Tinggal Bersama Orangtua/Mertua Setelah Menikah?

ini mmg topik/masalah yg sangat realistis ya...

Teorinya, mmg dalam satu atap, gak bisa ada "2 kerajaan" (yg pasti akan perang dinging/panas wkwkwk). Yg mertua selalu merasa berhak jadi raja thd anaknya. Sedangkan Alkitab bilang di Kejadian/Genesis bahwa sang anak akan meninggalkan ortu dan bersatu dgn istrinya.

Tapi mmg ekonomi/biaya jaman skrg mahal2 ya, jd mmg solusi yg 'real/sensible' yah bikin penyekat/pembagian ruang rumah. Atau jadwal pake "common rooms" (dapur, WC, dll) mesti di bagi (eg: gak boleh lebih dari 2 jam pake dapur, dst). WC memang perlu lebih dari 1 WC dibawah satu atap, klo penghuninya lebih dari 1 keluarga. Klo gak bisa disekat, mmg kudu ada "peraturan tertulis" jadi klo sampe konflik, harus balik lagi ke pasal2 tertulis tsb. Gak beda sama kos2an yg tentunya ada aturan (eg: kos cewek gak boleh bawa cowok ke kamar nginep, dst) pasti harus ada aturan2 tertulis donk...klo ndak pasti ada konflik...namanya manusia...dan hidup bareng di bawah satu atap...

Gak satu atap saja suka ngatur2 kayak raja/ratu..apalagi di bawah satu atap...

ANITA089 tulis:

yA, kalopun harus tinggal dng ortu/mertua satu halaman yg penting masih beda ruangan. Kemungkinannya:

1. Kamu dan suami di lantai atas, mertua di lt bawah. Masing2 lantai ada kamar mandi dan dapur sendiri2.

2. Kamu dan suami di rumah kecil, mertua di rumah utama. Ga papa deh, bangun rumah kecilnya dari bambu berukuran 4 x 3 m. Di rmh kecil ini akan ada 2 ruangan, yaitu(1) kamar tidur yg mencakup dapur dan ruang makan (2) kamar mandi yg termasuk ruang laundri. Jemur pakaiannya di luar rmh kecil tsb.

Kalo kamar mandi dan dapur dipakai bersama menantu dan mertua, ujung2nya bs berantem. Mertua ingin masak ayam, menantu ingin masak ikan. Smntr, mertua ga tahan bau amis ikan. Mertua mandi lama2, smntr menantu perlu buru2 mandi krn hrs kerja.

wah jaman skrg di mana2, seluruh dunia, tnyata biaya hidup sudah menjulang tinggi ya...any clue, why is that??

Bagaimana jaman ortu kita dulu membesarkan kita sbg anak2 mereka? Apa bedanya jadul sama jarang (jaman skrg) ttg finansial, hidup bareng di bawah satu atap, mbesarkan anak, dst?? ada yg bisa share pencerahannya, teman2 sekalian??

EDWIN244 tulis:

Ada berbagai pertimbangan. Mslhny kl mau ada rumah sendiri itu gmn cicilny....jgn mentang2 skrg suami istri bisa kerja jgn dianggap 5-10 tahun lg dua2 masi bisa

....

Kl berasa termasuk kelas wah dan mau ambil rumah cluster ya monggo... Kl tidak, harap disesuaikan dgn keadaan keluarga kedua belah pihak

Kalo sampe biaya TK saja 1jt/bulan/anak dan biaya kuliah segitu...berarti klo suami-istri dgn 1 anak mau tinggal pisah rumah sm ortu (kontrak/nyicil rmh), mesti punya income probably ~15 jt/bln ??

True? Benarkah itu? tempo hari, klo ndak salah Sis ANITA pernah jawab di forum lain, wkt para pria nanya2 para wanita, berapa income memadai di mata para wanita [u/ membangun keluarga yg "stabil/mapan"*]  -- jawabannya sekitar 15jt/bulan, dan bro/sis yg lain tidak ada yg membantah jumlah tsb...berarti bener yah, jumlah tsb...[klo mau pisah tinggal sm mertua]. Any comments/suggestions??

