Status cerai, apakah karena kita tidak taat ?
-
29 Juli 2019
Dulu agamanya apa sist ? Dan suami dulu agamanya apa ? Nikah lagi setelah cetai atau nikah lagi dlm keadaan masih nimah dgn sist ?...
Tapi jmn skrg bnyk loh ngaku cerai tp belum resmi alias masih suami orang dan kita yg wanita klo ga cerdas dan terlibat hubungan dengan pria status kyk gtu bisa sakit hati dan disebut pelakor.
Berlaku jg utk wanita yg belum resmi cerai udah ngaku cerai dan menjalin hbgn dgn laki2 lain bisa disebut pebinor.
Alangkah baiknya jika berhbngan dgn pria atau wanita cerai, mnta akta cerainya dan salinan putusan cerainya dan mencari tahu ke mantan nya knp cerai, jgn dengar dari satu sisi aja.
PRISKILA458 tulis:
Klw sy cerai krna suami nikah lg...dan perceraian terjadi waktu sy blm mengenal Yesus
-
29 Juli 2019
Bagus sist. Tapi bicara mudah. Semakin tinggi pohon semakin banyak angin nya.
Harus praktek langsung supaya bisa mengukur diri kita ke orang lain yg telah mengalami.
Semoga sist cepat dapat pasangan dan bisa praktek langsung ya.
RIBKA779 tulis:
Saya berdoa minta pada Tuhan di pertemukan laki2 yg berkualitas, yg takut Tuhan dan mengerti firman-Nya.berdoa minta Tuhan pagari dan jaga rumah tangga saya agar di jauhkan dr segala hal yg tidak baik termasuk dr pihak ke 3 dan seterusnya.saya percaya sekali " apa yg kita ucapkan di hadapanTuhan, itu yg akan Dia kerjakan atas hidup kita " amin
-
29 Juli 2019
Cerdas ! Saya suka respon kamu karena mmng belum pernah rasain.
Yang lucu itu belum pernah nikah terus pacaran putus terus bahkan belum pernah pacaran tapi sok2an menasehati dan mengajari dan memberi tanggapan kepada mereka yg telah menikah lalu cerai.
Parahnya menggunakan ayat alkitab dengan comot sana sini. Dia ga tahu klo ayat Alkitab itu terdiri dari perjanjian lama yaitu dari kejadian sampai maleakhi dan perjanjian baru dari matius sampai wahyu.
MEIMEI833 tulis:
Aku ga bs Komen byk ttg perceraian.
Belon merit jg.
-
29 Juli 2019
Tapi bukankah Anda membuat topik ini agar didiskusikan bersama? Atau mungkin saat membuat topiknya sebaiknya di awal2 sudah disampaikan batasan siapa yang boleh ikut memberikan komentar (kalau Anda ingin seperti itu). Sebenarnya tidaklah harus mengalami dahulu st kejadian agar kita bisa memahami kejadian/keadaan tsb.bBerdiskusi dengan sehat tentu akan membuka wawasan bagi semua.
JOYPRETTY780 tulis:
Cerdas ! Saya suka respon kamu karena mmng belum pernah rasain.
Yang lucu itu belum pernah nikah terus pacaran putus terus bahkan belum pernah pacaran tapi sok2an menasehati dan mengajari dan memberi tanggapan kepada mereka yg telah menikah lalu cerai.
Parahnya menggunakan ayat alkitab dengan comot sana sini. Dia ga tahu klo ayat Alkitab itu terdiri dari perjanjian lama yaitu dari kejadian sampai maleakhi dan perjanjian baru dari matius sampai wahyu.
-
29 Juli 2019
Saya ikut nyimak aja, soalnya belum pernah nikah...
Dengan menyimak diskusi teman teman semua, bisa menambah pengetahuan saya..
29 Juli 2019 diubah oleh IKA626
-
30 Juli 2019
Hmm
Cerai ada sebabnya
Banyak yang mengecam perceraian
Tapi apakah mereka yg mengecam berpikir
Kalau kita semua membutuhkan bahagia
Jangan menjadikan pernikahan sebagai jebakan
Jika pasangan melanggar peraturan dan janji pernikahan kita harus bisa menerima itu , tentu tidak !
