Kedai Kopi dan Teh :)
-
7 Juni 2020
#Closing Time
Shalom Sobat JK. Sebelumnya harap dimaklumi, ini closing yang amat terlambat. Sebab yang akan kita bahas dalam tulisan ini bermula dari pembicaraan yang dimulai sejak pagi 2 hari yang lalu, yaitu dari postingan mas Bravo110 di halaman 1253; tentang hubungan antara kecantikan wanita (‘istri’ dlm hal ini) dengan sifat/tabiat suaminya.
Adalah tulisan dari seseorang bernama Cak Irawan yang diposting tsb., antara lain seperti saya kutip di bawah ini:
Saya mengamati kecenderungannya begini, wanita yang cantik sebelum usia 30 th itu memang karena dari lahir dia sudah cantik.
Tapi wanita yang masih cantik setelah 30 th lebih ditentukan oleh kualitas pernikahannya.
Wanita yang memiliki suami yang baik, penyayang, gak ngamukan, gak egois, gak keras kepala, gak pelit, maka ia akan menjadi wanita bahagia dan aura kecantikannya makin lama makin bersinar terpampang nyata.
Pada umumnya memang akan berlaku demikianlah adanya. Namun saya jadi teringat salah satu tokoh wanita dalam pewayangan yaitu Dewi Banowati, yang sekalipun bersuamikan seorang raja jahat, (Prabu Duryudana, yang memiliki sifat dan tabiat kebalikan dari harapan akan suami yang baik), dalam jagat pewayangan tetap saja Banowati disebut sebagai salah satu wanita yang paling cantik, yang bahkan semakin bertambah cantik seiring dengan bertambah usianya.
Kemudian apabila diceritakan di sana bahwa Banowati pintar merawat diri sehingga tetap dan makin cantik dari hari ke hari, tetap juga hal itu merupakan hal yang lumrah dan wajar saja. Lagi-lagi berlaku umum, benar sebatas pada tingkat norma dan moralitas. Lagipula cerita dalam pewayangan tidak bisa serta-merta kita pakai sebagai acuan hidup.
Lalu bagaimana kata Alkitab?
Sebuah fun fact bahwa dalam kisah-kisah tradisi di setiap suku bangsa (baik itu berupa legenda, sejarah, cerita rakyat, foklor, dlsb.), bisa selalu ditemukan ekuivalensi-nya dengan kisah-kisah maupun kebenaran-kebenaran dalam Alkitab. Memang amazing Alkitab kita ini. Mempelajari kisah-kisah tradisi untuk kemudian menemukan ekuivalensinya dengan kebenaran alkitabiah biasa diaplikasikan dalam Theologi Praksis sebagai kontekstualisasi pesan Injil.
Oke, jadi apa yang bisa kita temukan dalam Alkitab, sebagai ekuivalensi dari kisah Dewi Banowati tersebut? Adakah tokoh yang mirip-mirip kisahnya dengan dia?
Ada. Dia adalah Abigail istri Nabal. (Kisahnya bisa dijumpai dalam 1Samuel 25:2-44.)
(bersambung..)
7 Juni 2020 diubah oleh FAJAR882
-
7 Juni 2020
(sambungan..)
ABIGAIL (bekas) Istri Nabal
(Fajar882, by God's Grace)1 Samuel 25:32-33 (TB) - Lalu berkatalah Daud kepada Abigail: "Terpujilah TUHAN, Allah Israel, yang mengutus engkau menemui aku pada hari ini; terpujilah kebijakanmu dan terpujilah engkau sendiri, bahwa engkau pada hari ini menahan aku dari pada melakukan hutang darah dan dari pada bertindak sendiri dalam mencari keadilan.
Bacaan: 1 Samuel 25:2-44 (Daud, Nabal dan Abigail)
Pada zaman ketika Saul menjadi raja atas Israel, ada seorang pengusaha kaya di daerah Karmel bernama Nabal. Istrinya bernama Abigail. Alkitab mencatat bahwa, “Perempuan itu bijak dan cantik, tetapi laki-laki itu kasar dan jahat kelakuannya. Ia seorang keturunan Kaleb.” (ay.3) (Tradisi penulisan Ibrani dalam Perjanjian Lama, nama seseorang mencerminkan sifatnya. ‘Nabal’ berarti si bodoh. Dan memang itulah sifatnya sebagaimana tertulis dalam ayat 25: “orang dursila” dan “bebal”.)
