BUDAYA KITA YG MALAH NYAKITIN HATI KITA

Ya, ada budaya kita yg sdh berakar puluhan tahun...yg malah nyakitin kita misalnya:

1. budaya/kebiasaan ngomentarin badan kita. "Pa kbr, Anita? Gemukkan ya sekarang?"

GUBRAAAK!!

2. budaya ngomentarin status pernikahan kalian. "Buruan nikah, jangan kelamaan milih2." Atau....ngepoin status pernikahan tmn.  "Kok kamu selalu dateng sendiri kalo ada teman  yg nikah? Suamimu mana, Anita?"

3. tega ngatain org lain tua."Sudahlah, ngaku aja kalo kamu salah. Udah tua kok utk ngaku gitu aja masih malu." WHO menyatakan tua itu dimulai pd usia 55 th loh (sumber: Old Age, Wikipedia).

Pernah ga kalian disakiti dng cara2 di atas? Atau...apalagi budaya/kebiasaan kita yg perlu dihilangkan?

Tergantung cara kita menanggapi/menyikapinya...waktu saya gendut saya ga tersinggung kok..begitupun ketika badan saya turun, dibilang : Kok kurusan ? saya ga tersinggung juga...malah saya berpendapat bahwa orang" itu jujur dan perhatian dengan saya...Tapi bisa berbeda pandangan dari mereka" yang suka dipuji dan cepat tersinggung...

Buat mereka yang hidupnya selalu merasa nyaman, damai sejahtera dan selalu bersyukur, tanggapan orang sekitar selalu ditanggapi positif (jika penilaiannya sesuai kenyataan/jujur)...

Berpikirlah positif dalam menanggapi penilaian orang...jangan terlalu cepat emosional untuk menghindari kesimpulan yang belum tentu benar ....

Jangan terlalu mendewakan penampilan fisik dan status...yang terpenting adalah rasa Damai Sejahtera di dalam Tuhan Yesus....Bisakah kita hanya Fokus terhadap Yesus saja ?

Salam Damai Sist...

Tuhan Memberkati...

ANITA089 tulis:

Ya, ada budaya kita yg sdh berakar puluhan tahun...yg malah nyakitin kita misalnya:

1. budaya/kebiasaan ngomentarin badan kita. "Pa kbr, Anita? Gemukkan ya sekarang?"

GUBRAAAK!!

2. budaya ngomentarin status pernikahan kalian. "Buruan nikah, jangan kelamaan milih2." Atau....ngepoin status pernikahan tmn.  "Kok kamu selalu dateng sendiri kalo ada teman  yg nikah? Suamimu mana, Anita?"

3. tega ngatain org lain tua."Sudahlah, ngaku aja kalo kamu salah. Udah tua kok utk ngaku gitu aja masih malu." WHO menyatakan tua itu dimulai pd usia 55 th loh (sumber: Old Age, Wikipedia).

Pernah ga kalian disakiti dng cara2 di atas? Atau...apalagi budaya/kebiasaan kita yg perlu dihilangkan?

RONNY542 tulis:

Tergantung cara kita menanggapi/menyikapinya...waktu saya gendut saya ga tersinggung kok..begitupun ketika badan saya turun, dibilang : Kok kurusan ? saya ga tersinggung juga...malah saya berpendapat bahwa orang" itu jujur dan perhatian dengan saya...Tapi bisa berbeda pandangan dari mereka" yang suka dipuji dan cepat tersinggung...

Buat mereka yang hidupnya selalu merasa nyaman, damai sejahtera dan selalu bersyukur, tanggapan orang sekitar selalu ditanggapi positif (jika penilaiannya sesuai kenyataan/jujur)...

Berpikirlah positif dalam menanggapi penilaian orang...jangan terlalu cepat emosional untuk menghindari kesimpulan yang belum tentu benar ....

Jangan terlalu mendewakan penampilan fisik dan status...yang terpenting adalah rasa Damai Sejahtera di dalam Tuhan Yesus....Bisakah kita hanya Fokus terhadap Yesus saja ?

Salam Damai Sist...

Tuhan Memberkati...

Hahaha, kalo dibilang kurusan mah semua cewek hatinya berbunga2. OK, jadi kita perlu berusaha menyikapi komen org dng positif. Hmm....ada benarnya jg.