Karena kita manusia dan tidak sempurna
Maka dari itu susah untuk kita menerima hal yang sangat mengecewakan dan menyakiti , mungkin bisa dimaafkan tapi tetap membekas jadi menurut pandangan saya perceraian dlm sebuah rumah tangga adalah resiko dan jalan keluar terakhir jika semua opsi sudah tidak bisa diambil
-
3 Agustus 2019
ANTO381 tulis:
Kalau bicara soal iman dan ajaran TUHAN YESUS, ya mau gak mau kita yg bercerai itu bukti jita tidak taat harus nerima kalau dibilang tdk taat (ketaatan: melakukan dg benar sesuai yg diperintahkan). Seperti halnya: orang mencuri, membunuh. Fakta itu tdk sesuai Firman Tuhan.
Matius 19:6
Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."
Jadi klo adh terlanjur gimana? Ya harus bayar harga. Orang terima Tuhan Yesus aja ada harga yg harus dibayar koq yaitu meninggalkan cara hidup lama yg tdk lagi sesuai dengan yg Tuhan Yesus ajarkan.
Ini bayar harganya:
Lukas 16:18
Setiap orang yang menceraikan isterinya, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah; dan barangsiapa kawin dengan perempuan yang diceraikan suaminya, ia berbuat zinah."
Trus mereka yg bercerai trus mau menikah lagi gimana?
Kembali ke mindset ybs, mau taat Firman Tuhan atau pemikiran manusia dan hukum manusia?
Toh apapun konsekuensinya dia sendiri yg akan jalani. Orang lain hanya bisa mengingatkan akan Firman Tuhan. Kepurusan ya ditangan masing2...
Bagi yg bercerai entah apapun penyebab atau alasannya ya gk usah baper kalau ada yg mengatakan/ menghakini bahwa kanu tidak taat, dg segala konsekuensi nya.
Sebaliknya bagi org lain ya gak usah terlalu kecewa kalo apa yg dia ingatkan atau sikap dia yg tetap pegang firman dianggap cuma bisa omong, gk mau tau bagaimana dia jalani hidup dia.
Jadi klo yg bercerai trus merasa dianggap rendah karena dipandang sebelah mata oleh sebagian orang, ya anggap itu sebagian dari harga yg harus dia bayar.
Jadi silakan masing2 kita bersikap. Tentunya jga bersiaplah dg segala konsekuensinya.
Orang berbuat baik memberkati orang lain saja selalu masih ada yg mencurigai, memandang sebelah dll.
Bro & sis, dalam membangun sebuah rumah tangga itu tidak semudah saat berpacaran (pacaran saja banyak godaan). Umumnya, setelah menikah baru akan tahu semua sifat yg kurang baik dari pasangan. Zaman sekarang banyak kejadian yg tidak seperti dahulu (saat awal Alkitab disusun oleh para rasul). Jadi kalau dalam lingkup Katolik, ada yg namanya hukum Kanonik yg diputuskan oleh Paus (sebagai perwakilan para Rasul untuk membina umat dalam tata cara kehidupan bersosial masyarakat). Hukum Kanonik ini dikaji berdasarkan Firman Tuhan (Alkitab) dan diselaraskan dengan perkembangan zaman.
Dalam hukum Kanonik yg mengatur tentang perceraian ada kasus-2x tertentu yg diperkenankan, mis :
- Salah satu pasangan menderita gangguan mental
- Salah satu pasangan dapat membahayakan nyawa pasangannya.
- dan ada hal lainnya lagi yg saya tidak ingat (bagi yg tahu silahkan menambahkan).
Kalau menurut pandangan pribadi saya, jika seorang sudah melakukan KDRT (verbal maupun fisik) itu sudah tidak benar dan apabila tetap dipertahankan terus menerus akan menyebabkan bahaya kehilangan nyawa pasangan (terbukti banyak kasus pembunuhan yg terjadi di masyarakat saat ini). Kalau sudah seperti ini apa benar hukum agama sendiri yg kaku tidak perlu direvisi (lihat case by case)? Bukankah dalam hukum Taurat itu awalnya dibuat agar umat Israel taat dan patuh kepada Tuhan? Lalu kedatangan Tuhan Yesus ke dalam dunia ini kan salah satu tujuannya juga untuk menyempurnakan hukum Taurat dalam pelaksanaan / penerapannya di kehidupan umat yg saat itu telah diselewengkan oleh ahli Taurat, Orang Farisi & Imam-imam? Tuhan Yesus menyederhanakannya menjadi hukum "Kasih". Silahkan cek sendiri apa itu Kasih menurut Alkitab, apa benar kasih itu sudah diterapkan dengan benar sesuai Alkitab dalam keluarga yg terjadi KDRT?