Kisah ini bermula ketika Daud yang bersama dengan bala tentara pasukannya sedang berkemah di padang gurun Paran, dekat dengan daerah itu, mengirim sepuluh orang utusan untuk meminta bantuan kepada Nabal berupa bahan-bahan pangan karena mereka sedang kehabisan ransum makanan. Lagipula telah beberapa waktu lamanya pasukan Daud bersiaga menjaga keamanan para pekerja dan ribuan ternak milik Nabal tanpa upah sedikit pun.
Pesan yang dikirim Daud sangat baik, sopan dan penuh hormat. Namun caci maki Nabal yang didapat sebagai balasannya. Daud menjadi sangat marah, bahkan sampai keluar kata-kata sumpah untuk menyerang, dan membunuh semua laki-laki di kediaman Nabal. (ay.22). Inilah konflik antara dua pria perkasa yang bisa mengarah pada pertumpahan darah dan hilangnya nyawa banyak orang.
Adalah Abigail (istri Nabal) yang mampu meredam konflik sehingga tidak sampai berlarut atau berakibat fatal. Pelajaran apa saja yang bisa kita ambil dari Abigail, sosok wanita bijak yang dimampukan Tuhan untuk meredam konflik gawat ini?
1. Menjadi pendengar yang baik
Abigail sedang tidak berada di tempat sehingga tidak melihat ketika para utusan Daud datang menemui Nabal, dan terjadi caci-maki Nabal kepada mereka. (ay.26). Namun dengan cermat ia mendengarkan penuturan seorang bujangnya. 1Sam.25: (14)Tetapi kepada Abigail, isteri Nabal, telah diberitahukan oleh salah seorang bujangnya, katanya: "Ketahuilah, Daud menyuruh orang dari padang gurun untuk memberi salam kepada tuan kita, tetapi ia memaki-maki mereka. (15)Padahal orang-orang itu sangat baik kepada kami; mereka tidak mengganggu kami dan kami tidak kehilangan apa-apa selama kami lalu-lalang di dekat mereka, ketika kami ada di ladang. (16)Mereka seperti pagar tembok sekeliling kami siang malam, selama kami menggembalakan domba-domba di dekat mereka. (17)Oleh sebab itu, pikirkanlah dan pertimbangkanlah apa yang harus kauperbuat, sebab telah diputuskan bahwa celaka akan didatangkan kepada tuan kita dan kepada seisi rumahnya, dan ia seorang yang dursila, sehingga orang tidak dapat berbicara dengan dia."
2. Berpikir dan bertindak bijaksana
Dari sederet informasi yang diperolehnya dari bujangnya, Abigail tahu bahwa ini bakal konflik yang berbahaya bagi keselamatan seisi rumah. Tidak seperti Nabal yang kebebalan dan arogansinya membutakan nalar dan akal sehat, Abigail tahu bahwa jika sampai terjadi pasukan Daud menyerang, maka Nabal beserta seluruh anak buahnya tidak akan dapat bertahan.
Namun tidak hanya ‘berpikir’ (menganalisa situasi, menimbang-nimbang untung rugi, atau termenung berlama-lama), dia segera mengambil tindakan – yang bijaksana. 1Sam.25: (18)Lalu segeralah Abigail mengambil dua ratus roti, dua buyung anggur, lima domba yang telah diolah, lima sukat bertih gandum, seratus buah kue kismis dan dua ratus kue ara, dimuatnyalah semuanya ke atas keledai, (19)lalu berkata kepada bujang-bujangnya: "Berjalanlah mendahului aku; aku segera menyusul kamu." Tetapi Nabal, suaminya, tidaklah diberitahunya.
3. Bersikap rendah hati
Ayat berikutnya dalam pasal ini menampilkan bagaimana tenang, sabar, dan rendah hatinya Abigail dalam tindakan. Tercermin dalam sikap dan kata-katanya ketika berhadapan dengan Daud. 1Sam.25: (23)Ketika Abigail melihat Daud, segeralah ia turun dari atas keledainya, lalu sujud menyembah di depan Daud dengan mukanya sampai ke tanah. (24)Ia sujud pada kaki Daud serta berkata: "Aku sajalah, ya tuanku, yang menanggung kesalahan itu. Izinkanlah hambamu ini berbicara kepadamu, dan dengarkanlah perkataan hambamu ini.