Meskipun saya bukan seorang ahli budaya, saya selalu senang belajar dan berdiskusi tentang budaya. Nah, mudah-mudahan di topik ini kita bisa menemukan diskusi yang serius dan sungguh, sehingga benar-benar ada manfaat dari kita ber-Forum ini.

(*jujur saja, belakangan rada susah menemukan diskusi yang bagus dan berbobot di Forum kita ini. Terlalu sering terkesan sekenanya, kurang serius, dan asal2an saja dalam berkomen. Kalau sudah begitu, yah, topik apapun jadi malas ikut nimbrungnya.. #curcol-dikit..)

Menjadi harapan saya juga, akan ada banyak temen yang 'jago', atau (setidaknya) yang care, concern, peduli, dengan persoalan-persoalan budaya, akan boleh ikut serta berbagi opini atau pengetahuannya di topik ini. #semoga

Sebelum saya lanjutkan, kalau boleh tahu, menurut Kak Anita (TS, topic starter) sendiri, apakah batasan pengertian tentang 'budaya' itu?

Sebab, seringkali orang salah memahami atau me-rancu-kan, antara 'budaya' dengan sekedar 'kebiasaan'. Padahal memang pastilah keduanya beda.

Saya ambil contoh ya. Pernah gak, merasa 'risih' atau 'aneh' atau raga 'geli', gitu, mendengar ungkapan seperti "budaya korupsi" (*lhoh, korupsi kok budaya?*); atau "budaya jam karet" (*nah, ini lagi. Jam karet kok jadi budaya?*); dan lain sebagainya.

Saya bisa saja meng-copas-kannya dari Wiki, tapi nanti diskusinya jadi 'satu arah' sehingga kurang hidup. Bagi temen-temen yang lain, apabila berkenan ikutan berbagi dan berdiskusi secara 'sersan' (serius tapi santai) di sini, monggo.. saya persilakan juga memberikan pendapat atas pertanyaan saya tsb.

Oh ya, terima kasih sebelumnya. TYM.

Aku pernah sih Ka merasa kesel kalau ada orang yang mengomentari kekurangan fisikku yaitu kekurangan lemak alias kurus...😂😂😂 Dulu-dulu bahkan sampai sekarang sih kadang masih ada aja yang komentar "Kamu kok kurus banget" "Kamu diet ya makanya kurus gitu" "Kamu sakit?" "Kamu narkobaan?"🤣🤣🤣 "coba gemukin dikit lagi, pasti cakep" dll...

Mungkin orangnya bermaksud bercanda, basa-basi atau mungkin sebagai bentuk perhatian dan dorongan tapi tetep aja aku kesal dan sempat  ga percaya diri karena sering dikatain kurus...😅

Banyak orang beranggapan kalau mengomentarin dan mencela fisik oran lain dan juga menjadikannya sebagai bahan tertawaan adalah hal biasa padahal tanpa disadari malah jadi body shaming yang bisa bikin minder dan lebih buruknya ada yang sampai stress. Mengomentari fisik orang lain itu terkesan sepele tapi sebenarnya itu kebiasaan yang tidak baik dan harus diubah.

ANITA089 tulis:

Ya, ada budaya kita yg sdh berakar puluhan tahun...yg malah nyakitin kita misalnya:

1. budaya/kebiasaan ngomentarin badan kita. "Pa kbr, Anita? Gemukkan ya sekarang?"

GUBRAAAK!!

Pernah ga kalian disakiti dng cara2 di atas? Atau...apalagi budaya/kebiasaan kita yg perlu dihilangkan?

memang ada kebiasaan seperti itu. tapi itu normal , alamiah, dan tidak usah diambil pusing. kalau tidak mau seperti itu ya ubah lah diri sendiri terlebih dulu memang sulit tapi bisa. itu bukan budaya/ kebiasaan tapi karakter yang harus diperbaiki. memikirkan orang lain / diri sendiri sama sulitnya. dan kadang orang hidup menyendiri akhirnya

ANITA089 tulis:

Pernah ga kalian disakiti dng cara2 di atas? Atau...apalagi budaya/kebiasaan kita yg perlu dihilangkan?