NOTE:

(*)tentunya mapan itu tidak sama dengan tajir. Mapan, menurut pengertianku adalah stabil & mampu berdikari (gak "mooching" ato mbati pihak ortu/wanita) bisa hidup terhormat sesuai dengan ajaran St Paul di 1 Tesalonika 4:11-12; sedangkan Tajir itu kaya raya.

Jadi kalo para wanita nyari yg mapan, itu wajar (karena untuk penghidupan, perlu di "PROVIDE" dan di "PROTECT" sang pria), dan itu jelas beda dgn "Gold Diggers". Sesudah di provide dan di protect, sang istri baru bisa menggunakan earnings tsb u/ nurture-and-care the family (anak dan suami).

Itulah sebabnya sngt susah klo sang pria hanya bpenghasilan UMP (~5jt). Kalo nikah dan punya 1 anak, malah sang wanita gak bisa kerja lagi dan UMP satu org jadi u/ tunjang 3 org..jelas2 sngt susah u/ di "work-out"...pantesan pada2 mending tetep ngejomblo dech... Adakah solusi lain yg tak terlihat di diskusi2 sebelumnya?? anyone? mohon pencerahannya...

EDWIN244 tulis:

Ada berbagai pertimbangan. Mslhny kl mau ada rumah sendiri itu gmn cicilny....jgn mentang2 skrg suami istri bisa kerja jgn dianggap 5-10 tahun lg dua2 masi bisa

....

Kl berasa termasuk kelas wah dan mau ambil rumah cluster ya monggo... Kl tidak, harap disesuaikan dgn keadaan keluarga kedua belah pihak

Ini sepertinya sudah melenceng keluar dari topik ttg kesediaan tinggal dgn ortu/mertua dan soal teknis, tapi tidak apa siapa tahu kita sama sama mendapat pencerahan. Urusan duniawi memang tidak akan ada habisnya, kita penampikkan ajaran kasih ttg rasa bersyukur, mgkn jika kita sama sama mencoba merefleksikan, masih banyak disini atau diluar sana yg masih taraf hidupnya belum tercukupi. Berapapun rejeki yg kita dapat patut disyukuri dan kontrol penguasaan diri serta meminta hikmat untuk penggunaannya.

Berbicara angka brapapun pendapatan jika tidak ada penguasaan diri tidak akan pernah ada rasa cukup, yang ada hanya keluhan, hidupnya membatin rasa kecewa, marah dan iri, hidupnya pun tidak tenang karena terobesi akan tuntutan keadaan diluar sana. Tingkat kebutuhan orang tentunya berbeda, keinginanpun berbeda pula, faktor status lifestyle bisa mempengaruhi, dan perkembangan informasi teknologi ikut merasuki. Kembali pada diri kita kesadaran diri.

Refleksi kedalam, jika diluar sana misalnya jika orang lain bisa punya rumah di BSD jakarta dengan harga sekian, mgkn dengan pendapatan lebih rendah sama sama bisa mendapat kan rumah di pinggiran mgkn jauh dari kota pelosok kedlam, jika esensi pointnya ingin punya rumah, atau sementara sewa jika memungkinkan. Jika mereka bisa mensekolahkan anak mereka pada sekolah swasta termahal terbaik ya biarkan jika mereka memang punya kemampuan itu.

Refleksi kedalam yg saya maksud, utamakan fase kebutuhan, jika sudah terpenuhi dan dirasakan ada kelebihan pendapatan karena rejeki sudah ada yang mengatur jika sependapat, masuk fase keinginan yang sekiranya mungkin ada keinginan lain yg  sempat tertunda. Dan jika dirasa kedua fase tsb diatas sudah tercukupi silahkan masuk tahap selanjutnya berkemampuan, terkadang ada yg ingin berpikir praktis, misalnya sudah punya motor ingin tambah mobil karena tidak mau berpanas ria, sudah punya mobil ingin tambah lagi karena kena ganjil genap, atau ada lagi sudah punya rumah krn anaknya sekolah jauh, sengaja tambah beli rumah dekat sekolah, alasannya agar lebih dekat dan pindah kesana. (kebetulan nasabah saya ini rumah dan apart. banyak, faktanya ditingali 1 sengaja beli satu rumah dekat anaknya sekolah). Kalau kita tidak atau belum bisa mana yg perlu diprioritaskan berapapun pendapatan tidak pernah ada rasa cukup atau rasa puas.