Jadi kita juga harus tahu (tanya kepada Pastur, Pendeta atau yg paham benar mengenai Alkitab) sebelum kita menyebutkan ayat atau hukum Alkitab bila tidak tahu persis keadaan (dalam konteks seperti apa Tuhan memberikan pelajaran tersebut). So, Bro & Sis jangan kita mudah mengeluarkan vonis untuk memandang rendah perceraian. Kita harus realistis dengan keadaan yg terjadi, cobalah belajar untuk menempatkan diri anda sebagai orang yg mengalaminya. Bagaimana perasaan anda? Kita jangan munafik, saat anda mengalami sendiri keadaannya pasti akan terasa berat untuk membuat keputusan yg terbaik. Jadi menurut pendapat pribadi saya, orang yg memandang rendah kepada orang yg bercerai itu salah besar. Memang hak pribadi anda menyatakan pendapat, tetapi alangkah bijaksana dan dewasa secara mental bila anda dapat melihat suatu masalah dengan menempatkan diri dalam posisi yg mengalaminya lalu tanya ke dalam hati nurani anda sendiri apa yg akan anda lakukan bila sebagai dia? Ingat, Tuhan Yesus mengajarkan bahwa hukum "Kasih" adalah yg paling utama ditekankan dalam setiap pengajarannya. Sebagai contoh : Tuhan Yesus pernah dikecam oleh Orang Farisi, Imam-imam dan ahli Taurat saat berbicara dengan seorang wanita yg dianggap pelacur. Apa jawaban yg diberikan? Silakan anda cari sendiri dan renungkan.
Maaf apabila ada yg memiliki pandangan berbeda/ tidak sependapat dengan saya.
Salam Damai. Tuhan beserta kita.
Amien.....🙏🙏🙏
-
3 Agustus 2019
Bro & Sis, kita harusnya malu sebagai anak-2x Tuhan Yesus memperdebatkan status perceraian dari saudara kita seiman. Kalau kita mau introspeksi diri, masalah yg paling mendasar / UTAMA dalam ajaran Kristus adalah "KASIH". Silakan tanya pada diri masing-2x apakah kalian sudah benar-benar menjalankan hukum "Kasih" tersebut dalam kehidupan sehari-hari?
Dalam mengutip ayat sebaiknya kita pahami betul konteksnya dalam hal situasi dan kondisi saat disampaikan oleh Tuhan. Kalau semua cuma diartikan secara harfiah maka kita tidak ada bedanya dengan agama lain. Sebagai contoh yg paling utama dalam penerapan
-
3 Agustus 2019
Sebagai contoh penerapan hukum Taurat : "Jangan berzinah".
Tuhan Yesus mengatakan bahwa kalau memandang wanita lain dan MENGINGINKANNYA berarti sudah berzinah. Disini yg ditekankan adalah menginginkan (melihat dengan nafsu birahi, pikiran kotor) ini yg tidak benar dan dianggap dosa oleh Tuhan Yesus. Dalam lain waktu, Tuhan Yesus berbicara dengan seorang wanita yg dianggap sebagai pelacur. Kalau secara sepotong kita kutip saja, akan menjadi penafsiran yg salah. Kok Tuhan malah membela wanita tersebut daripada ahli-ahli taurat, imam-imam dan orang Farisi? Yg diungkapkan adalah penerapan hukum Kasih oleh Tuhan Yesus Jadi kita harus benar-benar minta bimbingan Tuhan untuk dapat memahami arti, maksud dan tujuan dari Firman Tuhan yg dibaca. Oleh karena itu kenapa kita selalu diminta berdoa terlebih dahulu sebelum membaca Firman Tuhan (biasanya minta diberi hikmat kebijaksanaan dalam pembacaan firman tersebut).