FAJAR882 tulis:

Meskipun saya bukan seorang ahli budaya, saya selalu senang belajar dan berdiskusi tentang budaya. Nah, mudah-mudahan di topik ini kita bisa menemukan diskusi yang serius dan sungguh, sehingga benar-benar ada manfaat dari kita ber-Forum ini.

...

Oh ya, terima kasih sebelumnya. TYM.

Aku jwb singkat aja ya krn koneksinya lg jelek. Budaya itu mnrt ku kebiasaan/cara pandang suatu bangsa yg bs berbeda dng bangsa lainnya. Ngata2in org gemuk pas dah lama ga ketemu itu budaya kita, sedang di Amerika perkataan itu dianggap tdk sopan/kasar.

HOPE617 tulis:

Aku pernah sih Ka merasa kesel kalau ada orang yang mengomentari kekurangan fisikku yaitu kekurangan lemak alias kurus...😂😂😂 Dulu-dulu bahkan sampai sekarang sih kadang masih ada aja yang komentar "Kamu kok kurus banget" "Kamu diet ya makanya kurus gitu" "Kamu sakit?" "Kamu narkobaan?"🤣🤣🤣 "coba gemukin dikit lagi, pasti cakep" dll...

Mungkin orangnya bermaksud bercanda, basa-basi atau mungkin sebagai bentuk perhatian dan dorongan tapi tetep aja aku kesal dan sempat  ga percaya diri karena sering dikatain kurus...😅

Banyak orang beranggapan kalau mengomentarin dan mencela fisik oran lain dan juga menjadikannya sebagai bahan tertawaan adalah hal biasa padahal tanpa disadari malah jadi body shaming yang bisa bikin minder dan lebih buruknya ada yang sampai stress. Mengomentari fisik orang lain itu terkesan sepele tapi sebenarnya itu kebiasaan yang tidak baik dan harus diubah.

Wah, aku malah ingin banget tuh dibilang kurus biarpun dikira sakit dll. Nah, itulah masalahnya. Gemuk dianggap makmur (pdhl bs jadi org nya kena bulimia) dan kurus dibilang sakit. Kenapa gitu? Iseng. Saranku sih tegur aja baik2 sambil bercanda misalnya dng blg "aduh...separah itukah diriku?", trus jauhin org nya kalo bs meski masih sdr.

Ini maksd nya gmn ya?

CHRISTIAN701 tulis:

"memikirkan orang lain / diri sendiri sama sulitnya. dan kadang orang hidup menyendiri akhirnya"

ANITA089 tulis:

Ya, ada budaya kita yg sdh berakar puluhan tahun...yg malah nyakitin kita misalnya:

 ~ini bukan cuma puluhan abad sist  bahkan sampai kiamat tiba akan tetap ada yang beginian maa(hitam putih)

1. budaya/kebiasaan ngomentarin badan kita. "Pa kbr, linarinaa? Gemukkan ya sekarang?"

(Izin ganti nama sis sesuai data diri)

GUBRAAAK!!😋🙃☺️

Saya malah senang dikata demikian seolah tidak ada beban kalau dikata kurusan seolah ga sanggup makan(beda orang beda pemikiran)

2. budaya ngomentarin status pernikahan kalian. "Buruan nikah, jangan kelamaan milih2."

(Be a simple "belum waktunya"  ntar tiba tiba Lo dapet undangan kaget loo(Lo"semisal sidia yang nyinyir saya")

Atau....ngepoin status pernikahan tmn.  "Kok kamu selalu dateng sendiri kalo ada teman  yg nikah? Berdua tak selalu bersama, bersama su pasti sehati

Suamimu mana, lisnarinaa?"

(Beda haluan flen  ntar Lo juga pasti tahu kok)

"Eeh tempe dah"

3. tega ngatain org lain tua."Sudahlah, ngaku aja kalo kamu salah. Udah tua kok utk ngaku gitu aja masih malu." WHO menyatakan tua itu dimulai pd usia 55 th loh (sumber: Old Age, Wikipedia).

☺️Kok jadi maluuu saya  mmhmh ta paya  pake malu maaa yang ada malu maluin🙃

Wong masih muda beliahlebih muda dari Uhccok babbah(✌️ini bukan maksud mencela orang lain beda kata dan penempatannya harap di cek kembali)

Laki saja belum punya anak dah banyak "awet muda tooh(anak saudara juga anak saya toh)

Pernah ga kalian disakiti dng cara2 di atas?

