Ujian hidup ;Pencobaan hidup; Pergumulan hidup, SAMA atau BEDA ?
-
26 Juli 2020
Kalau pertanyaannya seperti itu. Karena tidak semua orang tolok ukurnya harus jadi Bill Gates atau Jack Ma.
Waktu muda saya dulu juga banyak melakukan kesalahan dalam hidup. Terlalu santai, terlalu main2. Banyak tidak disipliin, kurang kerja keras. Sejak SMP, saya suka main catur. Waktu SMA, sering ikutan tanding di turnamen nasional. Sekolahnya asal naik kelas saja. Malas belajar. Kalau lagi tanding catur, main jam 5 sore, kelar bisa jam 12 malam. Saya pulang ke rumah bisa jam 2 subuh dari Koni di tanah abang ke daerah jakarta timur.
Sudah diingatkan ortu saya, bahwa jadi pecatur ngga akan bisa biayain saya hidup nantinya. Banyak pecatur yg wkt itu hidupnya susah. Krn memang penghasilan dari catur jaman itu kecil. Banyak wkt terbuang yg seharusnya bisa saya pakai utk sesuatu yg lebih bermanfaat. Tapi tak saya lakukan wkt muda.
Wkt kuliah juga sama. Walau bukan catur, tapi hal lain. Saya juga asal lulus saja mata kuliahnya.
Itu lah sebagian kecil kenapa saya tidak jadi seperti Bill Gates atau Jack Ma, atau setidaknya separuhnya atau seperberapanyalah dari sisi harta.
Tapi apa karena tidak menjadi seperti Bill Gates atau Jack Ma, saya tidak bisa bahagia? Tidak. Saya bahagia, sangat bahagia. Bill Gates dan Jack Ma juga bahagia dengan caranya sendiri. Saya juga dengan caranya sendiri.
Lalu, apakah saya cukup puas dengan seperti ini saja. Saya puas untuk satu sisi dalam artian saya mensyukuri. Tapi karena saya suka tantangan, saya buat kegelisahan baru dengan membuat mimpi baru.
Saya membuat my life purpose yang baru. Karena yg lama sudah tidak bisa dipakai lagi. Yang lama adalah saya hidup bahagia menua bersama istri. Karena istri meninggal. Maka saya buat yg baru. Selama belum memiliki istri yang baru, saya coba wujudkan satu mimpi saya yang tertunda selama ini. Mumpung saat ini saya bisa 100% fokus.
Apa yg akan saya raih tahun ini atau tahun depan. Nanti saja saya sampaikan bila sudah terwujud. Kurang lebih, impian yg sudah saya coba raih adalah saya menjadi orang Indonesia pertama yang blablabla..... Tak bisa saya sebutkan blablabla nya. Dan untuk meraih itu, saya kerja keras. Tidak mudah memang, krn butuh disiplin yg kuat dan pantang menyerah.
ECHY268 tulis:
Ia bro...aku tahu byk kisah" orang terlahir miskin tp bisa berhasil atau kaya seperti yg bro sebutin tsb. Itu khan hanya beberapa yg beruntung.
Kl aku mau kasih contoh dari yg kecil-kecil saja, seperti yg ku alami sendiri. Sebab, bicara gampang tapi utk implementasikan sendiri susah.
Kl mau aku lbh ekstremkan, bro yg sdh teredukasi dgn sgt sgt baik knp belum bisa kayak bill gates, atau kyk si jack ma itu??
Hayukkk....🙂😁
-
26 Juli 2020
IRWAN123 tulis:
Ujian hidup, yg bikin kita sendiri.
Pencobaan hidup, akibat ulah kita sendiri
Pergumulan hidup, kita sendiri pula yg bikin.
Minta bantuan Tuhan untuk itu semua???
C'mon...koq yg bikin masalah kita sendiri, malah nyuruh Tuhan utk nyelesain....ya kita sendirilah selesain masalah yg kita buat sendiri. Jangan malah suruh yg lain utk atasi masalah kita. Harus inisiatif dari diri kita sendiri mau berusaha utk atasi apapun permasalah yg dihadapi atas kesalahan yg kita telah buat di masa lalu tsb.....
sy jadi penasaran lihat profile ito irwan, dari profilenya sy simpulkan cara berpikir dan bertindak ito sesuai dgn ilmu yg dipelajarinya ( lbh ke arah agnostic... CMIIW).
sy sendiri value² yg sy pegang dasarnya dari alkitab yg sy denger melalui kotbah² di gereja, komsel dll.
perbedaan latar belakang ini menimbulkan sudut pandang yg berbeda pula, jadi sy sendiri milih utk tdk adu argumen, walopun bertolak belakang dgn pemahaman sy.
-
26 Juli 2020
Om IRWAN123,
Buat thread yg membahas Ora et Labora om (Berkat dan Usaha)
Saya setuju dgn bbrp poin yg om sampaikan diatas, hanya saja secara detail agak berbeda dgn thread ini.
Terima kasih Om, TYM
-
26 Juli 2020
Utk jawaban paragraf 1
Seperti yg aku udh sebutkan di atas, mmg ada orang miskin karena kesalahannya sendiri. Tapi ada yg miskin karena tidak tahu caranya utk maju bagaimana karena tdk punya akses utk pendidikan.
Yg kedua :
Aku tak pernah bilang harta adalah tolak ukur kebahagiaan. Dlm hal ini aku setuju dgn bro, bahagia itu berasal dari diri sendiri. Aku menyebutnya sllu bersyukur dlm segala situasi kehidupan ini. Iklas dan sabar.
Yg ketiga :
Banyak orang yg bkn kristen tapi kaya. Byk orang kristen tapi miskin. Pdhl, orang kristen harusnya lbh kaya dari orang sekuler jika masuk pd kata kasih karunia. Begitu mksd bro khan...
Aku menjawab dari sisi yg ku yakini yaitu iman kristen. Itulah misteri Tuhan. JalanNya tak terselami logika manusia. Memang Tuhan itu sulit dipahami secara logika. Tapi, jgn pula kekayaan dijadikan sbg tolak ukur kasih karunia.
Tidak sedikit orang memperkaya diri dari korupsi, mengemplang pajak, dan menipu. Tapi ada jg orang kaya murni karena diberkati Tuhan.
IRWAN123 tulis:
Sista Echy sudah amati belum orang miskin (harta). Coba temui satu orang miskin yang sudah dewasa.
....
Bahwa dalam perjalanan meraihnya ada kendala atau jalan berliku, wajarlah. Tetap semangat.
27 Juli 2020 diubah oleh JODOHKRISTEN
-
26 Juli 2020
Ini saya coba kasih contoh yg spt nya tepat untuk sebagian besar kita di JK ini. Lebih baik kita bahas yg nyata2 saja dengan kita. Lebih mudah bahasnya khan?
Saya ambil satu kata saja dari thread ini, pergumulan hidup.
Saya asumsikan disini, menginginkan mendapatkan pasangan hidup adalah sebuah pergumulan hidup yang dialami sebagian besar yang mau bergabung pertama kali di JK ini. Silakan aminkan bagi yg benar demikian.
Kalau benar demikian. Maka langkah bergabung ke JK itu adalah langkah awal yg positif khan? Karena mau berusaha menemukan calon pasangan hidup dengan bergabung ke JK.
Coba review kembali, setelah gabung ke JK, apa saja yang sudah kita lakukan. Apakah kita sudah berusaha keras untuk itu. Untuk memperkenalkan diri kita, untuk membuka kesempatan ke banyak orang yang mungkin ada ketertarikan awal. Dst..dst...dst. Apakah kita sudah isi form JK dgn menarik, apakah foto yg kita upload sudah cukup menarik agar membuka peluang dikontak oleh calon pasangan hidup kita. Apakah ketika chatting, kita sudah menjadi pribadi yg menyenangkan dan menarik. Sudahkah kita mau menerima temu darat, atau mengajak temu darat, sudahkah kita blablabla....dst.