-
3 Agustus 2019
Mengenai pria atau wanita umat Kristus itu semua berkelakuan baik atau berkelakuan buruk, ini cara pandang yg salah. Secara kehidupan nyata, banyak orang yg mengaku anak Tuhan malah kelakuannya buruk, tidak mencerminkan sikap Tuhan Yesus. Bahkan ada yg disebut sebagai hamba Tuhan-pun melakukan kejahatan.
Jadi jangan pernah menganggap / menilai orang berdasarkan status sosialnya (jabatan), semua kelakuan atau sikap sehari-hari adalah tanggung jawab pribadi masing-2x. Bahkan Tuhan pernah mengajarkan bahwa orang tua pun tidak bisa dihukum
-
3 Agustus 2019
Orang tua pun tidak dihukum atas dosa yg diperbuat oleh anaknya disaat hari penghakiman, itu menjadi tanggung jawab pribadi masing-2x. Maka kita sebagai umatnya jangan pernah mendahului Tuhan dalam menghakimi ataupun memberi penilaian terhadap sesama manusia. Kita manusia tidak akan mampu berlaku sebagai Tuhan yg memiliki sifat MAHA :
- Tahu
- Pengampun
- Adil
- Bijaksana
- Pengasih & Penyayang
Kita ini manusia yg terdiri dari darah & daging tidak ada satupun yg luput dari dosa baik sengaja maupun tidak disengaja.
-
3 Agustus 2019
Kalau menurut pandangan saya, lebih baik kita selalu memperbaiki diri untuk bertindak selalu berdasarkan "KASIH" yg diajarkan oleh Tuhan Yesus. Dengan sederhananya kita sebelum berbicara, berbuat dan bertindak itu selalu menanyakan ke hati nurani kita sendiri bahwa apa yg akan kita lakukan itu merugikan / menyakiti orang lain atau tidak. Ingat jika kita tidak ingin disakiti oleh orang lain maka kita jangan menyakiti orang lain. Kita harus selalu sadar diri akan apa yg akan kita lakukan sehingga tidak akan mudah dibawa oleh ego (hawa nafsu) yg hanya akan menguntungkan diri sendiri saja / merugikan orang lain. Orang beragama (apalagi seorang tokah agama / panutan / teladan) juga adalah seorang manusia, sehingga merekapun tidak luput dari ego & hawa nafsu. Banyak apa yg disampaikan mereka bertolak belakang dengan tindakan / sikap hidupnya sehari-hari. Jadi yg utama menjadi acuan kita adalah suara hati nurani kita masing-2x / biasa disebut suara bisikan Tuhan, karena hati nurani itu tidak akan pernah berbohong. Yang dapat ditipu adalah badan jasmani oleh akal pikiran kita sendiri dengan alasan untuk pembenaran atas dosa.
-
3 Agustus 2019
JOYPRETTY780 tulis:
Menurut Survey, pria yang pernah cerai pasti cerai lagi. Namun wanita yant cerai, ketika men8kah ke 2x, dia akan sangat hati2 mempertahankan.
Pria yg cerai mati biasanya lebih lekas move on, cenderung memilih wanita sama seperti alm istrinya, apalagi klo ada anak.
Namun wanita yg cerai mati biasanya tidak mau menikah lagi apalagi klo ada anak.
Maaf, Sis. Kurang setuju dengan pendapatnya. Manusia, baik itu pria atau wanita, tetap kembali ke sifat masing-2x. Ada relasi bisnis yg :
- pernikahan pertama dia karena Married By Accident + beda agama (pasangannya) lalu cerai saat anak keduanya baru usia 1 tahun lebih. Pihak istri yg menggugat cerai suami karena ketidak cocokan.
- pernikahan kedua dia married lagi dengan seorang perjaka (lebih muda 3 tahun dari istri), usia perkawinan 5 tahun dapat anak 1 orang dari pernikahan yg ini. Saat anaknya usia 2 tahun, istri kembali menggugat suami dengan alasan faktor ekonomi dan beda perspektif ( padahal dibalik alasan tersebut adalah dia sedang dekat dengan pria asing melalui media sosial ).