Acap kali tapi saya selalu berpikir positif

(Sebab saya yakin atas kepercayaan yang saya miliki bahwasanya

~pengkotbah3:1~

1korintus11:11

Wong Batak bilang

"leleng adong na ni paima hatop adong na ni adu"

Bahasa Indonesianya apa ya (teman temin sodara/sodari Kaka Abang Ade ito mohon di bantu translate ke bahasa Indonesia donk)

Atau...apalagi budaya/kebiasaan kita yg perlu dihilangkan?

Yin yang

Sama halnya selalu tumbuh rumput bersama gandum

Selalu tumbuh rumput bersama padi

Tak pernah tumbuh padi di rumput

Tak pernah tumbuh gandum dirumput

_Focitif ThinKkig___--> sensasi(tampil beda)

ANITA089 tulis:

Aku jwb singkat aja ya krn koneksinya lg jelek. Budaya itu mnrt ku kebiasaan/cara pandang suatu bangsa yg bs berbeda dng bangsa lainnya. Ngata2in org gemuk pas dah lama ga ketemu itu budaya kita, sedang di Amerika perkataan itu dianggap tdk sopan/kasar.

Maaf nih Kak Anita. Sebenarnya saya tidak sedang ingin berdebat. Seperti yang sudah saya utarakan di atas, saya justru mengharapkan terciptanya diskusi yang baik, berbobot, berbagi pengetahuan, memberi pencerahan, dst.. Ya okelah.. jika memang seperti itu pendapat Anda. Saya cuma bisa menghargai. Dan saya cuma bisa melihatnya sebagai 'opini' Anda, karena tidak disertakan referensi yang bisa dipertanggung-jawabkan.

Tapi terus terang saja, saya kurang setuju dengan pendapat Anda di atas; baik ttg. pengertian budaya (yg menurut anda adalah "kebiasaan/cara pandang suatu bangsa yg bs berbeda dng bangsa lainnya"), maupun bahwa "Ngata2in org gemuk pas dah lama ga ketemu itu budaya kita." Untuk alasan yang akan saya coba uraikan berikut di bawah ini.

Boleh dilihat di sumber: Wikipedia bahasa Indonesia, Budaya. (id.wikipedia.org/wiki/Budaya) - panjang memang, kalau mau baca semuanya di sana. Maka itu saya kutipkan saja beberapa poin penting yang berkaitan dengan topik yang diangkat di sini. (*ket.: kata2 yg tercetak miring (italic) adl. dari Wiki, selebihnya adl. pendapat atau penjelasan dari saya sendiri.)

1. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.

=> jadi budaya bukan hanya sekedar kebiasaan atau cara pandang.

Gampangnya: berasal dari nilai-nilai luhur -> disarikan dari falsafah hidup -> menjadi dasar perbuatan -> berulang-ulang menjadi kebiasaan -> dipelihara dan dilestarikan dengan (berbagai perangkat) tradisi -> lalu "membudaya" atau menjadi budaya.

2. Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri.

=> citra itu didasarkan atas "keistimewaan". Jadi pastilah sesuatu yang baik-baik (positif) saja. Kalau sesuatu yang buruk, padahal citra itu adalah tentang 'diri kita' sendiri atau 'bangsa kita sendiri', maka untuk apa dilestarikan, lalu mentradisi bahkan sampai membudaya? Kalau yang buruk-buruk, ya dibuang saja, atau dihindari.

3. Berkaitan dengan cara pandang, ada yang disebut sebagai "citra memaksa"; berikut dari Wiki: "Citra yang memaksa" itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya..

=> singkatnya, cara pandang suatu bangsa tentang bangsa lain sebenarnya seringkali berupa hal ketidak-sesuaian, atau ketidak-cocokan. Ini karena nilai-nilai luhur atau falsafah hidup yang menjadi fondasi atau dasarnya memang berbeda.