Jadi, pergumulan hidup mencari calon pasangan hidup. Awalnya sudah tepat gabung ke JK. Tapi pada perjalanannya, bisa saja jadi lupa dengan tujuan semula. Terlena dengan kenyamanan lain akhirnya tujuan awal tidak tercapai.
Apakah salah? Ya tidak juga. Saya hanya tunjukan bahwa kalau kita tidak fokus dengan tujuan awal, ya salahkan diri sendiri saja kalau belum teratasi pergumulan tersebut. Kalau kita tidak instropeksi diri, tidak menyadari kesalahan sendiri yang telah diperbuat selama ini, ya kemungkinan terjadinya perubahan menjadi kecil.
Sewaktu sebelum gabung ke JK pun, tentu sudah ada kesalahan di dunia nyata sehingga belum menemukan pasangan hidup. Kalau ngga percaya, silakan di review masing2 saja ya. Ketemu koq nanti salahnya dimana, atau kurangnya dimana, atau banyak hal yg belum dilakukan yg sebenarnya bisa dilakukan.
Semoga lebih bisa dipahami ya. Tetap semangat, tetap berbagi pengalaman dan berbagi pengetahuan. Sukses adalah hak kita. Raihlah itu.
26 Juli 2020 diubah oleh IRWAN123
-
26 Juli 2020
Tambahan sedikit bro Irwan utk jawaban pernyataan bro di paragraf terakhir..
Ia bro...kita mmg bisa memilih utk terus mengejar impian kita dgn terus mengejar dan berupaya..tapi jika bro tiba-tiba diberi ujian oleh Tuhan dgn sakit penyakit yg berat, katakan stroke, apakah masih bisa bekerja mengejar impian itu terus?
Manusia itu terbatas, jd hrs disesuaikan dg kenampuan fisik. Tubuh ini ada masanya. Semakin menua, tubuh semakin melemah. Seandainya tubuh ini muda terus, akupun mau bro mengejar cita-cita sampai ke langit.😁😁
Berapa byk orang karena terlalu ambisius, tiba-tiba kena serangan jantung dan sakit penyakit yg lain...
Aku sllu, bilang betul kita bisa berusaha tapi Tuhan yg menentukan.
-
26 Juli 2020
Sepakat sama ini
LUKAS244 tulis:
Pencobaan >> goal akhirnya kita gagal, jatuh dalam dosa >> datang dari si Jahat.
Ujian >> tujuannya supaya kita naik kelas >> datang dari Tuhan.
Pergumulan >> proses menimbang2 di dalam hati kita, alias galau.
Buat saya pribadi, kadang2 pencobaan dan ujian itu rada2 'nyaru' (keliatan sama).
-
26 Juli 2020
Resikonya orang tidak menikah adalah hidupnya tidak bahagia?
Yakinnn?? Banyak koq org yang memilih untuk tidak menikah hidupnya bahagia2 aja..
Dan apakah orang yang menikah sudah pasti bahagia?
Kebahagiaan itu bukankah tidak ditentukan atas dasar menikah dan tidak menikah?
IRWAN123 tulis:
Resikonya orang menikah, adalah bercerai (krn pilihan atau ditinggal mati) selain tentunya hidup berbahagia.
Resikonya orang tidak menikah, adalah hidupnya tidak bahagia, selain bisa bahagia.
Setiap pilihan hidup, akan selalu ada resikonya selain ada rewards nya. Kenalilah resiko yang ada selain rewards yang akan kita nikmati.
Dari pengamatan saya sejak usia 25 tahun. Umumnya orang telat menikah atau bahkan tidak menikah biasanya karena rasa takut akan perceraian atau hidup tidak bahagia dalam pernikahan. Ketakutkan seperti ini terlalu mendominasi di pikiran, akhirnya menjadi tidak berani membuat komitmen.
Saya pribadi sejak usia 30 tahun, sudah membersihkan pikiran dari ketakutan2 seperti itu. Saya fokus ke rewards nya, sementara resiko akan siap saya hadapi. Apapun itu.
Seperti quotes dari Warren Buffett yang sangat saya suka,
"Risk comes from not knowing what you're doing."
-
26 Juli 2020
Itu makanya saya stop ber-agumen.
Saya cukup free thinker (bisa dilihat dari komen2 saya di forum), tapi saya tetep mengacu pada Alkitab. Alkitab tetap jadi pedoman; meski tetap ada kontempelasi dari pikiran2 saya sendiri, yang mana terkadang ga sesuai dengan alkitab. Ini masih jadi pergumulan saya.
Menurut saya, kita sebagai orang kristen, perlu untuk menyelaraskan cara berpikir kita dengan kontekstual apa yang Alkitab utarakan. Kalau bukan alkitab, apa yang mau/bisa dijadikan acuan? Hikmat manusia?
Nah, secara konteks nya sudah berbeda, saya mundur saja. 😬 sama kaya tempo hari, menurut saya penting untuk komen pada topik sebuah forum, sesuai konteks yang si pembuat forum maksudkan (Trit 'Pria JK Jarang ada yang Mapan', yang buat si Mbak Anita). Kalau keluar dari konteks si pembuat forum, sebenernya arah pembahasannya mau dibawa kemana? Jadi terlihat seperti pelampiasan/peluapan emosi saja.
Hal ini berujung si mbak Anita dibully salah satu member (di trit lain, tapi ya karena soal kemapanan juga). Semuanya karena kegagalan dalam melihat konteks. 😬
MAR957 tulis:
sy jadi penasaran lihat profile ito irwan, dari profilenya sy simpulkan cara berpikir dan bertindak ito sesuai dgn ilmu yg dipelajarinya ( lbh ke arah agnostic... CMIIW).
sy sendiri value² yg sy pegang dasarnya dari alkitab yg sy denger melalui kotbah² di gereja, komsel dll.
perbedaan latar belakang ini menimbulkan sudut pandang yg berbeda pula, jadi sy sendiri milih utk tdk adu argumen, walopun bertolak belakang dgn pemahaman sy.
-
26 Juli 2020
Sista Mar, saya bukan agnostic. Saya sangat theist. Saya penentang teori evolusi manusia. Saya penganut penciptaan. Saya bisa berdebat dan tunjukan dengan ilmuwan manapun soal ini. Saya bisa tunjukan inkonsistensi logika dari para ilmuwan yg penganut teori evolusi.
Saya punya hubungan yg sangat khusus dengan Tuhan. Sangat pribadi. Tak ada yg bisa mengganggu itu. Juga pendeta tak bisa ganggu itu. Saya bukan tipe yg manut begitu saja apa kata pendeta. Alkitab sudah selesai utk saya. Mau bahas tafsiran ayat, silakan.
Tapi perlu sista ketahui. Bila ada tiga doktor teologi diberikan satu ayat di Alkitab. Kita mintakan mereka memberikan tafsiran ayat tersebut. Maka, sekedar sista tahu saja, jangan kaget bila akan lahir tiga tafsiran yang berbeda dari satu ayat yang sama.
Lalu, tafsiran siapakah yang benar akan ayat tersebut? Apakah tafsiran doktor teologi A yg benar? Atau tafsiran doktor teologi B yg benar? Atau tafsiran doktor teologi C yang benar? Atau malah salah semua tafsiran mereka?
Tak ada yg bisa menjadi hakim untuk perbedaan2 tafsiran tersebut. Kita pribadi berhak memilih tafsiran siapa dari ketiganya yg mau kita imani. Atau malah mungkin punya tafsiran berbeda dari ketiga doktor teologi tersebut.
Jaman dulu, kalau tidak salah sekitar tahun 1996. Saya pernah mempermasalahkan di suatu forum Kristen yang bersifat terbuka di dunia maya. Jaman dulu masih mailing list, bentuknya.
Saya mempermasalahkan sebuah gereja memberikan pemberkatan pernikahan atas Katon dan Ira, padahal mereka masih berbeda keyakinan. Yang satu pengikut Kristus, yang satu lagi belum. Saya tunjukan ayat2 Alkitab dasar pemikiran saya.