Kembali lagi balance kehidupan orang belum tentu sama, saya rasa ini baru realistis dan tentang masih banyak menjomblo tergantung motivasi pencarian jodoh hingga menuju pernikahan yg diinginkan seperti apa, ingin mencari kebahagiaan bersama, menua bersama di dunia ini yg sementara (kejadian 25 tahun lalu saya masih ingat dan waktu berlalu tidak terasa), ingin mencari pasangan yang bisa membantu meningkatkan taraf hidup yg lebih baik atau apa, jika dirasa kurang cukup ya sama sama dibantu didalam keluarga tidak mengandalkan atau ketergantungan, psikologist ketergantungan cenderung mudah tertekan, untuk itu tentunya masing masing punya tujuan mana yang mau diprioritaskan.

MAE309 tulis:

wah jaman skrg di mana2, seluruh dunia, tnyata biaya hidup sudah menjulang tinggi ya...any clue, why is that??

Bagaimana jaman ortu kita dulu membesarkan kita sbg anak2 mereka? Apa bedanya jadul sama jarang (jaman skrg) ttg finansial, hidup bareng di bawah satu atap, mbesarkan anak, dst?? ada yg bisa share pencerahannya, teman2 sekalian??

Pada tahun 1960an di dunia ini cuma ada 1 miliar org kl nga salah, kl 2020 sudah 7 miliar menuju 8 miliar. Lahan tidak bisa dicetak dan usia produktif bertambah banyak jadi adalah wajar kl harga rumah melejit, cari kerjaan 8 kali lebi susah krn saingan sampai 8 kali lebi banyak....

Waduh....itu artinya punya 1 anak aja sdh berat banget. Jujur, soal itung2an R 15 juta nya aku ga paham sih. Ta[o gini: Krn sbnrnya sdh ada fenomena childfree (tidak punya anak) mungkin bagi pasangan yg memang tdk ingin punya anak dan sekaligus mau ngekos/ngontrak rmh yg  murah meriah akan lbh mudah. Ini menjadi lbh mudah justru bagi pasangan2 yg saat menikah usia istrinya sdh hampir 40 th sehingga pasangan ini semakin mantap utk tdk punya anak. Penghasilan suami istri bs ditabung utk askes dan perawat saat mrk lansia. Jadi, jika sepasang suami istri mengambil langkah ini mrk tdk usah pusingkan biaya anak2 dan rumah.

Apakah ada negara2 yg sdh mulai menerapkan ini?

Tapi if you want everything in your life (anak dan rumah sendiri) I wish you good luck deh bestie.

MAE309 tulis:

Kalo sampe biaya TK saja 1jt/bulan/anak dan biaya kuliah segitu...berarti klo suami-istri dgn 1 anak mau tinggal pisah rumah sm ortu (kontrak/nyicil rmh), mesti punya income probably ~15 jt/bln ??

...

ngejomblo dech... Adakah solusi lain yg tak terlihat di diskusi2 sebelumnya?? anyone? mohon pencerahannya...

Bingo! makasih atas pencerahannya...ini sngt masuk akal..

Dari Mbah Google, earth capacity cuman 9-10 Billions (milyar) sedangkan skrg thn 2022 World Population sudah 8Billion (milyar). Berarti resource (sumber daya bumi) makin langka dan tentunya makin mahal. Yah mmg hasilnya, gak heran semua harga jadi menjulang tinggi. Pantesan saja yah...hidup jadi makin sulit :P

Jadi...kayaknya gak ada solusinya yah...selain tambah harus kerja keras, unfortunately...

EDWIN244 tulis:

Pada tahun 1960an di dunia ini cuma ada 1 miliar org kl nga salah, kl 2020 sudah 7 miliar menuju 8 miliar. Lahan tidak bisa dicetak dan usia produktif bertambah banyak jadi adalah wajar kl harga rumah melejit, cari kerjaan 8 kali lebi susah krn saingan sampai 8 kali lebi banyak....

