Apakah Perkawinan itu Pertama-tama Suatu Persahabatan?
-
5 Maret 2022
Iya ya. Semua ini kesatuan.
Terima kasih atas gagasannya.
MEN624 tulis:
Yg tdk kala penting bukan hanya komunikasi secara lisan yg seirama tpi bagaimana tindakannya juga selaras dan bahasa tubuhnya ngena dihati.
-
5 Maret 2022
Yang sukar dimengerti (dan ditakutkan) adalah pasutri jadi rival satu sama lain, padahal seharusnya tidak demikian.
Terima kasih atas responnya.
TILLIE769 tulis:
Kembali ke karakter dan komitmen pasutri tersebut.
Ada yg jadi rival tetap pegang komitmen sbg pasutri, maka kehidupannya terangkat menjadi lbh baik berdua.
Ada yg jadi rival lupa komitmen pasutri, malah bisa berantem dll.
5 Maret 2022 diubah oleh XAVE672
-
5 Maret 2022
Teorinya logic, tp sy blm prnh ngalamin tuh,, yg udh2 dr sahabat yg tiba2 nyatain ingin jd someone special lgsung sy jauhin,, illfeel aja jd ga seru, males bawa2 prasaan.. ( beda klo sy yg suka dluan mah boleh yaa 😀😀 )
-
5 Maret 2022
Yang "logic" "teori"-nya Nietzsche di atas atau yang mana?
AVE856 tulis:
Teorinya logic, tp sy blm prnh ngalamin tuh,, yg udh2 dr sahabat yg tiba2 nyatain ingin jd someone special lgsung sy jauhin,, illfeel aja jd ga seru, males bawa2 prasaan.. ( beda klo sy yg suka dluan mah boleh yaa 😀😀 )
-
5 Maret 2022
maunya sih begitu
berasa beruntung bgt klo kelak hubungan yang diawali dari pertemanan ~ persahabatan ~ komitmen, kemudian menjadi teman hidup.
😍
...
hmmm
tapi hati2 aja sih, kalo mau berteman saja dari awal, ya dibatasi saja. nanti kamunya keGRan. eh ternyata dianya deket ama yg lain juga (kedoknya berteman), berujung kamunya jadi badut 🤡
ehhh..
maap buat yg kesindir 😂🙏🏿
XAVE672 tulis:
Maaf topik yang saya ajukan mungkin dianggap agak berat.
Saya memiliki pertanyaan lama tentang perkawinan.
....Juga apakah Anda setuju terhadap pernyataan Nietzsche yang dikutip terakhir ini?
Terima kasih
6 Maret 2022 diubah oleh JODOHKRISTEN
-
5 Maret 2022
Terima kasih untuk peringatan hati-hati "jadi badut" - nya
JUNITA694 tulis:
maunya sih begitu
berasa beruntung bgt klo kelak hubungan yang diawali dari pertemanan ~ persahabatan ~ komitmen, kemudian menjadi teman hidup.
😍
...
hmmm
tapi hati2 aja sih, kalo mau berteman saja dari awal, ya dibatasi saja. nanti kamunya keGRan. eh ternyata dianya deket ama yg lain juga (kedoknya berteman), berujung kamunya jadi badut 🤡
ehhh..
maap buat yg kesindir 😂🙏🏿
-
5 Maret 2022
Yup teori Nietzsche pak..
XAVE672 tulis:
Yang "logic" "teori"-nya Nietzsche di atas atau yang mana?
-
5 Maret 2022
Terima kasih atas penjelasannya. Juga tanggapannya.
AVE856 tulis:
Yup teori Nietzsche pak..
-
5 Maret 2022
AVE856 tulis:
Teorinya logic, tp sy blm prnh ngalamin tuh,, yg udh2 dr sahabat yg tiba2 nyatain ingin jd someone special lgsung sy jauhin,, illfeel aja jd ga seru, males bawa2 prasaan.. ( beda klo sy yg suka dluan mah boleh yaa 😀😀 )
IMO, teori Nietzsche actually secara spesifik menyoroti aspek " really enjoy talking to respective woman ( or man)" sbg salah satu syarat utk pernikahan yg fruitfull and long lasting
Jadi IMO, beda dengan konsep "persahabatan" yg sekedarnya.