Karena bersifat sensitif untuk umum. Akhirnya salah satu pendeta dari gereja tersebut membuatkan forum terbatas untuk diskusi. Di forum terbatas itu, saya sendirian dan berhadapan dengan 20 pendeta dari gereja tersebut. Terjadilah diskusi dan adu argumen akan hal tersebut. Saya diposisi menentang, forum tersebut yang mendukung alias menurut mereka secara Kristen dibolehkan pernikahan yg berbeda keyakinan tersebut.
Singkat cerita, sepakat untuk tidak sepakat. Diskusi berjalan dengan baik dan tidak ngasal. Masing-masing ajukan argumentasinya. Saya juga. Saya jelaskan beberapa bacaan ayat di alkitab yg mereka gunakan sebagai alasan pembenaran. Saya jelaskan tafsiran dari ayat yg mereka berikan bukan demikian. Karena jelas tertulis konteksnya ayat tersebut di ayat itu sendiri. Dst..dst..dst.
Kira2 seperti itu Sista Mar.
Ada beberapa kawan saya yg sempat hampir memutuskan pindah agama karena pernikahan. Saya ngobrol santai saja soal ayat2. Semua menggunakan logika dan kebetulan saya juga lumayan tahu agama yg dia mau pindah. Saya jawab semua yg dia tanyakan yg cenderung menyerang Kristen karena dia punya buku kecil dari agama lain tersebut yg mempertanyakan ayat2 Alkitab. Saya jawab semuanya. Singkatnya, mereka tak jadi pindah agama. Tambah yakin. Malah ada yg pacarnya malah yg jadi pindah ke agama kawan saya tsb.
Sedikit saya buka sebagian latar belakang saya, agar ngga mudah menyimpulkan saya yg bukan realitanya saya.
MAR957 tulis:
sy jadi penasaran lihat profile ito irwan, dari profilenya sy simpulkan cara berpikir dan bertindak ito sesuai dgn ilmu yg dipelajarinya ( lbh ke arah agnostic... CMIIW).
sy sendiri value² yg sy pegang dasarnya dari alkitab yg sy denger melalui kotbah² di gereja, komsel dll.
perbedaan latar belakang ini menimbulkan sudut pandang yg berbeda pula, jadi sy sendiri milih utk tdk adu argumen, walopun bertolak belakang dgn pemahaman sy.
26 Juli 2020 diubah oleh IRWAN123
-
26 Juli 2020
Terima kasih Bro Agung. Saya ngalir saja dulu disini. Karena sebenarnya sebagian masih terkait ke judul thread sih. Cuma sudah agak gali lebih dalam, ke akar permasalahan.
Perbedaan yang ada, anggap saja sebagai memperkaya wawasan, Bro Agung.
Saya dulu juga berpikiran Ora et Labora. Sampai di bulan Maret 2018. Tuhan membukakan mata saya. Saat itu istri saya sedang dirawat di RS. Saya jadi bisa melihat jelas bahwa sebenarnya Tuhan sudah memberikan semua di dunia ini. Tapi kitanya sebagai manusia yg sering kali membutakan diri atau tidak mau belajar dengan pengetahuan.
Tuhan membukakan mata saya bahwa banyak sekali sekarang orang menjadikan doa menjadi seperti mantra. Doa itu berbicara dengan Tuhan. Bukan perintah2 Tuhan harus begini begitu. Harus mikirin hidup kita doang, seolah2 kita yg paling penting, orang lain tidak. Tuhan, aku mohon Liverpool bisa menang kali ini, katakan lagi lawan MU. Lalu pendukung MU, juga berdoa, Tuhan, semoga MU yg menang lawan Liverpool.
Doa jadi seperti mantra. Seolah sim salabim, dengan doa maka orang akan sembuh. Bahwa orang Kristen yg sakit kalau mau sembuh, selain berobat maka harus ditambah dengan doa.
Kalau memang demikian, doa bisa menyembuhkan yang sakit. Mengapa istri saya sakitnya tidak sembuh2? Atau, kalau doa bisa memberikan kesembuhan, harusnya doa juga bisa menjaga orang sehat utk tidak sakit. Lalu, kenapa istri saya koq yg berdoa tiap pagi, baca alkitab tiap pagi, malah dia yg kena sakit? Harusnya khan tetap sehat toh logikanya.
Tuhan semakin membukakan pikiran saya. Kalau kesembuhan hanya dari Tuhan atau berkat Tuhan, lalu kenapa koq orang atheist yg tidak percaya Tuhan, kalau sakit cukup hanya berobat saja, sembuh. Tak perlu pakai doa. Kenapa yg Kristen harus lebih susah untuk sembuh, krn harus ditambah doa selain obat2an?
Dan akhirnya saya menemukan jawabannya. Tuhan menciptakan dunia ini lengkap dengan formulanya. Yang malas, lebih beresiko jauh dari sukses. Yang ngga jaga kesehatan, lebih beresiko kena sakit. Kalau mau naik kelas, ya belajarlah dgn baik. Kalau mau cerdas, ya bukalah pikiran dan banyak baca serta banyak belajar. Kalau mau menemukan pasangan hidup, ya carilah dengan kreatif. Dst..dst..dst. Ngga peduli mau percaya Tuhan atau tidak, mau pengikut Yesus atau tidak, berlaku sama untuk semua manusia di dunia ini.
Gitu kira2nya nya. Saya paham sebagian disini akan kaget. Kekagetan akan muncul akibat dari ketidaktahuan sebelumnya. Sama seperti masyarakat pedalaman. Ditunjukin hape yg bisa rekam foto dan video. Mereka langsung kagum dan keheranan, takjub. Seolah mukjizat tengah terjadi. Lha, kita yg sudah paham ilmu pengetahuan, setidaknya tahu ada teknologi spt itu, anggap biasa2 saja. Kira2 spt itulah. Jadi ya saya maklum saja kalau banyak yg kaget, tidak menyangka. Karena mungkin sesuatu yg tak terpikirkan sebelumnya. Silakan diamati dan dipelajari saja fakta lapangan di dunia ini. Dengan begitu, lebih bisa melihat. Semuanya pilihan hidup sih. Mau membuka diri menjadi paham, atau tidak.
AGUNG864 tulis:
Om IRWAN123,
Buat thread yg membahas Ora et Labora om (Berkat dan Usaha)
Saya setuju dgn bbrp poin yg om sampaikan diatas, hanya saja secara detail agak berbeda dgn thread ini.
Terima kasih Om, TYM
-
26 Juli 2020
ECHY268 tulis:
Utk jawaban paragraf 1
Seperti yg aku udh sebutkan di atas, mmg ada orang miskin karena kesalahannya sendiri. Tapi ada yg miskin karena tidak tahu caranya utk maju bagaimana karena tdk punya akses utk pendidikan.
Tidak mencari tahu caranya, adalah kesalahan dia, pilihan hidup dia. Kita hidup di dunia ini tidak sendiri. Kalau tidak tahu dan ingin tahu caranya, tanya atau cari tahu. Ikut kerja apapun, lalu amati bagaimana pemilik usaha itu bisa sukses. Orang bisa sukses itu ngga melulu harus lewat jalur pendidikan formal. Ada begitu banyak orang sukses yg ngga tamat SMA koq. Kenapa juga pendidikan formal dijadikan alasan untuk pembenaran bahwa dirinya kurang kreatif dan kurang kerja keras sih? Pelajarilah bagaimana seorang Atta Halilintar yg terlahir dari kehidupan kekurangan, dan pendidkan formalnya juga minim, tapi bisa jadi orang sukses dan bahagia. Banyak menolong orang, dst.
Memangnya dulu pemilik nasi goreng kambing di kebun sirih itu pendidikannya tinggi? Ngga toh, tapi penghasilan dia sekarang sudah melebih banyak lulusan bergelar PhD sekalipun. Dulu saya pernah kira2 perkiraan penghasilan dia sebulannya bisa berapa ratus juta. Mgk sekarang sudah lebih kali ya.