4. Percaya kepada TUHAN.
Nama Daud sebagai seorang perwira kerajaan barangkali sudah populer di waktu itu. Juga bagi Abigail, tentulah ia sudah mendengar bagaimana ‘wah’ berita-berita beredar tentang Daud. Betapa terampil, betapa cakap, betapa pandai, pintar dan bertalentanya seorang Daud di waktu itu. Juga bagaimana TUHAN melindungi dan memberkatinya sehingga dia menjadi seorang panglima yang selalu menang dalam peperangan.
Akan tetapi, alih-alih berharap pada berbagai kelebihan dan kebaikan Daud, Abigail justru selalu melihat kepada TUHAN yang bekerja dan berkuasa atas segala sesuatu. Maka pada ayat-ayat berikutnya, dalam perkataannya kepada Daud, (ay.27-26) Abigail selalu dan terus-menerus mengatakan TUHAN, TUHAN dan TUHAN. Hanya TUHAN yang dia percayai dan andalkan. Hanya kepada TUHAN dan atas Nama TUHAN-lah Abigail berharap dan mencari perlindungan. Bukan kepada manusia, bahkan yang sekelas Daud.
Empat ayat berikutnya (ay.28-31) adalah perkataan berkat yang Abigail ucapkan untuk Daud, mempertegas betapa iman dan pengharapan dia yang teguh akan kasih, kuasa dan anugerah yang dari TUHAN saja.
Respons Daud
Luluh lah hati Daud, demi melihat dan mendengar Abigail. Dia urungkan niatnya menyerang kediaman Nabal, disertai pujian kepada TUHAN, karena apa yang telah dilakukan Abigail. Bahkan Daud sendiri bisa melihat kuasa TUHAN yang bekerja dalam diri Abigail sehingga mampu meredam bakal konflik yang bisa terjadi.
1Sam.25: (32)Lalu berkatalah Daud kepada Abigail: "Terpujilah TUHAN, Allah Israel, yang mengutus engkau menemui aku pada hari ini; (33)terpujilah kebijakanmu dan terpujilah engkau sendiri, bahwa engkau pada hari ini menahan aku dari pada melakukan hutang darah dan dari pada bertindak sendiri dalam mencari keadilan. (34)Tetapi demi TUHAN, Allah Israel yang hidup, yang mencegah aku dari pada berbuat jahat kepadamu--jika engkau tadinya tidak segera datang menemui aku, pasti tidak akan ada seorang laki-lakipun tinggal hidup pada Nabal sampai fajar menyingsing." (35)Lalu Daud menerima dari perempuan itu apa yang dibawanya untuk dia, dan berkata kepadanya: "Pulanglah dengan selamat ke rumahmu; lihatlah, aku mendengarkan perkataanmu dan menerima permintaanmu dengan baik."
*
Pertanyaan untuk direnungkan:
- Apakah aku dalam kehidupan dan keluargaku bisa dipercaya untuk mengatasi konflik dimulai dengan menjadi pendengar yang baik?
- Apakah aku mampu berpikir dan bertindak bijaksana dalam setiap keputusan dan tindakan untuk mengatasi konfllik?
- Mampukah aku ber-rendah hati, agar setiap konflik yang terjadi dan kualami bisa terselesaikan dengan baik dalam kasih dan damai sejahtera? Akankah orang melihat Tuhan dalam penyelesaian konflik yang kualami?
- Apakah aku percaya, berharap dan mengandalkan Tuhan dalam setiap perkara?
*
Sobat JK, hingga jauh ini kita belajar dari kisah Abigail istri Nabal. Namun kisah belum berakhir. Bila dipersingkat, akan ada kematian Nabal dan kemudian Abigail menikah dengan Daud. (Kisah selengkapnya bisa dibaca dalam bacaan kita di atas, 1 Samuel 25:2-44.)
Jika di kesempatan ini kita telah membahas Abigail, bagaimana dengan Nabal dan Daud? Pelajaran apa yang bisa kita ambil dari kisah yang sama?
Akan kita bahas dalam kesempatan berikutnya: “Mengapa TUHAN membunuh Nabal?”
Demikian sharing kita untuk hari ini. Selamat pagi. Selamat hari Minggu, dan selamat beribadah.
Tuhan memberkati.
7 Juni 2020 diubah oleh FAJAR882
-
7 Juni 2020
FAJAR882 tulis:
(sambungan..)