Sekedar menegaskan : pihak wanita adalah anak Tuhan yg dari kecil sudah mendapat pendidikan agama Kristen.
Jadi baik dia itu pria atau wanita semua kembali ke sifat dari pribadi masing-2x. Tidak bisa dikatakan bahwa wanita selalu setia dan pria selalu hidung belang / mata keranjang.
-
3 Agustus 2019
ANITA089 tulis:
Wanita yg masih berstatus nona pasti ingin mendapatkan bujangan juga, Joy. Dulu aku juga begitu. Di usia hampir 40 th, aku sapa banyak sekali bujangan, namun ga ada yg berminat. Malah yg berminat pd ku kebanyakan duda, khususnya duda cerai hidup (dng anak). Itulah resiko wanita single di usia jelang 30 th ke atas. Apalagi wanita single berusia 40 th ke atas. Duda cerai mati jumlahnya sedikit, dan kebanyakan sdh opa2 bercucu.
Tapi kamu benar, salinan putusan cerainya hrs dibaca oleh si nona dan ada baiknya si nona komunikasi jg dng mantan istri si duda cerai hidup ini utk mencaritau penyebab perceraian itu. Bukan utk mencari2 kesalahan2 si duda cerai hidup tsb.
Jujur, sebaiknya Nona2 waspada kalo si pria duda cerai hidup ini DIGUGAT krn melakukan KDRT, tdk menafkahi istri, berjudi, kena narkoba dan punya kelainan2 APAPUN. Jika si duda cerai hidup ini adalah penggugat (misalnya krn istri selingkuh) artinya si pria ini kemungkinan pria baik2. Itupun perlu dicaritau jg kenapa istri sampai selingkuh. Apa krn suaminya cuek? jgn sampe Nona nikah dng dia trus dicuekkin jg.
Belum tentu yg tercantum dalam putusan itu (gugatan yg diajukan menggambarkan keadaan sebenarnya). Lha, zaman sekarang apa yg tidak bisa dibuat selama ada uang. Kondisi keadaan seseorang seperti roda yg berputar, Sis. Tapi kalau sifat mudah dilihat dan diamati dari perilaku sehari-hari. Pintar-pintar memperhatikan calon pasangan saja untuk tahu sifat aslinya seperti apa.
-
3 Agustus 2019
GALES610 tulis:
Bro & sis, dalam membangun sebuah rumah tangga itu tidak semudah saat berpacaran (pacaran saja banyak godaan).
....
Maaf apabila ada yg memiliki pandangan berbeda/ tidak sependapat dengan saya.
Salam Damai. Tuhan beserta kita.
Amien.....🙏🙏🙏
Ini jawaban yang paling pas menurut saya pribadi. Tapi susah rahasia umum netijen +62 seperti apa. Apalagi divonis sama yg belum pernah merasakan dunia pernikahan, rasanya hal yang konyol. Nobody wants to divorced.
3 Agustus 2019 diubah oleh JODOHKRISTEN
-
3 Agustus 2019
saya setuju sama kak katharina781... muda, belum mengalami, belum tentu tidak tahu apa apa..
KATHARINA781 tulis:
Tapi bukankah Anda membuat topik ini agar didiskusikan bersama? Atau mungkin saat membuat topiknya sebaiknya di awal2 sudah disampaikan batasan siapa yang boleh ikut memberikan komentar (kalau Anda ingin seperti itu). Sebenarnya tidaklah harus mengalami dahulu st kejadian agar kita bisa memahami kejadian/keadaan tsb.bBerdiskusi dengan sehat tentu akan membuka wawasan bagi semua.
3 Agustus 2019 diubah oleh JODOHKRISTEN
-
3 Agustus 2019
JOYPRETTY780 tulis:
Cerdas ! Saya suka respon kamu karena mmng belum pernah rasain.
Yang lucu itu belum pernah nikah terus pacaran putus terus bahkan belum pernah pacaran tapi sok2an menasehati dan mengajari dan memberi tanggapan kepada mereka yg telah menikah lalu cerai.
Parahnya menggunakan ayat alkitab dengan comot sana sini. Dia ga tahu klo ayat Alkitab itu terdiri dari perjanjian lama yaitu dari kejadian sampai maleakhi dan perjanjian baru dari matius sampai wahyu.