Contoh: (sumbernya masih dari Wikipedia di atas)

• "individualisme kasar" di Amerika, -> bagi orang Amerika itu hal yang biasa, tapi bagi bangsa lain itu dinilai kasar atau tidak baik, karena bagi bangsa Asia, misalnya, nilai-nilai luhurnya adalah kebersamaan dan gotong royong.
• "keselarasan individu dengan alam" di Jepang, -> bisa jadi bagi bangsa lain (selain Jepang) akan dipandang aneh, atau tidak biasa.
• "kepatuhan kolektif" di Tiongkok, -> bagi bangsa yang mengedepankan kebebasan individu, hal itu akan dicap sebagai pemaksaan kehendak, dsb.

Inti point-nya adalah, bahwa pada dasarnya suatu bangsa akan melihat budayanya sendiri sebagai yang baik, bahkan istimewa, karena budaya itu berasal dari nilai-nilai luhur yang telah mengakar dan dianut oleh bangsa itu sendiri. Di lain pihak, jika ada bangsa lain yang cenderung melihat (bahkan men-cap) budaya bangsa itu sabagai sesuatu yang 'kurang', atau aneh, atau tidak lazim, - (terkadang cap-cap seperti itu terlontarkan sebagai sindiran terhadap bangsa lain yang 'budayanya' dirasa kurang "sreg" bagi mereka) - sebenarnya jelas, bahwa semua itu karena mereka memang tidak memahami konsep falsafah hidup bangsa itu; atau karena terdapat perbedaan dalam konsep nilai-nilai luhur yang dianutnya.

Bangsa Indonesia, bangsa kita sendiri, memiliki budaya yang diakui oleh bangsa-bangsa lain di dunia. Kita patut bersyukur dan bangga akan budaya kita. Kalau ada pandangan negatif dari bangsa lain tentang (budaya) bangsa kita, itu hanya karena mereka kurang memahami nilai-nilai luhur yang mengakar di dalam kebudayaan bangsa kita.

Ironisnya, tak jarang orang kita sendiri (sebagian) justru menganggap rendah terhadap budaya bangsa kita sendiri. Banyak hal yang bisa menjadi penyebabnya, di antaranya: (a) karena makin tergerus oleh arus budaya asing; (b) karena telah termakan oleh 'cap' (yang cenderung merendahkan) yang berasal dari bangsa lain; atau (c) karena memang orang-orang tertentu itu tidak memahami karena tidak tahu, tidak kenal, dan tidak peduli dengan (keistimewaan) budaya bangsa-nya sendiri.

Jika kita terus-menerus melihat bangsa kita sendiri sebagai 'minus' atau inferior, dan melihat bangsa lain sebagai sesuatu yang 'wah', yang serba 'lebih' daripada diri dan bangsa kita sendiri, maka lama-kelaman kita akan menjadi bangsa yang minder, tidak percaya diri, sukar melihat kemampuan dan kelebihan diri kita sendiri; hal mana membuat kita akan semakin terpuruk, terbelakang, dan jauh tertinggal.

Jika kita sulit menghargai budaya bangsa kita sendiri, bisa-bisa budaya kita bisa jadi semakin langka, semakin menipis, memudar, lalu punah sama sekali. Lalu kita menjadi bangsa yang tidak memiliki budaya yang asli, yaitu budaya yang merupakan citra diri kita sendiri. Lalu bangsa ini menjadi bangsa yang kehilangan jadi diri. Tidak bisa lagi disebutkan sebagai suatu bangsa, melainkan hanya sekelompok besar orang tanpa identitas.

Jika masalah-masalah itu tidak segera diatasi, kapan Indonesia bisa maju?

#CurhatBudaya

Terkadang banyak keanehan yang terjadi, dibilang secara jujur agak gemukkan bisa tersinggung, dibilang jujur agak kurusan juga tersinggung...padahal sehat walafiat...aneh, serba ga PD dan ga bersyukur terhadap keadaan, gmana mau bisa bahagia kalau begitu...ga ada Damai Sejahtera jika sedikit" kita tersinggung terhadap perkataan orang mengenai keadaan kita...

Belajarlah untuk membalas dengan santai perkataan orang :

Contoh : kalau dibilang gemukkan, jawab dengan senyuman : Agak montok kali....

Kalau dibilang kurusan, jawablah  dengan senyuman : Agak langsing kali...