ABIGAIL (bekas) Istri Nabal
(Fajar882, by God's Grace) i.ibb.co/cXxdMZT/1-Sam-25-32-33-Alkitab-Kopi.jpg 1 Samuel 25:32-33 (TB) - Lalu berkatalah Daud kepada Abigail: "Terpujilah TUHAN, Allah Israel, yang mengutus engkau menemui aku pada hari ini; terpujilah kebijakanmu dan terpujilah engkau sendiri, bahwa engkau pada hari ini menahan aku dari pada melakukan hutang darah dan dari pada bertindak sendiri dalam mencari keadilan.
Bacaan: 1 Samuel 25:2-44 (Daud, Nabal dan Abigail)
Pada zaman ketika Saul menjadi raja atas Israel, ada seorang pengusaha kaya di daerah Karmel bernama Nabal. Istrinya bernama Abigail. Alkitab mencatat bahwa, “Perempuan itu bijak dan cantik, tetapi laki-laki itu kasar dan jahat kelakuannya. Ia seorang keturunan Kaleb.” (ay.3) (Tradisi penulisan Ibrani dalam Perjanjian Lama, nama seseorang mencerminkan sifatnya. ‘Nabal’ berarti si bodoh. Dan memang itulah sifatnya sebagaimana tertulis dalam ayat 25: “orang dursila” dan “bebal”.)
Kisah ini bermula ketika Daud yang bersama dengan bala tentara pasukannya sedang berkemah di padang gurun Paran, dekat dengan daerah itu, mengirim sepuluh orang utusan untuk meminta bantuan kepada Nabal berupa bahan-bahan pangan karena mereka sedang kehabisan ransum makanan. Lagipula telah beberapa waktu lamanya pasukan Daud bersiaga menjaga keamanan para pekerja dan ribuan ternak milik Nabal tanpa upah sedikit pun.
Pesan yang dikirim Daud sangat baik, sopan dan penuh hormat. Namun caci maki Nabal yang didapat sebagai balasannya. Daud menjadi sangat marah, bahkan sampai keluar kata-kata sumpah untuk menyerang, dan membunuh semua laki-laki di kediaman Nabal. (ay.22). Inilah konflik antara dua pria perkasa yang bisa mengarah pada pertumpahan darah dan hilangnya nyawa banyak orang.
Adalah Abigail (istri Nabal) yang mampu meredam konflik sehingga tidak sampai berlarut atau berakibat fatal. Pelajaran apa saja yang bisa kita ambil dari Abigail, sosok wanita bijak yang dimampukan Tuhan untuk meredam konflik gawat ini?
1. Menjadi pendengar yang baik
Abigail sedang tidak berada di tempat sehingga tidak melihat ketika para utusan Daud datang menemui Nabal, dan terjadi caci-maki Nabal kepada mereka. (ay.26). Namun dengan cermat ia mendengarkan penuturan seorang bujangnya. 1Sam.25: (14)Tetapi kepada Abigail, isteri Nabal, telah diberitahukan oleh salah seorang bujangnya, katanya: "Ketahuilah, Daud menyuruh orang dari padang gurun untuk memberi salam kepada tuan kita, tetapi ia memaki-maki mereka. (15)Padahal orang-orang itu sangat baik kepada kami; mereka tidak mengganggu kami dan kami tidak kehilangan apa-apa selama kami lalu-lalang di dekat mereka, ketika kami ada di ladang. (16)Mereka seperti pagar tembok sekeliling kami siang malam, selama kami menggembalakan domba-domba di dekat mereka. (17)Oleh sebab itu, pikirkanlah dan pertimbangkanlah apa yang harus kauperbuat, sebab telah diputuskan bahwa celaka akan didatangkan kepada tuan kita dan kepada seisi rumahnya, dan ia seorang yang dursila, sehingga orang tidak dapat berbicara dengan dia."
2. Berpikir dan bertindak bijaksana
Dari sederet informasi yang diperolehnya dari bujangnya, Abigail tahu bahwa ini bakal konflik yang berbahaya bagi keselamatan seisi rumah. Tidak seperti Nabal yang kebebalan dan arogansinya membutakan nalar dan akal sehat, Abigail tahu bahwa jika sampai terjadi pasukan Daud menyerang, maka Nabal beserta seluruh anak buahnya tidak akan dapat bertahan.