Rasul Paulus tidak menikah.
-
3 Agustus 2019
GALES610 tulis:
Bro & sis, dalam membangun sebuah rumah tangga itu tidak semudah saat berpacaran (pacaran saja banyak godaan). Umumnya, setelah menikah baru akan tahu semua sifat yg kurang baik dari pasangan. Zaman sekarang banyak kejadian yg tidak seperti dahulu (saat awal Alkitab disusun oleh para rasul). Jadi kalau dalam lingkup Katolik, ada yg namanya hukum Kanonik yg diputuskan oleh Paus (sebagai perwakilan para Rasul untuk membina umat dalam tata cara kehidupan bersosial masyarakat). Hukum Kanonik ini dikaji berdasarkan Firman Tuhan (Alkitab) dan diselaraskan dengan perkembangan zaman.
Sepakat. Tapi para Paus pun tetap akan mempertimbangkan apa yang telah dituliskan oleh para Rasul, para penerus Rasul, para Bapa Gereja, para Kudus, para Paus terdahulu dan segala sesuatu yang tertulis dalam Magisterium dan warisan Tradisi Suci.
Dalam hukum Kanonik yg mengatur tentang perceraian ada kasus-2x tertentu yg diperkenankan, mis :
- Salah satu pasangan menderita gangguan mental
- Salah satu pasangan dapat membahayakan nyawa pasangannya.
- dan ada hal lainnya lagi yg saya tidak ingat (bagi yg tahu silahkan menambahkan).
Sependek pengetahuan saya, tidak ada perceraian dalam Gereja Katolik.
Meski demikian, dalam Gereja Katolik dikenal prosedur pembatalan perkawinan (anulasi). Namun ini tidak begitu saja dapat dilakukan karena harus melalui prosedur pemeriksaan yang sangat ketat. Biasanya alasan-alasan yang menjadi pertimbangan adalah karena murni ketidaktahuan dan atau akibat salah satu dari suami atau istri menyembunyikan kebenaran.
Misalnya :
- Suami istri ternyata adalah saudara kandung.
- Suami atau istri terbukti mengoperasi tubuhnya dan mengubah jenis kelamin.
- Suami atau istri memaksa pasangannya untuk menikah dengan ancaman kematian.Kalau menurut pandangan pribadi saya, jika seorang sudah melakukan KDRT (verbal maupun fisik) itu sudah tidak benar dan apabila tetap dipertahankan terus menerus akan menyebabkan bahaya kehilangan nyawa pasangan (terbukti banyak kasus pembunuhan yg terjadi di masyarakat saat ini). Kalau sudah seperti ini apa benar hukum agama sendiri yg kaku tidak perlu direvisi (lihat case by case)? Bukankah dalam hukum Taurat itu awalnya dibuat agar umat Israel taat dan patuh kepada Tuhan? Lalu kedatangan Tuhan Yesus ke dalam dunia ini kan salah satu tujuannya juga untuk menyempurnakan hukum Taurat dalam pelaksanaan / penerapannya di kehidupan umat yg saat itu telah diselewengkan oleh ahli Taurat, Orang Farisi & Imam-imam? Tuhan Yesus menyederhanakannya menjadi hukum "Kasih". Silahkan cek sendiri apa itu Kasih menurut Alkitab, apa benar kasih itu sudah diterapkan dengan benar sesuai Alkitab dalam keluarga yg terjadi KDRT?
Biasanya dalam pemberkatan niikah, suami dan istri akan berjanji seperti berikut,
Saya mengambil engkau menjadi istri/suami saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus.”