Its more like combination antara rasa cinta ( or maybe just sekedar suka) dengan kecocokan yang sangat dalam hal dialog/ komunikasi, again just IMO
-
6 Maret 2022
O gitu,,
klo IMO "persahabatan" dijalin after fall in love dlu msh bs msk g bang ko2 ? Hehee
Krn lg2 klo udh kna chemistry nya udh klepek2 dluan 😁
VINCENT012 tulis:
IMO, teori Nietzsche actually secara spesifik menyoroti aspek " really enjoy talking to respective woman ( or man)" sbg salah satu syarat utk pernikahan yg fruitfull and long lasting
Jadi IMO, beda dengan konsep "persahabatan" yg sekedarnya.
Its more like combination antara rasa cinta ( or maybe just sekedar suka) dengan kecocokan yang sangat dalam hal dialog/ komunikasi, again just IMO
-
6 Maret 2022
Ga taunya pak.
Ngobrol juga kebanyakan malah bikin mood ilang sih.
Menurut saya yang penting qualitas pembicaraan (isi, cara, waktu).
Ngobrol antar pasutri itu emang wajib, klo ga mana tau kekurangan pasangan atw keluhan pasangan selama pernikahan berlangsung, makin lama umur pernikahan kan pasti makin banyak keluhan, hal2 yang segar harus di muculkan trus dan itu bisa didapat dengan komunikasi.
-
6 Maret 2022
AVE856 tulis:
O gitu,,
klo IMO "persahabatan" dijalin after fall in love dlu msh bs msk g bang ko2 ? Hehee
Krn lg2 klo udh kna chemistry nya udh klepek2 dluan 😁
Nah ini yg jd masalahnya sih neng, kl kita fall in love duluan dng someone yg sbtlnya to whom kita gak bisa enjoy talking ( gak bs random talks misalkan).
"Persahabatan" macam apa yg dibangun kl kita gak enjoy talking dng org tsb ditambah dng rasa cinta yg clouding our own judgment?
And pada saat cinta,kemistri dan segalanya itu started to wear off alias memudar ( and percayalah it will sooner or later) gak ada"penyelamat" yg bisa membuat pernikahan itu jd ttp asik, bgtu lah teori Nietzsche, IMO
-
6 Maret 2022
Begitu ya.
Terima kasih atas tanggapannya
GERALD084 tulis:
Ga taunya pak.
Ngobrol juga kebanyakan malah bikin mood ilang sih.
Menurut saya yang penting qualitas pembicaraan (isi, cara, waktu).
Ngobrol antar pasutri itu emang wajib, klo ga mana tau kekurangan pasangan atw keluhan pasangan selama pernikahan berlangsung, makin lama umur pernikahan kan pasti makin banyak keluhan, hal2 yang segar harus di muculkan trus dan itu bisa didapat dengan komunikasi.
-
6 Maret 2022
Membaca tanggapan-tanggapan di atas, saya bertanya: siapa itu "sahabat"? siapakah orang-orang yang bersahabat itu?
Aristoteles (Filsuf Yunani Kuno, 384-322 SM) dalam Nicomachean Ethics Buku VIII menulis:
-Orang-orang yang bersahabat adalah orang yang "harusnya sama-sama diakui sebagai yang memiliki kehendak baik dan menginginkan yang baik satu sama lain."
-->Di sini ukuran orang yang bersahabat atau seseorang merupakan sahabat adalah orang itu selalu memiliki kehendak baik/menginginkan yang baik bagi temannya.
Suatu persahabatan ada/tercipta ketika ada sekurang-kurangnya dua orang yang sama-sama saling menghendaki terjadinya/terwujudnya apa saja yang baik bagi temannya.