Saya udah praktekin kok, suasana jadi cair dan akrab, ga ada sikap jutek"an...

Kalau di acara keluarga, saya jg sering jg ditanyakan : Udah umur berapa ? kok msh jomblo ? Cari dooong, biar ada yang bikinin kopi...saya jawab dengan santai : Kalau cuma bikin kopi dan masak air, tiap hari jg udah saya lakukan itu sambil nyanyi"....hehehe...akhirnya mereka diam sendiri, sungkan tuk bahas itu lagi.

Jadi tergantung Bagaimana sikap hati kita dalam menanggapi (Positif thinking), jangan mudah dipengaruhi oleh perkataan orang. Kunci Rahasia Kebahagiaan, Damai Sejahtera sebenarnya ada di dalam diri kita sendiri, bukan dari pengaruh orang lain...Saya walaupun dilihat orang sendiri, tapi saya tidak merasa sendiri (Karena saya merasa ada Yesus yang selalu menemani saya)....

Salam Damai Temans...

Tuhan Memberkati...

Iya Ka, kan cuma pernah merasa kesal bukan berarti jadi selalu merasa kesal... 😅 😂 kalau sekarang mah udah kebal baik mental maupun badan... 😅 dan belum pernah ada niat ngejauhin orang lain karena hal kayak gitu... :)

ANITA089 tulis:

Wah, aku malah ingin banget tuh dibilang kurus biarpun dikira sakit dll. Nah, itulah masalahnya. Gemuk dianggap makmur (pdhl bs jadi org nya kena bulimia) dan kurus dibilang sakit. Kenapa gitu? Iseng. Saranku sih tegur aja baik2 sambil bercanda misalnya dng blg "aduh...separah itukah diriku?", trus jauhin org nya kalo bs meski masih sdr.

Walaupun terlihat kalimat" saya di atas mungkin terlihat agak jutek....tapi sebenarnya saya sangat senang jika nantinya saudari" saya (Sist Anita dan Sist Hope) bisa tetap selalu confidence....Saudari" ku, belajarlah untuk benar" hidup di dalam Yesus, maka kalian pasti akan selalu merasa PD (tapi jangan sombong/over PD ya), bahagia, dan Damai selalu serta selalu positif thinking (ini bukan hanya sekedar teori, saya sendiri sudah mengalaminya kok)....

Salam Damai Sist"...

Tuhan Memberkati...

ANITA089 tulis:

Ya, ada budaya kita yg sdh berakar puluhan tahun...yg malah nyakitin kita misalnya:

3. tega ngatain org lain tua."Sudahlah, ngaku aja kalo kamu salah. Udah tua kok utk ngaku gitu aja masih malu." WHO menyatakan tua itu dimulai pd usia 55 th loh (sumber: Old Age, Wikipedia).

Pernah ga kalian disakiti dng cara2 di atas? Atau...apalagi budaya/kebiasaan kita yg perlu dihilangkan?

Kalau untuk point 3 jika yang mengatakan masih usia muda masih bisa diterima (untuk saya ya), tapi kalau yang mengatakan usianya sudah tua juga rasanya ingin,......

X.  : Mengapa belum menikah juga usiamu sudah.....untuk menikah, kasihan anak-anakmu kelak.

Y.   : Senyam-senyum, klencat-klencut terus melet .

Pada saat acara kematian X dan Y duduk berdampingan menghadiri acara penguburan.

X.  : Semua sudah suratan yang Kuasa.

Y.   : Kapan bapak nyusul.

X.   : Kurang ngajar kamu berharap saya moek ya,(marah-marah).

Y.    :Makanya pak jangan pakai kata (...), beta hati su sakit ( sambil lari )

NOTE:

Jangan ditiru ya, ini tidak baik akan menimbulkan pertengkaran, baiknya bersabar dan berdamai.

Mungkin istilahnya bukan budaya, tapi sopan santun, kesopanan, tata krama, keramahan, lemah lembut, dll ...

Kl melihat contohnya termasuk body shaming, bullying, dll

ZEGA376 tulis:

Mungkin istilahnya bukan budaya, tapi sopan santun, kesopanan, tata krama, keramahan, lemah lembut, dll ...