Namun tidak hanya ‘berpikir’ (menganalisa situasi, menimbang-nimbang untung rugi, atau termenung berlama-lama), dia segera mengambil tindakan – yang bijaksana. 1Sam.25: (18)Lalu segeralah Abigail mengambil dua ratus roti, dua buyung anggur, lima domba yang telah diolah, lima sukat bertih gandum, seratus buah kue kismis dan dua ratus kue ara, dimuatnyalah semuanya ke atas keledai, (19)lalu berkata kepada bujang-bujangnya: "Berjalanlah mendahului aku; aku segera menyusul kamu." Tetapi Nabal, suaminya, tidaklah diberitahunya.
3. Bersikap rendah hati
Ayat berikutnya dalam pasal ini menampilkan bagaimana tenang, sabar, dan rendah hatinya Abigail dalam tindakan. Tercermin dalam sikap dan kata-katanya ketika berhadapan dengan Daud. 1Sam.25: (23)Ketika Abigail melihat Daud, segeralah ia turun dari atas keledainya, lalu sujud menyembah di depan Daud dengan mukanya sampai ke tanah. (24)Ia sujud pada kaki Daud serta berkata: "Aku sajalah, ya tuanku, yang menanggung kesalahan itu. Izinkanlah hambamu ini berbicara kepadamu, dan dengarkanlah perkataan hambamu ini.
4. Percaya kepada TUHAN.
Nama Daud sebagai seorang perwira kerajaan barangkali sudah populer di waktu itu. Juga bagi Abigail, tentulah ia sudah mendengar bagaimana ‘wah’ berita-berita beredar tentang Daud. Betapa terampil, betapa cakap, betapa pandai, pintar dan bertalentanya seorang Daud di waktu itu. Juga bagaimana TUHAN melindungi dan memberkatinya sehingga dia menjadi seorang panglima yang selalu menang dalam peperangan.
Akan tetapi, alih-alih berharap pada berbagai kelebihan dan kebaikan Daud, Abigail justru selalu melihat kepada TUHAN yang bekerja dan berkuasa atas segala sesuatu. Maka pada ayat-ayat berikutnya, dalam perkataannya kepada Daud, (ay.27-26) Abigail selalu dan terus-menerus mengatakan TUHAN, TUHAN dan TUHAN. Hanya TUHAN yang dia percayai dan andalkan. Hanya kepada TUHAN dan atas Nama TUHAN-lah Abigail berharap dan mencari perlindungan. Bukan kepada manusia, bahkan yang sekelas Daud.
Empat ayat berikutnya (ay.28-31) adalah perkataan berkat yang Abigail ucapkan untuk Daud, mempertegas betapa iman dan pengharapan dia yang teguh akan kasih, kuasa dan anugerah yang dari TUHAN saja.
Respons Daud
Luluh lah hati Daud, demi melihat dan mendengar Abigail. Dia urungkan niatnya menyerang kediaman Nabal, disertai pujian kepada TUHAN, karena apa yang telah dilakukan Abigail. Bahkan Daud sendiri bisa melihat kuasa TUHAN yang bekerja dalam diri Abigail sehingga mampu meredam bakal konflik yang bisa terjadi.
1Sam.25: (32)Lalu berkatalah Daud kepada Abigail: "Terpujilah TUHAN, Allah Israel, yang mengutus engkau menemui aku pada hari ini; (33)terpujilah kebijakanmu dan terpujilah engkau sendiri, bahwa engkau pada hari ini menahan aku dari pada melakukan hutang darah dan dari pada bertindak sendiri dalam mencari keadilan. (34)Tetapi demi TUHAN, Allah Israel yang hidup, yang mencegah aku dari pada berbuat jahat kepadamu--jika engkau tadinya tidak segera datang menemui aku, pasti tidak akan ada seorang laki-lakipun tinggal hidup pada Nabal sampai fajar menyingsing." (35)Lalu Daud menerima dari perempuan itu apa yang dibawanya untuk dia, dan berkata kepadanya: "Pulanglah dengan selamat ke rumahmu; lihatlah, aku mendengarkan perkataanmu dan menerima permintaanmu dengan baik."
*
Pertanyaan untuk direnungkan:
- Apakah aku dalam kehidupan dan keluargaku bisa dipercaya untuk mengatasi konflik dimulai dengan menjadi pendengar yang baik?
- Apakah aku mampu berpikir dan bertindak bijaksana dalam setiap keputusan dan tindakan untuk mengatasi konfllik?