Tampak bahwa persahabatan tercipta kalau ada ketimbalbalikan/resiprositas di mana dua orang yang berteman sama-sama menghendaki terjadinya/terwujudnya apa saja yang baik bagi temannya. Kalau hanya salah satu pihak yang menghendaki yang baik, maka tidak tercipta persahabatan. Itu bukan persahabatan dilihat dari perspektif Aristotelian di atas.
Sekadar refleksi:
-->Kalau persahabatan adalah seperti ditunjukkan oleh Aristoteles di atas, maka di sini tidak perlu ada keterlibatan rasa (seperti rasa cinta [termasuk yang "eros"]) atau keterlibatan emosi (seperti "aku suka") untuk terwujudnya persahabatan karena yang berperan dalam persahabatan adalah kemampuan jiwa manusia yaitu kehendak yaitu yang menginginkan apa saja yang baik bagi temannya.
Menghendaki yang baik itu kiranya mencakup tindakan-tindakan untuk mendukung terwujudnya apa saja yang baik bagi sahabat. "Kehendak" tidak hanya berhenti pada keinginan.
Karena itu, menurut hemat saya, "rasa" maupun emosi tidak harus ada dalam persahabatan. Ia bukan syarat mutlak. Ini karena keberadaan atau pengandalan "rasa cinta" atau "perasaan suka" tidak menjamin realisasi tindakan-tindakan yang menghendaki terwujudnya yang baik bagi teman karena apa saja yang disebut "rasa" dan emosi itu mudah hilang/lenyap dan berganti/berubah (misalnya jadi "tidak ada rasa cinta lagi" atau tidak suka/benci) ketika sekian perubahan terjadi pada diri seseorang maupun pada temannya atau di luar diri mereka.
Kiranya hal yang disebut terakhir ini yang tidak jarang dijumpai pada dua orang yang menikah: sekian tahun bersama dalam perkawinan dan mengalami sekian perubahan (di dalam dan di luar diri) lalu mengalami hilangnya "rasa cinta" dan "rasa suka" (yang awalnya membuat mereka dulu menikah mungkin), lalu dalam "kehambaran rasa" itu (atau bahkan "perubahan rasa" menjadi rasa benci barangkali) mulailah terjadi sekian konflik dengan sekian efek buruknya. Toh semua yang namanya "rasa" hanya sementara dan dapat berubah-ubah seperti rasa di permen karet atau asap. Sekiranya pada mereka yang sekian lama menikah dan mengalami "kehambaran rasa" atau "perubahan rasa" itu ada persahabatan, tentu efek-efek buruknya dapat dicegah. Ini karena seperti dikatakan Aristoteles: mereka yang bersahabat mustinya selalu menghendaki yang baik pada yang lain satu sama lain.
6 Maret 2022 diubah oleh XAVE672
-
6 Maret 2022
Menarik juga utk melihat kata2 Nietzsche soal " persahabatan" antara pria dan wanita :
A woman may very well form a friendship with a man, but for this to endure, it must be assisted by a little physical antipathy.
~Friedrich Wilhelm Nietzsche
-
6 Maret 2022
Iya Pak, menarik pernyataan Nietzsche tsb.
Akan tetapi, kenapa Nietzsche mengatakan itu ya: bahwa: "A woman may very well form a friendship with a man, but for this to endure, it must be assisted by a little physical antipathy"?
Itu jadi pertanyaan saya.
Kayaknya bagi Nietzsche ada sst yg membuat seseorg mudah jatuh cinta yaitu "sensualitas."
Sensualitas ini berkenaan dg apa yg menarik scr seksual. Katakanlah ia "ketertarikan seksual."
Kira2 ketertarikan seksual ini, mnrt hemat saya, contohnya adalah kertarikan pd pribadi lain krn wajahnya yg cantik/tampan, dll.
Akan tetapi, bagi Nietzsche ketertarikan seksual sbg yg membuat sso jatuh cinta itu adl sst yg lemah/rapuh. Ia mudah muncul, namun jg mudah lenyap.
Krn itu, kalau perkawinan tidak didasarkan pd ketertarikan seksual (yg lemah) itu, maka ikatan perkawinan kuat hingga bertahan lestari.