Apakah menurut Anda, apakah ada yang salah dalam penerapan kasih dalam janji tersebut ?Jadi kita juga harus tahu (tanya kepada Pastur, Pendeta atau yg paham benar mengenai Alkitab) sebelum kita menyebutkan ayat atau hukum Alkitab bila tidak tahu persis keadaan (dalam konteks seperti apa Tuhan memberikan pelajaran tersebut). So, Bro & Sis jangan kita mudah mengeluarkan vonis untuk memandang rendah perceraian. Kita harus realistis dengan keadaan yg terjadi, cobalah belajar untuk menempatkan diri anda sebagai orang yg mengalaminya. Bagaimana perasaan anda? Kita jangan munafik, saat anda mengalami sendiri keadaannya pasti akan terasa berat untuk membuat keputusan yg terbaik. Jadi menurut pendapat pribadi saya, orang yg memandang rendah kepada orang yg bercerai itu salah besar. Memang hak pribadi anda menyatakan pendapat, tetapi alangkah bijaksana dan dewasa secara mental bila anda dapat melihat suatu masalah dengan menempatkan diri dalam posisi yg mengalaminya lalu tanya ke dalam hati nurani anda sendiri apa yg akan anda lakukan bila sebagai dia? Ingat, Tuhan Yesus mengajarkan bahwa hukum "Kasih" adalah yg paling utama ditekankan dalam setiap pengajarannya. Sebagai contoh : Tuhan Yesus pernah dikecam oleh Orang Farisi, Imam-imam dan ahli Taurat saat berbicara dengan seorang wanita yg dianggap pelacur. Apa jawaban yg diberikan? Silakan anda cari sendiri dan renungkan.
Justru kisah yang Anda jadikan rujukan malah makin memperkuat alasan untuk tidak bercerai.
Biasanya suami atau istri yang mengajukan tuntutan perceraian (penggugat) berada di pihak yang benar atau paling tidak mayoritas orang akan berpihak kepadanya dan demikian pula sebaliknya. Nah, jika Yesus Kristus dalam kisah tersebut adalah simbol untuk pihak yang benar sedangkan wanita pelacur adalah simbol untuk pihak yang tidak benar maka...
Saya sangat yakin Anda sudah tahu jawabannya.3 Agustus 2019 diubah oleh VIRUSKASIH805
-
3 Agustus 2019
Status cerai karena Tidak taat (titik)
Saya sudah melihat dr mulai kakek-nenek, adik2 org tua, kakak laki2 saya. Pernikahan mereka sangat byk cobaan tp mereka bertahan tidak ada yg bercerai bahkan saya kagum kenapa bs bertahan sekuat itu. Tp disitu saya diajarkan itu sudah pilihan mereka dan sudah berjanji di depan Tuhan jd pilihannya hanya bertahan dan memperbaiki hidup bukan mundur (cerai)
-
4 Agustus 2019
Bro VirusKasih, thanks atas tanggapannya.
Dalam pandangan umum (awam, masyarakat selain agama Kristen & Katolik) orang yg sudah menikah tetapi pernikahannya dibatalkan (oleh pihak Gereja) maka mereka hanya bisa mengatakan itu sebagai perceraian (faktor pendidikan, mereka mana mau tahu arti kata perkata kalau sudah kawin lalu pisah ya disebut cerai. Mana mereka mau tahu soal pembatalan perkawinan).
Mengenai janji suci saat pernikahan itu saya tidak bilang salah penerapannya, tetapi yg saya katakan salah adalah : didalam rumah tangga yg terjadi KDRT, apa sudah benar KDRT itu sebagai bentuk penerapan hukum Kasih? Lalu kalau pihak korban, disuruh bertahan terus menerus adalah 2 kemungkinan :
- Jika terjadi kekerasan fisik, pihak yg lemah terutama wanita (maaf tidak bermaksud melecehkan / mengganggap remeh)
-
4 Agustus 2019
- Jika terjadi kekerasan fisik, pihak yg lemah terutama wanita (maaf tidak bermaksud melecehkan / mengganggap remeh) apa harus bertahan terus dan sampai maut menjemput karena disiksa oleh pasangannya?
- Jika terjadi kekerasan verbal maupun fisik, dilakukan oleh istri (sering memarahi, memaki dengan kata-kata yg kasar baik secara lisan maupun tulusan, bahkan bisa sambil memukul atau melemparkan barang ke pasangan). Dalam hal ini kalau terjadi sekali atau dua kali mungkin pihak pasangan masih dapat menerima, tetapi kita adalah manusia (ingat : kita memiliki naluri untuk menghindari bahaya yg datang ke diri kita) dimana dalam keadaan tertentu yg karena tertekan secara mental maka akan terjadi peledakan emosional / sikap perlawanan atas perlakuan yg diterima selama itu yg dapat berakibat fatal (membunuh pasangan). Apa sampai pada titik ini pernikahan itu harus tetap dipertahankan? So
-
4 Agustus 2019
So, apa tidak akan terjadi perbuatan dosa (hukum Taurat maupun hukum Kasih : Jangan membunuh) jika kita dalam posisi diharuskan tetap mempertahankan pernikahan yg ada KDRT didalamnya?