----------
Sista Echy menulis:
Yg kedua :
Aku tak pernah bilang harta adalah tolak ukur kebahagiaan. Dlm hal ini aku setuju dgn bro, bahagia itu berasal dari diri sendiri. Aku menyebutnya sllu bersyukur dlm segala situasi kehidupan ini. Iklas dan sabar.
Irwan menjawab:
Sepakat.
--------------
Sista Echy:
Yg ketiga :
Banyak orang yg bkn kristen tapi kaya. Byk orang kristen tapi miskin. Pdhl, orang kristen harusnya lbh kaya dari orang sekuler jika masuk pd kata kasih karunia. Begitu mksd bro khan...
Irwan menjawab:
Saya tidak pernah mengatakan demikian. Justru saya mengatakan bahwa orang menjadi kaya atau tidak menjadi kaya tidak ada kaitannya dengan ketuhanan spt apa yg orang tersebut imani/anut. Sudah banyak contoh kasus orang tak percaya keberadaan Tuhan, kehidupan ekonominya berlebih dan kehidupannya bahagia sekali. Belum lagi bila kita hitung yg non Kristen, bila diasumsikan hanya yg Kristen saja yg diberkati Tuhan.
Bagi saya. Tuhan wkt menciptakan dunia ini sudah memasukan rumus2nya sekaligus. Kalau mau jadi kaya, ya harus kerja keras, kerja cerdas, tekun, dst..dst...dst. Kalau mau pakai cara nipu2, juga bisa, tapi resikonya kalau nipu2, maka blablabla....Sudah lengkap koq formula alamnya. Jadi urusan percaya Tuhan itu bukan urusan mau jadi kaya atau tidak. Ini malah yg jadi aneh buat saya.
-------------------
Sista Echy menulis:
Aku menjawab dari sisi yg ku yakini yaitu iman kristen. Itulah misteri Tuhan. JalanNya tak terselami logika manusia. Memang Tuhan itu sulit dipahami secara logika. Tapi, jgn pula kekayaan dijadikan sbg tolak ukur kasih karunia.
Irwan menjawab:
Semua yg saya bahas tadi, boleh saja langsung disimpulkan misteri Tuhan. Dari kebanyakan orang beragama, apapun latar belakang agamanya. Baik itu Kristen atau non Kristen. Biasanya, karena malas utk riset dan cari tahu, mentok2 tinggal bilang misteri Tuhan. Jawaban yg sangat gampang dan praktis. Padahal semuanya bisa dijelaskan koq dengan mudah asal mau membuka diri.
Semuanya pilihan hidup koq. Mau jadi seperti masyarakat pedalaman yg tak mau tersentuh dgn ilmu pengetahuan sehingga semuanya dianggap ajaib, ya silakan saja. Jaman dulu, wkt penyebaran agama khan salah satunya dgn bawa obat2an ke masyarakat pedalaman. Sehingga penyebar agama yg masuk ke suku tertentu wkt itu, pas ada orang sakit, dia kasih obat, sembuh. Lalu masyarakat itu takjub dan dianggap sebagai titisan dewa atau apalah. Karena mereka lihat lebih hebat dari dukun mereka. Lha, kita yg tahu ilmu pengetahuan kenapa yg sakit itu jadi sembuh, alias krn dikasih obat, biasa2 saja toh.Dalam artian, ya logikanya obat yg cocok dgn penyakit itu, bisa menyembuhkan.
--------------------
Sista Echy menulis:
Tidak sedikit orang memperkaya diri dari korupsi, mengemplang pajak, dan menipu. Tapi ada jg orang kaya murni karena diberkati Tuhan.
Irwan menjawab:
Nah, ini namanya kasih contoh yg tidak fair lah. Sukanya dari perspektif yg membenarkan keimanan pribadi dan seolah2 jadi menjelekkan yg lain. Apa iya selalu contohnya begitu. Sudah pernah dengar belum sista Echy, bahwa ada banyak orang kaya yg hasil dari kerja keras dan kerja benar, apapun latar belakang agamanya atau bahkan atheist sekalipun. Dan ada banyak juga orang kristen yg kaya hasil dari jualan agama. Mau saya tunjukin pendeta2 di AS yg menyalahgunakan agama demi menumpuk harta? Yang begituan, sista Echy sebut diberkati Tuhan kekayaannya? Khan tidak toh.
Okelah, saya pikir kita fokus sajalah ke hal yg sederhana yg ada di depan mata kita sajalah. Kalau hal2 absurd, nanti malah jadi diskusinya kemana2. Kurang efektif.
26 Juli 2020 diubah oleh IRWAN123
-
26 Juli 2020
Saya ngejar impian saya juga masih terukur koq, Masih realistis. Saya tidak bermimpi utk mau memecahkan rekor lari 100 meter. Karena secara rasionalitas manusia, kemungkinan hal itu bisa terwujud hanya saya perkirakan 0.01 %
Sista Echy ada tulis dengan bilang bahwa Tuhan ada kasih ujian dengan kasih penyakit stroke ke saya? Oh c'mon sista. Sejak kapan Tuhannya orang Kristen jadi sejahat itu? Sadis bener kalau spt itu. Maaf sista, saya tak pernah akan mau mengaminkan Tuhan kasih penyakit ke orang. Apapun itu dalihnya, ujian keq, ulangan umum keq, atau sekedar quiz saja, ngga akan pernah akan saya aminkan.
Saat istri saya hasil biopsinya mengatakan kanker, pun saya tak pernah berpikiran demikian. Setelah selesai dia minta waktu bersedih ke saya. Lalu giliran saya bicara ke dia. Saya katakan demikian. Jangan pernah berpikiran sakit mu ini dari Tuhan. Tuhan tak pernah memberikan penyakit ke manusia. Penyakit mu ini akibat kesalahan pola hidupmu dimasa lalu yg kita sama2 tidak ketahui apa penyebabnya. Saat ini yg lebih penting kita fokus mencari pengobatan.
Soal hidup mati, jangan kau pikirkan. Walau kamu saat ini sakit, bisa saja yg meninggal saya duluan. Tak ada yg tahu masa depan. Yang jelas, saya akan selalu disisi mu sampai kapanpun. Saya akan menemani mu menjalani semua itu.
Orang tidak dilihat dari seberapa panjang usianya. Tapi seberapa bermanfaatnya hidup yang dijalani. Pilihan sekarang ada didirimu. Kamu mau menjalani sisa hidup mu dengan terus bersedih, terus berkeluh kesah. Ataukah kamu akan jalani sisa hidup mu dengan terus berkarya, terus menebarkan kebaikan, tetap terlihat semangat dan bersuka cita. Semuanya adalah pilihan hidup yg kau harus ambil.
Anggaplah ini sebagai peluang emas yg masih kau miliki. Karena bila kamu bisa jalani seperti itu, maka kesaksian kamu akan jauh lebih hebat dari 10 pendeta top sekalipun yg menyampaikan kotbah tapi tidak mengidap kanker.
Mendiang istri saya memilih menjalani hidupnya dengan terus berkarya, seperti tidak terlihat sakit. Sampai teman2 kerjanya susah percaya kalau dia sakit kanker. Bahkan banyak yg super kaget setelah tahu istri saya meninggal dan tahu sudah sakit kanker sejak 2018. Mereka kaget, karena wkt di daerah, tetap terlihat spt sehat dan terus aktif berkarya demi kemajuan wanita2 di daerah.
Bahkan saat beberapa hari sebelum kematiannya pun, saat terbaring di RS, kakak saya sampai terharu dan banyak belajar dari istri saya. Sepulang dari besuk, kakak saya menuliskan bahwa dia merasa malu dan belajar banyak. Istri saya yg dalam kondisi sakit berat, tetap bisa tersenyum ke kakak saya, seolah2 tidak dirasakan sakitnya.
Saat istri saya meninggal. Banyak kesaksian2 muncul dari lintas agama. Betapa mereka belajar banyak dari apa yg telah dilakukan oleh istri saya. Sampai ada yg minta ijin ke saya utk mengadakan tahlilan 7 hari di tempat tinggalnya.