Bahkan ketertarikan seksual, bagi Nietzsche, dpt mengacaukan relasi persahabatan dalam perkawinan. Mungkin maksud Nietzsche adl ketika dalam perkawinan kemudian tjd ketertarikan seksual memudar, lantas timbul kekecewaan2, efeknya "persahabatan" atau relasi perkawinan akan guncang.
Tampaknya Nietzsche tdk yakin bahwa perkawinan yg didasarkan pd "cinta romantis" bakalan awet-langgeng.
Lalu kenapa ia spt menganjurkan spy perkawinan bertahan langgeng perlu bantuan "a little physical antipathy"? Tidakkah ini spt melawan kecenderungan kodrati bahwa laki2 cenderung tertarik pd perempuan berwajah cantik (dan sebaliknya dg perempuan pd laki2)? Tdkkah umumnya laki2 cenderung ingin menikah dg perempuan berwajah ayu, dan vice versa? Apakah dg ini Nietzsche menyarankan laki2 menikah dg perempuan (dan sebaliknya perempuan) yg (maaf) wajahnya kurang cantik (atau kurang tampan)?
Bisa jadi alasan Nietzsche tg ideal suatu perkawinan yg dibantu oleh "a little physical antipathy" itu adl spy perkawinan tdk didasarkan pd kertarikan seksual yg mrp dasar yg rapuh, dan spy relasi persahabatan dlm perkawinan tdk dikacaukan oleh kesementaraan dan kemudahmemudaran ketertarikan seksual nantinya.
bisa jadi ini jg dilatarbelakangi oleh Nietzsche yg menganggap tjdnya ikatan perkawinan sbg sst yg irasional. Perkawinan baginya adl institusi yg didasari oleh suatu keanehan ("ideosyncrasy"). Mungkin krn itu Nietzsche spt mencoba "merasionalisasi" lembaga itu dg menantang sekaligus menganjurkan dikuranginya apa yg "irasional" yaitu unsur yg membuat perkawinan terbentuk yaitu ketertarikan seksual, dg menyarankan adanya "a little physical antiphathy" pd pribadi lain dgnya seseorang menikah. Entahlah.
Mungkin jg bagi Nietzsche kalau perkawinan didasari bukan oleh ketertarikan seksual, maka relasi persahabatan di dlmnya akan lebih "murni" dr "irasionalitas" yg dpt lenyap sewaktu2, dan relasi persahabatan itu berganti akan didasari oleh yang lain yg lebih "rasional" sbgmana institusi2 sosial yg lain, shg kalau ada problem2 yg muncul, relasi persahabatan dlm perkawinan itu akan lebih kuat bertahan, lestari, awet, langgeng dihantam oleh problem2 itu.
Dari melihat org2 yg menikah kerap terlihat ketika salah satu atau kedua org yg menikah itu sdh menunjukkan perilaku yg berbeda ketika masih pacaran, dan mungkin juga mengalami perubahan tampilan fisik (wajah, tubuh), pdhal mereka dulu memutuskan untuk menikah krn ketertarikan pd wajah (dan juga tubuh) dan perilaku yg simpatik, maka tampak konflik2 di antara mereka yg tdk jarang diiikuti dg perpisahan dan bubarnya ikatan perkawinan mereka.
Itu menurut saya. Saya tdk tahu apa jawaban yg benar atas pertanyaan di atas tg mengapa menurut Nietzsche persahabatan dlm perkawinan perlu dibantu oleh "a llittle physical antipathy."
Mungkin ada yg mau membantu menjawab pertanyaan ini?