Memang mudah berkata kita harus kuat, ini hanya cobaan. Ya tapi secara naluri kita ini adalah manusia, pada saat kita dalam kondisi mental yg down dan saat itu kita disiksa secara fisik pula maka apa tidak akan terjadi perbuatan yg mempertahankan diri (bisa melakukan tindakan nekat) sampai membunuh pasangan.
Mengenai cerita Tuhan Yesus yg membela seorang wanita yg dianggap pelacur oleh orang Farisi, Imam-imam itu maksud saya adalah :
- Seorang wanita yg dianggap pelacur, ini melambangkan manusia yg bersalah / berdosa.
- Imam-imam, Orang Farisi dan ahli Taurat melambangkan orang yg taat beragama, dianggap hidupnya paling benar karen sudah menjalankan 10 hukum Taurat.
Saat orang Farisi, ahli Taurat & Imam membawa ke Tuhan Yesus untuk mencobanya mengenai sikap Tuhan Yesus terhadap wanita tersebut.Tuhan membela wanita tersebut dengan mengatakan ke Orang Farisi, Imam & ahli Taurat bahwa siapa diantar meraka yg merasa tidak berdosa silakan melaksanakan penghukuman.
Dari kisah tersebut yg saya dapat ambil pelajaran adalah :
- Orang berbuat dosa (wanita pelacur)
-
4 Agustus 2019
- Orang berbuat dosa (wanita yg dianggap pelacur) harus diperiksa lebih dahulu apa yg menyebabkan perbuatan dosanya, latar belakangnya.
- Orang Farisi, Imam-imam, ahli Taurat dalam zaman sekarang banyak sekali yaitu orang yg merasa sudah rajin ke gereja / ibadah, pelayan Tuhan, hamba Tuhan, atau orang yg dianggap paling sering membantu orang kesusahan. Tapi mereka tidak sadar bahwa perbuatan mereka dalam kehidupan sehari-hari itupun ada yg menyakiti / merugikan orang lain (masih berbuat dosa).
- Orang yg rajin ibadah ini menghukum / memvonis orang yg berbuat dosa itu
-
4 Agustus 2019
- Orang yg rajin ibadah ini menghukum / memvonis orang yg berbuat dosa itu seolah-olah dia tidak memiliki dosa juga. Ini yg mau Tuhan Yesus tunjukan dalam cerit perumpamaan tersebut.
Kita sesama manusia tidak layak memvonis orang lain tidak benar, tidak taat, dosa dan lain sebagainya. Periksalah diri sendiri dulu apakah sudah bebas dari dosa? Yang berhak melakukan penghakiman atas dosa hanya Allah / Tuhan saat hari terakhir.
Saya tidak bermaksud memaksakan pendapat saya diterima oleh umum. Silakan berbeda pendapat itu hak masing-masing, tetapi terimakasih banyak buat Bro VirusKasih untuk tanggapannya dan pandangannya. 👍🙏
-
4 Agustus 2019
Sudah berpuluh puluh halaman masih juga belum bisa membedakan arti menghakimi dan memberi pendapat sesuai sabda Yesus dalam Alkitab. Kalau Pendeta/Pastor menyebut ayat yang sama tidak berani bilang menghakimi, kalau kita yang bukan Pendeta/Pastor dan belum pengalaman/menikah memakai ayat yang sama dibilang menghakimi atau sok tahu karena belum mengalami... Jika masih suka dengan alasan pembenaran/keras hati dan masih tidak mau diubah cara berpikirnya...bagaimana bisa mendapat Hikmat Yesus kalau masih terus mengeraskan hatinya dan tidak mau diubah cara berpikirnya seperti cara berpikir Yesus saja...
Salam Damai Temans...
Selamat Hari Minggu...
Tuhan Memberkati....