HERI771 tulis:

Ini sepertinya sudah melenceng keluar dari topik ttg kesediaan tinggal dgn ortu/mertua dan soal teknis, tapi tidak apa siapa tahu kita sama sama mendapat pencerahan.

...

cenderung mudah tertekan, untuk itu tentunya masing masing punya tujuan mana yang mau diprioritaskan.

kelihatannya begitu ya sis...sy jg observasi temen2 alumni sekolah dulu, pada2 bnyk yg cuman punya 1 anak, plg banter 2 anak.

Apakah ada negara2 yg sdh mulai menerapkan ini? ttg itu dulu pernah nonton Oprah show (gak sanggup referensi krn mesti ngubek2), di show tsb katanya French Women udah kagak peduli mau nikah/ndak, mau punya anak/ndak, mereka cuman fokus kerja dan kualitas hidup (makan sehat, olah raga, annual exam dokter, dst) u/ cari hidup bahagia...udah gak peduli ortu/tinggal bareng ortu / ndak

kelihatannya pola negara2 barat udah pada gitu ya kelihatannya...udah pada gak merid apalagi tinggal sm ortu...klo pun punya anak jg 18th udah keluar rumah dan anak jg tidak pduli ortu lagi..dulu prof ku ortunya meninggal, adeknya gak dateng / gak bisa dateng, katanya beli tiket pesawat saja ndak mampu dan kakaknya yg sang prof jg gak bisa gubris u/ belikan tiket pesawat adeknya u/ dateng ke penguburan ortunya krn dia jg mesti tg biaya keluargannya sndr...sy yah cuman nyimak dan mingkem saja...kayaknya beda bgt budaya nya ya...

ANITA089 tulis:

Waduh....itu artinya punya 1 anak aja sdh berat banget. Jujur, soal itung2an R 15 juta nya aku ga paham sih. Ta[o gini: Krn sbnrnya sdh ada fenomena childfree (tidak punya anak) mungkin bagi pasangan yg memang tdk ingin punya anak dan sekaligus mau ngekos/ngontrak rmh yg  murah meriah akan lbh mudah. Ini menjadi lbh mudah justru bagi pasangan2 yg saat menikah usia istrinya sdh hampir 40 th sehingga pasangan ini semakin mantap utk tdk punya anak. Penghasilan suami istri bs ditabung utk askes dan perawat saat mrk lansia. Jadi, jika sepasang suami istri mengambil langkah ini mrk tdk usah pusingkan biaya anak2 dan rumah.

Apakah ada negara2 yg sdh mulai menerapkan ini?

Tapi if you want everything in your life (anak dan rumah sendiri) I wish you good luck deh bestie.

MAE309 tulis:

Bingo! makasih atas pencerahannya...ini sngt masuk akal..

Jadi...kayaknya gak ada solusinya yah...selain tambah harus kerja keras, unfortunately...

Ya ada solusiny, entah terima standar hidup yg lebi rendah. Nga punya rmh, tp kontrak atau hidup sm keluarga, kl nga beli rmh yg di gang, kl nga pindah ke kota yg lebi kecil.

Kl nga mau standar hidup lebi rendah, y jumlah anak dikurangi, jd cuma pd bisa pny 1 anak, bknny 2-3...atau nga nikah sama sekali, pas uda tua gadaikan properti/aset demi dpt tempat di panti jompo...

Mau yg lebi nga konvensional jg bisa.... Cari gaya hidup alternatif yg biayanya lebi rendah...Tinggal di RV, hidup nomad, kl sakit ga usah RS besar, cari pengobatan alternatif, kl nga kuat kuliah yg bagus, cari bootcamp atau online course dan buka usaha sendiri.... Kl lg pgn mkn enak masak sendiri daripada pegi ke restoran....

Cara plg susah pindah2 kerjaan tiap 2-3 tahun dan minta naek gaji 30 persen tiap kali pindah... Tp ginian harus punya referensi superstar... Dan tiap tmpt kerja hrs lembur terus... Ya gaji sih tinggi, tp jd ansos plus kesehatan rusak kl sudah aga tua...