Istri saya telah melakukan jauh dari yg saya pernah bayangkan sebelumnya. Dia telah menjadi terang dan garam yang sesungguhnya. Tanpa harus berkotbah membawa2 firman Tuhan. Kebaikannya telah meresap ke ribuan pemuda/pemudi di Indonesia, dan banyak ibu2 di daerah yg merasakan perjuangan dia dalam hal emansipasi, kesetaraan gender, dan ukm di daerah melalui peranan ibu2 di daerah.
Kembali ke hal awal. Hidup itu pilihan. Silakan pilih yang menurut kita nyaman. Orang lain akan melihat hanya dari seberapa berkualitasnya kita menjalani hidup atau sisa hidup ini.
Soal resiko stroke yg sista Echy ada sebutkan. Sudah saya atasi dengan ilmu pengetahuan shg resiko saya kena stroke menjadi sangat rendah. Pembuluh darah di otak saya sudah dibersihkan dengan teknik DSA dari dokter Terawan. Vertigo saya langsung sembuh paska DSA. Padahal, vertigo itu menurut dokter syaraf, salah satu resiko lanjutannya bisa beresiko kena stroke.
Setelah DSA dan jadi bersih, saya tinggal jaga pola hidup sehat agar resiko kena stroke jadi minim. Yaitu, cukup minum setiap hari. Rumusnya, minimum sehari minum air biasa 40 ml dikali berat badan kita. Itu pesan dari dokter Terawan ke saya.
Kembali, bagi yg kurang tahu ilmu pengetahuan, sering dgn mudah mengaikan ke hal2 klenik, spiritual. Padahal semuanya bisa dijelaskan secara ilmu pengetahuan, kalau mau. Ada ilmu pengetahuan utk membantu menjaga kesehatan kita.
Hidup sehat itu piihan,
ECHY268 tulis:
Tambahan sedikit bro Irwan utk jawaban pernyataan bro di paragraf terakhir..
Ia bro...kita mmg bisa memilih utk terus mengejar impian kita dgn terus mengejar dan berupaya..tapi jika bro tiba-tiba diberi ujian oleh Tuhan dgn sakit penyakit yg berat, katakan stroke, apakah masih bisa bekerja mengejar impian itu terus?
Manusia itu terbatas, jd hrs disesuaikan dg kenampuan fisik. Tubuh ini ada masanya. Semakin menua, tubuh semakin melemah. Seandainya tubuh ini muda terus, akupun mau bro mengejar cita-cita sampai ke langit.😁😁
Berapa byk orang karena terlalu ambisius, tiba-tiba kena serangan jantung dan sakit penyakit yg lain...
Aku sllu, bilang betul kita bisa berusaha tapi Tuhan yg menentukan.
26 Juli 2020 diubah oleh IRWAN123
-
26 Juli 2020
Jangan dipenggal2 sista Ida. Khan saya tulisnya begini:
"Resikonya orang tidak menikah, adalah hidupnya tidak bahagia, selain bisa bahagia."
Jadi, orang tidak menikah itu kemungkinannya ada dua. Yaitu, hidupnya bisa tidak bahagia atau hidupnya bisa bahagia.
Begitu juga yang menikah. Resikonya bisa bahagia, bisa juga tidak bahagia.
Dibaca ulang deh ya sista Ida.Jangan menyimpulkan sesuatu yg tidak saya katakan. Ngga baik diskusinya seperti itu.
IDA472 tulis:
Resikonya orang tidak menikah adalah hidupnya tidak bahagia?
Yakinnn?? Banyak koq org yang memilih untuk tidak menikah hidupnya bahagia2 aja..
Dan apakah orang yang menikah sudah pasti bahagia?
Kebahagiaan itu bukankah tidak ditentukan atas dasar menikah dan tidak menikah?
27 Juli 2020 diubah oleh JODOHKRISTEN
-
27 Juli 2020
LUKAS244 tulis:
Itu makanya saya stop ber-agumen.
Saya cukup free thinker (bisa dilihat dari komen2 saya di forum), tapi saya tetep mengacu pada Alkitab. Alkitab tetap jadi pedoman; meski tetap ada kontempelasi dari pikiran2 saya sendiri, yang mana terkadang ga sesuai dengan alkitab. Ini masih jadi pergumulan saya.
Menurut saya, kita sebagai orang kristen, perlu untuk menyelaraskan cara berpikir kita dengan kontekstual apa yang Alkitab utarakan. Kalau bukan alkitab, apa yang mau/bisa dijadikan acuan? Hikmat manusia?
sekedar sharing nih ya, sy bukan kristen 'radikal' yg strict bgt dgn doktrin. kebetulan bbrp thn blakangan ini sy bertumbuh di gereja yg misi gereja tsb adlh membangun generasi bintang yg berkenan di hadapan Tuhan dan dihormati oleh manusia, makanya kotbah² yg sy dnger dari gereja tsb lbh banyak mengarah ke pembentukan karakter jemaatnya krn ibadah yg sejati adlh sikap hidup kita sehari².
utk hal² terentu, cara menyelaraskan pikiran dgn kontekstual alkitab dgn menjadikan hikmat manusia menjadi acuan menurut sy sih ga ada masalah, selama kita bisa pilah², hikmat manusia yg background-nya spt apa dulu.
contohnya yg sy lakukan :
- klo ingin blajar tentang nutrisi, salah satu kiblat sy adlh Ps. Yohanes Sunardi. Dia seorg ahli nutrisi dan byk berbicara ttg kesehatan dan nutrisi berdasarkan alkitab.
- klo ingin belajar tentang love & relationship, salah satu kiblat sy adlh Debra Fileta. Dia seorg Psychotherapist yg pengajarannya berdasarkan alkitab.
- klo ingin blajar ttg management, sy blajar dr John C Maxwell
Dst...Dst...
intinya sy belajar berbagai bidang ilmu pengetahuan yg bersumber dr alkitab.
Nah, secara konteks nya sudah berbeda, saya mundur saja. 😬 sama kaya tempo hari, menurut saya penting untuk komen pada topik sebuah forum, sesuai konteks yang si pembuat forum maksudkan (Trit 'Pria JK Jarang ada yang Mapan', yang buat si Mbak Anita). Kalau keluar dari konteks si pembuat forum, sebenernya arah pembahasannya mau dibawa kemana? Jadi terlihat seperti pelampiasan/peluapan emosi saja.
Hal ini berujung si mbak Anita dibully salah satu member (di trit lain, tapi ya karena soal kemapanan juga). Semuanya karena kegagalan dalam melihat konteks. 😬
Biar sy ga terlalu jauh melebar dr konteks makanya yg sy respon adlh komentar sdra Irwan diawal ttg perbedaan pencobaan & pergumulan hidup.
klo org lain melebar kmana²... menurut sy sih sah² aja, tiap org memiliki cara pandang yg berbeda², biarkan masing² mengeskpresikan diri.
yg merasa terbully harap tenang, itung² melatih mental 😄 yg membully biarin aja... akan mendpt penilaian tersendiri dr audience 😊
-
27 Juli 2020
IRWAN123 tulis:
Sista Mar, saya bukan agnostic. Saya sangat theist. Saya penentang teori evolusi manusia.
....
Sedikit saya buka sebagian latar belakang saya, agar ngga mudah menyimpulkan saya yg bukan realitanya saya.
sy rasa Tuhan jauh lbh menginginkan hubungan kita yg akrab dgnNya dr pada pengetahuan kita yg dlm ttg Dia tp ada jarak.
sy menyimpulkan ito Irwan seorg agnostic krn lihat tokoh panutan ito adlh Bill Gates yg seorg agnostic dan mengingat komentar ito sendiri di trit sebelah yg mengatakan bahwa tokoh panutan kita bisa menunjang pikiran bawah sadar kita, apa yg kita cari dan atau pun pikirkan akan mengarah spt itu, ditambah info yg sy lihat... ito irwan ke gereja hanya bbrp kali setahun, blm lagi pemikiran² ito yg tertuang di forum, maaf klo penilaian sy salah.