7 Maret 2022 diubah oleh XAVE672
-
6 Maret 2022
Kalau menurut Saya mampu bertahan karena konsistent dengan Komitmen pernikahan 🙏
Little physical antipathy mungkin ya mungkin nih .. untuk yg memiliki syndrome tertentu mungkinnn bisa diterapkan, Dan ada beberapa type org sentuhan kecil pun bermakna besar 😉 🙄 secara gambalangnya Saya ga ngerti jg menjelaskannya ✌️ pokoknya gitu dah 😂
Btw ga capek ya bro, ngetik nya Panjang lho buat thread ini ✌️peace 🕊️
6 Maret 2022 diubah oleh INNE351
-
6 Maret 2022
"Konsistent dengan Komitmen pernikahan" itu lebih penting dan lebih menentukan daripada yang lain seperti ketertarikan2 pd yg lain2 ya?
Terima kasih atas pandangannya.
INNE351 tulis:
Kalau menurut Saya mampu bertahan karena konsistent dengan Komitmen pernikahan 🙏
-
6 Maret 2022
XAVE672 tulis:
"Konsistent dengan Komitmen pernikahan" itu lebih penting dan lebih menentukan daripada yang lain seperti ketertarikan2 pd yg lain2 ya?
Terima kasih atas pandangannya.
Terima kasih juga 🙏
-
6 Maret 2022
XAVE672 tulis:
Yang sukar dimengerti (dan ditakutkan) adalah pasutri jadi rival satu sama lain, padahal seharusnya tidak demikian.
Terima kasih atas responnya.
Ya, kembali ke karakter masing2 kembali. Luka batin yg tidak tersembuhkan akan terbawa terus sampai meninggal kalau tidak di sembuhkan.
-
6 Maret 2022
Seandainya sblm memutuskan menikah orang2 sudah mengetahui keberadaan "luka batin"2 pd dirinya dan berusaha menyembuhkannya, dan mengetahui keberadaan "luka batin"2 pd calon pasangannya dan mau ikut menyembuhkannya, mungkin tidak ya dapat dihindarkan "pasutri jadi rival satu sama lain"?
TILLIE769 tulis:
Ya, kembali ke karakter masing2 kembali. Luka batin yg tidak tersembuhkan akan terbawa terus sampai meninggal kalau tidak di sembuhkan.
6 Maret 2022 diubah oleh XAVE672
-
6 Maret 2022
XAVE672 tulis:
Akan tetapi, bagi Nietzsche ketertarikan seksual sbg yg membuat sso jatuh cinta itu adl sst yg lemah/rapuh. Ia mudah muncul, namun jg mudah lenyap.
Setuju,ketertarikan fisik ( yg bapak sebutkan sbg ketertarikan seksual) IMO, dianggap oleh Nietzsche sbg sesuatu yg pasti akan fade away sejalan dng waktu ( which is true IMO)
XAVE672 tulis:
Bahkan ketertarikan seksual, bagi Nietzsche, dpt mengacaukan relasi persahabatan dalam perkawinan.
Kl soal ini blm ketemu referensinya.
Mungkin bapak bisa give more insight soal ini?
XAVE672 tulis:
Lalu kenapa ia spt menganjurkan spy perkawinan bertahan langgeng perlu bantuan "a little physical antipathy"? Tidakkah ini spt melawan kecenderungan kodrati bahwa laki2 cenderung tertarik pd perempuan berwajah cantik (dan sebaliknya dg perempuan pd laki2)? Tdkkah umumnya laki2 cenderung ingin menikah dg perempuan berwajah ayu, dan vice versa? Apakah dg ini Nietzsche menyarankan laki2 menikah dg perempuan (dan sebaliknya perempuan) yg (maaf) wajahnya kurang cantik (atau kurang tampan)?
Bisa jadi alasan Nietzsche tg ideal suatu perkawinan yg dibantu oleh "a little physical antipathy" itu adl spy perkawinan tdk didasarkan pd kertarikan seksual yg mrp dasar yg rapuh, dan spy relasi persahabatan dlm perkawinan tdk dikacaukan oleh kesementaraan dan kemudahmemudaran ketertarikan seksual nantinya.
Wait, quote Nietzsche yg ini:
A woman may very well form a friendship with a man, but for this to endure, it must be assisted by a little physical antipathy.
IMO, sama sekali tidak merujuk ke perkawinan.