Kalau saya sih, sudah sy jalankan 1, 2, dan 3...tp nga semua org bisa kyk gitu... Kl sudah malas ya plg ngegrab atau jaga toko di mal 😂

Bumi semakin sesak !

Mungkin itu secercah pencerahan dari yang bisa kutangkap dalam bentuk rangkuman opini opini dari saudari saudara seiman yang tersirat terkait topik BESAR diatas

Kebutuhan akan lahan pemukiman meningkat, berbanding lurus dengan bertambahnya jumlah penduduk di suatu wilayah

Jadi SOLUSInya, sesederhana, apakah perlu kita panggil "keluar" saja sosok Thanos, sang tokoh fiksi agar GENOSIDA 1/2 populasi bumi lenyap dalam satu jentikan antara jempol & jari tengah

?

Atau

kita hanya perlu penyelesaian rumit nan kompleksitas dengan memulai ajukan KPR bersubsidi yang tenor pembayaran nya 10 s/d 20 tahun kedepan ??

Mungkin juga keputusan akhir bisa jadi pindah ke luar pulau dimana lahan untuk pemukiman masih luas tersedia bagi keluarga besar kita kelak ???

Tidak perlu bermigrasi ke pulau terpencil kok, cukup yang layak huni saja, bayangkan anda & pasangan bisa bebas berekspresi berdua sambil cuma melihat lidah mertua dalam bentuk tanaman hidup daripada merasakan sendiri tajamnya 'lidah mertua' serta tentu saja jangan lupakan fitur tercanggih abad ini : BEBAS dari GUNJINGAN ludah & lidah tetangga, karena tetangga terdekat mungkin saja ada dalam radius puluhan bahkan ratusan meter dari rumah impian anda !

Selamat berimajinasi !!!

Ya andaikan ada rumah kecil dari bambu berukuran 4 x 4 m (sdh termasuk kamar mandi) aku jg mau. Cuma, tanahnya pun ada harganya. Ha ha ha...

VEKA741 tulis:

Bumi semakin sesak !

Mungkin itu secercah pencerahan dari yang bisa kutangkap dalam bentuk rangkuman opini opini dari saudari saudara seiman yang tersirat terkait topik BESAR diatas

.....

Selamat berimajinasi !!!

Sebaiknya tinggal terpisah dengan ortu atau mertua, menghindari konflik dan agar kita lebih mandiri, serta privasi lebih terjaga.

Mungkin saat merencanakan untuk menikah, harus bicara dengan pasangan terkait hal ini dan juga mempersiapkan budget untuk kontrak rumah seandainya belum ada rumah sendiri.

Aku gamau tinggal bareng ortu/mertua setelah nikah, mendingan ngontrak/ngekost aja deh ☺

LINA843 tulis:

Aku gamau tinggal bareng ortu/mertua setelah nikah, mendingan ngontrak/ngekost aja deh ☺

Mertua kalau sendiri …kita tinggal pisah juga kasihan

Nyimak, pandangan2 setiap org yg berbeda.

Namun setuju, bahwa persoalan ini menjadi topik yg penting sekali untuk dibicarakan.

Klu sy lebih memilih di rumah sendiri, dgn mertua ya paling tinggal sebentar gk boleh lama2, klu dekat bisa seminggu sekali, klu jauh bisa bisa 3 bln sekali, klu jarak dr Sabang sampai Merauke ya bisa setahun sekali 😁, klu blm ada ongkos bisa gk nengok mertua dlm setahun.

Udah hukum nya setelah menikah itu hrs tinggal di rumah sendiri, kan ada ayatnya ya kira2 bunyinya seperti ini dgn bahasa sederhana saya " seorang laki2 akan tinggalkan ayah ibunya dan bersama (bersatu) istrinya sehingga ke duanya menjadi satu daging", menurut pemahaman sy sesuai ayat ini ya lebih nyaman rumah sendiri.

Akan tinggal di rumah mertua atau tidak, merupakan pilihan.
Apapun alasannya, jika tinggal di rumah mertua adalah jawabannya, tentu hal tersebut memiliki konsekuensi tersendiri.
Ada Sisi Positif dan Negatif nya.