27 Juli 2020 diubah oleh JODOHKRISTEN
-
27 Juli 2020
.
28 Juli 2020 diubah oleh MEI240
-
27 Juli 2020
Wow, so salah 1 dari paket 3 in 1 tsb bkn dari Tuhan?
Maksud sy tentu saja yg bagian ujian tsb.
Menarik. I find it intriguing.
Sy melihat abang ini komen2nya di berbagai thread forum cukup panjang, straight to the point, cukup insightful at times plus tdk pake acara asbun.
Sy ingin tau pandangan anda mengenai pohon pengetahuan ttg yg baik dan yg jahat.
Menurut anda, peletakan pohon tsb di sana tujuannya apa? Bahasa lainnya, utk apa Tuhan meletakkan pohon serbaguna tsb di sana?
Mohon pencerahannya.😏
IRWAN123 tulis:
Ujian hidup, yg bikin kita sendiri.
Pencobaan hidup, akibat ulah kita sendiri
Pergumulan hidup, kita sendiri pula yg bikin.
Minta bantuan Tuhan untuk itu semua???
C'mon...koq yg bikin masalah kita sendiri, malah nyuruh Tuhan utk nyelesain....ya kita sendirilah selesain masalah yg kita buat sendiri. Jangan malah suruh yg lain utk atasi masalah kita. Harus inisiatif dari diri kita sendiri mau berusaha utk atasi apapun permasalah yg dihadapi atas kesalahan yg kita telah buat di masa lalu tsb.....
28 Juli 2020 diubah oleh MEI240
-
27 Juli 2020
@ Bro Irwan...
Disini kutulis rangkuman tanggapanku atas tulisanmu.
Kemiskinan
Menurut Bro Irwan : Kemiskinan terjadi akibat kesalahan seseorang karena tidak bekerja keras utk itu.
Aku kurang setuju, karena ada yg miskin karena kesalahannya sendiri dan ada yg miskin bukan karena kesalahannya sendiri. Sebagai orang Kristen aku lebih mengandalkan imanku sebagai pengikut Kristus. Lukas 16:24 (silahkan baca sendiri biar ga panjang disini), lalu Lukas 16:25 “tetapi Abraham berkata : Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu (ini maksudnya utk si kaya), sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita.
Lazarus seorang pengemis dan borokan, selama hidupnya hidup miskin dan susah. Sementara ada orang kaya yg hidupnya mewah. Keduanya sama-sama mati. Lazarus si miskin duduk dipangkuan Abraham di sorga, sementara si kaya menderita sengsara di neraka. Disana tidak disebut, Lazarus sang pengemis miskin dan borokan karena kesalahannya maka pantas dia hidup menderita selama di dunia. Inilah alasanku bahwa miskin itu tidak selalu karena kesalahan orang itu sendiri. Tuhan sendiri tidak bilang seperti itu.
Mnrtku, kemiskinan bisa dijinkan Tuhan terjadi spy orang yg mampu bisa menolong yg miskin tersebut. Jadi tidak berpikir, lo miskin akibat salah lo sendiri. Lalu, dibiarkan. Sama seperti si kaya di Lukas tersebut.
Sakit penyakit Menurut Bro Irwan :
1. Tuhan tak pernah kasih manusia sakit penyakit.
Jawabanku :
BUKTI BAHWA TUHAN BISA KASIH MANUSIA SAKIT PENYAKIT.
Silahkan dibaca kisah Ayub. Tuhan ijinkan Ayub dikasih sakit penyakit oleh Iblis. Tuhan juga menulahi anak Daud, hasil berzinahnya dgn Batsyeba. 2 Samuel 12 : 15 “Kemudian pergilah Natan ke rumahnya. Dan TUHAN menulahi anak yang dilahirkan bekas isteri Uria bagi Daud, sehingga sakit. Apa salah anak yg tak berdosa itu…?? Ibu dan bapaknya yg berdosa.
Demi Tuhan, aku tidak pernah ingin melihat Bro Irwan terkena stroke. Itu hanya pengandaianku saja. Karena Bro Irwan dengan sangat yakin dengan bekerja keras pasti bisa berhasil. Jika saat bekerja keras, lalu sakit berat apa masih bisa kerja? Aku bilang, manusia bisa berhasil atau kaya atas kasih karunia Tuhan semata. Aku imani dari Amsal 10:22 : Berkat TUHANlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya.”
Nah, dari tanggapan bro tsb, bro sendiri mengakui mengejar impianpun ada batasannya. Tidak bisa dipaksakan karena hrs disesuaikan dgn kemampuan jasmani dan rohani seseorang. Saat kondisi fisik super prima bisa bekerja optimal. Ada orang sebenarnya dia ingin maju tapi mungkin fisiknya tidak kuat. Dia mau mencari pengobatan terbaik terbentur dana karena tak sanggup. Bro Irwan kebetulan beruntung, bisa dapat akses ke rumah sakit yg bagus dan terjamin. Contohnya bisa sampai pake metode pengobatan dokter Terawan yg dimana bagi rakyat biasa itu sangat sulit mencapainya. -
27 Juli 2020
@ Bro Irwan..
Sambungan di atas
2. Sakit Penyakit akibat kesalahan sendiri (menurut bro Irwan)
Bro Irwan, kasih contoh dari yg dialami almarhumah isteri. Isteri sakit karena kesalahannya sendiri karena tidak menjaga pola hidup sehat mungkin. Oke lah Bro dan almarhumah mengamininya. (Ah Tuhan, maafkan aku mengutak atik beliau yg sudah tiada. Rest In Peace Kakak).Jawabanku :
Betul, ada orang sakit akibat kesalahannya sendiri. Nah, yg jadi MISTERI ILAHI lagi adalah sering khan lihat mereka yg tinggal di bantaran sungai manggarai, atau ciliwung atau orang yg hidup dibawah kolong jembatan. Kira-kira mereka itu pola hidupnya sehat ga? Pasti ga. Gubug seadanya, makanpun seadanya. Fasilitas jauh dari apa yg mgkn pernah dinikmati oleh mendiang istri Bro irwan. Tapi, apa mereka kena kanker? Ada Ibu-Ibu tukang gado-gado langgananku. Berusia sekitar 55 tahunlah. Semua dia yg kerjain. Dia cerita tidur Cuma 3 jam sehari. Ga pernah sakit, malah suaminya yg tak pernah ikut bantuin dia yg sakit-sakitan. Pdhl, kl dilihat pola hidup ibu itu sangat tidak sehat. Tidur Cuma 3 jam seharai. Seharian capek urusin warungnya yg dagangannya bkn Cuma gado-gado. Dia itu kl makan dan masak selalu pakai micin atau penyedap rasa. Sehat saja. Ada orang menu makanannya super ketat sampai ke dokter gizi segala, ehh malah sakit-sakitan.Misteri Ilahi yg lain tentang kemujuran hidup orang fasik dibanding Ayub yang hidup taat dan Takut Akan Tuhan.
Ayub 21 : 1-13 “Mengapa orang fasik tetap hidup, menjadi tua, bahkan menjadi bertambah-tambah kuat? Keturunan mereka tetap bersama mereka, dan anak cucu diperhatikan mereka. Rumah-rumah mereka aman, tak ada ketakutan, pentung Allah tidak menimpa mereka. Lembu jantan mereka memacek dan tidak gagal, lembu betina mereka beranak dan tidak keguguran dst…(Bisa dibaca Alkitabnya untuk lanjutannya).
Oh ia terakhir sebagai penutup.
Fyi, aku bukan orang yg pesimis bro.. lihat photo yg kupajang di pp profilku dgn tersenyum manis. Semanis itulah aku memandang hidup ini. Hanya saja aku tak mau menghakimi orang lain mau dia dibawahku atau diatasku. Aku menganut prinsip segala sesuatu Tuhan yg atur, tugasku hanyalah mengerjakan bagianku sebisa yang ku mampu, selain itu kuserahkan kepada Tuhan.
