Firman hari ini
-
20 Oktober 2019
Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain.
Galatia 6 : 4
Amin
-
20 Oktober 2019
Seingatku FirTu minggu ini terambil dari 1 perikop 2 Samuel pasal 15
Judul khotbah :
Bertahan dalam situasi sulit
Karena banyak isu negatif jelang pelantikan Presiden dan wapresnya.
-
20 Oktober 2019
Salah ya firmannya, tadi dapat ayat itu dari gereja, jadi aku share ke forum
-
20 Oktober 2019
Firman Tuhan minggu ini diambil dari Yohanes 4:1-42
Yohanes 4:9
Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya: "Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?" (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria.)
Point yg saya dapat bahwa kebiasaan atau adat tradisi kesukuan yg dibuat manusia yg membedakan-bedakan golongan atau sekat2 pemisah tidak harus dipertahankan.
-
21 Oktober 2019
Renungan Harian
Bacaan: Yeremia 8:1-12
Setahun: Lukas 2-3
Suka yang Palsu
"Bagaimanakah kamu berani berkata: Kami bijaksana, dan kami mempunyai Taurat TUHAN? Sesungguhnya, pena palsu penyurat sudah membuatnya menjadi bohong." (Yeremia 8:8)
Seorang teman merasa bangga karena banyak orang memuji pakaian yang dikenakannya. Mereka mengira pakaian itu pakaian bermerek ternama yang mahal harganya. Tidak ada yang menyangka jika barang itu adalah produk tiruan. "Untuk apa beli yang mahal, kalau dengan yang palsu saja sudah banyak yang tertipu!" ujarnya dengan bangga.
Bangsa Yehuda berpaling dari Allah, tidak mau bertobat dan terus berkubang dalam kenajisannya. Pengajaran yang benar sudah menjadi kabur dalam penglihatan mereka. Ketika ada tanda-tanda hukuman Allah semakin dekat mereka justru menyangkal dengan meyakinkan diri sendiri dan banyak orang di sekitarnya bahwa semuanya dalam keadaan aman. Tidak ada lagi rasa malu dan sungkan. Mereka tak dapat melihat jika mereka dipermalukan atas dosanya.
Orang percaya di zaman ini pun masih banyak yang menyukai hidup dalam kepalsuan. Mereka menduakan Allah dengan memercayai dusta tanpa memperhatikan kebenaran Firman Tuhan. Jangankan terpanggil untuk bertobat, mereka tidak mau mengakui bahwa diri mereka telah berdosa. Mereka lebih senang mendengarkan pengajaran nabi-nabi palsu karena pengajaran mereka terasa mudah, ringan, bahkan menjanjikan banyak berkat dan sukacita. Dengan begitu mereka dapat mengaku sebagai pribadi yang beragama sekalipun kehidupan mereka dipenuhi kebiasaan dosa. Akankah kita membiarkan diri kita menghidupi tabiat yang demikian pula? Tidak ada hal lain dapat kita lakukan untuk menjaga diri dari arus kepalsuan selain kembali pada kemurnian hidup dalam pertobatan. --EBL/www.renunganharian.net
SEMUA YANG PALSU PASTI LEBIH MUDAH DAN MURAH.
SEDANGKAN YANG ASLI BERNILAI MAHAL DAN KEKAL.
-
21 Oktober 2019
*FOKUS MELAYANI DAN FOKUS DOA.*
(bacaan:Lukas 4:31-44)
*Lukas 4:42* (TB) Ketika hari siang, Yesus berangkat dan *pergi ke suatu tempat yang sunyi.* Tetapi orang banyak mencari Dia, lalu menemukan-Nya dan berusaha menahan Dia supaya jangan meninggalkan mereka.
@.Setelah peristiwa di hari Sabat di mana *kuasa Allah yang menggemparkan dinyatakan,* Yesus menjadi *populer* di Kapernaum. *Ditambah lagi,* basis pelayanan Yesus rumah Simon Petrus, adalah *lokasi yang strategis*.
Orang banyak *berbondong-bondong* datang dengan membawa teman dan anggota keluarga yang menderita beragam penyakit. Bahkan mereka juga membawa orang-orang yang dirasuk setan. *Misi kasih-Nya jadi tidak perlu bersusah-susah dikampanyekan,* orang-orang akan dan terus berdatangan untuk mendapat *jamahan-Nya*. Semua itu dapat terjadi salah satunya karena Yesus *FOKUS untuk MELAYANI.*
@. Kalimat: *"....Yesus berangkat dan pergi ke suatu tempat yang sunyi...."* Menunjukkan bahwa *sesudah hari yang sibuk dan fokus pada pelayanan*, maka Yesus sering kali *mengundurkan diri* supaya *memiliki waktu* untuk FOKUS BERDOA *(lihat juga. Lukas 5:16; 6:12)*.