- Mampukah aku ber-rendah hati, agar setiap konflik yang terjadi dan kualami bisa terselesaikan dengan baik dalam kasih dan damai sejahtera? Akankah orang melihat Tuhan dalam penyelesaian konflik yang kualami?
- Apakah aku percaya, berharap dan mengandalkan Tuhan dalam setiap perkara?
*
Sobat JK, hingga jauh ini kita belajar dari kisah Abigail istri Nabal. Namun kisah belum berakhir. Bila dipersingkat, akan ada kematian Nabal dan kemudian Abigail menikah dengan Daud. (Kisah selengkapnya bisa dibaca dalam bacaan kita di atas, 1 Samuel 25:2-44.)
Jika di kesempatan ini kita telah membahas Abigail, bagaimana dengan Nabal dan Daud? Pelajaran apa yang bisa kita ambil dari kisah yang sama?
Akan kita bahas dalam kesempatan berikutnya: “Mengapa TUHAN membunuh Nabal?”
Demikian sharing kita untuk hari ini. Selamat pagi. Selamat hari Minggu, dan selamat beribadah.
Tuhan memberkati.
Amin..😇
-
7 Juni 2020
-
7 Juni 2020
FAJAR882 tulis:
(sambungan..)
ABIGAIL (bekas) Istri Nabal
...Demikian sharing kita untuk hari ini. Selamat pagi. Selamat hari Minggu, dan selamat beribadah.
Tuhan memberkati.
👍👌🙏 Tuhan Memberkati
7 Juni 2020 diubah oleh JODOHKRISTEN
-
7 Juni 2020
Menarik.. terima kasih mas Fajar 🙏
Ditunggu lanjutannya..
FAJAR882 tulis:
#Closing Time
-
7 Juni 2020
gimana kalau Abigail itu ga cantik, bisa jadi ga dianggap ehehe 😁
privilege orang cantik ramah...bisa mengubah mood cowo. ahayyy 😌
7 Juni 2020 diubah oleh JUNITA694
-
7 Juni 2020
JUNITA694 tulis:
gimana kalau Abigail itu ga cantik, bisa jadi ga dianggap ehehe 😁
privilege orang cantik ramah...bisa mengubah mood cowo. ahayyy 😌
Ahayyyyy 😁
-
7 Juni 2020
7 Juni 2020 diubah oleh IMAN982
-
7 Juni 2020
INNE351 tulis:
Ahayyyyy 😁
lagi apa kak Inne???😁
-
7 Juni 2020
IMAN982 tulis:
lagi apa kak Inne???😁
Itu yg Abigail sam reply Komen dari dek sist Junita 😊 yg dikit lgi ultah 😉
-
7 Juni 2020
INNE351 tulis:
Itu yg Abigail sam reply Komen dari dek sist Junita 😊 yg dikit lgi ultah 😉
ooo...iya sesuai namanya...Junita .hehe..
-
7 Juni 2020
Ditunggu lanjutannya yaa mas
FAJAR882 tulis:
#Closing Time
-
7 Juni 2020
Hallo sepi waee pada kemana orang kantin🤔🤔
-
7 Juni 2020
SOZANOLO075 tulis:
Hallo sepi waee pada kemana orang kantin🤔🤔
pada liburan mungkin...🤔
-
7 Juni 2020
-
7 Juni 2020
Kayanya masim
IMAN982 tulis:
pada liburan mungkin...🤔
-
7 Juni 2020
Hii..
Hiii
-
7 Juni 2020
Hayyy👋👋
PUTRY208 tulis:
Hii..
Hiii
-
7 Juni 2020
Hiii sist
PUTRY208 tulis:
Hii..
Hiii
-
7 Juni 2020
ahaha jimayu akutuh kak inne 🤭
INNE351 tulis:
Itu yg Abigail sam reply Komen dari dek sist Junita 😊 yg dikit lgi ultah 😉
-
7 Juni 2020
JUNITA694 tulis:
ahaha jimayu akutuh kak inne 🤭
-
7 Juni 2020
PUTRY208 tulis:
Hii..
Hiii
hii..juga
-
7 Juni 2020
NGOPI SENDIRIAN DIKEDAI☹☹
-
7 Juni 2020
sabar sabar.. ini ujian..
SOZANOLO075 tulis:
NGOPI SENDIRIAN DIKEDAI☹☹