Kl melihat contohnya termasuk body shaming, bullying, dll

Kakak Zega tanggapannya up to date dengan isu terkini 👏👏👏

Seringkali pelaku body shaming gak sadar telah melakukan body shaming karena merasa cuma bercandaan dan bagi sebagian orang itu udah menjadi hal yang lumrah di negara berflower ini... 😪😪😪

Kalau korbannya merasa sakit hati malah dianggap baperan

ZEGA376 tulis:

Mungkin istilahnya bukan budaya, tapi sopan santun, kesopanan, tata krama, keramahan, lemah lembut, dll ...

Kl melihat contohnya termasuk body shaming, bullying, dll

HOPE617 tulis:

Seringkali pelaku body shaming gak sadar telah melakukan body shaming karena merasa cuma bercandaan dan bagi sebagian orang itu udah menjadi hal yang lumrah di negara berflower ini... 😪😪😪

Kalau korbannya merasa sakit hati malah dianggap baperan

ZEGA376 tulis:

Mungkin istilahnya bukan budaya, tapi sopan santun, kesopanan, tata krama, keramahan, lemah lembut, dll ...

Kl melihat contohnya termasuk body shaming, bullying, dll

Pelaku2 body shaming ini justru bertujuan melukai perasaan org lain lewat pem bully an. Berkedok "cuma bercanda kok" mrk melancarkan bully nya utk menutupi kekurangan mrk sendiri. Ini dianggap lumrah, krn sdh menjadi kebiasaan turun menurun. Krn mrk ga mau disalahkan, mrk blg kitalah yg baper.

Ga juga...

Anggap saja itu salah satu bentuk perhatian mereka ke kita, walaupun setelahnya lsg ngecek timbangan BB dan mejeng di depan cermin 😂.

Kebahagiaan sebenarnya ada di dalam diri kita masing" (berupa Potensi)...ga perlu dicari di luar/butuh pengakuan orang lain...Keluarkanlah potensi Bahagia itu melalui dekat dengan-Nya...

Jika kita masih mengharapkan kebahagiaan datang dari luar kita...maka yang akan terjadi bisa seperti menangkap kupu" (pada dasarnya manusia tidak pernah puas/relatif)...contoh aja : Sist anita senang dibilang kurus, sist Hope tidak...

Bersyukurlah selalu terhadap body kita (yg penting sehat" aja)...fokuskanlah hidup kita agar bisa berkenan di hadapan-Nya (DIA tidak memandang fisik tapi hati kita)...Jika kita masih sering/mudah dipengaruhi oleh penilaian/ukuran" dunia (relatif), maka wajar saja jika nantinya kita sering diliputi rasa bimbang, galau, ga PD, bingung, khawatir, baperan, dan lain sebagainya...

Salah satu cara belajar kerendahan hati adalah : Menghapus keinginan di dalam hati kita untuk mendapatkan pujian dari manusia (karena semuanya dari Tuhan),

Kerendahan hati sangat penting/sebagai dasar  untuk mendapatkan kepenuhan Hikmat Tuhan ---> Kebahagiaan, Damai Sejahtera...

Singkatnya, mari kita sering berdoa dengan Kerendahan hati minta Hikmat dan Bimbingan/kekuatan Tuhan dalam seluruh hidup kita...maka pasti DIA akan memberikan kita pengertian menurut cara pandang-Nya, sehingga kita pada akhirnya dapat mengerti, setelah mengerti, lalu diwujudkan di dalam perbuatan/praktek, dan pada akhirnya kita nanti bisa merasakan dengan nyata apa itu rasanya Damai Sejahtera dan suka cita selalu (tanpa  dipengaruhi keadaan)....Damai Sejahtera, suka cita selalu itu bukan kiasan/tapi nyata adanya (bagi yg sudah merasakan)....

Met Hari Minggu Temans...

Salam Damai...

Tuhan Memberkati...

Ga lah..budaya ga pernah nyakitin.....yg selalu nyakitin tu  pasangan dlm pacaran n dlm rumah tangga...selalu nyakitin dgn kata2 n tindakan..hahaaa...aku senang dgn budaya..ga mau ambil pusing..cuek aja ah aku..hoho..

Hai Kak Anita..

Aku pernah Kak bahkan teramat SERING Kak hehehe..