Dari semua penjelasan di atas, jadi masing-masing mengetahui pola pikir lawan bicara. Bisa dilihat juga siapa yang menjadi role model dlm hidupnya. Aku lebih kepada Tuhan Yesus dan orangtuaku yg hidup sederhana. Bro Irwan, bill gates. Aku kasih tahu lagi, tidak ada satupun manusia dibumi yg sekarang ini yang jadi role modelku kecuali orangtuaku (itupun sudah tiada).Ya sudah. Jika bro menerima pandangan saya itu, bagus. Jika tidak, bagus juga. Tidak ada yg salah atau yang benar secara mutlak. Kebenaran hanya milik Tuhan. Masing-masing berjalan sesuai dgn yg diimani. Aku juga bukan model manusia yg lekas tersinggung. Aku belajar dari Tuhan Yesus, dihina, dicaci maki tetap memberkati. Aku hanya ingin belajar berargumen tanpa menyakiti orang lain. Jika ada salah-salah kata, aku minta maaf, mengingat dari segi usia aku memang jauh dibawahmu. Jadi sudah sewajarnya masih banyak belajar dari yang senior.
Salam -
28 Juli 2020
Uh oh, br sy scroll dan baca bbrp bagian yg terlewatkan.
Saya paling ga suka kl ada yg mengatakan kalimat2 yg implikasinya ga jauh2 dari kalimat yg dishare ke inet bertahun2 lalu yg masih digandrungi seb org --> kl km terlahir miskin, itu bukan salahmu tp kl km mati dlm kemiskinan itu salahmu.
Sy mengakui saying tsb msh memiliki poin positif yg bisa digunakan sebgaian org utk memotivasi dan meng-upgrade diri tetapi jgn menjadikan 2 klausa tsb sbg patokan harga mati utk menghakimi org lain dan mengeneralisir segala macam perkara tanpa menelisik lbh lanjut.
Kita boleh berargumen mnrt opini pribadi yg kita pikir plg bnr. Tapi, mata jg hrs dibuka, survey lapangan sekalian. Brp bnyk org yg sdh mati2an akhirnya tetap mati dlm kemiskinan? Salah mrk? Kaga deh.
Kl kublg, salah perencanaan dari atas. Oh dari atas tidak ada yg salah. Ya sudah, mati dlm kemiskinan jg bkn suatu masalah dan tidak ada yg bersalah ttg hal tsb under certain circumstances.
Suatu pepatah mau pun teori tidak bisa dipaksakan ke 2 perkara atau lebih yg mana subjeknya berbeda, objeknya berbeda dan konteksnya jg berbeda.
Eh buka tuh acara tv Orang Pinggiran. Buka dan lihat pake mata. Buka Discovery Chan, gabung ke yayasan charity, buka mata lebar2.
Sy msh ingat berrrrtahun2 lalu, ada 1 tmn co greja sy post stat FB kalimat sakti jadul tsb. Sy blg, km sadar ga km baru saja kejatuhan kasih karunia mendapatkan pohon besar, (alias anak ce tunggal org kaya ke sekian di Indo).
Jgn songong dong. Barulah doi mesem2 n jwb, "ah kok gt km.. ga dewasa. Hehehe jgn gitulah..."
🤣🤣🤣
Dan bagaimana mengenai anak yg penderitaannya tercaptured dgn jelas oleh sang pemenang Pulitzer yg akhirnya committed suicide tsb?
Ia lahir dan MATI dlm KEMISKINAN, kemelaratan. Ia bahkan blm bisa mengerti apakah dan siapakah Tuhan itu. No sooner she was born than died in agony.
28 Juli 2020 diubah oleh MEI240
-
28 Juli 2020
Oh sy lupa blg bahwa kedua klausa terkenal tsb bkn diutarakan oleh Bill Gates.. siapa tau ada yg berpikir Bill Gates yg mengatakan hal tsb.
-
30 Juli 2020
IRWAN123 tulis:
Ujian hidup, yg bikin kita sendiri.
Pencobaan hidup, akibat ulah kita sendiri
Pergumulan hidup, kita sendiri pula yg bikin.
Minta bantuan Tuhan untuk itu semua???
C'mon...koq yg bikin masalah kita sendiri, malah nyuruh Tuhan utk nyelesain....ya kita sendirilah selesain masalah yg kita buat sendiri. Jangan malah suruh yg lain utk atasi masalah kita. Harus inisiatif dari diri kita sendiri mau berusaha utk atasi apapun permasalah yg dihadapi atas kesalahan yg kita telah buat di masa lalu tsb.....
Apa yg saya tulis di awal, mencoba menjawab apa yg TS ingin tahu. TS memberikan kesempatan bagi yg menganggap ketiga hal itu sama. Saya di posisi yg menganggap tiga hal itu memiliki kesamaan. Kesamaannya adalah sama2 permasalahan hidup yang kalau ditelisik lebih jauh adalah akibat kesalahan manusia. Mungkin istilah "kesalahan manusia" agak frontal dan mengagetkan dan dapat memunculkan beberapa pertanyaan lanjutan. Okelah, saya gunakan saja istilah yg lebih netral yaitu setiap orang pada dasarnya menghadapi resikonya sendiri2 di setiap keputusan atas pilihan hidup yg diambil maupun tidak diambil.
Permasalahan hidup yg dialami oleh orang, akan memunculkan istilah2 baru sejalan dengan perbedaan perspektif keimanan yg dimiliki. Ada yg lalu menyebutkannya sebagai ujian hidup, cobaan hidup, pergumulan hidup, azab, takdir, karma, sial/apes, ceroboh, dst.
Apapun latar belakangan keimanan, baik itu theist (Kristen, Islam, Hindu, Budha, Konghucu, Yahudi, Shinto, Kabala, Parmalim, Kejawen, Sunda Wiwitan, Kaharingan, Aluk Todolo, Marapu, dll), atau agnostic, ataupun atheist, pada dasarnya semua manusia yg hidup di dunia ini menghadapi resiko dalam setiap pengambilan keputusan apapun dalam hidupnya termasuk tidak mengambil keputusan apapun.
Seperti contoh yg sebelumnya ada diberikan.
Orang tinggal di rumah biasa dikeramaian alias akses terbuka, maka akan memiliki resiko lebih tinggi menemukan titipan bayi di depan pintu rumahnya ketimbang yg tinggal di apartemen/rumah susun, maupun komplek yg dijaga satpam.
Orang yg tinggal di apartemen/rumah susun yg punya balkon dan punya anak balita, memiliki resiko lebih tinggi anaknya jatuh dari ketinggian dan mati, dibanding dengan mereka yg tinggal di landed house (rumah).
Dst...dst...dst.
Dengan menyadari suatu peristiwa dari perspektif yg tepat. Maka kita akan lebih mudah memanage resiko yg ada, bila belum kejadian. Alias bisa meminimumkan resiko yg dihadapi. Misalkan saja, untuk kasus bayi tadi, maka rumahnya dipasang CCTV maupun diberi pagar agar mengurangi resiko orang bisa masuk sampai depan pintu. Untuk yg contoh kasus apartemen/rumah susun dan memiliki balita, maka dibuat pembatas tambahan agar anda tidak memiliki akses ke balkon tanpa pengawasan orang dewasa.
Bila telah terjadi. Maka fokusnya pada apa yg perlu dilakukan dalam menjalani kehidupan selanjutnya. Sambil mempelajari kesalahan di masa lalu, agar peristiwa yang sama tidak terulang kembali, setidaknya mengurangi resiko terulang kembali.
Demikian saja respon saya. Semoga kembali fokus ke akar permasalahan di thread ini.
catatan: saya sejak senin lalu memilih beristirahat dari forum krn ingin fokus ke kerjaan dulu. Sekaligus mencoba melihat kembali, apa yg mgk blm dilihat/dipahami yg lain dari apa yg sdh saya sampaikan. Selain juga pas hari senin, saya mendapatkan kiriman video terkait mendiang istri yg lsg saya upload di FB. Video itu berisi apresiasi yg begitu tinggi dari mantan wapres negara besar ke mendiang istri. Sebagai suaminya, saya terharu dan bangga. Dan utk itulah saya memilih utk menikmati momen2 tsb sekaligus mengenangnya. Semoga bisa dimaklumi.