Sisi positipnya:
-Hemat biaya hidup, sehingga bisa menabung.
-Ada yang membantu menjaga anak.
-Jika suami sedang dinas ke luar kota, tidak kesepian di rumah.

Cuman ya ada sisi negatipnya juga...
-Privasi kurang.
-Potensi Konflik dengan Ipar dan Mertua>
-Kesempatan untuk Belajar Mandiri<

kalo aku bs pilih sih lbh baik gk tinggal bareng mertua, karena gk mau nambah masalah di dlm rumah, makin byk orang di rmh, makin byk masalah menurutku, sukur2 kalo pd cocok. Tapi kalo terpaksa hrs tinggal bareng mertua ya gpp jg sih, palingan try to adjust aja

Dalam kondisi normal, semua anggota keluarga dlm kondisi masih sehat, kuat, lengkap, ekonomi berkecukupan, tentu umumnya keinginannya adlah tinggal dalam rumah yg terpisah atau berdua dg pasangan.

Namun bila tidak mungkin kondisinya tidak normal. mungkin kl skrg badan masih kuat, umur masih cukup blm bisa dikatakan lanjut usia. Namun, ya kelak pun tiap manusia akan sampai pada usia spt ortu atau mertua kita. Bila beruntung, pasangan kita masih hidup, masih enak. Namun, bila tidak saat itu mungkin hidup sendiri tanpa pasangan, dan tentu saja tanpa anak yg telah berkeluarga.

Kualitas hidup kadang bisa dirasakan, saat berhasil mengambil keputusan yg terbaik sesuai kehendak Allah "kasihi Allahmu, dan kasihilah sesama mu manusia".

Kadang ditengah dilema, hanya pasangan yg dari Tuhan Yesus, yg dapat membantu menguatkan hati kita.

Bisa aj sis Anita
Aq dulu mulai nikah ...sampai alm. mertua passed away tinggal dirumah mertua.
Mertua di lantai bawah sama adik ipar....aq sama keluarga di lantai atas.

Dulu wkt kerjanya masih pindah2...anak2 titip sama mertua, kadang istri ngikut ...kadang juga
Di Mlg sama anak2. Supaya sekolah anak2 gak ikut pindah2.
Ya konflik kadang ada....tapi jarang banget dan bukan hal yg prinsip.

Saya kira mertua gak jahat2 amat kok....kadang klo ada perbedaan pendapat sama istri, alm. Mertua belain aq
Walaupun gak selalu sih

Banyak kasus justru mertua minta anak & menantunya tinggal bersama, biasanya anak buncit yg diminta kumpul...spt adat Batak sepengetahuan saya begitu.

OK GBU all

ANITA089 tulis:

Ya andaikan ada rumah kecil dari bambu berukuran 4 x 4 m (sdh termasuk kamar mandi) aku jg mau. Cuma, tanahnya pun ada harganya. Ha ha ha...

Salut. kl tidak punya karakter yg kuat dan matang, tentu tidak bisa spt Bapak Sergy.

Konflik akan selalu ada, namun dpt membedakan konflik yg prinsip dan yg bukan (bisa dikompromikan).

Orang tua yg hebat, akan bisa melahirkan keturunan yg hebat.

SERGY895 tulis:

Bisa aj sis Anita

Aq dulu mulai nikah ...sampai alm. mertua passed away tinggal dirumah mertua.

....

OK GBU all

Tiap orang beda-beda; ada yang bisa menyesuaikan diri/ngemong tapi ada yang tidak cocok karena sifat terlalu keras.

TEDDY605 tulis:

Tiap orang beda-beda; ada yang bisa menyesuaikan diri/ngemong tapi ada yang tidak cocok karena sifat terlalu keras.

Di dlm sebuah keluarga pasti ada yg sifatnya terlalu keras. Ada jg yg lembut. Nah yg lembut ini sering merasa menjadi korban dari yg keras. Aku termasuk yg lembut. Makanya aku sih lbh suka tinggal di kosan murah dng suami daripada di rumahnya meski mewah.