Aku sll di blg "kurus banget sih melll.. Gak di kasi makan ya melll. Kalo ada angin langsung kebawa angin" dan masih byk bentuk body shaming yg lainnya yg mereka bilang itu becandaan hehehe.. (orang2 yg melakukan body shaming sll bersembunyi dg kalimat "becanda" padahal masih byk bahan candaan tanpa membawa2 fisik) hehehe... Tapi walaupun kerap kali mendapat body shaming aku sll merespon mereka semua dg senyum dan ketawa walau hatiku pedih sedih dan dulu itu sering bgt aku pikirin kalo aku di blg kurus, setiap kali ketemu org, komennya gak jauh2 dr tubuh ku yg langsing ini... aku bosen di katain kurus. Sedih. Sedih krn aku udah usaha byk hal utk naikin BB tapi BB nya tetep segini2 aja. Sedih krn org2 bisanya cuma komen tanpa mau tahu gimana aku udah usaha melakukan byk cara utk menyenangkan mata mereka hahaha.. Skrg saking udah capeknya dgrin komen org, skrg aku udah lbh cuek kalau ada yg komenin bentuk tubuhku. Skrg aku sering blg sm diriku sndr "mel km gak bs menyenangkan byk org, gak bs memuaskan keinginan byk org. So biarkan mereka berkomentar apapun, yg paling penting skrg adalah cintai dirimu. Dirimu berharga. Harus ingat setiap org di ciptakan dg kekurangan dan kelebihannya masing2. So.. Tunjukan kelebihan mu. Jangan minder. Tetap berikan respon yg baik kpd mereka"

Aku sll memotivasi diri ku sndr dg kalimat2 positif. Klo bukan aku siapa lagi kan hehehe..

Skrg aku ambil positifnya aja. Dari segi postur tubuhku yg langsing mungil ini, positifnya aku jd terlihat awet muda hehehehe.. Imut-imut menggemaskan kalo kata (beberapa) temenku hahaha 😁😂

So.. Semua tergantung respon diri kita atas apa yg org lain lakukan pd kita.

"You can't control what others are going to do. You can only control how you react".

ANITA089 tulis:

Ya, ada budaya kita yg sdh berakar puluhan tahun...yg malah nyakitin kita misalnya:

1. budaya/kebiasaan ngomentarin badan kita. "Pa kbr, Anita? Gemukkan ya sekarang?"

GUBRAAAK!!

2. budaya ngomentarin status pernikahan kalian. "Buruan nikah, jangan kelamaan milih2." Atau....ngepoin status pernikahan tmn.  "Kok kamu selalu dateng sendiri kalo ada teman  yg nikah? Suamimu mana, Anita?"

3. tega ngatain org lain tua."Sudahlah, ngaku aja kalo kamu salah. Udah tua kok utk ngaku gitu aja masih malu." WHO menyatakan tua itu dimulai pd usia 55 th loh (sumber: Old Age, Wikipedia).

Pernah ga kalian disakiti dng cara2 di atas? Atau...apalagi budaya/kebiasaan kita yg perlu dihilangkan?

Setuju Masbro Ronny tergantung cara kita menyikapinya 👍

"People are always gonna do what they want. You can only control your reactions"

RONNY542 tulis:

Tergantung cara kita menanggapi/menyikapinya...waktu saya gendut saya ga tersinggung kok..begitupun ketika badan saya turun, dibilang : Kok kurusan ? saya ga tersinggung juga...malah saya berpendapat bahwa orang" itu jujur dan perhatian dengan saya...Tapi bisa berbeda pandangan dari mereka" yang suka dipuji dan cepat tersinggung...

Buat mereka yang hidupnya selalu merasa nyaman, damai sejahtera dan selalu bersyukur, tanggapan orang sekitar selalu ditanggapi positif (jika penilaiannya sesuai kenyataan/jujur)...

Berpikirlah positif dalam menanggapi penilaian orang...jangan terlalu cepat emosional untuk menghindari kesimpulan yang belum tentu benar ....

Jangan terlalu mendewakan penampilan fisik dan status...yang terpenting adalah rasa Damai Sejahtera di dalam Tuhan Yesus....Bisakah kita hanya Fokus terhadap Yesus saja ?

Salam Damai Sist...

Tuhan Memberkati...