30 Juli 2020 diubah oleh IRWAN123
-
30 Juli 2020
Halo Bang Ir, welcome back
IRWAN123 tulis:
Apa yg saya tulis di awal, mencoba menjawab apa yg TS ingin tahu. TS memberikan kesempatan bagi yg menganggap ketiga hal itu sama. Saya di posisi yg menganggap tiga hal itu memiliki kesamaan. Kesamaannya adalah sama2 permasalahan hidup yang kalau ditelisik lebih jauh adalah akibat kesalahan manusia. Mungkin istilah "kesalahan manusia" agak frontal dan mengagetkan dan dapat memunculkan beberapa pertanyaan lanjutan. Okelah, saya gunakan saja istilah yg lebih netral yaitu setiap orang pada dasarnya menghadapi resikonya sendiri2 di setiap keputusan atas pilihan hidup yg diambil maupun tidak diambil.
Permasalahan hidup yg dialami oleh orang, akan memunculkan istilah2 baru sejalan dengan perbedaan perspektif keimanan yg dimiliki. Ada yg lalu menyebutkannya sebagai ujian hidup, cobaan hidup, pergumulan hidup, azab, takdir, karma, sial/apes, ceroboh, dst.
Apapun latar belakangan keimanan, baik itu theist (Kristen, Islam, Hindu, Budha, Konghucu, Yahudi, Shinto, Kabala, Parmalim, Kejawen, Sunda Wiwitan, Kaharingan, Aluk Todolo, Marapu, dll), atau agnostic, ataupun atheist, pada dasarnya semua manusia yg hidup di dunia ini menghadapi resiko dalam setiap pengambilan keputusan apapun dalam hidupnya termasuk tidak mengambil keputusan apapun.
Seperti contoh yg sebelumnya ada diberikan.
Orang tinggal di rumah biasa dikeramaian alias akses terbuka, maka akan memiliki resiko lebih tinggi menemukan titipan bayi di depan pintu rumahnya ketimbang yg tinggal di apartemen/rumah susun, maupun komplek yg dijaga satpam.
Orang yg tinggal di apartemen/rumah susun yg punya balkon dan punya anak balita, memiliki resiko lebih tinggi anaknya jatuh dari ketinggian dan mati, dibanding dengan mereka yg tinggal di landed house (rumah).
Dst...dst...dst.
Dengan menyadari suatu peristiwa dari perspektif yg tepat. Maka kita akan lebih mudah memanage resiko yg ada, bila belum kejadian. Alias bisa meminimumkan resiko yg dihadapi. Misalkan saja, untuk kasus bayi tadi, maka rumahnya dipasang CCTV maupun diberi pagar agar mengurangi resiko orang bisa masuk sampai depan pintu. Untuk yg contoh kasus apartemen/rumah susun dan memiliki balita, maka dibuat pembatas tambahan agar anda tidak memiliki akses ke balkon tanpa pengawasan orang dewasa.
Bila telah terjadi. Maka fokusnya pada apa yg perlu dilakukan dalam menjalani kehidupan selanjutnya. Sambil mempelajari kesalahan di masa lalu, agar peristiwa yang sama tidak terulang kembali, setidaknya mengurangi resiko terulang kembali.
Demikian saja respon saya. Semoga kembali fokus ke akar permasalahan di thread ini.
catatan: saya sejak senin lalu memilih beristirahat dari forum krn ingin fokus ke kerjaan dulu. Sekaligus mencoba melihat kembali, apa yg mgk blm dilihat/dipahami yg lain dari apa yg sdh saya sampaikan. Selain juga pas hari senin, saya mendapatkan kiriman video terkait mendiang istri yg lsg saya upload di FB. Video itu berisi apresiasi yg begitu tinggi dari mantan wapres negara besar ke mendiang istri. Sebagai suaminya, saya terharu dan bangga. Dan utk itulah saya memilih utk menikmati momen2 tsb sekaligus mengenangnya. Semoga bisa dimaklumi.
-
30 Juli 2020
MAR957 tulis:
sy menyimpulkan ito Irwan seorg agnostic krn lihat tokoh panutan ito adlh Bill Gates yg seorg agnostic dan mengingat komentar ito sendiri di trit sebelah yg mengatakan bahwa tokoh panutan kita bisa menunjang pikiran bawah sadar kita, apa yg kita cari dan atau pun pikirkan akan mengarah spt itu, ditambah info yg sy lihat... ito irwan ke gereja hanya bbrp kali setahun, blm lagi pemikiran² ito yg tertuang di forum, maaf klo penilaian sy salah.
catatan: yg saya tulis di bawah sdh OOT dari judul thread ini. Silakan distop bacanya sampai disini bila berharap tulisan yg sesuai dgn thread. Saya tuliskan demi merespon tulisan sista Mar saja. Semoga tidak berlanjut. Bisa inbox saya saja atau buat thread baru bila mau bahas kaitan antara tokoh panutan dengan peristiwa di kehidupan kita.
Tidak apa2 sista Mar. Kita saling memperbaiki diri saja ya. Menurut saya, akan lebih baik sebenarnya memastikan dgn cara bertanya langsung ke yg bersangkutan. Misalkan, apakah anda seorang agnostik atau seorang Kristen. Lalu kita bersabar menunggu jawaban orang tsb. Cara diskusi yg spt ini lebih sehat menurut saya.
Di posting terpisah sudah saya jelaskan, tapi tak apa saya tulis ulang. Saya seorang yg sangat theist (percaya Tuhan itu ada). Di profil ku pun ada tertulis bahwa saya memiliki hubungan yg kuat dengan Yesus. Bahkan sebenarnya sangat khusus. Utk yg sangat khusus ini tak dituliskan di profil krn bersifat pribadi.
Karena begitu dekatnya, sampai di level yg tak akan bisa lagi siapapun memisahkan saya dgn Yesus, termasuk juga pendeta sekalipun. Itu sebabnya, saya tak akan pernah tunduk pada kotbah pendeta, bila saya merasakan tafsiran pendeta tsb atas ayat yg dia kotbahkan tidak selaras dgn tafsiran saya atas ayat atau perikop tsb. Dan ini sering kejadian ketika saya bergereja. Itu sebabnya, saya memilih menjadi jarang ke gereja. Ini juga ada saya jelaskan di profil saya. .
Yang saya tulis di thread berbeda mengenai adanya kemungkinan tokoh panutan bisa mempengaruhi pikiran bawah sadar kita, atau meningkatkan resiko menjadi seperti kondisi tokoh panutan tersebut. Saya aminkan. Saya sudah punya proteksi yg sangat kuat yaitu pengalaman pribadi yg sangat khusus dengan Yesus. Shg menjadi tak mungkin lagi berpaling dan saat ini saya masih sangat Kristen. Sekedar catatan. Saya tidak mengukur kekristenan seseorang dari sering atau tidak seringnya orang tsb ke gereja. Melainkan seberapa besar dia mensyukuri apa yg dimiliki dengan terus berkarya demi kebaikan banyak orang tanpa memperhatikan latar belakang agama orang lain tsb.
Kembali ke soal tokoh panutan. Kalau tokoh panutannya masih yg tidak pernah menikah. Coba dilihat kembali. Apakah dirinya juga statusnya masih belum menikah? Kalau masih belum menikah, maka premis saya masih valid utk dirinya. Kalau mau buktikan premis saya itu salah, segeralah temukan pasangan hidup, dan segeralah menikah. Lalu katakan ke saya, bahwa premis saya itu salah. Saya akan sangat senang mendengarnya. Yuk lebih semangat lagi buktikan premis saya salah.
Cara lain, ya tinggal rubah saja tokoh panutannya menjadi tokoh yg pernikahannya indah. Beres khan? Jangan2 setelah merubah tokoh panutannya, maka jadi lebih cepat menemukan pasangan hidupnya. Bisa saja, bukan?