Dia merujuk ke FRIENDSHIP antara pria dan wanita, bukan ke perkawinan
Jadi apa maksudnya quote yg satu ini?
IMO, quote Nietzsche yg satu ini merujuk ke banyak kasus persahabatan antara pria dan wanita yg jadi " rusak" atau berakhir krn ada salah satu pihak yg jd suka atau cinta ke pihak lainnya dan berharap utk bs lebih dr sekedar teman ( spt dlm contoh kasus yg diceritakan oleh Sist Ave856 di atas)
Jadi for this friendship between man and woman to endure ( bertahan), harus dibantu dng adanya " a little physical antipathy", krn dng adanya physical antipathy ( si cowo gak suka fisik si cewe or maybe sebaliknya, intinya gak ada ketertarikan scr fisik antara keduanya), persahabatan itu akan bertahan, krn gak ada salah satu pihak yg berharap lebih alias ngarep
CMIIW
XAVE672 tulis:
Mungkin jg bagi Nietzsche kalau perkawinan didasari bukan oleh ketertarikan seksual, maka relasi persahabatan di dlmnya akan lebih "murni" dr "irasionalitas" yg dpt lenyap sewaktu2, dan relasi persahabatan itu berganti akan didasari oleh yang lain yg lebih "rasional" sbgmana institusi2 sosial yg lain, shg kalau ada problem2 yg muncul, relasi persahabatan dlm perkawinan itu akan lebih kuat bertahan, lestari, awet, langgeng dihantam oleh problem2 itu.
IMO sbg tokoh aliran eksistensialisme, Nietzsche pasti tau bahwa ketertarikan fisiklah yg mengawali hubungan romantic antara pria dan wanita
XAVE672 tulis:
Itu menurut saya. Saya tdk tahu apa jawaban yg benar atas pertanyaan di atas tg mengapa menurut Nietzsche persahabatan dlm perkawinan perlu dibantu oleh "a llittle physical antipathy."
Mungkin ada yg mau membantu menjawab pertanyaan ini?
IMO, once again quote Nietzsche tidak pernah menyebutkan kl "persahabatan dalam perkawinan" perlu dibantu oleh " a little physical antipathy".
Perkawinan perlu dibantu oleh " cara berkomunikasi yg nyambung banget", dimana pasangan suami istri bisa sangat menikmati mengobrol ber 2 ( random talks maybe maksudnya Nietzsche, just maybe), itu lah yg disebutkan oleh quote Nietzsche spt dlm opening bapak di trit ini
6 Maret 2022 diubah oleh VINCENT012
-
6 Maret 2022
XAVE672 tulis:
Seandainya sblm memutuskan menikah orang2 sudah mengetahui keberadaan "luka batin"2 pd dirinya dan berusaha menyembuhkannya, dan mengetahui keberadaan "luka batin"2 pd calon pasangannya dan mau ikut menyembuhkannya, mungkin tidak ya dapat dihindarkan "pasutri jadi rival satu sama lain"?
Bisa.
-
7 Maret 2022
Terima kasih atas jawabannya
TILLIE769 tulis:
Bisa.
-
7 Maret 2022
Terima kasih Pak atas tanggapannya.
Tg "referensi" dan kaitan kutipan di atas dengan perkawinan mohon dilihat artikel ini: www.tandfonline.com/doi/pdf/10 ... arriage%20based,attraction%20to%20confuse%20the%20friendship. Terima kasih.
VINCENT012 tulis:
Kl soal ini blm ketemu referensinya.
Mungkin bapak bisa give more insight soal ini?
.......
Wait, quote Nietzsche yg ini:
A woman may very well form a friendship with a man, but for this to endure, it must be assisted by a little physical antipathy.
IMO, sama sekali tidak merujuk ke perkawinan.
Dia merujuk ke FRIENDSHIP antara pria dan wanita, bukan ke perkawinan
..........
IMO, once again quote Nietzsche tidak pernah menyebutkan kl "persahabatan dalam perkawinan" perlu dibantu oleh " a little physical antipathy".
7 Maret 2022 diubah oleh XAVE672