*Bagaimana Yesus dapat fokus berdoa?* Diantaranya adalah:
*1)*. Berdoa *didalam Roh Kudus.(Efesus 6:18; Yudas 1:20)*
*2)*.Berdoa dengan *penuh iman.(Matius 21:22; Yakobus 1:6)*
*3).* Berdoa dengan *segenap hati.(Mazmur 119:58,145)*
*4)*. Berdoa *dengan roh* dan juga *dengan akal budi. (Yohanes 4:22-24; 1Korintus 14:15)*
*5).* Bedroa dengan *kepastian* terhadap Tuhan. *(Mazmur 56:10; 86:7; 1Yohanes 5:14)*
*6)*. Berdoa dengan *menundukkan diri* kepada kehendak Allah. *(Lukas 22:42)*
*7).* Berdoa dengan *kesucian.(1Timotius 2:8)*
*8)*. Berdoa dengan *merendahkan* diri. *(2Tawarikh 7:14; 33:12.)*
*9).* Berdoa Dengan keinginan untuk *didengar* oleh Allah. *(Nehemia 1:6; Mazmur 17:1; 55:2,3; 61:2.)*
*10)*. Berdoa dengan *keinginan untuk dijawab* oleh Allah *(Mazmar 27:7; 102:3; 108:7)*
*11)*. Berdoa dengan *berulang-ulang*. Tapi bukan mantra *(Lukas 11:8,9; 18:1-7)*
*12)*. Berdoa pada waktu *siang* dan waktu *malam. (1Timotius 5:5)*
*13).* Berdoa untuk mendapatkan *rahmat* dan menemukan *kasih karunia* supaya mendapat *pertolongan* pada waktunya. *(Ibrani 4:16)*
*FOKUSLAH MELAYANI DAN FOKUSLAH BERDOA KARENA MENGASIHI ALLAH DAN SESAMA MANUSIA.*
-
21 Oktober 2019
#renungan
*DUA MACAM KEKAYAAN*
Senin 21 Okt 2019
_`Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah` (Luk 12:21)_
Sebagai manusia, wajar dan tidak berdosa jika seseorang tidak mau hidup miskin, sengsara, tetapi ingin hidup dalam kelimpahan. Maka, banyak manusia berlomba mengejar kekayaan. Sayang, banyak juga yang memakai cara yang tidak layak dan dengan penuh keserakahan. Hatinya seperti kantong yang berlubang, sehingga tidak pernah penuh. Ia tidak pernah merasa puas atau cukup, tetapi selalu merasa kurang. Sampai-sampai Pengkhotbah mengatakan, `Ada kemalangan yang menyedihkan kulihat di bawah matahari: kekayaan yang disimpan oleh pemiliknya menjadi kecelakaannya sendiri` (Pkh 5:12). Bukankah banyak orang kaya yang tidak bisa tidur nyenyak, bahkan stress, karena kekayaannya?
Hal ini tidak berarti tidak boleh menjadi kaya, tetapi janganlah hati kita melekat pada kekayaan itu. Hendaknya kita selalu ingat ada kekayaan lain yang lebih penting, yaitu `kaya di hadapan Allah`, kaya akan harta rohani (iman, harapan, kasih, kebajikan-kebajikan, karunia-karunia Roh Kudus, dll.). Semakin seseorang kaya di hadapan Allah, semakin ia tidak kawatir, stress, dll. Sebaliknya, ia semakin bahagia dan damai.
Kita bisa memanfaatkan kekayaan duniawi kita untuk menjadi kaya di hadapan Allah juga. Caranya? Mengumpulkan dan memakai kekayaan itu tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk menolong sesama dan untuk melayani Tuhan.
*_Sr. M. Cornelia, P.Karm_*
Senin 21 Okt 2019
Rm 4:20-25; MT Luk 1:69-75; Luk 12:13-21
Sumber:
*Buku renungan harian "SABDA KEHIDUPAN"*
p
-
22 Oktober 2019
Renungan Harian
Bacaan: Yeremia 35:11-19
Setahun: Lukas 4-5
Tulus dan Setia
"Sungguh, keturunan Yonadab bin Rekhab menepati perintah yang diberikan bapa leluhurnya kepada mereka, tetapi bangsa ini tidak mau mendengarkan Aku!" (Yeremia 35:16)
Sebagai bangsa Indonesia, kita dituntut untuk tetap setia terhadap nilai-nilai luhur nenek moyang kita. Misalnya menghormati orang tua, menghargai budaya, tradisi dan adat istiadat. Hal ini sebenarnya tidak ada yang salah. Tetapi kadang kesetiaan pada tradisi bisa membabi buta, tanpa tahu sungguh-sungguh mengapa tradisi berlangsung seperti itu. Namun tradisi bisa juga merupakan ungkapan kesetiaan yang luhur pada Allah yang disembah dalam tradisi tersebut.
Tradisi yang turun-temurun ditaati oleh orang-orang Rekhab mungkin sedikit berlebihan dari tuntutan Hukum Taurat. Namun yang Tuhan puji dari orang-orang Rekhab adalah ketulusan dan kesetiaan mereka dalam menaati ajaran leluhur mereka. Hal ini justru tidak ada pada umat Tuhan. Ternyata umat Tuhan mengabaikan Tuhan, Pemimpin hidup mereka. Mereka terlalu sering melanggar firman Tuhan, tidak setia pada Tuhan dengan bermain-main dalam dosa. Oleh karena itu, berlawanan dengan "nasib" keturunan Rekhab yang terus-menerus mendapat kehormatan menjadi pelayan Tuhan, umat Israel menerima ganjaran berupa hukuman Tuhan, yaitu penawanan di Babel.
Hati yang tulus dan setia pada Tuhan jauh lebih menyenangkan Tuhan daripada kesalehan yang pura-pura, dan ritual yang hanya dipraktikkan secara lahiriah saja, tanpa kesungguhan batin. Oleh karena itu, biarlah bacaan kita hari ini menjadi semacam cermin bagi kita untuk memeriksa perilaku ibadah kita: selaraskah dengan kehendak-Nya atau hanya semacam kamuflase untuk menutupi kedagingan kita yang duniawi, atau ritual saja? --ENO/www.renunganharian.net
MANUSIA MELIHAT PENAMPILAN, TETAPI TUHAN MELIHAT HATI.