnya. Sdh dibantu eh malah marah-marah, jalan sm yg laen, atau melunjak minta ini itu.
Sebaliknya, kuamati bhw banyak org yg engga berkorban demi gebetan/kekasihnya malah lebih disayang, diinginkan oleh kekasihnya itu. Mungkin kalo kita berkorban demi seseorg kita malah terlihat desperate alias putus asa ingin memilikinya. Makanya dia jadi kurang menghargai kita. Tapi kalo kita santai aja/ga berkorban dia malah respek ke kita krn dialah yg jadinya takut kehilangan kita. (sumber: "Why Men Love Bit*hes").
21 Juni 2018 diubah oleh ANITA089
-
21 Juni 2018
Saya baca juga bukunya, why men love bit* ini kayaknya panduan buat cewek ya, kalo untuk cowok kalo memang benar mencintai si cewek, dia akan selalu mengejar dan memberikan sesuatu sebagai bukti cintanya. Jadi saya setuju pendapat anita (dari sisi cewek) dan yudi ( dari sisi cowok). Tapi kalo sudah menikah mungkin take and give nya jadi lebih balance. Salah nggak ? Sharing ya
ANITA089 tulis:
Semoga dia pun menghargai pengorbananmu. Banyak org yg justru meremehkan, menyia2kan pengorbanan gebetan/kekasihnya. Sdh dibantu eh malah marah-marah, jalan sm yg laen, atau melunjak minta ini itu.
Sebaliknya, kuamati bhw banyak org yg engga berkorban demi gebetan/kekasihnya malah lebih disayang, diinginkan oleh kekasihnya itu. Mungkin kalo kita berkorban demi seseorg kita malah terlihat desperate alias putus asa ingin memilikinya. Makanya dia jadi kurang menghargai kita. Tapi kalo kita santai aja/ga berkorban dia malah respek ke kita krn dialah yg jadinya takut kehilangan kita. (sumber: "Why Men Love Bit*hes").
-
21 Juni 2018
Sebenarnya cinta dan sayang agak berbeda, cinta lebih ke memberi, sayang itu lebih ke rasa ingin memiliki atau mempertahankan, misal punya barang apa, terus bilang aq sayang sama barang ini, gak mau kehilangan, atau sayang-sayang kalau barang ini hilang, jadi sayang lebih pada rasa tidak ingin kehilangan...
Dalam konteks asmara, cinta berbeda dengan sayang, cinta ingin memberi yang terbaik, semampunya, jadi dengan memberi, dia sudah bahagia, artinya memberi tidak berharap kembali, jika dia pergi dengan orang lain, ya dia tetap bisa bahagia, karena dia ingin yang terbaik untuk dia.......
Dalam dunia realitas yang perlu dibangun adalah cinta, sayang memang perlu dibangun dalam hubungan status, tapi perlu diingat bahwa sayang itu dibangun berdasarkan cinta, bukan sebaliknya...
Rasa sayang dibangun sebagai bumbu-bumbu asmara, tapi tetap nomor satu adalah ingin memberi yang terbaik atau semampunya, jika ingin memberi ya beri, jika tidak ya tidak, sehingga lebih tulus....
Di sini diperlukan ada prinsip yang tegas pada diri sendiri dan pasangan, tetap bisa berkata tidak jika tidak sesuai prinsip........ misal pasangan selalu minta antar ke mana, di sini diperlukan ketegasan untuk bilang tidak jika memang ia sedang sibuk dan sebenarnya si pasangannya bisa sendiri....
Kecuali si wanita gak bisa dan itu sangat mendesak, baru berbeda.....
Dengan demikian si pria akan lebih menjadi dirinya sendiri, dan saat wanita terbiasa dengan itu, maka orang yang dia cintai, adalah benar-benar dia, bukan dia menjadi orang lain......
Dengan demikian hubungan akan lebih banyak saling memberi saat hubungan itu ada status dan cinta, bukan lebih banyak saling menuntut, atau saling menguasai.....ANITA089 tulis:
Perlu diingat, semakin kita berbuat baik/berkorban demi seseorang semakin kita berharap disayang/ dihargai olehnya. Hati2, krn org tsb blm tentu jg semakin sayang atau menghargai kita.
Kenyataannya, berdasarkan pengamatanku org lbh menghargai org lain yg santai aja ga berusaha bikin surprise ini itu. Kayaknya kalo kita nunjukkin banget kita sayang seseorang sampe kita bikin surprise, korbanin waktu kita nganterin dia ke mana2 dianya nganggep kita udh desperate suka sama dia. Makanya dia jadi kurang menghargai jasa2 kita. Malah cuek. (Didukung oleh buku "Why Men Love Bit*hes).
21 Juni 2018 diubah oleh YUDISAJA095
-
21 Juni 2018
Ijin nyimak... seru jg topiknya...
-
21 Juni 2018
YUDISAJA095 tulis:
Dalam dunia asmara apakah menurut anda yang paling pantas pria bahagiakan adalah wanita yang menerima ada adanya si pria?
Begitu juga sebaliknya, apakah yang paling pantas wanita bahagiakan adalah pria yang mau menerima apa adanya si wanita?
kalau mau diselamin tujuan akhir dari membahagiakan pasangan adalah membahagiakan diri sendiri(menurut saya ya bro)
Jika anda setuju demikian, mengapa realita banyak sebaliknya?
Kenapa banyak pria ataupun wanita terus berjuang untuk orang-orang yang tidak mau menerima dia apa adanya?
mereka(wanita/pria)trus berjuang untuk membahagiakan diri sendiri(karena membahagiakan pasangan sama saja membahagiakan diri sendiri)
Apakah cinta adalah tentang pengorbanan, tidak apa-apa aku menderita asal ia bahagia?
Apakah dengan penderitaanya itu, ia akan menemukan kebahagiaanya?
ini berbicara tentang memperjuangkan cinta untuk mencapai kebahagian mas bro menurut saya(bukan pengorbanan yang sia-sia)
Atau sebenarnya cinta itu adalah tentang menerima pasangan apa adanya, tidak apa-apa aku tidak mencintainya, asal ia mau menerima aku apa adanya? Tulus padaku..
Seperti itu apakah menurut anda itu adalah penderitaan? Apakah bersikap seperti itu ia akan mendapat kebahagiaannya?
kalau hanya memahaminya hanya sebatas proses maka terlihat sisi negative ya mas bro tapi kalau kita melihat pada ujung pencapaiannya maka akan bisa dilihat bahagia didapat atau tidak
*maaf kurang pasih sama yang namanya cinta-cintaan😀😀